Anda di halaman 1dari 89

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan

bawah akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas

disebabkan agens infeksius seperti : virus bakteri, mycoplasma (fungi), dan

aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan

konsolidasi. (Nurarif & Kusuma, 2015).

Pada masyarakat awam biasanya penyakit ini lebih dikenal dengan

istilah paru-paru basah, pada zaman dahulu untuk menyembuhkan penyakit

ini biasanya teknik gurah sering dipakai untuk mengeluarkan cairan lendir

yang ada di dalam tubuh (paru-paru) dengan menggunakan ramuan yang

dimasukan kedalam rongga hidung, namun sebenarnya teknik gurah ini

beresiko akan menambah cairan yang masuk ke dalam paru-paru dan dapat

memperparah keadaan.

Berdasarkan data WHO pada tahun 2013 terdapat 6,3 juta kematian di

dunia, dan sebesar 935.000 (15%) kematian disebabkan oleh pneumonia.

Sedangkan, di Indonesia kasus pneumonia mencapai 22.000 jiwa

menduduki peringkat ke delapan sedunia (WHO, 2014). Ada lima provinsi

dengan pneumonia tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur (4,6% & 10,3%),

Papua (2,8% & 8,2%), Sulawesi Tengah (2,3% & 5,7%), Sulawesi Barat

(3,1% & 6,1%) dan Sulawesi Selatan (2,4% & 4,8%) (Riskesdas, 2013).

1
Penyebaran infeksi dapat terjadi dengan cepat keseluruh tubuh kerana

melalui pembuluh darah. Gejala klinis secara umum adalah suhu tubuh

≥38°C, batuk, sputum, peningkatan angka leukosit, pemeriksaan fisik

ditemukan adanya konsolidasi, suara napas brochial dan ronki (Brunner &

Suddarth,2011).

Pasien dengan pneumonia perlu dirawat di RS karena memerlukan

pengobatan yang memadai. Perawat dapat meningkatkan pengetahuan

keluarga dan masyarakat tentang penyakit pneumonia dengan memberikan

penyuluhan tentang pentingnya vaksinasi dan tidak merokok guna untuk

mencegah penyakit pneumonia. Penyakit pneumonia dapat dicegah dengan

vaksinasi terhadap bakteri penyebab pneumonia dan vaksin influenza. Di

samping itu juga harus menjaga kebersihan dengan rajin cuci tangan, tidak

merokok, serta istirahat cukup dan diet sehat untuk menjaga daya tahan

tubuh. Pemberian antibiotik biasanya dilakukan pada pasien penderita

pneumonia guna menghambat penyebaran bakteri. Pada pasien yang

mengeluh demam dan batuk dapat dikompres secara berkala, memberikan

air hangat dan perawat dapat mengajarkan batuk efektik untuk

mempermudah mengeluarkan sputum. Untuk mencegah terjadinya

kekambuhan perawat dapat memberikan penjelasan untuk mejaga pola

hidup sehat dengan olahraga teratur, asupan yang sehat, dan menghindari

rokok.

2
Berdasarkan Penjelasan Diatas, Penulis Tertarik Membahas Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Pneumonia Di Ruangan Mahoni Di Rumah Sakit

Umum Daerah Torabelo Kabupaten Sigi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalah yaitu “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Pneumonia Di Ruang Mahoni RSUD Torabelo Kab Sigi Tahun 2021 ?”

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Pneumonia Di Ruang Mahoni RSUD Torabelo Kab Sigi Tahun

2021.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengakajian pada Pasien Pneumonia Di

Ruang Mahoni RSUD Torabelo Kab Sigi Tahun 2021

b. Mengidentifikasi diagnose keperawatan pada Pasien

Pneumonia Di Ruang Mahoni RSUD Torabelo Kab Sigi Tahun

2021

c. Mengidentifikasi Rencana Keperawatan pada Pasien

Pneumonia Di Ruang Mahoni RSUD Torabelo Kab Sigi Tahun

2021

3
d. Mengidentifikasi implementasi atau tindakan keperawatan

sesuai yang sudah direncanakan pada Pasien Pneumonia Di

Ruang Mahoni RSUD Torabelo Kab Sigi Tahun 2021

e. Mengidentifikasi hasil evaluasi tindakan keperawatan yang

telah diberikan pada Pasien Pneumonia Di Ruang Mahoni

RSUD Torabelo Kab Sigi Tahun 2021

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan

bawah akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas

disebabkan agens infeksius seperti : virus bakteri, mycoplasma (fungi),

dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai

eksudasi dan konsolidasi. (Nurarif & Kusuma, 2015).

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,

distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratori,

dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan

pertukaran gas setempat. (Zul Dahlan, 2014).

Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang

umumnya disebabkan oleh agens infeksius. Pneumonia merupakan

infeksi akut parenkim paru yang biasanya menyebabkan gangguan

pertukaran udara. Prognosis biasanya baik untuk pasien yang memiliki

paru-paru normal dan pertahanan tubuh yang mencakup sebelum mulai

terjadinya pneumonia, meskipun demikian pneumonia merupakan

peringkat ke-6 penyebab kematian tersering di Amerika Serikat.

(Robinson & Saputra, 2014).

Menurut Nurarif & Kusuma, (2015) pneumonia adalah salah satu

penyakit infeksi peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari

suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) Deegan batuk dan

5
disertai sesak nafas disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,

mycoplasma (fungi) dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-

paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi.

2.2. Etiologi

Menurut (LeMone. Atai, 2016) pneumonia didapatkan oleh 2

penyebab antara lain : infeksius dan noninfeksius. Penyebab infeksius

yaitu bakteri, virus, jamur, protozoa dan mikroba. Sedangkan

penyebab noninfeksius anatara lain adalah aspirasi isi lambung dan

inhalasi gas beracun atau gas yang mengiritasi. Pneumonia infeksius

sering kali diklasifikasikan sebagai infeksi yang didapat komunitas,

infeksi nosokpomial (didapat dirumah sakit), atau oportunistik (Imun

menurun).

Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan

oleh streptoccus pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus

aureus sedangkan pada pemakaian ventilator oleh p.aeruginosa dan

enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien

seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan,

penggunaan antibiotik yang tidak tepat (Nurarif & Kusuma, 2015).

2.3. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala yang biasanya dijumpai pada pneumonia adalah

demam atau panas tinggi disertai batuk berdahak yang produktif, napas

cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), selain itu pasien akan merasa nyeri

dada seperti ditusuk pisau atau sesak, sakit kepala, gelisah dan nafsu

6
makan berkurang (Rikesdas, 2013). Pneumonia bacterial (pneumokokus)

secara khas diawali dengan awitan menggil, demam yang timbul dengan

cepat (39,5o sampai 40,5o), dan nyeri dada yang tersa ditusuk-tusuk yang

dicetuskan oleh bernapas dan batuk. Pasien sangat sakit dengan takipnea

sangat jelas disertai dengan pernapasan mendengkur, pernapasan cuping

hidung, dan penggunaan otot-otot aksesori pernapasan. Pneumonia

atipikal beragam dalam gejalanya, tergantung pada organism penyebab.

Banyak pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas (kongestinasal,

sakit tenggorokan), dan awitan gejala pneumonianya bertahap. Gejala

yang menonjol adalah sakit kepala, demam tingkat rendah, nyeri pleuritis

mialgia, ruam, dan faringitis. Nadi cepat dan berkesenambungan. Nadi

biasanya meningkat sekitar 10 kali/menit untuk kenaikan satu derajat

celcius. Pada banyak kasus pneumonia, pipi berwarna kemerahan, warna

mata menjadi lebih terang, dan bibir serta bidang kuku sianotik. Tanda-

tanda lain terjadi pada pasien dengan kondisi lain seperti kanker, atau

pada mereka yang menjalani pengobatan dengan imunosupresan, yang

menurunkan daya tahan terhadap infeksi dan terhadap organisme yang

sebelumnya tidak dianggap pathogen serius.

