Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

Stroke adalah penyakit system saraf yang disebut juga sebagai “Silent Killer” dimana

terkadang tidak menampakkan gejala sebelumnya. Penyakit stroke dapat menyerang siapa

saja tidak memandang usa ataupun status sosial.stroke lebih banyak disebabkan karena

penyakit hipertensi, diabetes mellitus dan gangguan pembuluh darah coroner serta

penyakit kolestrol (Rohana, 2019).

Stroke merupakan perubahan neurologis yang disebabkan adanya gangguan suplai

darah ke otak. Terdapat dua jenis stroke yaitu iskemik dan hemoragik.stroke iskemik

disebabkan oleh adanya penyumbatan karena thrombosis atau embolik. Sedangkan stroke

hemoragik adalah perdarahan ke dalam jaringanotak atau ruang subaraknoid. Penderita

stroke dapat sembuh sempurna bila ditangani dalam waktu 6 jam pertama (golden

periode) gejala yang ditimbulkan dari penyakit stroke akan mengganggu aspek fisik,

psikologis dan sosial yang akan berdampak pada produktivitas. Namun, apabila dalam

waktu tersebut pasien stroke tidak dapat penanganan yang maksimal maka akan terjadi

kecacatan atau kelemahan fisik seperti hemiparase. Keadaan hemiparase akan membuat

penderita mengalami kesulitan dalam pergerakan pada ekstremitas bagian atas atau bawah

di salah satu sisi tubuh(Budi, 2019).

Badan Kesehatan dunia, World Health Oganization (WHO) mengatakan bahwa

penyakit stroke mulanya menyerang usia lanjut akan tetapi kini sudah menyerang usia

muda. Penyakit stroke juga menjadi penyebab kematian ketiga, setelah kasus penyakit

jantung dan penyakit kangker. Di seluruh dunia kematian akibat penyakit jantung terjadi

setiap 5 detik untuk satu kematian, lalu stroke terjadi setiap 6 detik untuk satu kematian.

Secara global 15 juta orang terkena stroke sekitar lima juta mengalami
kelumpuhanpermanen. Stroke merupakan penyebab utama kecacatan yang dapat di cegah

(WHO, 2018).

Berdasarkan dari Yayasan Stroke Indonesia (YASTROKI) tahun 2020, masalah

stroke semakin mendesak karena jumlah penderita stroke di Indonesia terbanyak dan

menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah kematian yang disebabkan oleh stroke

menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

tahun sedangkan menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevelensi

stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter sebesar 10,9 % yang sebelumnya pada

tahun 2013 hanya 7 %, prevelensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga Kesehatan

tertinggi di Kalimantan Timur (14,7 %), diikuti oleh Yogyakarta (14,6 %), Sulawesi

Utara (14,3%), sedangkan Banten (10,9 %).

Prevelensi stroke banten berdasarkan diagnosis pelayanan Kesehatan sebesar 9,6 %

dan diagnosis dari tenaga kesehatan sebesar 5,1 %. Prevelensi tertinggi di kota

Tangerang Selatan (7,7%), Kabupaten Pandeglang (6,6%), Kabupaten Lebak (5,1%), dan

Kota Tangerang (5,1%) (Riskesdas, 2018).

Pasien stroke mengalami kelainan dari otak sebagai susunan saraf pusat yang

mengontrol dan mencetuskan gerak dri system neuromuskulosskaletal. Secara klinis

gejala yang sering muncul adalah adanya hemiparesis atau hemiplegi yang menyebabkan

hilangnya mekanisme refleks postural normal untuk keseimbangan dan rotasi tubuh untuk

gerakan- gerakan fungsional pada ekstremitas. Gangguan sensori dan motorik pada pasien

stroke mengakibatkan hilangnya koordinasi, hilangnya kemampuan keseimbangan tubuh

dan postur (kemampuan untuk mempertahankan posisitertentu)dan stroke dapat

menimbulkan cacat fisik yang permanen. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Setyawan (2017) dengan judul pengaruh pemberian terapi Range Of Motion

(ROM)terhadap penyembuhan penyakit stroke, kejadian paling umumpada penderita


stroke adalah hemiplegia tau hemiparesis,bahkan 80% penyakit stroke menderita

hemiplegia tau hemiparesis yang berarti satu sisi tubuh lemah atau bahkan lumpuh.

Tetapi pada pasien stroke dibutuhkan segera untuk mengurangi kecacatan lebih lanjut,

salah satu program rehabilitasi yang dapat diberikan pada pasien stroke yaitu mobilisasi

persendian dengan Latihan Range Of Motion (ROM). Range Of Motion (ROM)

merupakan Latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat

kemampuan pergerakan sendi secara normal dan lengkap untuk meningkatkan masa

ototdan tonus otot. Memberikan Latihan Range Of Motion (ROM) secara dini dapat

meningkatkan kekuatan otot karena dapat menstimulasi motor unit sehingga semakin

banyak motor unit yang terlibat maka akan terjadi peningkatan kekuatan otot, kerugian

hemiparase jika tidak segera ditangani maka akan menjadi kecacatan yang permanen

(Adriani & Sari, 2019).

Penyakit stroke juga dapat membuat kualitas hidup pada penderitanya menjadi

terganggu. Stroke pada orang dewasa akan berdampak menurunnya produktivitas dan

menjadi beban untuk keluarga, sehingga penderita stroke diharuskan mampu berhadaptasi

dengan kondisi yang dialami sekarang. Dampak penyakit stroke tersebut menyebabkan

pasien mengalami self care living (ADL) merupakan suatu yang penting untuk

mempertahankan keberlangsungan hidup. Pada umumnya penderita stroke akan menjadi

bergantung pada bantuan orang lain dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari- hari

seperti mkan dan minum, mandi, berpakaian dan sebagainya. Kemandirian dan mobilitas

seseorang yang menderita stroke menjadi berkurang atau bakhan hilang. Berkurangnya

tingkat kemandirin dan mobilitas seseorang dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup

(quality of life) yang dimiliki (Suzan, 2018).

Menurut Kristiani (2017), pada penelitiannya yang berjudul pengaruh Range Of

Motion Exercise terdapat kekuatan otot pada pasien stroke Latihan ROM merupakan
salah satu bentuk Latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai cukup efektif untuk

mencegah terjadinya kecacatan pada penderita stroke. Latihan ini adalah salah satu

bentuk intervensi fundamental perawat yang dapat dilakukan untuk keberhasilan regimen

terapeutik bagi penderita dan dalam upaya pencegahan terjadinya kondisi cacat permanen

pada penderita stroke paska perawatan di rumah sakit. Sedangkan manfaat Range Of

Motion Exercise (ROM) adalah untuk menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot

dalam melakukan pergerakan, memperbaiki tonus otot, memperbaiki toleransi otot untuk

latihan mencegah terjadinya kekakuan sendi, memperlancar sirkulasi darah.

Pemulihan stroke adalah suatu proses Panjang yang dapat berlangsung selama

beberapa tahun. Pemulihan terjadi dalam waktu 2-3 tahun pertama, terutama pada 2-6

bulan pertama. Peran rehabilitasi sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi

dan disability jangka Panjang yang bersifat serius pada pasien stroke (Nabilla, 2019).

Range Of Motion Exercise (ROM) pada pasien stroke terdapat peningkatan kekuatan

otot, didukung pula oleh jurnal- jurnal dan angka kejadian stroke, dan masih tingginya

prevelensi penyakit stroke maka mahasiswa tertarik untuk mengelola literature review

dengan judul: “Pengaruh Latihan Range Of Motion Exercise (ROM) pada pasien

stroke terhadap peningkatan kekuatan otot” diharapkan dapat menambah wawasan

dalam melakukan Tindakan keperawatan khususnya pada pasien stroke yang mengalami

hemiplegi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas. Maka, masalah yang dapat di

rumuskan adalah “Pengaruh dari hasil penerapan Latihan Range Of Motion (ROM) pada

pasien stroke terhadap peningkatan kekuatan otot”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Berdasarkan hasil tinjauan dari artikel 5 tahun terakhir tujuan literature review ini

adalah untuk mengetahui Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Pada pasien

stroke terhadap peningkatan kekuatan otot.

2. Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi usia terhadap effektifitas Latihan ROM dalam peningkatan

kekuatan otot pada penderita stroke,

b) Mengidentifikasi waktu terhadap effektifitas Latihan ROM dalam

peningkatan kekuatan otot pada penderita stroke,

c) Mengidentifikasi instrument yang digunakan dalam literature review tentang

effektifitas ROM dalam peningkatan kekuatan otot pada penderita stroke,

d) Mengidentifikasi Outcome atau hasil penelitian yang signifikan dalam

literature review,

e) Mengidentifikasi keterbatasan dan saran penelitian dalam literature review.

BAB II
METODE HASIL

A. Strategi Pencarian Literature


1. Framework Yang Digunakan (PICOT)
PICOT dalah metode yang dapat digunakan untuk mencari sebuah artikel.
 Population/ Problem, dalam literature review ini adalah pada seluruh
pasien stroke,
 Intervention, Tindakan dalam literature review yaitu pemberian terapi
penerapan Latihan Range Of Motion (ROM),
 Comparation, terdapat adanya faktor pembanding antara kelompok
sebelum diberikan intervensi dan sesudah diberikan intervensi,
 Outcome, terdapat pengaruh Pengaruh dari hasil penerapan Latihan Range
Of Motion (ROM) pada pasien stroke terhadap peningkatan kekuatan otot,
 Study design, menggunakan desain Quasy Eksperiment dan pre
eksperimental,
 Time/ Waktu, jurnal yang diambil dalam 5 tahun terakhir.
Pada penulis literature pada BAB ini dalam memenuhi karya Ilmiah Akhir
(KIA).
2. Kata kunci yang digunakan
Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan Boolean operator
(AND, OR NOT or AND NOT) yang digunakan untuk memperluas atau
menspesifikkan pencarian, segingga mempermudah dalam menentukan artikel
atau jurnal yang digunakan katakunci dalam Literature review ini disesuaikan
dengan Medical Subject Heasding (MeSH) yaitu ” Range Of Motion (ROM)”
AND” Stroke”AND” muscle strength”.
3. Databese yang Digunakan
Literature review merupakan rangkuman menyeluruh beberapa studi penelitian yang
ditentukan berdasarkan tema tertentu (Nursalam, 2020). Pencarian Literature review
dilakukan pada bulan Agustus – Oktober 2022. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi
diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti- peneliti terdahulu.
Sumberdata sekunder yang didapat berupa artikel jurnal bereputasi baik nasional maupun
internasional dengan tema yang sudah ditentukan (2020). Pencarian literatur dalam
Literature review ini menggunakan tiga database dengan kriteria kualitas tinggi dan
sedang, yaitu PubMed, Science Direct, Directory of Open Access Journals (DOAJ) dan
Google Scholar.
B. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Kriteria inklusi adalah kriteria untuk subjek penelitian dari suatu populasi target yang akan
diteliti. Sedangkan kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
tidak sesuai oleh kriteria inklusi dari studi karena berbagai alasan. Kriteria inklusi dan ekslusi
dalam literature review ini dapat secara rinci dalam tabel berikut:

Kriteria (PICOS) Inklusi Ekslusi


Population/ Jurnal nasional maupun Jurnal nasional maupun
Problem internasional yang mempunyai internasional serta yang
hubunga yang sesuai dengan tema tidak berhubungan dengan
penelitian yaitu peningkatan topik yang akan diteliti
kekuatan otot pada pasien stroke sesuai kriteria yang telah
diambil oleh peneliti
Intervention, Melakukan ROM dalam Tindakan selain ROM dan
meningkatkan mobilitas fisik, bukan kepada pasien
penambahan beban untuk stroke
meningkatkan kekuatan otot
Comparation Pada penelitian ini hanya Dilakukan penelitian selain
dilakukan ROM saja atau boleh ROM dan penambahan
dilakukan penambahan beban beban
pada latihan, dilakukan pada one
group pre test post test atau two
group kelompok kontrol dan
kelompok intervensi
Outcome/ Tujuan Menyelidiki tingkat Pengaruh, Menyelidiki psien yang
manfaatserta efektifitas ROM Bukan stroke
Pada pasien stroke terhadap
peningkatan kekuatan otot
Study Design and Mix methods study, experimental Cross Sectional
Publication Type study, analisis korelasi, analisis
komparasi, study kualitatif,
deskriptif
Publication Years/ Rentang waktu penerbitan jurnal Rentang waktu penerbitan
Tahun maksimal 5 tahun terakhir (2017- dibawah tahun 2017
2022)
Language/ Bahasa Inggris, Indonesia Selain Inggris, Indonesia

C. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas


1. Hasil Pencarian dan Seleksi Studi
Berdasarkan hasil pencarian literature melalui publikasi di tiga database dan
menggunakan kata kunci yang sudah disesuaikan dengan MeSH atau PICO peneliti
mendapatkan artikel atau jurnal dalam Bahasa Indonesia dan inggris yang sesuai dengan
keyword. Kemudian artikel atau jurnal dilakukan assessment berdasarkan kelayakan
kriteria inklusi dan ekslusi yang sudah ditentukan oleh peneliti, seperti jurnal yang
memiliki judul yang sama ataupun ada tujuan peneliti yang menyerupai seperti penelitian
ini dengan mengidentifikasikan abstrak pada jurnal- jurnal tersebut. Jurnal yang tidak
memenuhi kriteria inklusi maka di ekslusi. Sehingga didapatkan 10 artikel atau jurnal yang
dapat dipergunakan dalam study literature riview. Hasil seleksi artikel atau jurnal studi
dapat digambarkan dalam Diagram Flow dibawah ini:
Pencarian menggunakan
Keyword melalui database
Science Direct,
Directory of Open
Access Journals
Google Scholar

N= 3.201

Skriniing Jurnal atas


dasar judul, abstrak
dan kata kunci
N= 13

Artikel discreening
dengan melihat - Artikel yang tidak dapat diakses
keseluruhan teks secar menyeluruh oleh penulis
(N= 2098)
-Hasil pencarian yang tidak
diproses Kembali (N= 1.090)
Hasil pencarian yang
akan diproses
kembali
N= 12
Problem/ populasi
- Responden yang tidak sesuai (n=14)
Outcome
Studi terdahulu yang
relevan dengan - Tidak ada pengaruh atau tidak efektif
penelitian ini pemberian terapi ROM (n= 14)
N= 10

Gambar 2.1 Diagram Flow Literature Review


BAB III
HASIL DAN ANALISIS

Pada bab ini penulis melakukan telaah literatur yang dimulai dengan mencari jurnal melalui Science
Direct, Directory of Open Access Journals,Google Scholar menggunakan kata kunci. Pengaruh
intervensi ROM pada pasien stroke dalam meningkatkan kekuatan otot yang sesuai dengan kriteria
oinklusi jurnal yang diambil pada tahun 2017-2022. Didapatkan hasil jurnal terkait dengan pengaruh
intervensi ROM pada pasien Stroke dalam meningkatkan kekuatan otot, dan dibawah ini akan
dijabarkan hasil literature review.
Tabel 3.1 Hasil
Penuli Fokus Metode/ Tempat Sampel Skala Hasil Gaps
s dan Design/ Pengukura
Tahun Analisis n
Rina ROM dengan Wilayah sampel 32 Lembar Hasil Penelitian
Budi pada One- Puskesmas Responde observasi penelitian ini
Kristia pasien Froup Sidotopo n yang menunjuk membukti
ni, Stroke Pra-Post Surabaya mengalam kan kan
2017 Test i stroke terdapat bahwa
Design peningkat ROM
an mampu
kekuatan meningkat
otot dari kan
skala 3 ke kekuatan
skala 4 otot pada
dan dari pasien
skala 4 ke stroke
skala 5
setelah
dilakukan
Range Of
Motion
Exercise.
dengan
pemberian
Range Of
Motion
Exercise
mampu
meningkat
kan
kekuatan
otot
Olivian ROM Jenis RS Jumlah Teknik Hasil Penelitian
i, 2017 aktif- penelitian U sampel 30 pengumpula penelitian ini
assistif ini pre D responden n data terdapat membukti
pada eksperime Uli dengan dengan cara pengaruh kan
pasien n dengan n mengguna pemeriksaa yang bahwa
Stroke rancangan Ba kan teknik n kekuatan signifikan ROM
one group nja purposive otot dengan dimana mampu
pre-post r sampling pedoman nilai p = meningkat
test design ma skala 0,000 < kan
sin kekuatan 0,05 kekuatan
otot sehingga otot pada
Medical ada pasien
Research pengaruh stroke
Council latihan
(MRC) range of
sebagai data motion
awal, (rom)
kemudian aktif-
diberikan asistif
panduan (spherical
latihan grip)
Range Of terhadap
Motion peningkat
(ROM)Akti an
f-Asistif kekuatan
(spherical otot
grip) ekstremita
sebanyak 2 s atas
kali sehari pada
(pagi dan pasien
sore) stroke di
dengan ruang
waktu 10 rawat inap
menit penyakit
diberikan syaraf
selama 7 (seruni)
hari RSUD
berturut- Ulin
turut dan Banjarma
dihari ke 7 sin
sore hari
dilakukan
kembali
pemeriksaa
n kekuatan
otot sebagai
data akhir
dari latihan
ROM.
Nabab ROM Survei RSU. Royal Besar Lembar Hasil Penelitian
an et pada case Prima sampel observasi penelitian ini
al, pasien control Medan sebanyak dapat membukti
2019 Stroke 5 orang disimpulk kan
penderita an bahwa bahwa
stroke ada ROM
iskemik pengaruh mampu
ROM meningkat
pada kan
pasien kekuatan
stroke otot pada
iskemik pasien
terhadap stroke
peningkat
an
kekuatan
otot
Deva ROM Metode Di Panti Sampel Menggunak Hasil Penelitian
et al, pada quasy Sosial sebanyak an SOP penelitian ini
2022 lansia experimen Tresna 34 (Gerakan dapat membukti
Stroke t dengan Werdha rsponden ROM) dan disimpulk kan
desain Budi Mulia menggunak an bahwa bahwa
pre-post 1&3 an check list ada ROM
tes. (berupa pengaruh mampu
tingkat ROM meningkat
kekuatan pada kan
otot) Lansia kekuatan
stroke otot pada
terhadap pasien
peningkat stroke
an
kekuatan
otot
Anggri ROM Penelitian Di RSUP H. jumlah dengan Hasil Penelitian
ani et pada ini Adam Malik sampel 90 menggunak Nilai ini
al, pasien merupaka Medan orang an data signifikan membukti
2018 Stroke n katagorik si kan
Non penelitian dalam kekuatan bahwa
hemora kuantitatif, bentuk tabel otot ROM
gic mengguna distribusi tangan mampu
kan desain frekwensi.U sebelum meningkat
penelitian ntuk dan kan
quasi mengetahui sesudah kekuatan
experimen apakah pemberian otot pada
tal dengan ROM ROM pasien
pendekata berpengaruh sebesar stroke
n one terhadap 0,000.
group pre kekuatan Artinya
test-post otot terdapat
test. ekstremitas perbedaan
pada pasien kekuatan
stroke otot
tangan
sebelum
dan
sesudah
pemberian
ROM.
Nilai
signifikan
si
kekuatan
otot kaki
sebelum
dan
sesudah
pemberian
ROM
sebesar
0,000.
Artinya
terdapat
perbedaan
kekuatan
otot kaki
sebelum
dan
sesudah
pemberian
ROM. Hal
ini
membukti
kan
bahwa
ROM
berpengar
uh dalam
meningkat
kan
kekuatan
otot
tangan
dan kaki
responden
. Rumah
sakit
sebaiknya
menetapk
an standar
operasion
al
prosedur
untuk
penangana
n khusus
mengguna
kan ROM
agar hasil
yang
diperoleh
dapat
maksimal
dan
seragam
untuk
semua
masalah
kekuatan
otot
Endah ROM Desain Di Ruang jumlah Sampel Hal ini Penelitian
et al, pasif penelitian Rawat inap sampel 14 diukur membukti ini
2020 pada quasi RSUD Kota orang dengan kan membukti
pasien eksperime Tangerang dengan bahwa kan
Stroke n menggunak ROM bahwa
Non an Lembar pasif ROM
hemora Observasi berpengar selama 1
gic sebelum dan uh dalam minggu
sesudah meningkat dalam 7
Latihan kan hari
Range Of kekuatan dilakukan
Motion otot 2 kali
(ROM) responden latihan
. Peneliti pagi dan
menyaran sore
kan bagi selama 15
Rumah menit.
Sakit mampu
sebaiknya meningkat
menetapk kan
an
standard
operasion
al
prosedur
untuk
penangana
n khusus
mengguna
kan ROM
Pasif agar
hasil yang
diperoleh
dapat
maksimal
dan
seragam
untuk
semua
masalah
kekuatan
otot.
Emma ROM Jenis Di Rumah sampel Lembar Hasil Penelitian
et al, pada penelitian Sakit Mardi sebanyak observasi analisa ini
2020 pasien praeksperi Rahayu 46 data membukti
Stroke men Kudus responden mendapat kan
Non dengan kan nilai p bahwa
hemora desain 0.000. ROM
gic One Latihan mampu
Group Pre ROM meningkat
test dan berpengar kan
post test. uh kekuatan
signifikan otot pada
terhadap pasien
peningkat stroke
an
kekuatan
otot
pasien
stroke
dengan
hemiparas
e di RS
Mardi
Rahayu
Kudus
Hogg, Latihan Pra- Rumah sakit Sampel Lembar Hasil Pada
S dkk kekuata Eksperime rehabilitasi yang observasi penelitiani penelitian
2019 n ntal One- di digunakan untuk ni ini
tungkai Group asklepiosklin sebanyak kekuatan menunjuk menyatak
atas Pra-post iken 78 otot kan an bahwa
pada Test schildautal responsen bahwa ROM
pasien design uji di seesen, lebih dapat
stroke statistik jerman signifikan meningkat
subakut mann- kelompok kan
whitney yang kekuatan
diberi otot
terapi pasien
latihan pasca
dengan stroke
intensitas
tinggi
dibanding
kan
dengan
latihan
lengan
intensitas
rendah
Hossei Latihan Pra- Rumah sakit 52 Lembar Intervensi Ada
ni, dkk rentang Eksperime pendidikan responden observasi pada pengaruh
2019 gerak ntal One- poursina untuk kelompok latihan
pasif Group berafiliasi kekuatan eksperime gerak
awal Pra-post dengan otot n pasift saat
pada Test guilan menyebab awal
fungsi design uji university of kan terjadi
motorik statistik t- medical peningkat stroke
penderi test science di an fungsi untuk
ta rasht, iran motorik meningkat
stroke yang kan fungsi
signifikan motorik
antara pasien
bulan
pertama
dan ketiga
di kedua
ekstremita
s atas dan
bawah.
Pada
kelompok
kontrol,
peningkat
an hanya
diamati
pada
kekuatan
oto
ekstremita
s atas
pada
bulan
pertama
dan ketiga
dibanding
kan
dengan
pengukura
n sebelum
intervensi
Chen, Progra Pra- Di 121 Lembar Hasilnya Pada
dkk m Eksperime departemen responden observasi kelompok penelitian
2020 latihan ntal One- neurologi untuk intervensi ini
berbasi Group rumah sakit kekuatan lebih membukti
s Pra-post afiliasi otot meningkat kan
rumah Test kedua signifikan bahwa
dengan design uji whenzhou, latihan
spastisi Chisquare china ROM
tas pasca
tungkai stroke
bawah yang
pasca dipantau
stroke oleh
perawat
dengan
yang tidak
dipantau
lebih
signifikan
yang
selalu
dipantau

Penelitian yang dilakukan oleh (Kristiani,2017) di Surabaya yang berjudul “Pengaruh


Range Of Motion Exercise Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Di Wilayah Puskesmas
Sidotopo Surabaya” dimana jenis penelitian menggunakan pra eksperimental dengan One-
Froup Pra-Post Test Design, dengan jumlah sampel 32 Responden yang mengalami stroke.
Pengambilan sampel dengan menggunakan Teknik purposive sampling. Peserta menerima
terapi Range Of Motion sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2x sehari. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat peningkatan kekuatan otot dari skala 3 ke skala 4 dan dari skala 4 ke
skala 5 setelah dilakukan Range Of Motion Exercise. Berdasarkan hasil uji statistic t-test
menunjukkan p value 0,000 (α< 0,05). Oleh karena itu dengan pemberian Range Of Motion
Exercise mampu meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke di Wilayah Puskesmas
Sidotopo Surabaya.

Penelitian yang dilakukan oleh (Oliviani, 2017) di RSUD Ulin Banjar masin yang
berjudul “Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Aktif-Asistif (Spherical Grip) Terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas Ataspada Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap
Penyakit Syaraf (Seruni) Rsud Ulin Banjarmasin” dimana jenis penelitian menggunakan pre
eksperimen dengan rancangan one group pre-post test design. Jumlah sampel 30 responden
dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian terdapat pengaruh yang
signifikan dimana nilai p = 0,000 < 0,05 sehingga ada pengaruh latihan range of motion (rom)
aktif-asistif (spherical grip) terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien
stroke di ruang rawat inap penyakit syaraf (seruni) RSUD Ulin Banjarmasin.
Penelitian yang dilakukan oleh (Nababan,2019) di RSU. Royal Prima Medan yang
berjudul “Pengaruh ROM Pada Pasien Stroke Iskemik Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot di
RSU. Royal Prima Medan Tahun 2018” desain penelitian ini menggunakan Survei case control
dengan menggunakan 5 orang sampel diambil dengan menggunakan sampling jenuh. Hasil
penelitian didapatkan hasil p value 0,059 (α< 0,05) dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
ROM pada pasien stroke iskemik terhadap peningkatan kekuatan otot.

Penelitian yang dilakukan oleh (Deva,2022) di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia
1&3 Yang Berjudul “Pengaruh Latihan Range Of Motion Terhadap Kekuatan Otot Pada
Lansia Stroke Non Hemoragik Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1&3” desain
penelitian ini menggunakan metode quasy experiment dengan desain pre-post tes. Dengan
sampel sebanyak 34 rsponden. hasil uji statistic t-test menunjukkan p value 0,000 (α< 0,05).
Oleh karena itu dengan pemberian Range Of Motion Exercise mampu meningkatkan kekuatan
otot di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1&3.

Penelitian yang dilakukan oleh (Anggriani et al, 2018) di Di RSUP H. Adam Malik
Medan yang berjudul “Pengaruh ROM (Range Of Motion) Terhadap Kekuatan Otot
Ekstremitas Pada Pasien Stroke Non Hemoragic” desain penelitian ini menggunakan metode
penelitian kuantitatif, menggunakan desain penelitian quasi experimental dengan pendekatan
one group pre test-post test. Dengan sampel 90 orang. Hasil Nilai signifikansi kekuatan otot
tangan sebelum dan sesudah pemberian ROM sebesar 0,000. Artinya terdapat perbedaan
kekuatan otot tangan sebelum dan sesudah pemberian ROM. Nilai signifikansi kekuatan otot
kaki sebelum dan sesudah pemberian ROM sebesar 0,000. Artinya terdapat perbedaan
kekuatan otot kaki sebelum dan sesudah pemberian ROM. Hal ini membuktikan bahwa ROM
berpengaruh dalam meningkatkan kekuatan otot tangan dan kaki responden. Rumah sakit
sebaiknya menetapkan standar operasional prosedur untuk penanganan khusus menggunakan
ROM agar hasil yang diperoleh dapat maksimal dan sebelum dan sesudah pemberian ROM
sebesar 0,000. Artinya terdapat perbedaan kekuatan otot kaki sebelum dan sesudah pemberian
ROM. Hal ini membuktikan bahwa ROM berpengaruh dalam meningkatkan kekuatan otot
tangan dan kaki responden. Rumah sakit sebaiknya menetapkan standar operasional prosedur
untuk penanganan khusus menggunakan ROM agar hasil yang diperoleh dapat maksimal.

Penelitian yang dilakukan oleh (Endah et al, 2020) di Ruang Rawat inap RSUD Kota
Tangerang yang berjudul “Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif Terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Ruang Rawat Inap Di
RSUD Kota Tangerang” desain penelitian ini menggunakan quasi eksperimen. Dengan jumlah
sampel 14 orang. ROM selama 1 minggu dalam 7 hari dilakukan 2 kali latihan pagi dan sore
selama 15 menit. Hal ini membuktikan bahwa ROM pasif berpengaruh dalam meningkatkan
kekuatan otot responden. Peneliti menyarankan bagi Rumah Sakit sebaiknya menetapkan
standard operasional prosedur untuk penanganan khusus menggunakan ROM Pasif agar hasil
yang diperoleh dapat maksimal dan seragam untuk semua masalah kekuatan otot.

Penelitian yang dilakukan oleh (Emma et al, 2020) di Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus yang berjudul “Pengaruh Range Of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot Pasien
Stroke Di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus” desain penelitian ini menggunakan penelitian
praeksperimen dengan desain One Group Pre test dan post test. Hasil analisa data
mendapatkan nilai p 0.000. Latihan ROM berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
kekuatan otot pasien stroke dengan hemiparase di RS Mardi Rahayu Kudus.

Penelitian yang dilakukan Hogg, S dkk (2019) dengan judul latihan kekuatan tungkai
atas pasien stroke subakut: protokol studi uji coba tekontrol secara acak. Sampel yang
digunakan adalah 78 responden yang mengalami stroke. Kelompok pertama dengan beban
lengan 80% dari IRM, akan diberi 3 set 10 pengulangan setiap latihan sedangkan kelompok
kedua dengan beban lengan 40% dari IMR diberi 3 set meningkat jumlah pengulangan setiap
latihan sampai batas akhir pengulangannya adalah 18. Hasil penelitia ini menunjukkan bahwa
lebih signifikan kelompok yang diberi terapi latihan lengan dengan intensitas tinggi
dibandingkan dengan latihan lengan intensitas rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Hosseini, dkk (2019) dengan judul pengaruh latihan
rentang gerak pasif awal pada fungsi motorik penderita stroke: percobaan terkendali acak.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 52 responden. Pada penelitian ini dibagi
2 kelompok. Kelompok intervensi sebanyak 33 responden dan kelompok kontrol sebanyak 19
responden. Latihan gerak pasif pada kelompok eksperimen selama 48 jam pertama saat masuk
dan dilakukan 6-8 kali selama 80 menit. Hasil intervensi pada kelompok eksperimen
menyebabkan peningkatan fungsi motorik yang signifikan antara bulan pertama dan ketiga
dikedua ekstremitas atas dan bawah pada kelompok kontrol peningkatan hanya diamati pada
kekuatan otot ekstremitas atas pada bulan pertama dan ketiga dibandingkan dengan
pengukuran sebelum intervensi.

Penelitian ini dilakukan oleh Chen, dkk 2020 dengan judul efektifitas program latihan
berbasis rumah diantara pasien dengan spastisitas tungkai bawah pasca stroke: uji coba
terkontrol secara acak dengan menggunakan sampel 121 responden pasca stroke. Pada
penelitian ini dibagi 2 kelompok kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok
intervensi akan diberi homebased rehabilitasi exercise program (HPEPPro) selama 12 bulan
dan akan dilakukan penilaian pada bulan ke 0, 3, 6, dan 12 sedangkan kelompok kontrol hanya
diberi penkes standar, obat-obatan, diet dan dilakukan melalui telepon tetapi ini dilakukan 3
sesi perminggu 3 bulam pertama ,setiap sesi 30 menit dan dapat berkomunikasi melalui telfon
kapan saja. Setelah dilakukan intervensi makan diberi perbandingan atau penilaian antar
kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Hasil kelompok intervensi lebih meningkat
signifikan.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB pembahasan ini, penelitian Membahas yang mencakup fakta, teori, dan opini. Fakta
dijabarkan mengapa dan bagaimana (tidak mengulang angka pada bagian hasil). Teori hasil penelitian
dikaitkan dengan teori yang relevan (apakah memperkuat atau bententangan) dan opini merupakan
pandangan atau pendapat peneliti terhadap komprasi fakta dan teori . Pada pembahasan juga
diintegrasikan hasil literatur review dari pengaruh latiha Range Of Motion (ROM) pada pasien stroke
untuk meningkatkan kekuatan otot.

Pertama kriteria inklusi dan ekslusi pada jurnal yang di dapat mempengaruhi jumlah artikel
jurnal yang didapat. Penentuan artikel yang diambil adalah populasi pasien stroke, jurnal pada kisaran
2017-2022, metode pada jurnal adalah quasi eksperimen dan rendom control trial akhirnya jurnal di
dapat 10 artikel.

Sistem saraf merupakan system kordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantar impul saraf
ke sumsum saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan.
Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf ialah sel saraf atau neuron. Sistem saraf terdiri dari sistem
saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf tepi. system saraf pusat terdiri dari otak dan sum-sum
tulang belakang dan sistem saraf perifer terdiri atas sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom.
Sistem saraf memiliki tiga fungsi utama, yakni menerima informasi dalam bentuk rangsangan atau
stimulus, memproses informasi yang diterima, serta memberi tanggapan (respon) terhadap
rangsangan. Menurut fungsinya ada tiga jenis sel saraf yaitu yang pertama sel saraf sensorik yaitu sel
saraf yang mempunyai fungsi menerima rangsang yang datang kepada tubuh ataupun panca indra,
diubah menjadi impuls (rangsangan) saraf, dan meneruskannya ke otak. Badan sel saraf ini
bergerombol membentuk ganglia, akson pendek, dan dendritnya Panjang, yang kedua adalah sel saraf
motorik adalah sel saraf yang mempunyai fungsi untuk membawa impuls saraf dari pusat saraf (otak)
dan sumsum tulang belakang menuju otot. Sel saraf ini mempunyai dendrit yang pendek dan akson
yang Panjang di sel saraf penghubung adalah sel saraf yang banyak terdapat di dalam otak dan yang
ketiga adalah sumsumtulang belakang. Neuron (sel saraf) tersebut berfungsi untuk menghubungkan
atau memutuskan impuls (rangsangan) dari sel saraf sensorik ke sel saraf motorik.

Penyakit stroke biasanya disebabkan karena penyakit hipertensi, diabetes melitus, gangguan
pembuluh darah dan juga karena kolestrol sehingga menyebabkan penimbunan lemak yang meningkat
dipembuluh darah sehingga membuat pembuluh darah dan juga jantung bekerja atau memompa lebih
keras untuk proses sirkulasi menjadi normal. Namun, jika pembuluh darah bekerja ekstra secara terus
menerus membuat pembuluh darah menjadi pecah ataupun akan terjadi sumbatan sehingga
menyebabkan terjadinya penyakit stroke. Penyakit stroke ini akan menyerang sistem saraf terutama
pada sistem motoriknya sehingga akan menyebabkan hemiplegi pada penderitanya. Untuk anggota
gerak atas di persyarafi oleh pleksus brakiallis dan mensyarafi ekstremitas bawah adalah pleksus
sakralis.

Berdasarkan 10 jurnal yang telah didapat dan di riview, dilakukannya Latihan ROM ini,
dengan frekuensi 2x sehari dalam waktu 4 hari berturut- turut memiliki manfaat seperti
mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian
dan mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur untuk memulai kegiatan yang memperbaiki
fungsi saraf melalui terapi fisik, dapat membantu proses pemulihan kekuatan otot. Kristiani, (2017).
Proses pelaksanaan intervensi ROM dilakukan selama 1 minggu dalam 7 hari dilakukan 2 kali latihan
pagi dan sore selama 15 menit.dapat meningkatkan rentang sendi, dimana reaksi kontraksi dan
relaksasi selama gerakan ROM yang dilakukan pada pasien stroke terjadi pengeluaran serabut otot
dan peningkatan aliran darah pada daerah sendi yang mengalami pralisis sehingga terjadi peningkatan
penambahan rentang sendi abduksi- aduksi pada ekstremitas atas dan bawah hanya pada sendi- sendi
besar . sehingga ROM dapat dilakukan sebagai alternatif dalam meningkatkan rentang sendi pada
pasien stroke. Endah et al, (2020). Penelitian lain mengatakan latihan gerak pasif pada kelompok
eksperimen selama 48 jam pertama saat masuk dan dilakukan 6-8 kali selama 30 menit dapat
mencegah kecacatan, dapat mempertahankan fleksibilitas dan mobilisasi sendi. Hosseini, dkk, (2019)
penelitian yang sama juga dilakukan oleh Hogg, S dkk (2019), mengatakan bahwa responden diberi
terapi Latihan pada lengan dengan waktu 3 kali seminggu selama 3 minggu dengan durasi waktu 60
menit di rumah sakit rehabilitasi akan meningkatkan kekuatan tungkai atas pada pasien stroke,
mencegah kecacatan, dapat mempertahankan fleksibilitas mobilitas sendi.

Hemiparese merupakan masalah umum yang dialami oleh pasien dengan stroke. Hemiparese
pada ekstremitas atas dapat menyebabkan berbagai keterbatasan sehingga pasien stroke banyak
mengalami ketergantungan dalam beraktivitas. Salah satu intervensi yang bisa di lakukan untuk
mengatasi masalah hemiparese pada ekstremitas atas adalah dengan melakukan latihan ROM. Namun
jika tidak dilakukan ROM maka akan berdampak mengalami kelemahan pada satu sisi anggota tubuh
disebabkan oleh penurunan tonus otot, sehingga tidak mampu menggerakkan tubuhnya (imobilisasi).
Imobilisasi yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat, akan menimbulkan komplikasi berupa
upnormalitas tonus, dan kontraktur. Atropi otot karena kurangnya aktivitas dapat terjadi hanya dalam
waktu kurang dari 1 bulan setelah terjadi serangan stroke. Kontraktur merupakan salah satu penyebab
terjadinya penurunan kemampuan pasien penderita stroke dalam melakukan rentang gerak sendi.
Kontraktur diartikan sebagai hilangnya atau menurunnya rentang gerak sendi, baik dilakukan secara
pasif maupun aktif karena keterbatasan sendi. Maka Latihan ROM merupakan salah satu bentuk
Latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya
kecacatan pada pasien dengan stroke. Secara konsep Latihan ROM dikatakan dapat mencegah
terjadainya penurunan fleksibilitas sendi dan kekakuan sendi serta merupakan sekumpulan Gerakan
yang di lakukan pada bagian sendi yang bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan
otot. ROM dapat diterapkan dengan aman sebagai salah satu terapi pada berbagai kondisi pasien dan
memberikan dampak positif baik secara fisik maupun sikologis, Latihan ringan seperti ROM memiliki
beberapa keuntungan diantaranya lebih mudah dipelajari dan diingat oleh pasien, keluarga mudah
menerapkan intervensi keperawatan dengan biaya murah yang dapat diterapkan oleh penderita stroke
(Rustandi, 2019).

Penelitian lain mengatakan hal yang sama jika tidak dilakukan ROM pada pasien pasca stroke
maka akan berndampak menimbulkan kelemahan atau kelumpuhan lengan, tungkai, atau salah satu
sisi tubuh, melemahnya otot, kaku, dan menurunnya fungsi motorik, kehilangan keseimbangan, gerak
tubuh tidak terkondisi secara baik, berjalan menjadi sullit dan langkahnya menjadi tertatih-tatih
bahkan tak jarang mengalami kelumpuhan total. Perubahan tersebut mempengaruhi struktur fisik
maupun mental (sikologis). Sehingga dengan adanya perubahan tersebut menimbulkan kemunduran
aktivitas fisik seperti menggerakan sistem gerak tubuh seperti tangan, kaki, bahu, lutut, jari-jari
tangan dan kaki, ketidak mampuan berbicara dan ketidak mampuan motoric lainnya (setyawan, 2017)

Terapi ROM sangat berpengaruh pada jenis stroke non hemoragik karena pada pasien stroke
non hemoragik biasanya tidak disertai dengan penurunan kesadaran yang membuat penyembuhan
pada kelumpuhan ini akan menjadi lebih lama dibandingkan pasien pasca stroke yang tidak
mengalami penurunan kesadaran (Potter dan Perry, 2018). Hal ini didukung dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rahmadani (2019) dan Nababan (2019), yang mengatakan bahwa latihan ROM lebih
efektif dan berpengaruh jika dilakukan pada pasien stroke non hemoragik atau nama lainnya adalah
stroke iskemik.

Berdasarkan 10 jurnal yang telah didapat dan direview, penelitian menemukan beberapa fakta
tentang penelitian Range Of Motion (ROM) yang meliputi, “Pengaruh Pemberian Terapi Rom (Range
Of Motion) Terhadap Penyuluhan Penyakit Stroke” dimana dalam penelitian tersebut menggunakan
10 responden didapatkan hasil bahwa kekuatan otot pada pasien stroke sebelum dilakukan intervensi
ROM adalah rendah sedangkan setelah pelakukan ROM kekuatan otot pada pasien stroke adalah
sedang. Sehingga didapatkan hasil bahwa terdapat peningkatan kekuatan otot terhadap penderita
pasca stroke yang dilakukan ROM selama 7 hari (Setyawan, 2017). Kejadian itu juga terjadi pada
penelitian yang berjudul “Pengaruh ROM Pada Pasien Stroke Iskemik Terhadap Peningkatan
Kekuatan Otot Di RSU. Royal Prima Medan Tahun 2018” pada 5 responden pasca stroke yang
mayoritas berusia 30-40 tahun dengan jenis kelamin laki-laki yang hanya dapat sedikit kontraksi pada
otot dan gerakan tetapi tidak dapet melawan gravitasi sedangkan setelah diberikan latiah ROM
responden dapat bergerak melawan gravitasi tetapi lemah dan bahkan terdapat responden yang dapat
melawan gravitasi secara penuh (Nababan, 2019).

Fakta lain menyebutkan pada penelitian yang dilakukan dengan membagi 2 kelompok yaitu
kelompok intervensi dan kelompok kontrol dimana kedua-duanya dinilai sebelum dilakukan ROM
dan sesudah dilakukan ROM. Didapatkan hasil bahwa kelompok intervensi mengalami peningkatan
kekuatan otot setelah diberikan latihan ROM, dibandingkan kelompok kontrol yang tidak diberi
latihan ROM mengalami penurunan kekuatan otot. Sehingga didapatkan hasil bahwa latihan ROM
berpengaruh terhadap kekuatan otot pasien pasca stroke (Rahmadani, 2019). Kejadian yang sama juga
dilakukan percobaan yang berjudul “Pengaruh ROM exercise terhadap kekuatan otot pada pasien
stroke” yang menggunakan 32 responden dimana rata-rata berusia 56-65 tahun dengan jenis kelamin
laki-laki, bahwa kekuatan otot sebelum dilakukan intervensi berada di skala 3 dan skala 4 lalu setelah
diberikan intervensi rata-rata skala kekuatan otot berada pada skala 3 sampai dengan skala 5. Artinya
ada peningkatan skala kekuatan otot pada pasien pasca stroke. Responden tersebut juga rata-rata
memiliki Riwayat penyakit atau penyakit keturunan stroke (Kristiani, 2017). Hal ini karena penderita
pasca stroke salah satu masalah yang berhubungan dengan motoric adalah hemiparese. Hemiparese
atau kelemahan otot salah satu sisi tubuh adalah tanda lain yang sering ditemukan pada pasien stroke
selain hemiolegi. Manifestasi dari hemiparese yang paling umum adalah menurunnya kekuatan otot.
Kekuatan otot sangat berhubungan dengan system neuromuscular yaitu seberapa besar kemampuan
sistem syaraf mengakktivasi otot untuk melakukan kontraksi. Dengan demikian semakain banyak
serabut otot yang teraktivasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan oleh otot tersebut.
Dimana kekuatan adalah kemampuan Otot menahan beban baik berupa beban eksternal maupun
beban internal disfungsi pada ekstermitas atas yang dialami oleh pasien stroke merupakan gangguan
fungsional yang paling umum terjadi, kelemahan otot (hemiparese) pada ekstermitas memiliki
peranan yang besar dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Rahmadani, 2019).

Latihan ROM merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses rehabilitas yang dinilai
massih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien stroke. Latihan ROM
merupakan sekumpulan gerakan yang dilakukan pada bagian sendi yang bertujuan untuk
meningkatkan fleksibelitas dan kekuatan otot ROM dapat diterapkan denga naman sebagai salah satu
terapi pada berbagai kondisi passion dan memberikan dampak positif baik secara fisik maupun
psikologis (potter & Perry, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Endah (2020) yang mengatakan bahwa dari 30 responden
mayoritas berusia 56- 65 thn tahun dengan hasil bahwa terdapat peningkatan kekuatan otot setelah
dilakukan latihan ROM dibandingkan responden yang tidak dilakukan ROM. Fakta selanjutnya
berdasarkan penelitian “Pengaruh Latihan Rentang Gerak Pasif Awal pada Fungsi Motorik Penderita
Stroke” dimana semua responden rata-rata berumur 60-90 tahun dan rata-rata berjenis kelamin laki-
laki. Hasil intervensi pada kelompok eksperimen menyebabkan peningkatan fungsi motoric yang
signifikan antara bulan pertama dan ketiga di kedua ekstremitas atas dan bawah. Pada kelompok
kontrol, peningkatan hanya diamati pada kekuatan otot ekstremitas atas pada bulan pertama dan
ketiga dibandingkan dengan pengukuran sebelum intervensi. Artinya ada peningkatan skala kekuatan
otot pada pasien pasca stroke (Hosseini, Z dkk, 2019).

