Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

DISUSUN OLEH:
DIANA NUR HIDAYATI
P2722 0019 198

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA

A. Konsep Teori Pneumonia


1. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang terdapat
konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Mutaqqin, 2014).
Pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan yang sering
menyebabkan gagal napas pada pasien kritis (Bruns, 2014). Pneumonia
adalah suatu proses peradangan paru diamana terdapat konsolidasi yang
menyebabkan rongga alveoli terisi eksudat, eksudat tersebut mengganggu
proses pertukaran gas dalam paru-paru sehingga aliran darah pada alveoli
juga terganggu dan menyebabkan hipoksemia (Soemantri, 2009).
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma
paru yang terjadi pada anak” (Suriadi & Yuliani, 2010). Sedangkan
menurut Anwar dan Dharmayanti (2014) pneumonia adalah infeksi pada
paru-paru (alveoli) yang bersifat akut dan penyebabnya dapat bakteri,
virus, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru,
maupun pengaruh tidak langsung dari penyakit lain. Bakteri yang biasa
menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus dan Mycoplasma
pneumonia, sedangkan virus yang menyebabkan pneumonia adalah
Adenoviruses, Rhinovirus, Iinfluenza virus, Respiratory Synciial Virus
(RSV), dan Para Influenza Virus. Menurut American Thoracic Sociey
(2016) pneumonia merupakan peradangan pada kantung udara (alveoli) di
dalam paru-paru sebagai respon dari infeksi.
Pneuomonia dapat terjadi di salah satu area paru-paru atau juga
bisa di beberapa area paru-paru (double atau multilobar pneumonia).
Menurut Blyth et al (2017) pneumonia tidak hanya menyerang paru-paru,
pada anak pneumonia dapat disertai penyakit lain seperti meningitis dan
ensefalitis. Sebagian besar meningitis dan ensefalitis disebabkan oleh
bakteri Streptococcus pneumonia dan Haemophillus influenza. Ensefalitis
menurut Nurarif dan Kusuma (2015) adalah infeksi jaringan otak yang
mengenai Central Nervous System (CNS) yang disebabkan oleh virus atau
mikroorganisme lain yang non purulen.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pneumonia merupakan
proses peradangan jaringan parenkim paru-paru yang disebabkan oleh
virus, bakteri, mikroorganisme lain, aspirasi, radiasi, maupun faktor lain
dan pada anak-anak dapat mengakibatkan beberapa penyakit lain seperti
ensefalitis.

2. Etiologi Pneumonia
Jenis-jenis Pneumonia berdasarkan faktor penyebab yaitu (Brunner dan
Studarth, 2013) :
a) Pneumonia Bakterialis
1) Streptococcus Pneumoniae
2) Staphylococcus aureus
3) Klebsiella Pneumoniae
4) Pseudomonas aeruginosa
5) Haemophillus influenzae
b) Pneumonia Atipikal
1) Legionella penumophilla
2) Mycoplasma Pneumoniae
3) Pneumocytis carinii
4) Aspergillus fumigatus
5) Virus influenza tipe A,B,C
Selain faktor virus, bakteri maupun jamur, juga terdapat faktor risiko
yang dapat memicu pneumonia yaitu merokok, polusi udara, infeksi saluran
pernafasan atas, gangguan kesadaran (pengaruh alkohol, overdosis obat,
anestesi umum), intubasi trakea, imobilisasi lama, terapi imunosupresif
(kortikosteroid, kemoterapi) dan tidak berfungsinya sistem imun.
3. Patofisiologi dan Pathway
Pneumonia dapat timbul melalui aspirasi kuman atau penyebaran
langsung kuman dari saluran respiratorik atas. repiratorik bawah mulai dari
sublaring hingga unit alveoli adalah steril dan terlindungi oleh infeksi melalui
beberapa barier anatomi dan barier mekanik. Dan juga sistem pertahanan
tubuh lokal maupun sistemik. Pneumonia terjadi bila satu atau lebih
mekanisme di atas mengalami gangguan sehingga kuman patogen dapat
mencapai saluran napas bagian bawah. Inokulasi patogen penyebab pada
saluran napas menimbulkan respon inflamasi akut yang berbeda sesuai
dengan patogen penyebabnya.
Patogen akan menginfasi saluran napas kecil dan alveoli, umumnya
mengenai banyak lobus ditandai lesi awal berupa kerusakan silia epitel
dengan akumulasi debris ke dalam lumen. Jika inflamasi meluas maka sel
debris, mukus serta sel-sel inflamasi yang meningkat dalam saluran napas
kecil menyebabkan obstruksi. Inflamasi yang terjadi menyebabkan kuman
dilapisi oleh cairan edema akibat dari respon inflamasi. Proses infeksi yang
berat akan menyebabkan terjadinya pengelupasan epitel dan akan terbentuk
eksudat hemoragik. Hal ini berpengaruh terhadap proses difusi pertukaran gas
dan ventilasi paru yang dapat menyebabkan hipoksia atau hipoksemia
(Yasmara, 2016).
Sedangkan menurut Sudoyo et al (2009) pneumonia dapat disebabkan
oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia yang bisa diakibatkan oleh aspirasi
bahan toksik, akibat cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung,
edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat. Faktor
predisposisi terjadinya aspirasi berulangkali adalah penurunan kesadaran yang
mengganggu penutupan glottis, reflex batuk (kejang, stroke, pembiusan,
cedera kepala, tumor otak), disfagia sekunder akibat penyakit esophagus atau
saraf (kanker nasofaring, scleroderma), kerusakan sfingter esophagus oleh
selang nasogastrik. Juga berperan jumlah bahan aspirasi, hygiene gigi yang
tidak baik, dan gangguan mekanisme klirens saluran napas. Luas dan beratnya
kondisi pasien sering tergantung pada volume dan keasaman cairan lambung.
Jumlah asam lambung yang banyak dapat menimbulkan gangguan pernafasan
akut dalam waktu 1 jam setelah obstruksi sebagai akibat dari aspirat atau
cairan yang masuk ke saluran nafas. Namun, biasanya aspirasi sedikit hingga
hanya menimbulkan sakit ringan. Pneumonia aspirasi (PA) sering dijumpai
pada keadaan emergency yaitu pada pasien yang gangguan kesadaran dengan
atau tanpa gangguan menelan. Karena itu perlu diwaspadai risiko terjadinya
PA pada pasien dengan infeksi, intoksikasi obat, gangguan metabolisme,
stroke akut dengan atau tanpa massa di otak atau cedera kepala. Aspirasi
cairan lambung dapat menimbulkan pneumonitis kimia (Sindrom Mendelson)
dan pneumonitis bakterial sering terjadi akibat flora orofaring.
Pathway Pneumonia

Sumber: (Nanda Nic Noc, 2015)


4. Manifestasi klinik Pneumonia
Gambaran klinis dari Pneumonia sangat beragam, tergantung pada
organisme penyebab dan penyakit pasien (Brunner dan Studarth, 2013):
a) Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam
(38,5ºC sampai 40,5ºC)
b) Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernapas dan batuk.
c) Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat 25 sampai 45 kali
pernapasan/menit) dan dispnea, dan orthopnea ketika tidak disangga.
d) Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu
derajat peningkatan suhu tubuh (Celcius).
e) Bradikardi relatif untuk tingginya demam menunjukan adanya infeksi
virus, infeksi mikroplasma, atau infeksi legionella.
f) Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat
rendah, nyeri pleuritik, mialgia, ruam, dan faringitis, setelah beberapa
hari sputum mukoid atau mukopurulen dikeluarkan.
g) Pneumonia berat : pipi merah, bibir dan bantalan kuku menujukan
sianosis sentral.
h) Sputum purulen, berwarna seperti karat, bercampur darah, kental atau
hijau, bergantung terhadap agen penyebab.
i) Nafsu makan buruk, pasien mengalami diaforesis dan mudah lelah.
j) Tanda dan gejala Pneumonia juga dapat bergantung pada kondisi
utama pasien (tanda berbeda dijumpai pada pasien kanker, dan mereka
yang menjalani terapi imunosupresan) yang menurunkan resistensi
terhadap infeksi.
5. Penatalaksanaan (medis dan keperawatan)
Pada dasarnya perawatan Pneumonia tergantung berat-ringannya
penyakit. Dasar tata laksana perawatan Pneumonia rawat inap adalah
mengguakan antibiotik yang sesuai dan tindakan suportif, tindakan
suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi
terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, elektrolit dan gula darah.
Berikut penggunaan antibiotik yang digunakan pada pasien Pneumonia
rawat jalan dan Pneumonia rawat inap (Nastiti dan Rahajoe, 2008) :
a) Pneumonia rawat jalan
Pada Pneumonia ringan umumnya diberikan antibiotik secara oral
seperti amoksilin dan kortimokazol. Untuk pneumonia sedang
diberikan antibiotik tunggal oral efektifitas yang mencapai 90%.
b) Pneumonia rawat inap
Pada umumnya Pneumonia rawat inap memberikan antibiotik beta-
laktan, ampisilin, atau amoksilin, dikombinasikan dengan
kloramfenikol dan fezullah. Menurut Pingkan C. Kaparang dalam
Jurnal Ilmiah Farmasi UNSART tahun 2013 mengatakan bahwa
penggunaan antibiotika harus digunakan secara tepat, jika penggunaan
antibiotika tidak tepat akan menimbulkan toksisitas antibiotika,
pemborosan biaya dan tidak tercapainya manfaat klinik yang optimal.
6. Pemeriksaan Penunjang
Berikut pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien
Pneumonia (Soemantri, 2009):
a) Foto rontgen dada (chest x-ray) teridentifikasi penyebaran, misalnya
lobus bronkial menunjukan multiple abses, infiltrat, empiema.
b) ABGs/ Pulse Oksimetri : abnormalitas mungkin tergantung pada
luasnya kerusakan pada paru
c) Kultur sputum pada paru-paru bawah menggunakan biopsy, aspirasi
transtrachea, bronchoscopy, atau biopsi paru terbuka.
d) Hitung darah lengkap : baiasnya terjadi peningakatan angka leukosit
e) Tes serologi : membantu membedakan diagnosa pada organisme
secara spesifik
f) Laju endap darah (LED) : meningkat
g) Pemeriksaan fungsi paru : volume paru mungkin menurun karena
terjadi kongesti dan kolaps alveolar, tekanan udara meningkat,
compliece menurun, dan mungkin terjadi hipoksia.
7. Komplikasi
Menurut Rahajoe, Supriyanto, & Budi (2008), komplikasi pada anak
meliputi :
a) Empiema torasis : keadaan terkumpulnya nanah (pus) dalam rongga
pleura, yang dapat mengisi seluruh rongga pleura.
b) Perikarditis purulenta : peradangan pericardium viseralis dan parietalis
yang disertai timbulnya cairan yang bersifat eksudat.
c) Pneumotoraks : pengumpulan udara atau gas dalam rongga pleura,
yang berada antara paru-paru dan toraks.
d) Infeksi ekstrapulmoner:
1) Meningitis purulen : suatu infeksi purulen lapisan otak khususnya
di ruang subaraknoid, bahkan sampai ke rongga subdural sebagai
suatu efusi atau empiema subdural.
2) Ensefalitis purulen : suatu infeksi purulen pada jaringan otak yang
disebabkan virus atau mikroorganisme lain.
Keduanya dapat terjadi secara bersamaan yang disebut
meningoensefalitis.
B. Asuhan Keperawatan dengan Pneumonia
a. Pengkajian
1. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan
Pneumonia untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sesak
napas, batuk, dan peningkatan suhu tubuh/ demam.
a) Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama
pasien. Apabila keluhan utama dapat dilihat secara objektif,
maka perawat dapat menanyakan onset dari keluhan yang
dialami oleh pasien. Pada klien dengan Pneumonia, keluhan
uatamanya adalah batuk, batuk timbul mendadak dan tidak
berkurang.
Pada awalnya keluhan batuk tidak produktif , tapi selanjutnya
akan menjadi batuk produktif dengan mukus purulen
kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, kecokelat-cokelatan atau
kemerahan. Sering kali berbau busuk, klien biasanya mengeluh
mengalami demam tinggi dan menggigil, terasa nyeri pada
pleuritis, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan,
lemas, dan nyeri kepala.
b) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah klien
pernah mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
dengan gejala seperti luka tenggorok, kongesti bersin, dan
demam ringan.
c) Riwayat Imunisasi
Status imunisasi (umur saat diberikan imunisasi dasar dan
ulangan), Khususnya BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis
B. Imunisasi lainya seperti tifus, MMR, Hepatitis A, cacar air,
Hib, invasive pneumococcal disease (IPD) dan rota virus. Data
imunisasi sebaiknya dilihat pada kartu menuju sehat (KMS).
Informasi imunisasi dapat digunakan untuk perlindungan
pediatrik yang diberikan misalnya terdapat kasus difteria atau
tuberkulosa.
d) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pantau kesadaran (composmentis, apatis, somnolen, sopor,
soporkoma, koma), tingkat kesadaran mengunakan
galsgow coma scale (GCS) bila kesdaran menurun.
Pemantauan Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
pernapasan).
2) B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan Pneumonia
merupakan pemeriksaan fokus, pemeriksaan ini sendiri
terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
(a) Inspeksi
Amati bentuk dada, gerakan pernapasan, pada pasien
dengan Pneumonia sering ditemukan peningkatan
frekuensi napas cepat dan dangkal, serta adanya
retraksi sternum dan intercosta spaces (ICS), napas
cuping hidung pada sesak berat dialami terutama pada
anak-anak.
(b) Palpasi
Gerakan dinding thorax anterior/ekskursil pernapasan.
Pada palpasi klien dengan Pneumonia ditemukan
gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan
seimbang antara bagaian kanan dan kri. Getaran suara
(vremitus vokal), taktil fremitus pada klien dengan
pneumonia biasanya normal.
(c) Perkusi
Klien dengan Pneumonia disertai komplikasi,
biasanya didapatkan bunyi resonan atau sonor pada
seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi pada klien
dengan Pneumonia.
(d) Auskultasi
Pada klien dengan Pneumonia, didapatkan bunyi
napas melemah dan bunyi napas tambahan ronkhi
basah pada sisi yang sakit.
3) B2 (blood)
Pada klien dengan Pneumonia pengkajian yang dapat
dipelajari meliputi:
(a) Inspeksi : didapatkan adanya kelemahan fisik secara
umum
(b) Palapsi : denyut nadi perifer melemah
(c) Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran.
(d) Auskultasi : tekanan darah biasanya normal, bunyi
jantung tambahan biasanya tidak didapatkan.
4) B3 (Brain)
Klien dengan Pneumonia yang berat sering terjadi
penurunan kesadaran , didapatkan sianosis perifer apabila
gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif,
wajah klien tambak meringis, menangis, merintih,
meregang, dan menggeliat
5) B4 (bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan
intake cairan dan outake cairan.
6) B5 (bowel)
Klien biasanya mengalami mual muntah, penurunan nafsu
makan, dan penurunan berat badan
7) B6 (bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan Nanda NIC-NOC (2015)
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
yang tertahan
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolus-kapiler
3) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas
4) Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

c. Intervensi keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil menggunakan pendekatan NOC. Sedangkan
intervensi menggunakan pendekatan NIC berdasarkan Nanda NIC-
NOC (2015).

RENCANA KEPERAWATAN

DIANGOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN

1. Bersihan Jalan Nafas NOC:


tidak efektif  Respiratory status :  Pastikan kebutuhan oral
berhubungan dengan: Ventilation / tracheal suctioning.
- Infeksi, disfungsi  Respiratory status :  Berikan O2 ……l/mnt,
neuromuskular, Airway patency metode………
hiperplasia dinding  Aspiration Control  Anjurkan pasien untuk
bronkus, alergi jalan Setelah dilakukan tindakan istirahat dan napas
nafas, asma, trauma keperawatan selama dalam
- Obstruksi jalan …………..pasien  Posisikan pasien untuk
nafas : spasme jalan menunjukkan keefektifan memaksimalkan
nafas, sekresi jalan nafas dibuktikan dengan ventilasi
tertahan, banyaknya kriteria hasil :  Lakukan fisioterapi
mukus, adanya jalan  Mendemonstrasikan batuk dada jika perlu
nafas buatan, sekresi efektif dan suara nafas  Keluarkan sekret
bronkus, adanya yang bersih, tidak ada dengan batuk atau
eksudat di alveolus, sianosis dan dyspneu suction
adanya benda asing (mampu mengeluarkan  Auskultasi suara nafas,
di jalan nafas. sputum, bernafas dengan catat adanya suara
DS: mudah, tidak ada pursed tambahan
lips)  Berikan bronkodilator :
- Dispneu
DO:  Menunjukkan jalan nafas - ………………………
- Penurunan suara yang paten (klien tidak - ………………………
nafas merasa tercekik, irama .
- Orthopneu nafas, frekuensi pernafasan - ………………………
- Cyanosis dalam rentang normal,  Monitor status
- Kelainan suara nafas tidak ada suara nafas hemodinamik
(rales, wheezing) abnormal)  Berikan pelembab
- Kesulitan berbicara  Mampu udara Kassa basah NaCl
- Batuk, tidak efekotif mengidentifikasikan dan Lembab
atau tidak ada mencegah faktor yang  Berikan antibiotik :
- Produksi sputum penyebab. …………………….
- Gelisah  Saturasi O2 dalam batas …………………….
- Perubahan frekuensi normal  Atur intake untuk cairan
dan irama nafas  Foto thorak dalam batas mengoptimalkan
normal keseimbangan.
 Monitor respirasi dan
status O2
 Pertahankan hidrasi
yang adekuat untuk
mengencerkan sekret
 Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi.

