LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA
MIRANDA
5020031063
B. Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus,
jamur, dan protozoa. Pneumoni komunitas yang diderita oleh masyarakat luar negeri
banyak disebabkan gram positif, sedangkan pneumonia rumah sakit banyak disebabkan
gram negatif. Dari laporan beberapa kota di Indonesia ditemukan dari pemeriksaan
dahak penderita komunitas adalah bakteri gram negatif. Penyebab paling sering
pneumonia yang didapat dari masyarakat dan nosokomial:
a. Yang didapat di masyarakat: Streeptococcus pneumonia, Mycoplasma pneumonia,
Hemophilus influenza, Legionella pneumophila, chlamydia pneumonia, anaerob
oral, adenovirus, influenza tipe A dan B.10.
b. Yang didapat di rumah sakit: basil usus gram negative (E. coli, Klebsiella
pneumonia), Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, anaerob oral.
(Ryusuke, 2017)
C. Klasifikasi Pneumonia
Gejala khas dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non
produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak
darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih
suka berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan
fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas,
takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak
menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara pernafasan
bronkial, pleural friction rub. (Ryusuke, 2017)
a. Pneumonia yang didapat dari komunitas (community acquired pneumonia)
pneumonia yang didapatkan di masyarakat yaitu terjadinya infeksi di luar
lingkungan rumah sakit. Infeksi LRT yang terjadi dalam 48 jam setelah dirawat di
rumah sakit pada pasien yang belum pernah dirawat di rumah sakit selama > 14 hari.
(Abdjul & Herlina., J, 2020)
b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (nosokomial)
pneumonia yang terjadi selama atau lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit.
jenis ini didapat selama penderita dirawat di rumah sakit (Farmacia, 2006). Hampir
1% dari penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan pneumonia selama
dalam perawatannya. Demikian pula halnya dengan penderita yang dirawat di ICU,
lebih dari 60% akan menderita pneumonia. (Ryusuke & Supandi, 2017)
c. Pneumonia aspirasi/anaerob
infeksi oleh bakteroid dan organisme anaerob lain setelah aspirasi orofaringeal dan
cairan lambung. Pneumonia jenis ini biasa didapat pada pasien dengan status mental
terdepresi, maupun pasien dengan gangguan refleks menelan.
d. Pneumonia oportunistik
pasien dengan penekanan sistem imun (misalnya steroid, kemoterapi, HIV) mudah
mengalami infeksi oleh virus, jamur, dan mikobakteri, selain organisme bakteria lain.
e. Pneumonia rekuren
disebabkan organisme aerob dan aneorob yang terjadi pada fibrosis kistik dan
bronkietaksis
D. Manifestasi Klinis
1. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya di dahului dengan infeksi saluran napas atas
akut selama beberapa hari. Selain di dapatkan demam, menggil, suhu tubuh
meningkat dapat mencapai 40 ºC, sesak napas, nyeri dada, batuk dengan dahak
kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga
ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala
(Ryusuke, 2017)
2. Tanda
(Menurut Ryusuke, Misnadiarly 2017), tanda-tanda penyakit pnemonia antara lain :
a. Batuk berdahak
b. Sekret
c. Suara napas lemah
d. Penggunaan otot bantu napas
e. Demam
f. Sianosis
g. Thorax photo menunjukan infiltrasi melebar
h. Sakit kepala
i. Kekakuan dan nyeri otot
j. Sesak napas
k. Menggil
l. Berkeringat
m. Lelah
n. Terkadang kulit menjadi lembab
o. Mual dan muntah
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan
penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis pneumonia.
Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsoludasi dengan air
bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavitas.
2. Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit
polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula ditemukanleukopenia.
Hitung jenis menunjukkan shift to the left, dan LED meningkat.
3. Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah untuk
mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi antigen
polisakarida pneumokokkus.
4. Analisa Gas Darah
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan parsial
karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut menunjukkan asidosis
respiratorik. (Ryusuke, 2017)
F. Penatalaksanaan
a. Terapi antibiotika awal
menggambarkan tebakan terbaik berdasarkan pada klasifikasi pneumonia dan
kemungkinan organisme, karena hasil mikrobiologis tidak tersedia selama 12-72 jam.
Tetapi disesuaikan bila ada hasil dan sensitivitas antibiotika.
b. Tindakan suportif
meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO (SaO 2 < 90%) dan resusitasi cairan
intravena untuk memastikan stabilitas hemodinamik. Bantuan ventilasi: ventilasi non
invasif (misalnya tekanan jalan napas positif kontinu (continous positive airway
pressure), atau ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada gagal napas. Fisioterapi
dan bronkoskopi membantu bersihan sputum. (Elza Febria, S 2016)
Beberapa Jenis Obat Pneumonia Sesuai Penyebabnya
1. Obat antibiotik
Pneumonia paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Pneumonia yang
disebabkan oleh infeksi bakteri dapat diobati dengan pemberian antibiotik,
misalnya azithromycin, clarithromycin, levofloxacin, ceftriaxone, penisilin,
atau doxycycline.
2. Obat antivirus
Virus influenza adalah penyebab paling umum pneumonia pada orang dewasa.
Sementara itu, respiratory syncytial virus (RSV) adalah penyebab paling umum
pneumonia pada bayi dan anak-anak.
3. Obat anti jamur
Pneumonia akibat infeksi jamur umumnya terjadi pada seseorang dengan kondisi
sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya pada penderita HIV/AIDS atau orang
yang menjalani kemoterapi. Pneumonia akibat infeksi jamur perlu diobati dengan
obat pneumonia berupa antijamur, seperti sulfamethoxazole, trimethoprim,
voriconazale, atau amphotericin B.
4. Obat batuk
Pneumonia sering kali menyebabkan batuk dan peningkatan cairan atau dahak di
paru-paru. Untuk mengatasi keluhan tersebut, dokter dapat meresepkan obat
batuk atau pengencer dahak sebagai obat pneumonia.
5. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
Ketika terserang pneumonia, seseorang akan mengalami peradangan di paru-
parunya. Peradangan tersebut bisa menimbulkan gejala demam dan nyeri dada.
Untuk mengatasi keluhan tersebut, dokter dapat meresepkan obat antiradang
golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Jenis obat-obatan OAINS yang dapat
digunakan untuk mengatasi gejala demam dan nyeri dada akibat pneumonia adalah
paracetamol dan ibuprofen.
6. Kortikosteroid
Obat pneumonia ini bukanlah obat yang rutin digunakan untuk mengatasi
pneumonia. Kortikosteroid umumnya hanya digunakan dalam jangka pendek untuk
mengatasi pneumonia berat.
Selain mengonsumsi obat-obatan sesuai resep dokter, Anda dapat melakukan saran-
saran berikut selama menjalani pengobatan pneumonia:
Minum obat secara teratur sesuai resep dokter
Selama menjalani masa pemulihan di rumah, pastikan Anda menghabiskan obat-
obatan pneumonia sesuai petunjuk dari dokter. Hindari menghentikan
pengobatan, meski gejala yang dirasakan sudah membaik.Jika obat pneumonia
digunakan secara tidak tepat atau tidak sesuai dengan petunjuk dokter, hal ini
bisa menyebabkan pneumonia kambuh kembali.
Istirahat yang cukup
Selama menjalani pemulihan, perbanyaklah istirahat dan hindari melakukan
aktivitas fisik berat hingga kondisi Anda benar-benar pulih dan dinyatakan
sembuh oleh dokter. Jangan lupa juga untuk selalu memenuhi kebutuhan cairan
dengan cukup minum air putih dan mengonsumsi makanan bernutrisi agar cepat
pulih.
Jaga kualitas udara di dalam rumah
Untuk mencegah iritasi dan peradangan yang semakin parah di paru-paru akibat
pneumonia, Anda disarankan untuk menjauhi polusi, misalnya asap rokok atau
debu. Jaga selalu kebersihan dan kualitas udara di dalam rumah agar Anda dapat
bernapas lebih nyaman dan pneumonia yang Anda alami bisa lebih cepat
sembuh. (Meriyani et al., 2016)
G. Pengkajian Keperawatan Fokus
a. Wawancara
1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data klien secara lengkap dan
sistematis yang terdiri dari identitas klien dan identitas penanggung jawab.
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting
atau keluhan yang sangat dirasakan pasien sampai perlu pertolongan.
Keluhan utama pada pasien gangguan sistem pernapasan secara umum
antara lain: Pasien mengeluh sakit di daerah dada
- Palpasi
Saat mengkaji fremitus vocal, terdapat perbedaan getaran, paru-paru di
sebelah kiri teraba lebih lemah.
- Perkusi
Pada saat dilakukan perkusi tidak terdapat perubahan bunyi resonan ke
pekak yang signifikan.
- Auskultasi
Pada saat diauskultasi di paru kiri ICS 4-5 terdengar ronchi
F. Pathway
Edema paru
Suplai O² menurun
Hipoksia Hiperventiasi
G. ANALISA DATA
Intoleransi aktifitas
H. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan asuhan Latihan Batuk Efektif Observasi
efektif b.d infeksi saluran keperawatan selama 3x24 - Identifikasi kemampuan batuk
jam, maka tercapai
napas - Monitor adanya retensi sputum
“Bersihan Jalan Napas”
dengan kriteria hasil: - Monitor adanya tanda dan gejala infeksi saluran napas
- Batuk efektif cukup - Monitor input dan output cairan (jumlah dan karakteristik)
membaik
Terapeutik
- Produksi sputum
menurun - Atur posisi semifowler atau fowler
- Wheezing menurun - Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien
- Dispnea menurun
- Buang secret pada tempat sputum
- Gelisah menurun
- Frekuensi dan pola napas Edukasi
membaik - Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik napas melalui hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dan bibir
mencucu (dubulatkan) selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi tarik napas dalam selama 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
Ganguan pertukaran gas b.d Setelah dilakukan asuhan Pemantauan Respirasi Observasi
Perubahan membran keperawatan selama 3x24
alveolus kapiler jam, maka tercapai - Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
“Pertukaran Gas” dengan - Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
kriteria hasil: hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
- Dispnea menurun - Monitor kemampuan batuk efektif
- Tidak ada bunyi nafas - Monitor adanya produksi sputum
tambahan - Monitot adanya sumbatan jalan napas
- Gelisah menurun - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Tidak ada nafas dari - Auskultasi bunyi napas
cuping hidung - Monitor saturasi oksigen
- PCO2, PO2, membaik - Monitor nilai AGD
- Takikardi, tidak ada - Monitor hasil x-ray thorax
- Tidak sianosis
- Pola nafas membaik Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan, informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Intoleransi aktivitas
b.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi Observasi
ketidakseimbangan antara keperawatan selama 3x24 - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
jam, maka tercapai kelelahan
suplai dan kebutuhan
“Toleransi Aktivitas” dengan - Monitor kelelahan fisik dan emosional
oksigen kriteria hasil: - Monitor pola dan jam tidur
- Frekuensi nadi cukup - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
meningkat aktivitas
- Saturasi oksigen cukup Terapeutik
meningkat - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (Mis.
- Kemudahan dalam Cahaya, suara, kunjungan)
melakukan aktivitas - Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
sehari-hari
- Keluhan lelah menurun - Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Dispnea saat beraktivitas - Fasilitaasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat
menurun berpindah atau berjalan
- Perasaan lemah menurun Edukasi
- Frekuensi napas membaik - Anjurkan tirah baring
- Tekanan darah normal - Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA
Abdjul, R. L., & Herlina, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Dengan
Pneumonia : Study Kasus. Indonesian Jurnal of Health Development, 2(2), 102–107.
Sari, E. F., Rumende, C. M., & Harimurti, K. (2017). Faktor–Faktor yang Berhubungan
dengan Diagnosis Pneumonia pada Pasien Usia Lanjut. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia, 3(4), 183. https://doi.org/10.7454/jpdi.v3i4.51
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta
:Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia