Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEOMONIA

STASE KGD

Nama: Nurbaiti Rahmadani


NIM: 21.14901.026

PROGRAM STUDI PRFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

1. Pengertian pneumonia

Pneumonia adalah peradangan yang biasanya mengenai parenkim paru,

distal dari bronkiulus terminalis mencangkup bronkiolus respiratori, alveoli, dan

menimbulakn konsolidasi jaringan paru (Padila, 2013). Pneumonia adalah

keadaan inflamasi akut yang terdapat pada parenkim paru (bronkiolus dan alveoli

paru), penyakit ini merupakan penyakit infeksi yang ditimbulkan oleh bakteri,

virus, atau jamur (Jonh Daly, 2010).

2. Penyebab (etiologi) pneumonia

Radang paru mungkin berkaitan dengan berbagai mikroorganisme dan

dapat menular dari komunitas atau dari rumah sakit (nosokomial). Pasien dapat

menghisap bakteri, virus, parasite, dan agen iritan (Mary & Donna, 2014).

Menurut (Padila, 2013) penyebab dari pneumonia yaitu;

a. Bakteri

Bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif

seperti: streptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus pyogenesis.

b. Virus

Virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet citomegalo, virus ini

dikenal sebagai penyebab utama kejadian pneumonia virus.

c. Jamur

Jamur disebabkan oleh infeksi yang menyebar melalui penghirupan udara

mengandung spora biasanya ditemukan pada kotoran burung.


d. Protozoa

Menimbulkan terjadinya pneumocystis carini pneumoni (PCP) biasanya

menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi

3. Klasifikasi pneumonia

Klasifikasi pneumonia dapat dibedakan menjadi: anatominya, etiologinya,

gejala kliniknya ataupun menurut lingkungannya. Berdasarkan lokasi anatominya,

pneumonia dapat pada segmen, lobus, atau menyebar (diffuse). Jika hanya

melibatkan lobulus, pneumonia sering mengenai bronkus dan bronkiolus jadi

sering disebut sebagai bronkopneumonia. Kuman komensal saluran pernapasan

bagian atas kadang dapat menyebabkan pneumonia jadi sifatnya sudah berubah

menjadi patogen (Djojodibroto, 2014).

Pada pasien yang penyakitnya sangat parah, sering ditemukan

penyebabnya adalah bakteri bersama dengan virus. Berdasarkan gejala kliniknya,

pneumonia dibedakan menjadi pneumonia klasik dan pneumonia atipik. Adanya

batuk yang produktif adalah ciri pneumonia klasik, sedangkan pneumonia atipik

mempunyai ciri berupa batuk nonproduktif. Peradangan paru pneumonia atipik

terjadi pada jaringan interstisial sehingga tidak menimbulkan eksudat. Pneumonia

dapat digolongkan menjadi;

a. Pneumonia bakterial

Mikroorganisme masuk ke dalam paru melalui inhalasi udara dari

atmosfer, juga dapat memalui aspirasi dari nosofering atau orofering.

Pneumonia bakterial terdiri dari tiga jenis yaitu:

1. Community – Acquired Pneumonia (CAP)


Penyakit ini sering diderita oleh anggota masyarakat umumnya disebabkan

oleh streptococcus pneumonia dan biasanya menimbulkan pneumonia lobar.

Pneumonia yang disebabkan oleh pneumokokus yang menyebabkan penderita

mengalami gejala menggigil dan diiukuti demam yang tinggi.

2. Hospital – Acquired Pneumonia (HAP)

Pneumonia nosocomial yaitu pneumonia yang kejadiannya bermula

dirumah sakit. Penyakit ini adalah penyebab kematian yang terbanyak pada pasien

dirumah sakit. Mikroorganisme penyebabnya biasanya bakteri gram negatif dan

stafilokokus.

3. Pneumonia aspirasi (aspiration pneumonia)

Pneumonia aspirasi dapat menyebabkan: obstruksi atau tersumbatnya

saluran pernapasan, pneumonitis oleh bahan kimiawi (asam lambung, enzim, dan

pencernaan) dan, pneumonitis oleh infeksi.

4. Pneumonia pneumositis

Pneumonia pneumositis merupakan penyakit akut yang opertunistik yang

disebabkan oleh suatu protozoa bernama pneumocystis jirovecii sebleumnya

dinamai pneumovystis carinii. Protozoa ini dikenal sekjak 1909 dan mulai decade

1980-an menempatkan diri kembali sebagai pathogen terutama pada penderita

AIDS.

b. Pneumonia atipik (pneumonia non bacterial)

Yang termasuk grup ini adalah pneumonia yang disebabkan oleh

mycoplasma pneumoniae, chlamydea psittaci, legionella pneumophila, dan

coxiella burneti.

Klasifikasi pneumonia menurut (Padila, 2013) yaitu;


1. Community acquired merupakan penyakit pernapasan umum dan bisa

berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia streptococal merupakan

organisme penyebab umum.

2. Hospital acquired pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosocomial.

Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus

stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospitas acquired

pneumonia.

3. Lobar dan bronkopneumonia tidak hanya dikategorikan menurut lokasi tetapi

sekarang ini pneumonia di klasifikasikan menurut organisme.

5. Patofisiologi pneumonia

Agent penyebab pneumonia masuk ke paru – paru melalui inhalasi atau

pun aliran darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran

pernapasan bawah. Reaksi peradangan timbul pada dinding bronkhus

menyebabkan sel berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut

berlansung lama sehingga dapat menyebabkan etelektasis (Suratun & Santa,

2013). Reaksi inflamasi dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan eksudat yang

mengganggu jalan napas, bronkospasme dapat terjadi apabila pasien menderita

penyakit jalan napas reaktif (Smeltzer & Bare, 2013).

6. Tanda dan gejala pneumonia

Menurut (Suratun & Santa, 2013) Gejala yang dapat muncul pada klien

dengan pneumonia adalah demam, berkeringat, batuk dengan sputum yang

produktif, sesak napas, sakit kepala, nyeri pada leher dan dada, dan pada saat

austultasi dijumpai adanya ronchi dan dullness pada perkusi dada.


7. Patofisiologi

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Pneumonia dengan Bersihan

Jalan Napas Tidak Efektif

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian adalah keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan

pneumonia untuk meminta pertolongan kesehatan alah sesak napas, batuk, dan

peningkatan suhu tubuh/ demam (Wahid & Suprapto, 2013).

Data yang perlu dikaji pada pasien dengan bersihan jalan napas tidak

efektif (PPNI, 2016) adalah batuk tidak efektif pasien, ketidak mampu batuk

pasien, sputum berlebih yang dihasilkan pasien, adanya mengi, whezzing dan/atau

ronkhi kering, dyspnea, sulit bicara, ortopnea, gelisah atau tidaknya pasien, ada

atau tidaknya sianosis, kaji bunyi napas, frekuensi napas berubah, dan pola napas

berubah.
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis terhadap pengalaman atau

respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada risiko
masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosis keperawatan adalah

bagian yang menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien

mencapai kesehatan yang optimal (PPNI, 2016).

Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan ketidakmampuan pasien

membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan

nafas tetap paten. Penyebab bersihan jalan nafas tidak efektif adalah spasme jalan

nafas, hipersekresi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler,benda asing dalam jalan

nafas, adanya jalan nafas buatan, sekresi yang tertahan hiperplasia dinding jalan

nafas, proses infeksi, respon alergi, efek agen farmakologis (PPNI, 2016).

Gejala dan tanda bersihan jalan napas tidak efektif yaitu sebagai berikut:

dyspnea, sulit bicara, ortopnea, batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum

berlebih, mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering, meconium di jalan napas (pada

neonates), gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola

napas berubah (PPNI, 2016).

Rumusan diagnosa pneumonia dengan bersihan jalan napas tidak efektif

berhubungan dengan spasme jalan napas dan hipersekresi jalan napas.

3. Rencana keperawatan

Perencanaan merupakan tindakan awal sebagai pemberi arahan bagi

tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan

dan siapa yang akan melakukan tindakan keperawatan. Karenanya, dalam

menyusun rencana tindakan keperawatan untuk pasien, keluarga dan orang

terdekat perlu dilibatkan secara maksimal (Wahid & Suprapto, 2013).


Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penelitian klinis untuk mencapai

luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI, 2018).

Tujuan dan kriteria hasil masalah bersihan jalan napas tidak efektif

mengacu pada Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) (PPNI, 2018)

adalah sebagai berikut:

Bersihan jalan nafas meningkat

1). Batuk efektif meningkat (skor 5)

2). Produksi sputum menurun (skor 5)

3). Mengi menurun (skor 5)

4). Wheezing menurun (skor 5)

5). Dispnea menurun (skor 5)

6). Ortopnea menurun (skor 5)

7). Sulit Bicara menurun (skor 5)

8). Sianosis menurun (skor 5 )

9). Gelisah menurun (skor 5)

10). Frekuensi napas membaik 16-20 kali/menit

11). Pola napas membaik (skor 5)

Intervensi keperawatan untuk menangani masalah bersihan jalan napas

tidak efektif mengacu pada Standara Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

(SIKI, 2018). Tindakan yang dilakukan yaitu:

Latihan Batuk Efektif

Observasi

1). Identifikasi kemampuan batuk


2). Monitor adanya retensi sputum

3). Monitor tanda dan gejala infeksi saluran

napas Terapeutik

1). Atur posisi semi fowler atau fowler

2). Pasang perlak dan bengkok di pangkuan

pasien 3). Buang sekret di tempat spuntum

Edukasi

1). Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

2). Anjurkan Tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2

detik, kemudian dikeluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan)

selama 8 detik

3). Anjurkan mengulangi Tarik napas dalam hingga 3 kali

4). Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik napas dalam yang ke-

3 Kolaborasi

1). Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspetoran

Manajemen Jalan Napas

Observasi

1). Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi

kering)

2). Monitor sputum (jumlah, warna,

aroma) Terapeutik

1). Berikan minuman hangat

2). Berikan oksigen

Pemantauan Respirasi
Observasi

1). Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas

2). Monitor pola napas

3). Monitor kemampuan batuk efektif

4). Monitor adanya produksi spuntum

5). Monitor adanya sumbatan jalan napas

4. Implementasi keperawatan

Impelementasi merupakan lanjutan dari tindakan perencanaan (intervensi)

untuk mencapai tujuan yang spesifik. Implementasi merupakan tahap yang

dimulai setelah intervensi keperawatan disusun dan ditunjukkan pada nursing

orders untuk membantu mengoptimalkan tujuan yang diharapkan. Implementasi

bertujuan membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang

mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan,

dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2011).

Implementasi merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang telah

ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal,

pelaksanaan adalah tujuan keperawatan pada tahap perencanaa (Wahid &

Suprapto, 2013). Implementasi yang dilakukan dari tahap intervensi yaitu:

Latihan Batuk Efektif

Observasi

1). Mengidentifikasi kemampuan batuk

2). Memonitor adanya retensi sputum

3). Memonitor tanda dan gejala infeksi saluran napas

Terapeutik
1). Mengatur posisi semi fowler atau fowler

2). Memasang perlak dan bengkok di pangkuan

pasien 3). Membuang sekret di tempat spuntum

Edukasi

1). Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

2). Menganjurkan Tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan

selama 2 detik, kemudian dikeluarkan dari mulut dengan bibir mencucu

(dibulatkan) selama 8 detik

3). Anjurkan mengulangi Tarik napas dalam hingga 3 kali

4). Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik napas dalam yang ke-

3 Kolaborasi

1). Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspetoran

Manajemen Jalan Napas

Observasi

1). Memonitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing,

ronkhi kering)

2). Memonitor sputum (jumlah, warna,

aroma) Terapeutik

1). Memberikan minuman hangat

2). Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi

Observasi

1). Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas

2). Memonitor pola napas


3). Memonitor kemampuan batuk efektif

4). Memonitor adanya produksi spuntum

5). Memonitor adanya sumbatan jalan napas

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menyangkut

pemgumpulan data objektif dan subjektif yang dapat menunjukkan masalah apa

yang terselesaikan, apa yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai

apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, sebagian tercapai atau

timbul masalah baru (Wahid & Suprapto, 2013). Format SOAP (Dinarti aryani,

2009) yang terdiri dari:

a. Subjective, yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien. Pasien pneumonia

dengan bersihan jalan napas tidak efektif diharapkan mampu dan tidak

mengeluh sulit sulit bernapas (dispnea), pasien tidak mengeluh sulit bicara,

pasien tidak mengeluh ortopnea.

b. Objektive, yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga. Pada

pasien dengan bersihan jalan napas tidak efektif indikator evaluasi menurut.

Frekuensi pernapasan normal yaitu 12-20 kali per menit

2). Irama pernapasan normal yaitu teratur

3). Kedalaman inspirasi normal yaitu melibatkan ekspansi dan ekshalasi

penuh Paru

4). Kemampuan untuk mengeluarkan sekret tidak terganggu

c. Analisys, yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif (biasaya ditulis dala

bentuk masalah keperawatan). Ketika menentukan apakah tujuan telah

tercapai, perawat dapat menarik satu dari tiga kemungkinan simpulan :


1) Tujuan tercapai; yaitu, respons klien sama dengan hasil yang diharapkan

2) Tujuan tercapai sebagian, yaitu hasil yang diharapkan hanya sebagian yang

berhasil dicapai (2 indikator evaluasi tercapai)

3) Tujuan tidak tercapai

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FIKES - UMT
Identitas Klien

Nama                           :  Tn. S


Usia                             :  50 thn
Jenis Kelamin              :  Laki- laki
Agama                         :  Islam
Alamat                         :  perumahan puri kasuwari
Tanggal Masuk            :  15/04/2022
No. MR                       :  1235836
Diagnosa Medis          : Bronkopneumonia
Keluhan Batuk berdahak, Sesak napas, dan lemas
Utama :

Triase
Hasil : skor = 3( kuning)
Mobility: 1
RR: 2
HR:0
SBP:0
Temp: 0

Pengkajian Primer
Airway Tingkat kesadaran : Compos mentis

Pernafasan : Spontan

Upaya bernafas : Ada

Benda asing di jalan nafas: Tidak ada

Hembusan nafas : Ada

Breathing Jenis Pernafasan : Dispneu dan takipnea (cepat dan dangkal)

Frekwensi Pernafasan : 28x/menit

Retraksi Otot bantu nafas : Ada

Kelainan dinding thoraks : tidak ada (simetris)

Bunyi nafas : Ronchi

Suara nafas tambahan: gugling

Circulation Tingkat kesadaran : Compos Mentis


Perdarahan (internal/eksternal) : Tidak Ada

Kapilari Refill : < 2 detik

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi radial/carotis : 98x/menit

Akral perifer : Dingin

SpO2 : 94%

Disability Pemeriksaan Neurologis: GCS : E3V5M6 : 15


Reflex fisiologis : - Reflex

patologis :

Eksposure

Pengkajian Sekunder

Riwayat Kesehatan Sekarang :


Pasien datang ke IGD RSUD Sanjiwani diantar oleh mengeluh dengan keluhan lemas
sejak seminggu yang lalu. Pasien memiliki riwayat demam sejak 3 hari yang lalu dan
sudah mengonsumsi obat penurun demam. Pasien mengeluhkan Batuk dan dahak susah
keluar serta pilek. Nafsu makan dan minum berkurang sejak awal sakit, pasien mengeluh
mual, muntah serta nek ulu hati. Pasien mengatakan sesak dirasakan sejak pagi dan
memberat sejak sore. Kemudian pasien, diantar oleh keluarga diajak ke IGD RSUD
Sanjiwani Gianyar. Di IGD pasien di lakukan pengukuran TTV dan di dapatkan hasilTD :
110/80 mmHg, N : 98 x/menit, RR : 28 x/menit, S : 37,8oC, SpO2 : 94%. Kulit pasien
teraba hangat
Riwayat Kesehatan Lalu :
Pasien mengatakan pasien mengatakan pasien memiliki riwayat DM dan Hipertensi sejak
kurang lebih 7 tahun yang lalu. Pasien rutin minum obat DM dan Hipertensi

Riwayat Kesehatan Keluarga :


Keluarga pasien mengatakan di keluarganya ada yang memiliki penyakit Hipertensi
seperti yang di alami pasien. Sementara untuk penyakit sesak, keluarga mengatakan tidak
ada keluarga yang memiliki riwayat sesak.
Pengkajian Head to Toe
Keadaan Umun : sedang
TTV : TD : 110/80 mmHg N : 98x/menit RR : 28 x/menit S : 37,8 oC SpO2 : 94%
Kesadaran :cm
Kepala Kepala: Normochepal

Kulit kepala : Tampak bersih tidak ada edema maupun benjolan

Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks pupil
isokor, penglihatan normal.

Telinga : Bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada pengeluaran cairan,


tampak bersih. Hidung : Tidak ada polip, penghidu normal, keadaan bersih,
tidak ada pengeluaran cairan Mulut dan gigi : Mulut bersih, gigi penuh, mukosa
bibir kering

Wajah : Bentuk simetris, tidak ada memar, oedem, maupun nyeri tekan

Leher Bentuk normal, tidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid, nadi karotis
teraba, tidak ada benjolan, memar maupun nyeri

Thorak Paru-paru

Inspeksi : bentuk simetris pengembangan paru simetri, tidak ada retraksi otot
bantu nafas Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

Perkusi : Suara paru pekak

Auskultasi : Bunyi nafas ronchi

Jantung

Inspeksi : Tidak tampak adanya pembesaran jantung

Palpasi : iktus kordis teraba

Perkusi : Suara jantung pekak

Auslultasi : S1 S2 tunggal reguler


Abdomen Inspeksi : Tidak ada benjolan maupun acites

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Suara timpani

Auskultasi : Bising usus 12x/menit

Ekstremitas
Status sirkulasi : CRT<2 dtk

Keadaan injury : Tidak ditemukan adanya nyeri ekstremitas

Integumen

Pemeriksaan Penunjang & Terapi Medis


Radiologi Laboratorium Pemeriksaan Lain Terapi Medis
Darah
- Oksigen nasal
non rebreathing
mask 10 lpm

- Omeprazole
40mg injeksi

- Ceftriaxone
400mg 2x1 injeksi
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL SPIRITUAL :

a. PERSEPSI DAN HARAPAN


1. Pasien : Tn. S ingin segera sembuh
2. Keluarga : keluarga Tn. S berharap Tn. S segera pulih
b. STATUS MENTAL
1. Emosi : Klien gelisah
2. Konsep Diri : Tn. S sedikit cemas
3. Pola Interaksi : baik
4. Gaya Komunikasi : Tn. S berbicara dengan jelas

c. LATAR BELAKANG STATUS SOSIAL BUDAYA


1. Pekerjaan : buruh
2. Hubungan Sosial : baik
3. Gaya Hidup : baik
4. Sosial Budaya : baik
ANALISA DATA
DATA Etiologi MASALAH

DS : Produksi sputum meningkat Bersihan Jalan Nafas Tidak


- Pasien mengeluh batuk dan Efektif
dahak susah keluar
- Pasien mengatakan sesak
dirasakan sejak pagi dan
memberat sejak sore.
DO:
- Pasien tampak lemas dan
gelisah
- Terdengar suara nafas
tambahan ronchi
- RR :28 x/menit
- SpO2 :94%
DS: Pola napas tidak efektif
 pasien mengatakan sesak
nafas
DO:
- Pasien tampak lemas dan
gelisah
- Terdengar suara nafas
tambahan ronchi
- TD : 110/80 mmHg N :
98x/menit RR : 28 x/menit S :
37,8 oC SpO2 : 94%

RENCANA KEPERAWATAN
Rencana Perawatan
Hari/ No
Tujuan dan Kriteria
Tgl Dx Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1 x 2 ✓ Posisikan semi-fowler atau fowler
jam maka bersihan jalan ✓ Berikan minun hangat
nafas meningkat dengan ✓ Berikan oksigen,
1 kriteria hasil  Edukasi pemberian obat
✓ Produksi sputum menurun pengencer sputum
✓ Ronkhi menurun  Berikan terapi nebulizer ventoline
✓ Dispnea menurun 1 ampul
✓ Gelisah menurun
2 Setelah dilakukan tindakan  Observasi tanda tanda vital
keperawatan 1 x 24 jam anak
diharapkan masalah pola  Kaji frekuensi pernapasan
nafas teratasi dengan kriteria  Memberikan posisi semi fowler
hasil :  Kolaborasi pemberian Oksigen
1. Tidak ada sesak nafas
2. Mampu bernafas dengan
mudah
3. Menunjukkan jalan nafas
yang paten (pasien tidak
merasa tercekik)
4. Frekuensi nafas dalam
rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)

IMPLEMENTASI
TANGGAL IMPLEMENTASI RESPON
DAN JAM

DX 1 Ds : pasien mengatakan merasa


- Melakukan assessment pada pasien sesak sejak 3 hari yang lalu, batuk
- Melakukan pemeriksaan tandatanda vital sejak 1 hari yang lalu dan sempat
demam dirumah

Do : pasien tampak gelisah, sesak,


nafas cepat dan dangkal
TD : 110/80 mmHg
N : 98x/menit
RR : 28 x/menit
S : 37,8 oC
SpO2 : 94%

DX 2 Ds : pasien mengatakan batuk


- Memonitor adanya sumbatan jalan nafas berdahak dan masih merasakan
- Auskultasi bunyi nafas sesak
- Melakukan pemasangan oksigen 2 Lpm nasal Do : tampak tidak ada sumbatan
canul dan NRM jalan nafas dan terdapat suara
- Monitor saturasi oksigen nafas tambahan ronchi Telah
terpasang oksigen nasal canul 5
Lpm dan Non Rebreathing Mask 15
Lpm SpO2 : 98%
DX 2 Ds : pasien mengatakan sesaknya
- Monitor aliran oksigen masih terasa
- Monitor efektifitas terapi oksigen Do : aliran oksigen adekuat pasien
tampak gelisah dan sesak
SpO2 : 98% Oksigen nasal canul +
menjadi 8 lpm
DX 1 Ds: pasien mengatakan batuk
- Kolaborasi pemberian fisioterapi dada berdahak ,pasien mengatakan mau
(clapping vibration) mengikuti intruksi yang diberikan
dalam pemberian fisioterapi dada
Do :pasien tampak sedkit bias
bernapas dan fisioterapi dada yang
diberikan membantu
mengeluarkan secret dari saluran
pernapasan
DX 2 Ds : -
- Memonitor saturasi oksigen Do : SpO2 : 98%
- Memonitor saturasi oksigen Ds : pasien mengatakan sesaknya
- Mengukur tanda-tanda vital pasien sudah mulai hilang dan pasien
- Memonitor frekuensi, irama, kedalaman mengatakan batuknya masih
dan upaya nafas sedikit mengeluarkan dahak
Do : pasien tampak sesak dan
gelisah, Irama nafas regular,
terdapat suara nafas tambahan
ronchi, nafas cepat dan dangkal,
upaya nafas spontan TD : 120/80
mmHg N : 90x/menit RR :
24x/menit SpO2 : 98%

EVALUASI
TANGGAL EVALUASI dan CATATAN PERKEMBANGAN
DAN JAM

15/04/2022
S: Pasien mengatakan sesaknya sudah mulai hilang dan pasien mengatakan batuknya
masih sedikit mengeluarkan dahak
O:
• Pasien tampak nyaman
• Pasien tampak koperatif dalam mengikuti fisioterapi dada yang diberikan
• TD : 120/80
• Nadi:90x/mnt
• RR: 24x/mnt
• S: 36,2ºC
• SPO2 :98%
• Keadaan umum pasien baik, Tingkat Kesadaran Composmentis, GCS: E4V5M6.
A: Bersihan jalan napas tidak efektif teratasi sebagian
P:
• Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika tidak kontraindikasi ‘
• Ajarkan teknik batuk

Anda mungkin juga menyukai