2 Gangguan NOC: NIC :


Pertukaran gas  Respiratory Status : Gas  Posisikan pasien untuk
Berhubungan dengan exchange memaksimalkan
:  Keseimbangan asam Basa, ventilasi
 ketidakseimbangan Elektrolit  Pasang mayo bila perlu
perfusi ventilasi  Respiratory Status :  Lakukan fisioterapi
 perubahan ventilation dada jika perlu
membran kapiler-  Vital Sign Status  Keluarkan sekret
alveolar Setelah dilakukan tindakan dengan batuk atau
DS: keperawatan selama …. suction
 sakit kepala ketika Gangguan pertukaran pasien  Auskultasi suara nafas,
bangun teratasi dengan kriteria hasi: catat adanya suara
 Dyspnoe  Mendemonstrasikan tambahan
 Gangguan peningkatan ventilasi dan  Berikan bronkodilator ;
penglihatan oksigenasi yang adekuat -………………….
DO:  Memelihara kebersihan -………………….
 Penurunan CO2 paru paru dan bebas dari
 Barikan pelembab
 Takikardi tanda tanda distress
udara
 Hiperkapnia pernafasan
 Atur intake untuk
 Keletihan  Mendemonstrasikan batuk
cairan mengoptimalkan
 Iritabilitas efektif dan suara nafas keseimbangan.
 Hypoxia yang bersih, tidak ada  Monitor respirasi dan
 kebingungan sianosis dan dyspneu status O2
 sianosis (mampu mengeluarkan  Catat pergerakan
 warna kulit sputum, mampu bernafas dada,amati
abnormal (pucat, dengan mudah, tidak ada kesimetrisan,
kehitaman) pursed lips) penggunaan otot
 Hipoksemia  Tanda tanda vital dalam tambahan, retraksi otot
 hiperkarbia rentang normal supraclavicular dan
 AGD abnormal  AGD dalam batas normal intercostal
 pH arteri abnormal  Status neurologis dalam  Monitor suara nafas,
frekuensi dan batas normal seperti dengkur
kedalaman nafas  Monitor pola nafas :
abnormal bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
 Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
 Monitor TTV, AGD,
elektrolit dan ststus
mental
 Observasi sianosis
khususnya membran
mukosa
 Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
persiapan tindakan dan
tujuan penggunaan alat
tambahan (O2, Suction,
Inhalasi)
 Auskultasi bunyi
jantung, jumlah, irama
dan denyut jantung
3 Pola Nafas tidak NOC: NIC:
efektif berhubungan Respiratory status :  Posisikan pasien untuk
dengan : Ventilation memaksimalkan
- Hiperventilasi Respiratory status : Airway ventilasi
- Penurunan patency  Pasang mayo bila perlu
energi/kelelahan Vital sign Status  Lakukan fisioterapi
- Perusakan/pelemaha dada jika perlu
n muskulo-skeletal Setelah dilakukan tindakan  Keluarkan sekret
- Kelelahan otot keperawatan selama dengan batuk atau
pernafasan ………..pasien menunjukkan suction
- Hipoventilasi keefektifan pola nafas,  Auskultasi suara nafas,
sindrom dibuktikan dengan kriteria catat adanya suara
- Nyeri hasil: tambahan
- Kecemasan Mendemonstrasikan batuk  Berikan bronkodilator :
- Disfungsi efektif dan suara nafas -…………………..
Neuromuskuler yang bersih, tidak ada …………………….
- Obesitas sianosis dan dyspneu  Berikan pelembab
- Injuri tulang (mampu mengeluarkan udara Kassa basah
belakang sputum, mampu bernafas NaCl Lembab
dg mudah, tidakada pursed  Atur intake untuk
DS: lips) cairan
- Dyspnea Menunjukkan jalan nafas mengoptimalkan
- Nafas pendek yang paten (klien tidak keseimbangan.
DO: merasa tercekik, irama  Monitor respirasi dan
- Penurunan tekanan nafas, frekuensi pernafasan status O2
inspirasi/ekspirasi dalam rentang normal,  Bersihkan mulut,
- Penurunan tidak ada suara nafas hidung dan secret
pertukaran udara per abnormal) trakea
menit Tanda Tanda vital dalam  Pertahankan jalan
- Menggunakan otot rentang normal (tekanan nafas yang paten
pernafasan darah, nadi, pernafasan)  Observasi adanya
tambahan tanda tanda
- Orthopnea hipoventilasi
- Pernafasan pursed-  Monitor adanya
lip kecemasan pasien
- Tahap ekspirasi terhadap oksigenasi
berlangsung sangat  Monitor vital sign
lama  Informasikan pada
- Penurunan kapasitas pasien dan keluarga
vital tentang tehnik
- Respirasi: < 11 – 24 relaksasi untuk
x /mnt memperbaiki pola
nafas.
 Ajarkan bagaimana
batuk efektif
 Monitor pola nafas

4. Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Self Care : ADLs  Observasi adanya
 Tirah Baring atau  Toleransi aktivitas pembatasan klien
imobilisasi  Konservasi eneergi dalam melakukan
 Kelemahan Setelah dilakukan tindakan aktivitas
menyeluruh keperawatan selama ….  Kaji adanya faktor
 Ketidakseimbang Pasien bertoleransi terhadap yang menyebabkan
aktivitas dengan Kriteria kelelahan
an antara suplei Hasil :  Monitor nutrisi dan
oksigen dengan  Berpartisipasi dalam sumber energi yang
kebutuhan aktivitas fisik tanpa adekuat
Gaya hidup yang disertai peningkatan  Monitor pasien akan
tekanan darah, nadi dan adanya kelelahan fisik
dipertahankan.
RR dan emosi secara
DS:  Mampu melakukan berlebihan
 Melaporkan aktivitas sehari hari  Monitor respon
secara verbal (ADLs) secara mandiri kardivaskuler terhadap
adanya kelelahan  Keseimbangan aktivitas aktivitas (takikardi,
atau kelemahan. dan istirahat disritmia, sesak nafas,
 Adanya dyspneu diaporesis, pucat,
atau perubahan
ketidaknyamanan hemodinamik)
saat beraktivitas.  Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
DO : pasien
 Kolaborasikan dengan
 Respon abnormal Tenaga Rehabilitasi
dari tekanan Medik dalam
darah atau nadi merencanakan progran
terhadap aktifitas terapi yang tepat.
 Perubahan ECG :  Bantu klien untuk
aritmia, iskemia mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
 Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yang sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
 Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
 Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
 Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. (2014). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Pernafasan.


Jakarta: Salemba.

Suriadi, & Rita Y. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 2. Jakarta: CV.
Sagung Seto.

American Lung Association. (2016). Pneumonia Symptoms, Causes, and Risk


Factors. Artikel American Lung Association (online,
http://www.lung.org/lung-health-and-diseases/lung-disease-
lookup/pneumonia/symptoms-causes-and-risk.html? , diakses pada 18
November 2019).

American Thoracic Society. (2016). Whati is Pneumonia?.Jurnal American


Thoracic Sosiety. 193(P1-P2), 1-2.

Blyth, Christopher C., Rebecca F., Joycelyn S., Tonny K., Geraldine M., John
K.,.…., William P . (2017). Childhood Pneumonia And Meningitis In The
Eastern Highlands Province, Papua New Guinea In The Era Of Conjugate
Vaccines: Study Methods And Challenge. Jurnal Biomedical Central, 9(5),
1-10.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Yogyakarta:
Mediaction.

Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 12. Jakarta:


EGC.

Sudoyo, (Ed) ., Bambang S., Idrus A., Marcellus S., & Siti S. (2009). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Rahajoe, Nastiti N., Bambang S, & Darmawan B. (2008). Buku Ajar Respirologi
Anak, Edisi I. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai