Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN PNEUMONIA

Dibuat untuk memenuhi tugas

Oleh :
HERLINDA KHOIRUNNISA
(8801190071)
2B

Dosen pengampu :Ns.Endi suyatno, M.Kep


Mata kuliah : Keperawatan Medikal Bedah

DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN 2021-2022
I. TINJAUAN TEORITIS ATAU KONSEP TEORI
1. DEFINISI
Istilah pneumonia menggambarkan keadaan paru apapun, tempat alveolus biasanya
terisi dengan cairan dan sel darah . Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang
mengenai parenkim paru,distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat.
Pneumonia adalah keradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa anak-anak
dan sering terjadi pada masa bayi. Pneumonia pada anak merupakan masalah yang
umum dan menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.
2. ETIOLOGI
Faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia
anak, terutama dalam spectrum etiologi, gambaran klinis dan strategi pengobatan
yaitu usia pasien. Pada anak balita (4 bulan – 5 tahun), pneumonia sering disebabkan
oleh infeksi Strepcoccus pneumonia, Haemophillus influenza tipe B dan
Staphylococcus aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain
bakteri tersebut juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumonia (Said, 2008).
Menurut Hariadi (2010) dan Bradley dkk (2011) pneumonia dibagi berdasarkan
kuman penyebab yaitu :
a. Pneumonia bacterial/tipikal adalah pneumonia yang dapat terjadi pada semua
usia. Bakteri yang biasanya menyerang pada balita dan anakanak yaitu
Streptococcus pneumonia, Haemofilus influenza, Mycobacterium tuberculosa
dan Pneumococcus.
b. Pneumonia atipikal adalah pneumonia yang disebabkan oleh Mycoplasma.
Organisme atipikal yang biasanya menyerang pada balita dan anak-anak yaitu
Chlamidia trachomatis, Mycoplasma pneumonia, C. pneumonia dan
Pneumocytis.
c. Pneumonia virus. Virus yang biasanya menyerang pada balita dan anak-anak
yaitu Virus parainfluenza, Virus influenza, Adenovirus,Respiratory Syncytial
Virus (RSV) dan Cytomegalovirus.
d. Pneumonia jamur adalah pneumonia yang sering, merupakan infeksi sekunder,
terutama pada penderita dengan daya tahan tubuh lemah
(Immunocompromised).
3. PATOFISIOLOGI
Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di orofaring,
kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan sumber patogen yang
mengalami kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor risiko pada inang dan terapi yaitu
pemberian antibiotik, penyakit penyerta yang berat, dan tindakan invansif pada
saluran nafas.Faktor resiko kritis adalah ventilasi mekanik >48jam, lama perawatan di
ICU. Faktor predisposisi lain seperti pada pasien dengan imunodefisien menyebabkan
tidak adanya pertahanan terhadap kuman patogen akibatnya terjadi kolonisasi di paru
dan menyebabkan infeksi.Proses infeksi dimana patogen tersebut masuk ke saluran
nafas bagian bawah setelah dapat melewati mekanisme pertahanan inang berupa daya
tahan mekanik ( epitel,cilia, dan mukosa), pertahanan humoral (antibodi dan
komplemen) dan seluler (leukosit,makrofag, limfosit dan sitokinin).Kemudian infeksi
menyebabkan peradangan membran paru ( bagian dari sawar-udara alveoli) sehingga
cairan plasma dan sel darah merah dari kapiler masuk. Hal ini menyebabkan rasio
ventilasi perfusi menurun, saturasi oksigen menurun.Pada pemeriksaan dapat
diketahui bahwa paru-paru akan dipenuhi sel radang dan cairan , dimana sebenarnya
merupakan reaksi tubuh untuk membunuh patogen, akan tetapi dengan adanya dahak
dan fungsi paru menurun akan mengakibatkan kesulitan bernafas, dapat terjadi
sianosis, asidosis respiratorik dan kematian.
4. PATHWAY
5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala khas adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif atau
produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit dada
karena pleuritis dan sesak.Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring
pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.Pemeriksaan fisik
didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu,
kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan
konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara pernafasan bronkial, pleural
friction rub.
6. KOMPLIKASI
a. Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus dengan bakteriemi.
b. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal jantung, emboli
paru dan infark miokard akut.
c. ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrom)
d. Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosokomial
e. Sepsis
f. Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan
g. Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis)
h. Abses paru
i. Efusi pleura
7. DIAGNOSTIC
 Pulse oximetry, untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah
 Rontgen dada, untuk memastikan kondisi paru-paru dan luas area paru yang
mengalami infeksi atau peradangan
 CT scan, untuk melihat kondisi paru-paru secara lebih detail
 Tes darah, untuk memastikan adanya infeksi dan menentukan penyebab infeksi
 Tes dahak atau sputum, untuk mendeteksi kuman penyebab infeksi
 Kultur cairan pleura, untuk mengidentifikasi kuman penyebab infeksi
 Bronkoskopi, untuk melihat kondisi saluran napas dengan bantuan alat
bronkoskop
8. PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah memberikan antibiotik
tertentu terhadap kuman tertentu infeksi pneumonia. Pemberian antibitotik bertujuan
untuk memberikan terapi kausal terhadap kuman penyebab infeksi, akan tetapi
sebelum antibiotika definitif diberikan antibiotik empiris dan terapi suportif perlu
diberikan untuk menjaga kondisi pasien.Terapi antibiotika empiris menggambarkan
tebakan terbaik berdasarkan pada klasifikasi pneumonia dan kemungkinan organisme,
karena hasil mikrobiologis umumnya tidak tersedia selama 12-72 jam. Maka dari itu
membedakan jenis pneumonia (CAP atau HAP) dan tingkat keparahan berdasarkan
kondisi klinis pasien dan faktor predisposisi sangatlah penting, karena akan
menentukan pilihan antibiotika empirik yang akan diberikan kepada pasien.Tindakan
suportif meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO2 > 8 kPa (SaO2 > 92%) dan
resusitasi cairan intravena untuk memastikan stabilitas hemodinamik. Bantuan
ventilasi: ventilasi non invasif (misalnya tekanan jalan napas positif kontinu
(continous positive airway pressure), atau ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada
gagal napas. Bila demam atau nyeri pleuritik dapat diberikan antipiretik analgesik
serta dapat diberika mukolitik atau ekspektoran untuk mengurangi dahak.
 Pilihan Antibiotika
Dalam memilih antibiotika yang tepat harus dipertimbangkan faktor
sensitivitas bakteri terhadap antibiotika, keadaan tubuh pasien, dan faktor
biaya pengobatan.18 Pada infeksi pneumonia (CAP dan HAP) seringkali harus
segera diberikan antibiotika sementara sebelum diperoleh hasil pemeriksaan
mikrobiologik. Pemilihan ini harus didasarkan pada pengalaman empiris yang
rasional berdasarkan perkiraan etiologi yang paling mungkin serta antibiotika
terbaik untuk infeksi tersebut. Memilih antibiotika yang didasarkan pada luas
spektrum kerjanya tidak dibenarkan karena hasil terapi tidaklebih unggul
daripada hasil terapi dengan antibiotika berspektrum sempit, sedangkan
superinfeksi lebih sering terjadi dengan antibiotika berspektrum luas.
 Kegagalan Terapi
Kepekaan kuman terhadap antibiotika tertentu tidak dapat menjamin
efektivitas klinis. Faktor berikut dapat menjadi penyebab kegagalan terapi:
a. Dosis kurang Dosis suatu antibiotika seringkali bergantung dari tempat
infeksi, walaupun kuman penyebanya sama. Sebagai contoh dosis
penisilin G yang diperlukan untuk mengobati meningitis oleh
Pneumococcus jauh lebih tinggi daripada dosis yang diperlukan untuk
pengobatan infeksi saluran napas bawah yang disebabkan oleh kuman
yang sama.
b. Masa terapi yang kurang Konsep lama yang menyatakan bahwa untuk
setiap jenis infeksi perlu diberikan antimikroba tertentu selama jangka
waktu tertentu kini telah ditinggalkan. Pada umunya para ahli
cenderung melakukan individualisasi masa terapi, yang sesuai dengan
tercapai respon klinik yang memuaskan. Namun untuk penyakit
tertentu seperti tuberkulosis paru tetap dipertahankan masa terapi yang
cukup walaupun perbaikan klinis cepat terlihat.
c. Kesalahan dalam menetapkan etiologi Demam tidak selalu disebabkan
oleh kuman, virus, jamur, parasit, reaksi obat, dan lain-lain dapat
meningkatkan suhu badan. Pemberian antibiotika yang lazim diberikan
dalam keadaan ini tidak bermanfaat.
d. Pilihan antibotika yang kurang tepat Suatu daftar antibiotika yang
dinyatakan efektif dalam uji sensitivitas tidak dengan sendirinya
menyatakan bahwa setiap antibiotika akan memberikan aktivitas klinik
yang sama. Disini dokter harus dapat mengenali dan memilih
antibiotika yang secara klinis merupakan obat terpilih untuk suatu
kuman tertentu. Sebagai contoh obat terpilih untuk infeksi S. faecalis
adalah ampisilin, walaupun secara in vitro kuman tersebut juga
dinyatakan sensitif terhadap sefamandol atau gentamisin.
e. Faktor pasien Keadaan umum yang buruk dan gangguan mekanisme
pertahanan tubuh (selular dan humoral) merupakan faktor penting yang
menyebabkan gagalnya terapi antibotika. Sebagai contoh obat
imunosupresan.
II. KONSEP NCP (NURSING CARE PLANNING
1. PENGKAJIAN
1. Data dasar pengkajian pasien
2. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
3. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
4. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan)
6. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : sputum merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi Bunyi nafas
menurun
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
2. ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny.N
Umur : 20 tahun
No.CM : 28.11.22
Diagnosis : Pneumonia

No Data Etiologi Masalah


1. DS:  Inflamasi trakeo Bersihan Jalan nafas
Klien mengatakan batuk bronkial dan tidak efektif 
berdahak dan sesak napas farenkim paru,
Klien mengatakan batuk dengan pembentukkan edema
dahak yangkental dan sulit untuk dan peningkatan
dikeluarkan produksi sputum.
Klien mengatakan dahaknya
terasa lengket ditengorokkan
Klien Mengatakan Kesulitan
bernapas 
DO: 
Klien tampak kesulitan bernapas 
TTV: 
TTD: 120/60 mmHg  
N : 80 x/ menit
RR : 28 x/ menit 
Pernafasan Cuping
Hidung akipnea (+)
 Dispnea (+) 
Pernafasan dangkal 
Penggunaan otot bantu
pernafasan (+) 
Perfusi paru redup 
Premetus menurun pada kedua
paru bunyi nafas bronkial, krelek
(+), stridor (+)
Hasil rontgen : Maenunjukkan
infiltrasi lobaris
Pemeriksaan sputum : ditemukan
kuman stapiloccus auretus dan
stapiloccus pneumonia

2. DS: Inflamasi parenkim Nyeri


Klien mengatakan nyeri dada paru, reaksi seluler
Klien mengatakan sakit kepala terhadap sirkulasi
Klien mengatakan nyeri sendi toksin dan batuk
DO: menetap
Klien tampak gelisah
Klien tampak meringis kesakitan
akibat nyeri
Klien tampak memegang di
daerah dada dan melindungi
daerah yang sakit
TTV:
TTD: 120/60 mmHg  
N : 80 x/ menit
RR : 28 x/ menit 
Arkal dingin
Kuku pucat dan sedikit sianosis
Mukosa bibir kering dan pucat
Kapilary reffil kembali dalam 5
detik Takipnea (+)

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungandengan inflamasi trachea bronchial,
peningkatan produksi sputum
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirku
lasi toksin dan batuk menetap. 
4. INTERVENSI

No Diagnosa Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tak efektif Latihan Batuk Efektif
berhubungandengan inflamasi trachea Observasi
bronchial, peningkatan produksi - Identifikasi kemampuan batuk
sputum - Monitor adanya retensi sputum
- Monitor tanda gejala infeksi
saluran nafas
- Monitor input dan output cairan
(mis. jumlah dan karakteristik)
Terapeutik
- Atur posisi semi-fowler atau
fowler
- Pasang perlak dan bengkok
dipangkuan pasien
- Buang sekret pada tempat
sputum
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
- Anjurkan tarik nafas dalam
melalui hidung dalam melalui
hidung selama 4 detik,ditahan
selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan
bibir mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi Manajemen Nyeri
parenkim paru, reaksi seluler terhadap Observasi
sirkulasi toksin dan batuk menetap. - Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non
verbal
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh
- budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemeliharaan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
DAFTAR PUSTAKA

Mandan, A. N. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Penderita Pneumonia


Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas.

Nanda International. (2018). Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2018-2020.


EGC.

Hendi Setiawan. (2018). Penerapan Batuk Efektif Sebagai Manajemen Bersihan Jalan Nafas
Pada Pasien Asma Bronkial Di Ruang Laika Waraka Rsud Bahteramas Kendari Tahun 2018
Karya. 1–88.

Anda mungkin juga menyukai