Anda di halaman 1dari 5

Hasil Review Jurnal

Rom Of Motion

Dosen Pengampu : Ns. Ahmad Yanuar, M.Kep

Disusun oleh:
Widiya Fara Diba
NIM : 202001012

PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN


STIKES BANYUWANGI
T.A. 2020/2021
Hasil Review Jurnal

1.1 Judul Jurnal

“LATIHAN ROM LENGAN MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT PADA


PASIEN PASCA-STROKE.”
(Range of Motion Exercise of Arms Increases the Mucle Strength for Post Stroke Patients)
1.2 Penulis
Judi Nurbaeni, I Ketut Sudiana, Harmayetty
1.3 Tujuan
The objective of this study was to examine the effect of arm range of motion in the
muscle strength of post stroke patient.
(Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui rentang gerak lengan pada
pasien yang terkena stroke).
1.4 Kata Kunci
Arm range of motion, Stroke, Strength of arm muscle
(Rentang gerak lengan, Stroke, Kekuatan otot lengan)
1.5 Pendahuluan
Kebutuhan akrtivitas sebuah tanda kesehatan yang meliputi kemampuan seseorang dalam
melakukan Gerakan. Dimana, gerakan ini juga dipengaruhi oleh sensor motorik. Stroke adalah
salah satu contoh penyakit yang dipengaruhi oleh factor sensorik dan mematikan. Pertolongan
dan pengobatan pasien stroke ditujukan untuk meningkatkan aliran darah otak, mencegah
kematian dan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan (Mahar, 1994). Rehabilitasi dan
latihan Range of Motion (ROM) merupakan salah satu terapi lanjutan pada pasien stroke
setelah fase akut telah lewat dan memasuki fase penyembuhan. Mobilisasi dini dalam bentuk
latihan Range of Motion sebagai bagian dari rehabilitasi mempunyai peranan yang besar untuk
mengembalikan kemampuan penderita untuk kembali bergerak, memenuhi kebutuhan sehari-
harinya, sampai kembali bekerja.
Menurut survey tahun 2004, stroke merupakan factor paling banyak yang menyebabkan
kematian diseluruh penjuru rumah sakit di Indonesia. Hasil Rekam Medis di RSU Dr. Soedono
Madiun selama kurun waktu 2 tahun terakhir angka kejadian penyakit stroke dapat
digambarkan sebagai mana berikut ini Tahun 2007 telah dirawat sejumlah total 122 dan
penderita meninggal sejumlah 29 orang, dengan gambaran penderita menurut usia adalah 8
orang (usia 25–44 tahun), 74 orang (usia 45–64 tahun). Tahun 2008 dirawat penderita stroke
sejumlah total 140 orang meninggal 27 orang. Sedangkan gambaran jumlah penderita menurut
umur 4 orang (usia 25–44 tahun) 87 orang (usia 45–64 tahun).
Maka dari itu, latiha ROM ini dilakukan untuk mengetahui rentan pergerakan lengan
pada penyakit stroke. Hal ini juga digunakan terapi pada seseorang pasca stroke, untuk
mengembalikan fungsi anggota tubuh secara normal kembali.
1.6 Bahan dan Metode
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah pra eksperimental (one group pre–post
test design) yaitu responden penelitian hanya satu kelompok yang dilakukan pengukuran
terlebih dahulu sebelum mendapat perlakuan, yaitu latihan ROM.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien paska stroke yang dirawat di Irna
Wijayakusuma Rumah Sakit Umum dr. Soedono Madiun dengan jumlah sampel sebesar 11
responden.
Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah latihan ROM lengan yang
diberikan sebanyak 2 kali/hari yang pelaksanaannya disesuaikan standar operasional prosedur
dari latihan ROM lengan.
1.7 Hasil dan Pembahasan
Rerata 11 pasien responden mengalami perubahan setelah dilakukan latihan ROM. Data
pada penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang terkena penyakit stroke berada pada
rentan usia 60 tahun. Sedangkan menurut jenis kelamin, penyakit stroke lebih banyak didierita
oleh laki-laki sebanyak 72,7%. Hal ini dikarenakan factor pemicu yang biasanya dilakukan
oleh laki-laki yaitu seperti minum, merokok, obesitias dan factor pemicu lainnya. Tetapi tidak
hanya laki-laki yang mengalami stroke, perempuan juga dapat terkena stroke. Tetapi
beruntungnya perempuan masib terdapat hormone esterogen yang dapat mencegah terjadinya
stroke.
Kekuatan merupakan sumber utama yang dilakukan untuk melakukan latihan ROM. Pada
penelitian ini hasilnya para responden dapat melukakan latihan ROM dengan skala 2. Hasil
penelitian yang dilakukan, kekuatan otot penderita paska stroke yang mengalami hemiparese
setelah dilakukan latihan ROM mengalami peningkatan kekuatan otot, yaitu terbesar terjadi
peningkatan menjadi skala 4. Seperti diketahui skala 4 untuk kekuatan otot adalah mampu
menahan gravitasi dan mampu menahan tahanan kurang maksimal. Sedangkan skala 5 adalah
kekuatan otot normal, atau otot mampu mempertahankan posisi dengan melawan gravitasi dan
tahanan maximal. Dengan dilakukan ROM kekuatan otot meningkat hal ini disebabkan pada
saat dilakukan ROM untuk memobilisasi sendi maka kegiatan ini akan merangsang sel.
ROM adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot, di mana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan
normal baik secara aktif ataupun pasif. Pasien yang mengalami keterbatasan mobilisasi seperti
pada pasien stroke dan keterbatasan anggota gerak atas khususnya sangat efektif untuk
mendapatkan latihan ROM untuk mencegah keterbatasan lebih lanjut seperti kontraktur.
Stroke sebagai salah satu penyakit pembuluh darah otak dapat menimbulkan cacat fisik
yang disebut hemiparese. Kata hemiparese yang berati kelumpuhan separo. Kelemahan ada
yang bersifat sementara, ringan dan berat. Ini semua tergantung dari keadaan sel-sel otak dan
luas dan tidaknya lokasi yang terkena. Ketahanan fisik yang menurun karena bertambahnya
usia dan adanya penyakit lain yang berakibat menambah berat strokenya. Layihan ROM ini
tentu akan sangat membantu bagi para pasca stroke. Maka dari itu, dalam memelihara Range
of Motion maka luas gerak sendi harus selalu digerakkan untuk memperoleh hasil yang baik.
1.8 Kesiumpulan dan Saran