Dari berbagai artikel jurnal yang peneliti review, menyatakan bahwa terdapat pengauh latihan ROM
pada pasien pasca stroke terhadap peningkatan kekuatan otot. Dari 10 jurnal yang telah direview dapat
ditunjang dengan teori sebagai berikut, bahwa penderita pasca stroke membutuhkan terapi segera
untuk mengurangi cedera cerebral lanjut, salah satu program rehabilitas yang dapat diberikan pada
pasien stroke yaitu mobilisasi persendian dengan latihan range of motion (ROM). Range of motion
(ROM) merupakan latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan pergerakan sendi secara normal dan lengkap untuk menigkatkan massa
otot dan tonus otot. Memberikan latihan ROM secara dini dapat meningkatkan kekuatan otot karena
dapat menstimulasi pergerakan sendi sehingga semakin banyak sendi yang terlibat maka akan terjadi
peningkatan kekuatan otot, lalu kerugian pasien pasca stroke dengan hemiparese bila tidak segera
ditangani maka akan terjadi kecacatan yang permanen. Latihan Range Of Motion (ROM) adalah
latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.
Dalam pemulihan anggota gerak yang mengalami kelemahan terdapat factor yang mempengaruhi
peningkatan kekuatan otot. Lamanya pemberian latihan dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh.
Lama latihan tergantung pada stamina pasien. Terapi latihan yang baik adalah latihan yang tidak
melelahkan, durasi tidak terlalu lama namun dengan pengulangan Sesering mungkin dan gerakan
berulang kali dan terfokus dapat membangun koneksi baru antara motor sistem dan mengaktifkan
spinal motorneuron adalah dasar pemulihan pada stroke (Setyawan, 2017). Studi menyebutkan setelah
serangan stroke, tonus otot yang normal menghilang. Tanpa latihan yang baik, pasien akan melakukan
kompensasi gerakan dengan menggunakan bagian tubuhnya yang sehat sehingga seumur hidupnya
pasien akan memnggunakan bagian tubuh yang sehat dan membiarkan anggota tubuhnya yang sakit.
Hemiparese pasca stroke diketahui merupakan salah satu penyebab pasien stroke mengalami
kecacatan (Emma, 2022).

Sedangkan menurut Nababan (2018), mengatakan bahwa pengaruh ROM pada pasien stroke
iskemik terhadap peningkatan kekuatan otot dapat membuat pasien mengerti dan tahu cara berlatih
dalam memberikan pergerakan baik otot, persendian yang sesuai dengan gerakan normal maupun
secara aktif dan pasif saat melakukan kontraksi pergerakan. Teori lain menyebutkan bahwa faktor
risiko stroke antara lain Hipertensi, penyakit kardiovaskular-embolisme serebral berasal dari jantung,
kolestrol darah tinggi, obesitas atau kegemukan, Diabetes mellitus. Hal tersebut didukung pula
penelitian dari Hossieni, Z dkk pada tahun (2019) yang mengatakan bahwa faktor risiko utama
terjadinya stroke adalah hipertensi dan diabetes mellitus. Usai dapat dijadikan salah satu faktor risiko
terjadinya stroke, sebab bertambahnya usia seseorang maka juga fungsi yang terdapat didalam tubuh
manusia akan menurun. Penelitian lain juga mengatakan bahwa usia dapat mempengaruhi serat otot,
dimana serat otot akan Mengecil kekuatan otot berkurang sesuai seiring berkurangnya massa otot
(Kristiani, 2017).

Berdasarkan opini, Hemiplegi merupakan masalah umum yang dialami oleh pasien dengan
stroke. Hemiplegi pada ekstermitas atas dapat menyebabkan berbagai keterbatasan sehingga pasien
stroke banyak mengalami ketergantungan dalam beraktivitas. Salah satu intervensi yang bisa
dilakukan untuk mengatasi masalah hemiparese pada ekstermitas atas adalah dengan melakukan
tindakakn non farmakologi yang dapat dilakukan dengan meningkatkan otot yaitu dengan range of
motion (ROM). Pasien stroke masuk rumah sakit dan selama perawatan diberikan terapi serta edukasi
terkait ROM untuk mengurangi kekakuan pada sendi. Dan penderita pasca stroke mulai melakukan
ROM di rumah untuk melatih anggota gerak atas atau bawah yang mengalami hemiplegi untuk
mencegah terjadinya kecacatan. Sebab jika kita melatih anggota gerak yang mengalami penurunan
kekuatan otot maka lama kelamaan akan membuat otot kita semakin meningkat dan mencegah
terjadinya kekakuan pada sendi. Latihan ringan seperti ROM memiliki beberapa keuntungan antara
lain lebih mudah dipelajari dan diingat oleh pasien dan keluarga mudah diterapkan dan merupakan
intervensi keperawatan dengan biaya murah yang dapat diterapkan oleh penderita stroke.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan 10 jurnal yang sudah di riview oleh penulis dalam bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa manfaat dari dilakukannya latihan ROM adalah mempertahankan atau
memelihara fleksibilitas dan dapat membantu proses pemulihan kekuatan otot. Pada 10 jurnal
yang telah di riview juga dapat ditarik kesimpulan bahwa latihan ROM mempunyai pengaruh
Yang signifikan dalam meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke hal ini dapat
dibuktikan dari skala kekuatan otot sebelum dilakukan ROM adalah dengan skala 3 dan 4
sedangkan yang telah diberikan latihan ROM skala kekuatan otot meningkat menjadi 4 dan
skala 5. Kemudian berdasarkan jurnal yang telah di riview terapi latihan ROM dapat
dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore. Dimana terapi tersebut dilakukan 7 hari berturut- turut.
Penelitian lain jugamengatakan bahwa terapi Range Of Motion dapat meningkatkan fungsi
motorik pada pasien stroke baik ekstremitas atas maupun bawah dibandingkan dengan yang
tidak diberikan latihan Range Of Motion.
LEMBAR BIMBINGAN KARYA ILMIAH AKHIR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Nama Mahasiswa : Nurbaiti Rahmadani

Nim : 21.14901.026

Judul : Literature Review: Penerapan Latihan Range Of Motion (Rom)

Pada Pasien Stroke Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot

Nama Pembimbing : Elang Wibisana M.Kep

No Hari/ Tanggal Topik Uraian Bimbingan Paraf

Bimbingan Pembimbing

1 Rabu, 28 Sept Persentasi jurnal 1. Bimbingan judul KIA

2022 dan proposal 2. Bimbingan BAB 1

KIA

Anda mungkin juga menyukai