Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Stroke merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan

neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah ke otak. Dua jenis

stroke yang utama adalah iskemik dan hemoragik. Iskemik yang disebabkan oleh

adanya penyumbatan akibat gumpalan aliran darah baik itu sumbatan karena

trombosis maupun embolik, dan hemoragik yang disebabkan karena perdarahan

kedalam jaringan otak atau ruang subarakhnoid (Black&Hawks, 2014).

Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu didunia (Stroke

Association, 2015) dan kematian urutan ke 5 di dunia setelah penyakit jantung,

kanker, penyakit kronik pada pernapasan bawah dan kecelakaan (Kochanek et al,

2016). Diperkirakan 17,5 juta orang meninggal setiap tahunnya karena stroke (WHO,

2016). Di Indonesia terjadi peningkatan prevalensi stroke dari tahun 2007 ke tahun

2013 sebanyak 12,1 per 1000 penduduk Indonesia (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Di

unit Carolus pada bulan September 2016 stroke menjadi ururtan ke 2 setelah fibris

dengan presentase 8,8%.

Masalah yang dapat ditemukan pada penyakit stroke adalah gangguan fungsi

motorik. Ganggun motorik setelah terjadinya stroke dapat menyebabkan gangguan

mobilitas. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya hemiparesis (kelemahan) dan

hemiplegia (paralsis) dari salah satu bagian tubuh atau keduanya tergantung area yang

terkena. (Black & Hawks, 2014; Lewis et al, 2014).

Hemiparesis dan hemiplegia dapat menyebabkan berkurangnya rentang gerak

dan fungsi ekstermitas atas (Kim et al, 2014). Pada penderita stroke, terjadi
keabnormalan kelenturan otot salah satunya adalah kekuatan pada ekstermitas atas

(Lee et al, 2011). Keterbatasan gerakan dari ekstremitas atas terpengaruh secara

permanen membuat sulit bagi pasien pasca stroke untuk hidup normal. Hemiplegia

membuat fungsi ekstremitas atas yang terkena sulit melakukan aktivitas sehari-hari.

Hal ini membutuhkan perbaikan kemampuan motorik ekstremitas atas dengan

dilakukannya rehabilitasi pada pasien stroke (Soohee & Young, 2016).

Rehabilitasi yang dapat dilakukan pada pasien stroke adalah latihan rentang

gerak (range of motion) (Black & Hawks, 2014). Range of motion (ROM) merupakan

latihan yang digunakan untuk mempertahakan atau memperbaiki tingkat

kesempurnaan kemampuan unuk menggerakan persendian secara normal dan lengkap

untuk meningkatkan masa otot dan tonus otot. Salah satu ROM yang dapat dilakukan

pada ekstermitas untuk pasien dengan hemiparese atas adalah hand gri. Jelaskan

dahulu apa itu hand grip dan mengapa baik untuk pasien stroke. Apa keuntungan

menggunakan handgrip dan mengapa memfokuskan pada upper extremities?

yang terdiri dari enam target yaitu hand open, key grip, pinch grip, cylindrical

grip, sperical grip dan three fingered grip (Lee et al, 2011).

Hasil penelitian mengenai cylindrical graps yang dilakukan oleh Kuo, et al

(2013) berjudul “The force synergy of human digits in statisc and dynamic cylindrical

graps”. Penelitian ini dilakukan pada 24 responden yang terdiri dari 12 wanita dan 12

pria dan menunjukkan adanya hubungan yang signifikan terhadap kekuatan otot dan

koordinasi. Berapa lama latihannya dan dilakukan untuk mengukur apa? Alat ukurnya

apa?

Hasil penelitian lain dilakukan oleh Lee et al (2011) dengan judul “Subject

specific myoelectric pattern classification of functional hand movements for stroke

survivors. Dengan alat electromyography (EMG) sebagai teknik manual untuk


mengukur kekuatan otot penderita stroke. Klasifikasi pergerakan tangan meliputi

hand open, key grip, pinch grip, cylindrical grip, sperical grip dan three fingered

grip. Berapa orang pasiennya, berapa lama latihannya, hasilnya apa

Hasil penelitian serupa dilakukan oleh Ljubi (2012), dengan judul penelitian

“The Influence of Bodily Activity on Retaining the Functionality of the Hand in Aged

Persons”. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbaikan setelah program latihan

dalam kategori: fungsi fisik, keterbatasan karena masalah fisik, keterbatasan karena

masalah emosional, kesehatan mental, vitalitas dan energi, dan nyeri tubuh.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Prok, et al (2016) dengan judul

“Pengaruh latihan gerak aktif menggenggam bola pada pasien stroke diukur dengan

handgrip dynamometer” menujukkan ada perbedaan bermakna rata-rata kekuatan otot

sebelum dan sesudah latihan (p= 0,000). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

ada pengaruh bermakna latihan gerak aktif menggenggam bola terhadap kekuatan otot

tangan pada pasien stroke .

Berdasarkan uraian diatas, kami mahasiswa S2 Keperawatan STIK Sint.

Carolus tertarik untuk mengaplikasikan latihan rentang gerak cylindrical grip dan

spherical grip terhadap kekuatan otot pada pasien stroke di unit Carolus. Masukan

sedikit keuntungan penggunaan EBP

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari mengaplikasikan latihan rentang gerak (range of motion) hand

grip terhadap kekuatan otot pada pasien stroke di unit Carolus

2. Tujuan khusus
a. Mengaplikasikan latihan rentang gerak (range of motion) hand grip terhadap

kekuatan otot pada pasien stroke di unit Carolus

C. Manfaat

1. Manfaat bagi unit Carolus

Dapat memberikan gambaran dan pengetahuan mengenai latihan rentang gerak

(range of motion) hand grip pada pasien stroke. Sehingga perawat di unit Carolus

dapat mengaplikasikannya kepada pasien stroke.

2. Manfaat bagi pasien

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dan pengetahuan mengenai

manfaat latihan rentang gerak (range of motion) hand grip pada pasien stroke

untuk meningkatan kekuatan otot.

3. Manfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan

Menambah wawasan dan kelimuan melalui Evidence Based Practise mengenai

latihan rentang gerak (range of motion) hand grip pada pasien stroke untuk

meningkatan kekuatan otot.

Anda mungkin juga menyukai