2.4. Patofisiologi

Reaksi inflamasi dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan

eksudat yang mengganggu difusi oksigen dan karbondioksida,

bronkospasme juga dapat terjadi apabila pasien menderita penyakit jalan

nafas reakfif. Bronkopneumonia, bentuk pneumonia yang paling umum,

7
menyebar dalam model bercak yang meluas dari bronki ke parenkim paru

sekitarnya. Pneumonia lobar adalah istilah yang digunakan jika pneumonia

mengenai bagian substansial pada satu atau lebih lobus. Pneumonia

disebabkan oleh berbagai agen mikroba di berbagai tatanan. 12 Organisme

yang biasa menyebabkan pneumonia adalah Pseudomonas aeruginosa dan

spesies Klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemopbilus influenzae,

Staphylococcus pneumoniae, dan basilus Gram negatif, jamur, dan virus

( paling sering pada anak-anak). ( Brunner & Suddarth, 2011).

2.5. Pathway

8
2.6. Penatalaksanaan

2.6.1 Keperawatan

Kepada penderita yang penyakitnya tidak berat, bisa diberikan

antibiotic per-oral, dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua

dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru

lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui infuse. Mungkin

perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas

mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap

pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.

Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain :

1. Oksigen 1-2 L/menit.

2. IVFD dekstrose 10 % , NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml

cairan.

3. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.

4. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral

bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.

5. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin

normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.

6. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

(Nurarif & Kusuma, 2015).

9
2.6.2 Medis

Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang akan

tampak pada rontgen dada mencakup area berbercak atau keseluruhan

lobus (pneumonia lobaris). Pada pemeriksaan fisik, temuan tersebut dapat

mencakup bunyi napas bronkovesikular atau bronchial, krekles,

peningkatan fremitus, egofani, dan pekak pada perkusi. Pengobatan

pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai seperti yang

ditetapkan oleh hasil pewarnaan gram. Selain itu untuk pengobatan

pneumonia yaitu eritromisin, derivate tetrasiklin, amantadine,

rimantadine, trimetoprim-sulfametoksazol, dapsone, pentamidin,

ketokonazol..

 Untuk kasus pneumonia community base :

1) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.

2) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

 Untuk kasus pneumonia hospital base :

1) Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

2) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian. (Nurarif &

Kusuma, 2015,68).

10
2.7. Fokus pengkajian

2.8.1. Identitas pasien

Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,

agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status

pendidikan dan pekerjaan pasien.

2.8.2. Keluhan utama

Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa :

sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang

bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta

batuk non produktif.

2.8.3. Riwayat penyakit sekarang

Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa :

sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang

bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta

batuk non produktif.

2.8.4. Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti

TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.Hal ini

diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.

11
2.8.5. Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita

penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca

paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.

2.8.6. Riwayat psikosial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara

mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang

dilakukan terhadap dirinya.

2.8.7. Pengkajian Pola Fungsi

a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit

mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga

memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.

Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan

penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya

penyakit.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu

melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui

status nutrisi pasien. Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum

sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami

penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada

12
struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses

penyakit. Pasien dengan effusi pleura keadaan umumnya lemah.

c. Pola eliminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai

kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum

pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bedrest sehingga akan

menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen

menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus digestivus.

d. Pola aktivitas dan latihan

Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi.

Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.

Disamping itu Pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya

nyeri dada. Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan

pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.

e. Pola tidur dan istirahat

Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan

berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat. Selain itu

akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang

ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar - mandir,

berisik dan lain sebagainya.

13
2.8.8. Pemeriksaan fisik

a. Status kesehatan

Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan

pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa,

sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien

untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.

b. System respirasi

1) Inspeksi pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang sakit

mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan

pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax

kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis.

Pernapasan cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspneu.

2) Palpasi Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang

jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga

ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang

sakit. Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah

cairannya. Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka

akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung

lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini

disebut garis Ellis- Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian

depan dada, kurang jelas di punggung.

3) Auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi

14
duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada

kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan

ditemukan tanda tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di

sekitar batas atas cairan

c. System Cardiovaskuler

1) Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal

berada pada ICS-5 pada linea medio klavikula kiri selebar 1 cm.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

pembesaran jantung.

2) Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) harus

diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu

juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictuscordis.

3) Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung

terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah

pembesaran jantung atau ventrikel kiri.

4) Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau

gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah

jantung serta adakah murmur yang menunjukkan adanya

peningkatan arus turbulensi darah.

15
d. Sistem Neorologis

Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping itu juga

diperlukan pemeriksaan GCS, apakah composmentis atau somnolen atau

comma. Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya. Selain

itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran,

penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.

f. System muskuoskeletal

Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial.Selain

itu, palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi

perifer serta dengan pemerikasaan capillary refiltime. Dengan inspeksi

dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian dibandingkan

antara kiri dan kanan.

g. System integument

Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial.Selain

itu, palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi

perifer serta dengan pemerikasaan capillary refiltime. Dengan inspeksi

dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian dibandingkan

antara kiri dan kanan.

16
2.8. Diagnosa Keperawatan

2.9.1. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan eksudat

2.9.2. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan hamabatan upaya nafas

2.9.3. nyeri berhubungan dengan pencedera fisiologis

2.9.4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan anatara suplai

dan kebutuhan oksigen

2.9.5. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

2.9.6. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kurangnya asupan makanan

2.9.7. Gangguan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan agen pencedera

fisik

2.9.8. Resiko infeksi bernhubungan dengan efek prosedur invasive.

2.9. Perencanaan Keperawatan

2.10.1. Dignosa keperawatan

Bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi dahak berlebih

a. Tujuan dan criteria hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

pola nafas membaik dengan kriteria hasil :

1) Batuk efektif meningkat

2) Produksi sputum menurun

3) Dispnea membaik

4) Ortpnea membaik

17
5) Sulit bicara membaik

6) Sianosis membaik

7) Gelisah membaik

8) Frekuensi nafas membaik

9) Pola nafas membaik\

b. Intervensi

Observasi

1) Identifikasi kemampuan batuk

2) Monitor adanya retensi sputum

3) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran pernafasan

4) Monitor iinput dan output cairan

Terapeutik

1) Atur posisi semi fowler atau fowler

2) Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien

3) Buang secret pada tempat sputum

Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

2) Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan

selama 2 detik kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu

(dibulatkan) selama 8 detik

3) Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali

18
4) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ke-

Kolaborasi

1) kolaborasi pemberian mukolitik atau ekpektoran, jika perlu

2.10.2. Diagnosa Keperawatan

Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan hamabatan upaya nafas

a. Tujuan dan kriteria hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

pola nafas membaik dengan kriteria hasil :

1) Dyspnea menurun

2) Penggunaan otot bantu nafas menurun

3) Pemanjangan fase ekspirasi menurun

4) Otopnea menurun

5) Pernafasan pursed-lip menurun

6) Frekuensi nafas membaik

b. Intervensi keperawatan

Observasi

1) Monitor pola nafas (frekensi, kedalaman, usaha nafas)

2) Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing , ronchi

kering)

Terapeutik

19
1) Pertahankan kepatenan jalan nafas head-tilt dan chin-lift (jaw-

thrust jika curiga trauma sevikal)

2) Posisikan semi-fowler atau fowler

3) Berikan oksigen jika perlu.

Edukasi

1) Ajarkan tehnik batuk efektif

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

2.10.3. Diagnosa Keperawatan

Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi jaringan

a. Tujuan dan kriteria hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

gangguan rasa nyaman nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil :

1) Keluhan nyeri menurun

2) Melaporkan nyeri terkontorl

3) Meringis menrun

4) Tekanan darah membaik

b. Intervensi

observasi

1) Identifikasi skala nyeri

2) Identifikasi lokasi karakteristik durasi, frekuensi, kualitas intensitas

nyeri

20
Terapeutik

1) Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

2) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemiihan strategi

meredakan nyeri

Edukasi

1) Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2.10.4. Diagnosa Keperawatan

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik

a. Tujuan dan kriteria hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

aktifitas pasien menigkat dengan kriteria hasil :

1) Kemudahan melakukan aktifitas

2) Dyspnea saat beraktifitas menurun

3) Dyspna setelah beraktifitas menurun

4) Perassan lemah menurun

5) Tekanan darah membaik

6) Frekuensi nadi membaik

b. Intervensi

Obeservasi

1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

21
2) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktifitas

Terapeutik

1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulasi (mis. Cahaya, Suara,

Kunjugan).

Edukasi

1) Anjurkan tirah baring.

2) Melakukan aktivitas secara bertahap.

2.10.5. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

a. Tujuan dan kriteria hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak

terjadi gangguan citra diri dengan kriteria haril :

1) Mengigil menurun

2) Kulit merah menurun

3) Takikardia menurun

4) Tapipnea menurun

5) Tekanan darah membaik

6) Suhu tubuh membaik

b. Intervensi

Observasi

1) Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan

panas, penggunaan incubator)

2) Monitor suhu tubuh

22
3) Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik

1) Sediakan lingkungan yang dingin (atur suhu ruangan)

2) Longgarkan atau lepas pakain

3) Berikan cairan oral

Edukasi

1) Anjurkan tirah baring

2.10.6. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi

a. Tujuan dan criteria hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak

terjadi gangguan citra diri dengan kriteria haril :

1) Perilaku sesuai anjuran meningkat

2) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topic meningkat

3) Pertanyaan tentang masalah dihadapi menurun

4) Presepsi keliru terhadap masalah menurun

b. Inrervensi

Observasi

1) Identifikasi kesepian dan kemampuan menerima informasi.

Terapeutik

1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

23
3) Berikan kesempatan untuk bertanya

4) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.

2.10.7. Ganguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan agen

pencedera fisik.

a. Tujuan dan criteria hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak

terjadi gangguan citra diri dengan kriteria haril :

1) Integritas kulit yang baik bisa diperthankan.

2) Tidak ada luka atau lesi pada kulit

3) Menunjukan pemahaman dalam perbaikan lulit untuk mencegah

terjaadinya cedera berulang

4) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit

b. Intervensi

Observasi

1) Monitor karakteristik luka

2) Monitor tanda-tanda infeksi

3) Identifikasi pepnyebab gangguan integritas kulit

Terapeutik

1) Hindari produk yang berbahan dasar alcohol pada kulit kering

2) Lakukan perawatan luka pertiga hari

Edukasi

1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

24
2) Anjurkan minum air yang cukup

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian anti biotic

2.10.8. Resiko infeksi berhubungan dengan efek tindakan invasive.

a. Tujuan dan criteria hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak

terjadi gangguan citra diri dengan kriteria haril :

1) Demam menurun

2) Kebersihan badan meningkat

3) Bengkak menurun

4) Kemerahan menurun

5) Kultur sputum membaik/kultur area luka membaik

b. Intervensi

Obesrvasi

1) Monitor tanda dan gejala infeksi dan sistematik

Terapeutik

1) Batasi jumlah pengunjung

2) Berikan pereawatan kulit pada area edema

3) Cuci tangan sesudah atau sebelum kontak dengan pasien

4) Pertahakan tehnik aseptic

Edukasi

1) Jelaskan tanda dan geajala infeksi

25
2) Ajarkan mencuci tangan tangan dengan benar

Kolaborasi

1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2) Ajarkan mencuci tangan dengan benar

26
BAB III

PERKEMBANGAN KASUS (ASUHAN KEPERAWATAN)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN L DENGAN DIAGNOSE

PNEUMONIA DIRUANGAN MAHONI ISOLASI

DI RS TORABELO SIGI , KABUPATEN SIGI

Tanggal MRS :01-02-2021

Tanggal pengkajian :03-02-2021

Jam pengkajian :10.00

Jam masuk :21.20

NO RM :03.99.13

Diagnosa masuk : Pneumonia

3.1 Pengkajian

1. Identitas pasien : Tn L

2. Umur : 64 Thn

3. Jenis kelamin : laki-laki

4. Suku : kaili

5. Agama : Kristen

6. Pekerjaan : PNS

7. Alamat : Ds Salumpatu

8. Sumber biaya : BPJS

27
3.2 Identitas Penanggung Jawab

1. Nama : Ny. R.L

2. Umur : 59 Thn

3. Jenis Kelamin :Perempuan

4. Agama : Kristen

5. Pekerjaan : IRT

6. Hubungan dengan klien : Istri

3.3 Keluhan Utama

Sesak nafas

3.4 Riwayat Keluhan Utama

Klien datang ke Rumah Sakit Torabelo Sigi pada tanggal 01-02- 2021 pada jam

21.20 melalui UGD dengan keluhan sesak nafas sejak 3 hari yang lalu. Klien

mengatakan sesak semakin bertambah saat klien beraktivitas, klien mengatakan

sesak tidak berkurang walaupun sudah beristirahat, klien mengatakan batuk

berlendir sejak 1 bulan yang lalu.

3.5 Riwayat Penyakit sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 03 Februari 2021 jam 10.00 WITA,

klien mengeluh sesak nafas, Klien mengatakan merasa lemas, klien mengatakan

hanya menghabiskan 1/4 porsi makan, klien mengatakan batuk berlendir.

3.6 Riwayat Penyakit dahulu

Klien mengatakan pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya dengan ISPA,

28
Klien tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan

3.7 Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit keturunan yaitu penyakit Asma.

GENOGRAM

X X
X
X
X X X X XX
X
tX
tiuiy X
X X X X X

X X X

64 X

G1 : Kakek dan nenek klien dan kakek dan nenek istri klien meninggal tapi tidak

diketahui penyebabnya.

G2 : Ayah klien meninggal disebabkan karena penyakit asma, Ibu klien masih

hidup, dan kedua orang tua dari istri klien masih hidup

G3 : Klien anak ke 2 dari 3 bersaudara. Dimana klien tinggal serumah dengan

istrinya dan adik perempuan klien.

3.8 Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

Klien tidak mengkonsumsi alkohol, klien merokok sebanyak 1 bungkus

perhari, klien tidak menggunakan obat – obatan. Klien berhenti merokok sejak

29
1 bulan yang lalu klien berhenti merokok secara perlahan klien jarang

berolahraga tapi sering bekerja.

3.9 Observasi dan Pemeriksaan Fisik

a. Tanda – tanda vital :

TD : 130/90 mmHg

N : 120x/mnt

R : 26x/mnt

SB : 36,60C

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Umum : Lemah

b. Sistem Pernafasan

Bentuk dada simetris kiri dan kanan, pernafasan cepat takipneu 26x/mnt,

klien nampak sesak nafas, klien terpasang O 2 nasal kanula 5 liter/menit.

Klien mengatakan saat melakukan aktivitas, sesak nafas klien kambuh.

Adanya tarikan dada saat bernafas, pernafasan dangkal. Pola nafas dispnoe.

Terdengar suara nafas tambahan ronkhi. Klien mengatakan batuk berlendir,

klien tampak batuk berlendir warna sputum kuning kecoklatan dengan

konsistensi kental.

c. Sistem Kardiovaskular

Tanda – tanda vital :

TD : 130/90 mmHg

N : 120x/mnt

30
R : 26x/mnt

SB : 36,60C

Klien mengatakan tidak merasakan nyeri dada, irama jantung klien

reguler, suara jantung lup dup, pemeriksaan ictus cordis teraba di ICS IV

mid clavikula, CRT < 2 detik, konjungtiva anemis, akral teraba hangat.

d. Sistem Persyarafan

S : 36,6oC, GCS : 15, Klien tidak ada keluhan pusing, pupil isokor,

pemeriksaan syaraf cranial normal, klien istirahat/tidur selama 8 jam /hari

e. Sistem Perkemihan

Klien tidak bersedia dilakukan pemeriksaaan pada genitalia, tidak ada

keluhan pada BAK dan kemampuan berkemih spontan

f. Sistem Pencernaan

TB : 172 cm. BB : 50 kg.