Kesimpulan
Stroke merupakan penyakit yang mematikan dan merupakan penyakit nomor satu di
Indonesia dengan jumlah yang sangat tinggi. Stroke lebih banyak dialami oleh laki-laki karena
factor seperti merokok, minuman beralkohol, obesitas, dan factor pemicu lainnya. ROM
merupakan sebuah gerakan terapi/ latihan yang berfungsi untuk mengetahui rentan gerakan
lengan pada pasien pasca stroke. Dalam ROM juga terdapat nilai yang digunakan untuk
menentukan ada atau tidaknya perubahan pada pasien. Melalui gerakan ROM, dapat diketahui
perubahan dan tingkatan anggota gerak pasca stroke. Pada penelitian yang diatas, juga sudah
terbukti bahwa pergerakan ROM dapat meningkatkan fungsi anggota gerak pasien sampai pada
nilai 4. ROM dapat mengakibatkan perubahan pada pasien pasca stroke karena ROM adalah
latihan gerak sendi yang memungkinkan adanya kontraksi dan pergerakan otot.

Saran
Pergerakan ROM ini harus dilakukan rutin agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Perawat juga harus menjadwalkan secara rutin kepada pasien. Dengan demikian gerakan ROM
dapat terlaksana dengan baik dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Nurbaeni, J., Sudiana, I., & Harmayetty. (2010). LATIHAN ROM LENGAN
MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA-STROKE (Range of
Motion Exercise of Arms Increases the Mucle Strength for Post Stroke Patients). 5, 15–20.

Anda mungkin juga menyukai