Mulut nampak kotor, membran mukosa kering, tidak terdapat kesulitan

menelan, tidak terdapat pembesaran tonsil, tidak ada nyeri tekan pada

abdomen , klien BAB ± 2 x/hari dengan konsistensi feses lembek,

frekuensi makan 3x/hari.

g. Sistem Penglihatan

Konjungtiva anemis, pupil isokor, klien tidak pernah dilakukan operasi,

tidak terdapat nyeri tekan , sklera ikterik, tidak terdapat edema palpebra,

pergerakan bola mata dalam keadaan normal, mampu bergerak kesegala

arah.

31
h. Sistem pendengaran

Struktur telinga simetris kiri dan kanan , tes rinne (+), tes weber (+), klien

tidak dilakukan pemeriksaan audometri, klien belum pernah dilakukan

operasi dibagian telinga, tidak terdapat nyeri tekan , serta klien tidak

menggunakan alat bantu dengar.

i. Sistem muskuloskletal

Ekstremitas Atas: ROM, pergerakan sendi tidak terbatas, klien Nampak

lemah, klien nampak hanya duduk atau berbaring ditempat tidur kekuatan

otot untuk ekstremitas atas kanan 4, kekuatan otot untuk ekstremitas atas

kiri 4, tonus otot baik, massa otot, refleks triceps (+) biceps (+), tidak

terdapat kelainan, tidak ada fraktur, tidak menggunakan spalk/gips, tidak

ada nyeri, tidak terdapat sianosi, turgor kulit baik dan tidak ada luka

operasi. tidak terdapat kelainan, tidak ada fraktur, klien tampak beraktivitas

dengan bantuan istri.

j. Sistem Integumen

Pada penilaian resiko dekubitus : 15 (resiko rendah)

1) Persepsi sensori klien dengan kriteria penilaian 4 (tidak ada gangguan)

2) Kelembapan klien dengan kriteria penilaian 3 (kadang-kadang basah)

3) Aktivitas dengan kriteria penilaian 3 (kadang-kadang jalan)

4) Mobilisasi dengan kriteria penilaian 3 (keterbatasan ringan)

5) Nutrisi dengan kriteria penilaian 2 (kemungkinan tidak adekuat)

32
Warna kulit kuning langsat, tidak ada pitting edema, tidak ada ekskoriasis,

psoriasis, pruritis dan urtikaria, turgor kulit elastis.

k. Sistem endokrin

Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat pembesaran

kelenjar getah bening, tidak terjadinya hipoglikemia dan hiperglikemia,

tidak terdapat luka ganggren, klien tidak memiliki riwayat luka.

l. Pengkajian psikososial

Klien mengatakan penyakit yang ia alami ini adalah cobaan dari Tuhan dan

ikhlas menjalaninya . keluarga yang paling dekat dengan klien adalah

istrinya . ekspresi klien terhadap penyakitnya adalah gelisah, klien

kooperatif saat berinteraksi.

m. Personal hygiene dan kebiasaan

Klien mengatakan selama dirumah sakit klien dibersihkan oleh istri atau

anak klien, dengan menggunakan waslap atau tisu basah, saat mengganti

pakaian klien dibantu, sikat gigi tidak dibantu. Klien mengatakan aktivitas

mandi, ganti pakaian, klien di bantu oleh istri atau anak klien, klien

Nampak dibersihkan oleh istri klien menggunakan waslap

n. Pengkajian spiritual

Klien mengatakan sebelum sakit klien jarang beribadah , sholat 5 waktu,

sehari hanya 2 waktu sholat dan tidak menentu, saat sakit klien tidak

beribadah karena keterbatasan.

33
o. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan lab (tanggal 03-02-2021)

Parameter Nilai Nilai normal


Na 141,06 mmol/l 135,00 – 145,00 mmol/l

K 2,94 mmol/l 3,50 – 5,50 mmol/l

Cl 85,39 mmol/l 96,00 – 106,00 mmol/l

Foto Thorax AP :

- Konsolidasi inhomogen pada paru kanan dan parahili kiri

- Cor : Ukuran membesar. Aorta normal

- Sinus dan diafragma baik

- Tulang-tulang intak

Kesan : Pneumonia bilateral, sugestif kausa spesifik

2.10.9. Terapi

IVFD RL 20 Tpm

Injeksi ondansentron 1 amp/12 jam

Injeksi ceftriaxone 1 gr/12 jam

Ceftazidime 1 gr/vial/12 jam

02 Nasal kanula 5 Lpm

Combivent 8 jam

Oral :

Ambroxol 3x1 tab

34
ANALISA DATA

35
Data Etiologi Masalah
DS : Pola Nafas tidak

- Klien mengeluh sesak efektif

nafas sudah ±3 hari yang

lalu

- Klien mengatakan sesak

semakin bertambah saat

klien beraktivitas

- Klien mengatakan sesak

tidak berkurang walaupun

sudah beristrahat

DO :

- KU lemah

- Klien Nampak sesak

- Klien nampak gelisah

- Klien Terpasang O2 Nasal

kanula 5 LPM

- Pernafasan cepat dan

dangkal

- Adanya tarikan dada

- Pola nafas klien dispnea

36
- Terdengar suara nafas

ronkhi

- TTV :

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 120x/menit

Respirasi : 26x/menit

Suhu : 36,60C

ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah

37
DS : Virus , bakteri, jamur, Bersihan Jalan

- Klien mengatakan batuk protozoa dan mikroba. Napas Tidak

berlendir Efektif

- Klien mengatakan batuk Invasi saluran nafas

berlendir sejak 1 bulan atas

yang lalu

DO : Kuman berlebihan

- KU lemah dibronkus

- Klien tampak batuk

berlendir Akumulasi secret

- Klien Terpasang O2 Nasal dibronkus

kanula 5 LPM

- Terdengar suara nafas MK : Bersihan Jalan

napas tidak efektif


ronkhi

- Warna sputum kuning

kecoklatan dengan

konsistensi kental.

- TTV :

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 120x/menit

Respirasi : 26x/menit

38
Suhu : 36,60C

ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah


DS : Virus , bakteri, jamur, Intoleransi

39
- Klien mengatakan saat protozoa dan mikroba.

melakukan aktivitas,

sesak nafas klien kambuh. Infeksi saluran nafas

- Klien mengatakan bawah

aktivitas mandi, ganti

pakaian, klien di bantu Peradangan

oleh istri atau anak klien.

DO : Suhu tubuh

- KU lemah

- Klien Nampak lemah Hipotermi


Aktivitas
- Klien nampak hanya
Suplai 02 dalam darah
duduk atau berbaring di

tempat tidur
Hipoksia
- Klien nampak sedang di

bersihkan oleh istri klien


MK : Intoleran
menggunakan waslap
aktivitas
- TTV :

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 120x/menit

Respirasi : 26x/menit

Suhu : 36,60C

40
3.16. DIANGNOSA KEPERAWATAN

3.16.1. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

napas

DS :

41
- Klien mengeluh sesak nafas sudah ±3 hari yang lalu

- Klien mengatakan sesak semakin bertambah saat klien

beraktivitas.

- Klien mengatakan sesak tidak berkurang walaupun sudah

beristrahat

DO :

- KU lemah

- Klien Nampak sesak

- Klien nampak gelisah

- Klien Terpasang O2 nasal kanula 5 Lpm

- Pernafasan cepat dan dangkal

- Pola nafas klien dispnea

- Terdengar suara nafas ronkhi

- TTV :

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 120x/menit

Respirasi : 26x/menit

Suhu : 36,60C

3.16.2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan

hipersekresi jalan napas

DS :

42
- Klien mengatakan batuk berlendir

- Klien mengatakan batuk berlendir sejak 1 bulan yang lalu

DO :

- KU lemah

- Klien tampak batuk berlendir

- Klien Terpasang O2 nasal kanula 5 Lpm

- Terdengar suara nafas ronkhi

- Warna sputum kuning kecoklatan dengan konsistensi kental.

- TTV :

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 120x/menit

Respirasi : 26x/menit

Suhu : 36,60C

3.16.3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen.

DS :

43
- Klien mengatakan saat melakukan aktivitas, sesak nafas klien

kambuh.

- Klien mengatakan aktivitas mandi, ganti pakaian, klien di bantu

oleh istri atau anak klien.

DO :

- KU lemah

- Klien Nampak lemah

- Klien nampak hanya duduk atau berbaring di tempat tidur

- Klien nampak sedang di bersihkan oleh istri klien menggunakan

waslap

- TTV :

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 120x/menit

Respirasi : 26x/menit

44
NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN RASIONAL
TUJUAN INTERVENSI
1 Pola napas tidak efektif Setelah di lakukan tindakan 1. Monitor pola nafas (frekuensi, 1. Memonitor keadekuatan

berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam, kedalaman, usaha nafas, bunyi pernafasan

hambatan upaya napas. masalah pola napas tidak nafas)

Di tandai dengan efektif meningkat dengan 2. Posisikan semifowler atau 2. Untuk memaksimalkan

Data subjektif : kriteria hasil : fowler potensial ventilasi

- Klien mengatakan sesak - Dispnea menurun 3. Berikan oksigen jika perlu 3. Meningkatkan ventilasi dan

nafas sudah ± 3 hari yang - Penggunaan otot bantu asupan oksigen

lalu napas menurun 4. Anjurkan bernapas lambat dan 4. Untuk memaksimalkan

- Klien mengatakan sesak - Frekuensi napas membaik dalam selama penggunaan kinerja obat

semakin bertambah saat nebulizer.

klien beraktivitas. 5. Kolaborasi pemberian 5. Mukolitik untuk

- Klien mengatakan sesak bronkodilator, ekspektoran, mengeluarkan secret dan

tidak berkurang walaupun mukolitik, jika perlu bronkodilator untuk

sudah beristirahat membuka jalan nafas

45
Data objektif

- Ku : lemah

- TTV :

TD : 130/80 mmHg

N : 120 x/menit

R : 26 x/menit

S : 36,6oC

- Klien Nampak sesak

- Klien Nampak gelisah

- Klien terpasang O2 nasal

kanula 5 LPM

- Pernafasan cepat dan

- dangkal

- Pola nafas klien dispnoe

- Terdengar suara nafas

46
ronkhi.

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


2 Bersihan jalan nafas tidak Setelah di lakukan tindakan 1. Monitor pola nafas 1. Memonitor

efektif berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam, (frekuensi, kedalaman, usaha keadekuatan

penumpukan eksudat. masalah bersihan jalan nafas nafas, bunyi nafas) pernafasan

Di tandai dengan tidak efektif meningkat dengan 2. Observasi ttv 2. Untuk memonitor

Data subjektif : kriteria hasil : tanda tanda vital dan

- Klien mengatakan batuk - Batuk efektif meningkat kondisi klien.

berlendir - Produksi sputum menurun 3. Lakukan fisioterpi dada 3. Untuk meningkatkan

- Klien mengatakan batuk - Dispnea menurun efektivitas jalan nafas

berlendir sejak 1 bulan - Gelisah menurun 4. Posisikan semifowler atau 4. Untuk

yang lalu - Pola nafas membaik fowler memaksimalkan

47
DO : potensiial ventilasi

- KU lemah 5. Berikan oksigen jika perlu 5. Meningkatkan

- Klien tampak batuk ventilasi dan asupan

berlendir oksigen

- Klien Terpasang O2 Nasal

kanula 5 LPM 6. Ajarkan tehnik batuk efektif 6. Meningkatkan

- Terdengar suara nafas ventilasi maksimal

ronkhi dan oksigen

- Warna sputum kuning 7. Kolaborasi pemberian 7. Mukolitik untuk

kecoklatan dengan bronkodilator,mukolitik mengeluarkan secret

konsistensi kental. dan bronkodilator

- TTV : untuk membuka jalan

nafas.
TD : 130/80 mmHg

Nadi : 120x/menit

Respirasi : 26x/menit

48
Suhu : 36,60C

49
INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA


No INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL
3 Intoleransi Aktivitas Setelah Dilakukan tindakan 1. Identifikasi gangguan fungsi 1. Membantu menentukkan

berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 tubuh derajat kerusakan dan kesulitan

ketidakseimbangan antara jam diharapkan intoleransi 2. Observasi Ttv terhadap keadaan yang dialami

suplai dan kebutuhan aktivitas membaik dengan 3. Sediakan lingkungan yang 2. Untuk memonitor tanda tanda

oksigen. kriteria hasil:  nyaman dan rendah stimulus vital dan kondisi klien.

Di tandai dengan: 1. Frekuensi nadi menurun 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat 3. Meningkatkan kenyamanan

DS : 2. Kemudahan dalam tidur, jika tidak dapat istirahat serta dukungan

- Klien mengatakan melakukan aktivitas berpindah atau berjalan fisiologis/ psikologis

saat melakukan sehari-hari meningkat 5. Edukasi tirah baring Mengoptimalkan energy yang

aktivitas, sesak nafas 3. Keluhan lelah menurun 6. Anjurkan melakukan aktivitas belum digunakan

klien kambuh. 4. Frekuensi nafas membaik secara bertahap 4. Meningkatkan

- Klien mengatakan kenyamanan istirahat serta

50
aktivitas mandi, ganti dukungan fisologis/psikologis

pakaian, klien di 5. Meminimalkan atrofi otot

bantu oleh istri atau meningkatkan sirkulasi,

anak klien. 6. Mencegah terjadinya

DO : kontraktur.

- KU lemah

- Klien Nampak lemah

- Klien nampak hanya

duduk atau berbaring

di tempat tidur

- Klien nampak sedang

di bersihkan oleh istri

klien menggunakan

waslap

- TTV :

51
TD : 130/80 mmHg

Nadi : 120x/menit

Respirasi : 26x/menit

Suhu : 36,60C

NO HARI / DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

TANGGAL KEPERAWATAN
1 Senin,03 Pola napas tidak 09.00 1. Memonitor pola nafas Jam : 23.30

52
02-2021 efektif (frekuensi, kedalaman, usaha S :

nafas, bunyi nafas) d/h - klien mengatakan masih

R : 26x /menit, pernafasan sesak

dangkal, pernafasan cepat, O :

warna kuning konsistensi - sputum warna kuning

kental, klien terpasang O2 konsistensi kental

Nasal kanula 5 LPM - pernafasan dangkal.

09.00 2. Memposisikan semifowler - Klien terpasang O2 Nasal

atau fowler d/h klien kanula 3 LPM

diposisikan semifowler. - Nampak dalam posisi

09.10 3. Memberikan oksigen jika semifowler

perlu d/h klien diberikan O2 - Terdengar suara nafas

Nasal kanula 5 LPM ronkhi

09.20 4. Menganjurkan bernapas - TTV :

lambat dan dalam selama TD : 130/80 mmHg

53
penggunaan nebulizer d/h N : 100x/menit

klien diberikan terapi R : 24x/menit

nebulizer dan perawat S : 36,6oC

menganjurkan klien A: Masalah Keperawatan Pola

menghirup uap nebulizer napas tidak efektif Jalan

dengan bernapas lambat dan Nafas Belum Teratasi

dalam. P : Lanjutkan Intervensi

09.30 5. Mengkolaborasi pemberian 1. Monitor pola nafas

bronkodilator, ekspektoran, 2. Monitor bunyi nafas

mukolitik, jika perlu d/h 3. Observasi Ttv

klien diberikan obat 4. Lakukan fisioterapi dada

bronkodilator yaitu 5. Berikan oksigen

combivenrt / 8 jam. 6. Anjurkan batuk efektif

09.50 6. Memonitor pola nafas 7. pemberian mukolitik,

(frekuensi, kedalaman, usaha bronkodilator.

54
nafas, bunyi nafas) d/h

R : 26x /menit, pernafasan

dangkal, pernafasan cepat,

warna kuning konsistensi

kental, klien terpasang O2

Nasal kanula 5 LPM

11.30 7. Memposisikan semifowler

atau fowler d/h klien

diposisikan semifowler.

15.00 8. Memberikan oksigen jika

perlu d/h klien diberikan O2

Nasal kanula 5 LPM

15.20 9. Menganjurkan bernapas

lambat dan dalam selama

penggunaan nebulizer d/h

55
klien diberikan terapi

nebulizer dan perawat

menganjurkan klien

menghirup uap nebulizer

dengan bernapas lambat dan

dalam.

15.30 10. Mengkolaborasi pemberian

bronkodilator, ekspektoran,

mukolitik, jika perlu d/h

klien diberikan obat

bronkodilator yaitu

combivenrt / 8 jam.

18.00 11. Memonitor pola nafas

(frekuensi, kedalaman, usaha

nafas, bunyi nafas) d/h

56
R : 24x /menit, pernafasan

dangkal, pernafasan cepat,

warna kuning konsistensi

kental, klien terpasang O2

Nasal kanula 3 LPM

22.00 12. Memposisikan semifowler

atau fowler d/h klien

diposisikan semifowler.

23.00 13. Mengkolaborasi pemberian

bronkodilator, ekspektoran,

mukolitik, jika perlu d/h

klien diberikan obat

bronkodilator yaitu

combivenrt / 8 jam.

57
No Hari / Tgl Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf

Keperawatan

2. Selasa, 04- Pola napas tidak 09.00 1. Memonitor pola nafas Jam : 23.30

02-2021 efektif (frekuensi, kedalaman, S :

usaha nafas, bunyi nafas) - klien mengatakan sesak

dengan hasil : berkurang

R : 24x /menit, pernafasan O :

dangkal, pernafasan cepat, - sputum warna kuning

warna kuning konsistensi konsistensi kental

kental, klien terpasang O2 - pernafasan dangkal.

Nasal kanula 3 LPM - Klien terpasang O2 Nasal

09.30 2. Memposisikan semifowler kanula 3 LPM

atau fowler d/h klien - Nampak dalam posisi

diposisikan semifowler. semifowler

3. Menganjurkan bernapas - Terdengar suara nafas

58
11.30 lambat dan dalam selama ronkhi

penggunaan nebulizer d/h

klien diberikan terapi

nebulizer dan perawat

menganjurkan klien

menghirup uap nebulizer

dengan bernapas lambat dan

dalam.

4. Mengkolaborasi pemberian

bronkodilator, ekspektoran,

15.30 mukolitik, jika perlu d/h

klien diberikan obat

bronkodilator yaitu

combivenrt / 8 jam.

No Hari/Tgl Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf

59
Keperawatan

3 Rabu, 05- Pola napas tidak 09.20 1. Memonitor pola nafas Jam : 23.30

02-2021 efektif (frekuensi, kedalaman, S :

usaha nafas, bunyi nafas) - klien mengatakan sesak

dengan hasil : napas berkurang

R : 23x /menit, pernafasan O :

teratur, warna putih - sputum warna putih

konsistensi encer, klien konsistensi encer

terpasang O2 Nasal kanula 3 - pernafasan teratur

09.25 LPM - Klien terpasang O2 Nasal

2. Memposisikan semifowler kanula 3 LPM

atau fowler d/h klien - Nampak dalam posisi

10.00 diposisikan semifowler. semifowler

3. Menganjurkan bernapas - Terdengar suara nafas

lambat dan dalam selama ronkhi

60
penggunaan nebulizer d/h

klien diberikan terapi

nebulizer dan perawat

10.30 menganjurkan klien

menghirup uap nebulizer

dengan bernapas lambat dan

dalam.

4. Mengkolaborasi pemberian

bronkodilator, ekspektoran,

mukolitik, jika perlu d/h

klien diberikan obat

bronkodilator yaitu

combivenrt / 8 jam.

61
No Hari / Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf

Tanggal Keperawatan
1 Senin,03- bersihan jalan nafas 09.00 1. Memonitor pola nafas dengan Jam : 23.30

02-2021 tidak efektif hasil : S:

R : 26x /menit, pernafasan - klien mengatakan masih

dangkal, pernafasan cepat, warna batuk berlendir.

kuning konsistensi kental, klien O:

09.00 terpasang O2 Nasal kanula 5 LPM - sputum warna kuning

2. Memonitor bunyi nafas dengan konsistensi kental

hasil terdapat suara nafas - pernafasan dangkal.

09.10 tambahan ronkhi - Klien terpasang O2 Nasal

3. Mengobservasi TTV dengan hasil kanula 3 LPM

TTV : - Nampak dalam posisi

TD : 130/80 mmHg semifowler

N : 120x/menit - Terdengar suara nafas

62
R : 26x/menit ronkhi

09.20 S : 36,6oC - TTV :

4. Melakukan fisioterapi dada TD : 130/80 mmHg

dengan hasil : N : 100x/menit

09.30 Klien di lakukan fisioterapi dada R : 24x/menit

postural drainage S : 36,6oC

5. Memposisiskan semi fowler A: Masalah Keperawatan

09.50 dengan hasil : Ketidakefektifan Bersihan

Klien dalam posisi semifowler Jalan Nafas Belum Teratasi

6. Mengajarkan batuk efektif dengan P : Lanjutkan Intervensi

11.30 hasil : 1. Monitor pola nafas

Klien mengerti dan mau 2. Monitor bunyi nafas

melakukannya 3. Observasi Ttv

15.00 7. Pemberian bronkodilator, 4. Lakukan fisioterapi dada

mukoltik klien tidak di berikan 5. Berikan oksigen

63
terapi ambroxol 3x1 tab 6. Anjurkan batuk efektif

Ceftazidime 1 gr/vial/12 jam 7. pemberian mukolitik,

8. Memonitor pola nafas dengan bronkodilator.

15.20 hasil :

R : 26x /menit, pernafasan

dangkal, pernafasan cepat, warna

kuning konsistensi kental, klien

15.30 terpasang O2 Nasal kanula 5 LPM

9. Memonitor bunyi nafas dengan

hasil terdapat suara nafas

tambahan ronkhi

10. Mengobservasi TTV dengan

18.00 hasil

TTV :

TD : 130/80 mmHg

64
21.30 N : 120x/menit

R : 24x/menit

S : 36,6oC

11. Pemberian bronkodilator,

mukoltik klien tidak di berikan

22.00 terapi ambroxol 3x1 tab

12. Memonitor pola nafas dengan

22.30 hasil :

Klien mengatakan masih batuk

berlendir, R : 24x /menit,

pernafasan dangkal, sputum

warna kuning konsistensi kental,

klien terpasang O2 Nasal kanula 3

23.00 LPM

13. Memonitor bunyi nafas dengan

65
hasil terdapat suara nafas

tambahan ronkhi

14. Mengobservasi TTV dengan

hasil

TTV :

TD : 130/80 mmHg

N : 100x/menit

R : 24x/menit

S : 36,6oC

15. Pemberian bronkodilator,

mukoltik dengan hasil klien di

berikan terapi

Ambroxol 3x1 tab

Ceftazidime 1 gr/vial/12 jam

66
No Hari / Tgl Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf

Keperawatan

2. Selasa, 04- Bersihan jalan nafas 09.00 1. Memonitor pola nafas dengan Jam : 23.30

02-2021 tidak efektif hasil : S :.

R : 26x /menit, pernafasan cepat - Klien mengatakan batuk

09.10 tapi teratur, klien terpasang O2 berkurang dan masih

nasal kasul 5 liter/menit. berlendir.

67
09,20 2. Memonitor bunyi nafas dengan O :

hasil terdapat bunyi ronkhi saat - Sputum warna kuning

di auskultasi kecoklatan, konsistensi

3. Mengobservasi TTV dengan kental

hasil - TTV :

09.30 TTV : TD : 120/80 mmHg

TD : 130/80 mmHg N : 90x/menit

10.00 N : 100x/menit R : 22x/menit

R : 26x/menit S : 36,7oC

S : 36,6oC - terdapat suara nafas

10.30 4. Melakukan fisioterapi dada tambahan ronkhi saat di

dengan hasil : auskultasi.

Klien di lakukan fisioterapi dada - Klien terpasang O2 nasal

11.30 postural drainage kanul 3 liter/menit

5. Memberikan oksigen dengan A: Masalah keperawatan bersihan

68
hasil : jalan nafas tidak efektif belum

Klien terpasang O2 nasal kanul 5 teratasi

liter/menit P : Lanjutkan Intervensi


15.00
6. Menganjurkan batuk efektif 1. Monitor pola nafas

dengan hasil : 2. Lakukan fisioterapi dada

Klien mengerti dan 3. Berikan oksigen

melakukannya 4.pemberian mukolitik,

7. pemberian bronkodilator, bronkodilator

mukoltik dengan hasil :

Ambroxol 3x1 tab


15.30
Ceftazidime 1 gr/vial/12 jam

15.40
8. Memonitor pola nafas dengan

hasil :

Klien mengatakan batuk

69
berkurang dan masih berlendir

R : 26x /menit, pernafasan

dangkal, pernafasan cepat, warna

18.00 kuning konsistensi kental, klien

terpasang O2 Nasal kanula 5

LPM

21.30 9. Memonitor bunyi nafas dengan

hasil terdapat bunyi ronkhi saat

di auskultasi

10. Mengobservasi TTV dengan

hasil

TTV :

21.40 TD : 130/80 mmHg

N : 100x/menit

22.00 R : 26x/menit

70
S : 36,6oC

11. Pemberian bronkodilator,

23.00 mukoltik dengan klien di

berikan terapi ambroxol 3x1 tab

12. Memonitor pola nafas dengan

hasil :

Klien mengatakan batuk

berkurang dan masih berlendir

R : 22x /menit, pernafasan

dangkal, sputum warna kuning

konsistensi kental, klien

terpasang O2 Nasal kanula 3 LPM

13. Memonitor bunyi nafas dengan

hasil terdapat bunyi ronkhi saat

71
di auskultasi

14. Mengobservasi TTV dengan

hasil

TTV :

TD : 120/80 mmHg

N : 90x/menit

R : 22x/menit

S : 36,7oC

15. Pemberian bronkodilator,

mukoltik dengan hasil klien di

berikan terapi

Ambroxol 3x1 tab

Ceftazidime 1 gr/vial/12 jam

No Hari/Tgl Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf

72
Keperawatan

3 Rabu, 05- Bersihan jalan nafas 09.20 1. Memonitor pola nafas dengan Jam : 15.00

02-2021 tidak efektif hasil : S:

R : 22x /menit, pernafasan - Klien mengatakan sudah

dangkal, klien terpasang O2 tidak merasa sesak

nasal kanul 3 liter/menit, Klien - Klien mengatakan sudah

mengatakan sudah tidak merasa tidak batuk berlendir

sesak, Klien mengatakan sudah O :

tidak batuk berlendir - TTV :

2. Memonitor bunyi nafas dengan TD : 120/80 mmHg

09.25 hasil terdapat bunyi ronkhi saat N : 90x/menit

di auskultasi R : 22x/menit

3. Mengobservasi TTV dengan S : 36,6oC

10.00 hasil - Klien Nampak melakukan


TTV : aktivitas tanpa ada

73
TD : 120/80 mmHg hambatan

N : 90x/menit - Klien terpasang O2 nasal

R : 22x/menit kanula 3 LPM

S : 36,6oC A: masalah keperawatan

10.30 4. Melakukan fisioterapi dada jika bersihan jalan nafas tidak

perlu dengan hasil : efektif teratasi

Klien di lakukan fisioterapi dada P : intervensi di hentikan klien di

postural drainage Memberikan izinkan rawat jalan.

oksigen dengan hasil :

Klien terpasang O2 nasal kanul 3

liter/menit

5. Pemberian bronkodilator,

11.40 mukoltik

dengan hasil :

ambroxol 3x1 tab

74
Hari/ Diagnosa Paraf
No. Jam Implementasi Evaluasi
tanggal keperawatan
1 Senin, Intoleransi aktivitas 09.05 1. Mengidentifikasi gangguan Pukul 14.00

03-02-2021 fungsi tubuh dengan hasil klien S :

Nampak sesak saat - Klien mengatakan saat

beraktivitas. melakukan aktivitas, sesak

09.20 2. Mengobservasi Ttv Dengan nafas klien kambuh.

Hasil - Klien mengatakan aktivitas

TTV : mandi, ganti pakaian, klien

TD : 130/80 mmHg di bantu oleh istri atau anak

N : 120x/menit klien.

R : 26x/menit O:

S : 36,6oC - Klien Nampak lemah

10.00 3. Menyediakan lingkungan yang - Klien berada di lingkungan

75
10.30 nyaman dan rendah stimulus yang nyaman dengan

dengan hasil klien didalam kapasitas pengunjung

lingkungan yang nyaman dibatasi, dan jauh dari suara

dengan kapasitas pengunjung bising

11. 50 dibatasi, dan jauh dari suara - Klien nampak hanya duduk

bising. atau berbaring di tempat

4. Memfasilitasi duduk di sisi tidur

tempat tidur, jika tidak dapat - Aktivitas klien Nampak di

berpindah atau berjalan dengan bantu oleh keluarga

hasil klien mampu mengubah

posisi dengan posisi duduk. A : Intoleransi aktivitas belum

5. Menganjurkan tirah baring teratasi


12.00
dengan hasil klien mengerti

dan Nampak berbaring. P : Lanjutkan Intervensi

1. Identifikasi gangguan

76
15.30 6. Menganjurkan melakukan fungsi tubuh

aktivitas secara bertahap 2. Observasi ttv

dengan hasil aktivitas klien 3. Sediakan lingkungan yang

Nampak di bantu oleh keluarga nyaman dan rendah

18.00 7. Mengobservasi Ttv Dengan stimulus

Hasil 4. Fasilitasi duduk di sisi

TTV : tempat tidur, jika tidak

TD : 130/80 mmHg dapat berpindah atau

N : 120x/menit berjalan

R : 24x/menit 5. Anjurkan tirah baring

S : 36,6oC 6. Anjurkan melakukan

22.00 8. Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

aktivitas secara bertahap

dengan hasil aktivitas klien

Nampak di bantu oleh keluarga

77
9. Mengobservasi Ttv Dengan

Hasil

22.40 TTV :

TD : 120/80 mmHg

N : 120x/menit

R : 24x/menit

S : 36,6oC

10. Menganjurkan melakukan

aktivitas secara bertahap

dengan hasil aktivitas klien

Nampak di bantu oleh keluarga

Diagnosa Paraf
Hari/
No keperawatan Jam Implementasi Evaluasi
tanggal
.
2 Selasa, 04- Intoleransi aktivitas 09.00 1. Mengidentifikasi gangguan Pukul 13.40

78
02-2021 fungsi tubuh dengan hasil klien S :

masih nampak sesak saat - Klien mengatakan aktivitas

beraktivitas, klien Nampak sedikit sedikit bisa

lemah dilakukan sendiri

09.20 2. Mengobservasi TTV dengan O :

hasil - TTV

TTV : TD : 120/80 mmHg

TD : 130/80 mmHg N : 90x/menit

09.40 N : 100x/menit R : 22x/menit

R : 26x/menit S : 36,7oC

S : 36,6oC - Klien berada di lingkungan

3. Menyediakan lingkungan yang yang nyaman dengan

nyaman dan rendah stimulus kapasitas pengunjung

10. 50 dengan hasil klien didalam dibatasi, dan jauh dari suara

lingkungan yang nyaman bising

79
dengan kapasitas pengunjung - klien nampak beraktivitas

dibatasi, dan jauh dari suara secara bertahap dari

bising. berjalan dan kadang kadang

11.00 4. Memfasilitasi duduk di sisi Aktivitas klien di bantu

tempat tidur, jika tidak dapat oleh keluarga

berpindah atau berjalan dengan A : Intoleransi aktivitas teratasi

13.00 hasil klien mampu mengubah P : intervensi di hentikan

posisi dengan posisi duduk.

15.40 5. Menganjurkan tirah baring

dengan hasil klien Nampak

berbaring.

6. Anjurkan melakukan aktivitas

secara bertahap dengan hasil

16.30 aktivitas klien Nampak di bantu

oleh keluarga

80
7. Mengobserva

si Ttv Dengan Hasil

TTV :

TD : 130/80 mmHg

N : 100x/menit

22.00 R : 26x/menit

S : 36,6oC

8. Menganjurkan melakukan

22.20 aktivitas secara bertahap dengan

hasil aktivitas klien Nampak di

bantu oleh keluarga

9. Mengobservasi Ttv Dengan

Hasil

TTV

TD : 120/80 mmHg

81
N : 90x/menit

R : 22x/menit

S : 36,7oC

10. Menganjurkan melakukan

aktivitas secara bertahap dengan

hasil klien nampak beraktivitas

secara bertahap dari berjalan

dan kadang aktivitas klien di

bantu oleh keluarga

82
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut

(ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan agens infeksius

seperti : virus bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang

paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi. (Nurarif & Kusuma, 2015 ).

Berdasarkan kasus yang ditemukan dilapangan, Klien masuk RSUD Torabelo

Sigi pada Sabtu tanggal 02 Februari 2021, pukul 21.20 dengan keluhan sesak nafas,

batuk berlendir, Hal ini sesuai dengan teori bahwa Salah satu manifestasi klinis

pneumonia yang sering terjadi yaitu pasien akan merasa nyeri dada seperti ditusuk pisau

atau sesak, sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang (Rikesdas, 2013). Hal ini

mungkin dikarenakan pada penderita pneumonia terjadi peradangan dan terisi cairan

sehingga mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, bila carian banyak, penderita

akan sesak nafas dan terjadi batuk. (Shaleh. 2013)

Berdasarkan teori manifestasi klinik dari Pneumonia adalah demam atau panas

tinggi disertai batuk berdahak yang produktif, napas cepat (frekuensi nafas >50

kali/menit), selain itu pasien akan merasa nyeri dada seperti ditusuk pisau atau sesak,

83
sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang. Berdasarkan yang ditemukan di kasus

yaitu Batuk Berdahak yang produktif, Nafas Cepat 26 x/menit, Sesak, Nafsu Makan

Berkurang.

Berdasarkan teori diagnose yang sering ditemukan pada penyakit pneumonia

adalah Bersihan jalan nafas berhubungan dengan hipersekresi jalan napas, Pola Nafas

tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas, nyeri berhubungan dengan

pencedera fisiologis, Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen, Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit,

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya

asupan makanan, Gangguan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan agen

pencedera fisik, Resiko infeksi bernhubungan dengan efek prosedur invasive.

Sedangkan diagnose yang ditemukan pada kasus adalah Pola napas tidak efektif

berhubungan dengan hambatan upaya napas, bersihan jalan nafas berhubungan dengan

hipersekresi jalan napas , dan Intoleransi aktifitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, Selanjutnya diagnosa

hipertermia berhubungan dengan proses penyakit, Ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan, Gangguan

integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan agen pencedera fisik tidak diangkat

84
karena berdasarkan pengkajian klien tidak demam S = 36,60C, Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak diangkat karena nafsu makan klien adekuat

porsi makan klien baik yakni 3x sehari, sedangkan pada integritas kulit tidak diangkat

karena turgor kulit klien cepat kembali < 3 detik dan kelembapan kulit elastis, dan

Resiko infeksi tidak diangkat karena ditemukan tanda-tanda infeksi.

Pada diagnose bersihan jalan nafas tindakan mandiri yang dilakukan adalah

mengajarkan batuk efektif untuk memungkinkan pasien batuk dengan menggunkan

sedikit tenaga untuk mengeluarkan secret.

Tindakan ini sejalan dengan teori yang mengatakan penanganan bersihan jalan

nafas dengan melakukan batuk efektif merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan

untuk mengeluarkan secret.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Endah Dwi Lestari,

Annisaa F. Umara, Siti Asriah Immawati yang berjudul Pengaruh Batuk Efektif

Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Pasien Tuberkulosis Paru. Analisa data dengan uji

Wilcoxon Match Pair Test dengan tingkat signifikan a≤ 0,05.Hasil Penelitian:Hasil

penelitian didapatkan sebagian besar responden tidak dapat mengeluarkan sputum

sebelum dilatih batuk efektif sebesar 4 responden (40,0%), responden yang pengeluaran

sputum sedang sebanyak 6 responden dan responden dapat mengeluarkan sputum

85
banyak sesudah dilatih batuk efektif sebesar 6 responden(60,0%), responden yang

mengeluarkan sputum banyak sedang sebanyak 4 responden(40,0%) dan hasil Wilcoxon

Match Pair Test 0,04 berarti < 0,05 maka Ha diterima. Kesimpulan:Ada pengaruh batuk

efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien Tuberkulosis di RSUD Balarja. Pasien

Tuberkulosis Paru yangmelakukan batuk denganbenar yaitu batuk efektif dapat

menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara

maksimal dan dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan

minum air hangat untuk mempermudah pengeluaran sputum.

86
BAB V

PENUTUP

1.1. Kesimpulan

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut

(ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan agens infeksius

seperti : virus bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa

radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi. (Nurarif & Kusuma,

2015).

Pada kasus ditemukan diagnose keperawatan yaitu bersihan jalan nafas tidak

efektif, defisit nutrisi, intoleransi aktivitas. Setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 3x24 jam hasilnya bersihan jalan nafas tidak efektif, defisit

nutrisi, intoleransi aktivitas belum teratasi. Intervensi dilanjutkan.

1.2. Saran

Diharapkan kepada pembaca terutama pada petugas kesehatan dapat lebih

meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dengan kasus pneumonia.

87
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). NANDA NIC-NOC edisi refisi jilid 1 2015.

Jakarta: Media Action Publishing.

World Health Organization, 2014, Pneumonia, Geneva, World Health Organization

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar

Indonesia (Riskesdas). 2013.

Brunner dan Suddarth. (2011). Keperawatan Medikal Bedah Edisi8 Volume4.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Zul, Dahlan. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Ed ke-VI. Jakarta: EGC

Robinson Dan Saputra 2014. Buku Ajar Visual Nursing Medikal.

Shaleh, A. 2013. Jadi Dokter Untuk Anak Sendiri. Yogyakarta: Katahati

88
LeMone, Priscilla., Burke, Karen. M., & Bauldoff, Gerene.(2016). Buku Ajar

Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Endah Dwi Lestari, Annisaa F Umara , Siti Asriah Immawati (2020). Pengaruh Batuk

Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Pasien Tuberkulosis Paru. Jurnal

Ilmiah Keperawatan Indonesia

89

Anda mungkin juga menyukai