Anda di halaman 1dari 12

Laporan Pengelolaan Kasus Sesuai EPB

Penanganan Klien Dengan Gangguan Mobilitas Fisik


Menggunakan Latihan Range Of Motion (ROM) Pada Klien Tn. N
di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Sudagaran Banyumas

Oleh :

Nama : Dyah Ajeng Retno Asih


NIM : 2111040100

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XVIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (Lansia) merupakan fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang dimuali dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagaimana
diketahui ketika manusia mencapai usia dewasa ia mempunyai kemampuan
reproduksi dan mampunyai anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan
kehilangan tugas dan fungsi ini. Bagi manusia normal pasti telah siap menerima
keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan kondisi
lingkunganya (Darmojo, 2013).
Proses menua adalah suatu perubahan progresif pada seseorang yang telah
mancapai kematangan intrinsik serta menunjukan adanya kemunduran sejalan
dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan penurunan kondisi fisik,
psikologis, maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua
yang dialami lansia digambarkan melalui tiga tahap yaitu kelemahan, keterbatasan
fungsional, ketidakmampuan, dan keterhambatan yang akan dialami bersamaan
dengan proses kemunduran (Bondan, 2009).
Penuaan adalah suatu proses fisiologis yang dipengaruhi oleh faktor genetik
dan lingkungan yang sifatnya alamiah. Populasi lansia dunia saat ini mengalami
peningkatan yang signifikan. Di Indonesia pada tahun 2000 persentase populasi
lansia 7,18% dengan umur harapan hidup 64,5 tahun dan pada tahun 2010
meningkat menjadi 69,43 (Depkes RI, 2013). Laju pertumbuhan lansia harus
berbanding lurus dengan kewaspadaan terhadap kemungkinan gangguan kesehatan
yang terjadi pada lansia. Masalah yang sering dialami lansia adalah peningkatan
tekanan darah yang bisa memicu timbulnya stroke.
Stroke merupakan penyebab kedua kematian. Sekitar 15 juta orang
menderita stroke yang pertama kali setiap tahun, dengan sepertiga dari kasus ini atau
sekitar 6,6 juta mengakibatkan kematian (3,5 juta perempuan dan 3,1 juta laki-laki).
Stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak baik vokal maupun
global (menyeluruh), yang berlangsung capat, berlangsung lebih dari 24 jam atau
sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskular
dengan gejala klinis yang kompleks (Marlina, 2017).

Pasien stroke akan mengalami gangguan-gangguan yang bersifat fungsional.


Fungsi yang hilang akibat gangguan kontrol motorik pada pasien stroke
mengakibatkan hilangnya koordinasi anggota gerak. Pasien stroke yang mengalami
kelemahan pada satu sisi anggota tubuh disebabkan oleh penurunan tonus otot,
sehingga tidak dapat menggerakkan tubuhnya.
Masalah yang sering muncul pada pasien stroke adalah gangguan gerak,
pasien mengalami gangguan atau kesulitan saat berjalan karena mengalami
gangguan pada kekuatan otot dan keseimbangan tubuh atau bisa dikatakan dengan
imobilisasi. Mobilisasi fisik merupakan suatu keadaan dimana tubuh mampu
beradaptasi dengan kondisi yang dialami seseorang. Seseorang yang mengalami
gangguan gerak atau gangguan pada kekuatan ototnya akan berdampak pada
aktivitas sehari-harinya. Efek dari imobilisai dapat menyebabkan terjadinya
penurunan fleksibilitas sendi.
Salah satu bentuk latihan rehabilitasi yang dinilai cukup efektif untuk
mencegah terjadinya kecacatan pada pasien stroke adalah latihan range of motion
(ROM). Secara konsep, latihan ROM dapat mencegah terjadinya penurunan
fleksibilitas sendi dan kekakuan sendi (Rahayu, 2015).
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus. Latihan ini bertujuan mempertahankan atau memelihara kekuatan
otot, memelihara mobilitas persendian, merangsang sirkulasi darah dan mencegah
kelainan bentuk. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan latihan ROM
pada klien dengan masalah mobilitas fisik pada Tn. N di Panti Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Sudagaran Banyumas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan suatu permasalaha
n yaitu “Bagaimana penanganan klien dengan masalah gangguan mobilitas fisik
menggunakan latihan Range Of Motion (ROM) terhadap mobilitas Tn. N yang
mengalami gangguan mobilitas fisik karena stroke di Panti Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Sudagaran, Banyumas ?”
BAB II
PENILAIAN KRITIS

A. Ringkasan jurnal

Judul : Penerapan Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif Terhadap Peningkatan


Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien dengan Kasus Stroke

Penulis : Agusrianto, Nirva Rantesigi

Lembaga penulis : Prodi Keperawatan Poso Poltekkes Kemenkes Palu

Penerbit: Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol. 2, No. 2, Agustus 2020, pp 61-66. LPPM
Akademia Keperawatan Yapenas 21 Maros

Ringkasan jurnal

ABSTRACT: Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak
terganggu karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak dengan gejala
seperti hemiparesis, bicara pelo, kesulitan berjalan, kehilangan keseimbangan
dan kekuatan otot menurun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan
latihan Range of Motion (ROM) pasif pada pasien non haemoragik stroke
dengan kelumpuhan ekstremitas. Metode penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu 1 orang pasien non hemoragik
stroke dan diberi latihan ROM pasif. Evaluasi setelah enam hari pemberian
intervensi pasien dapat menggerakkan tangan dan kakinya.
Hasil Penelitian. Didapatkan data penurunan kesadaran, TD 170/120 mm/Hg dan
kekuatan otot ekstremitas menurun. Diagnosa keperawatan hambatan mobilitas
fisik, intervensi keperawatan yang diberikan adalah latihan ROM pasif dua kali
sehari bertujuan dapat meningkatkan kekuatan otot. Pada ektremitas kanan
atas/bawah dari semula skala 2 menjadi skala 3 dan ektremitas kiri atas/bawah
dari semula skala 0 menjadi skala 1.

Kesimpulan. sesudah diberikan latihan ROM pasif pasien stroke mengalami


peningkatan kekuatan otot pada kedua ekstremitas.
Kata kunci: Stroke, ROM pasif, asuhan keperawatan
B. Pembahasan
Validity
Pada penelitian dengan judul “Penerapan Latihan Range Of Motion (ROM)
Pasif Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien dengan Kasus
Stroke” hasil dari penelitiannya terbukti valid, dibuktikan dengan hasil penelitian
jurnal setelah enam hari penerapan latihan ROM pasif pada Ny. N didapatkan ada
peningkatan kekuatan otot yang dicapai yaitu pada ekstremitas kanan atas/bawah dari
semula skala 2 naik menjadi skala 3 yang artinya dapat mengangkat tangan dan kaki
tetapi tidak dapat melawan gaya graitasi dan pada ekstremitas kiri atas/bawah dari
semula skala 0 menjadi skala 1 yang artinya hanya dapat menggerakkan jari-jari
tangan dan kaki.
Penerapan latihan Range Of Motion (ROM) Pasif di jadwal rutin dua kali
sehari pagi dan sore hari selama enam hari dengan waktu pemberian 15-20 menit. Hal
ini bertujuan meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekutan otot,
mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan, mencegah kekakuan pada sendi,
merangsang sirkulasi darah, dan pencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.
Dalam melakukan gerakan ROM harus diulang sekitar 8 kali gerakan dan dikerjakan
minimal 2 kali sehari, dilakukan secara perlahan dan hati-hati agar tidak menyebabkan
kelelahkan.

Important
Presentase penyakit stroke dengan gangguan mobilitas fisik dari tahun 2019
terakhur sebanyak 16 kasus didapatkan dari data di Desa Blubuk, Kabupaten
Lamongan. Hal ini mendukung permasalahan dalam penelitian masalah stroke dengan
gangguan mobilitas fisik dikarenakan juga karena hidup tidak sehat dan jarang
berolahraga.
Pasien stroke memerlukan rehabilitasi untuk meminimalkan cacat fisik, rehabilitasi
harus dimulai sedini mungkin secara cepat dan tepat sehingga dapat membantu
pemulihan fisik yang lebih cepat dan optimal serta menghindari kelemahan otot. Agar
tidak terjadi kelemahan otot bisa dilakukan ROM dengan perlahan yang dapat
membantu menyembuhkan kelemahan otot. Setelah penderita stroke mulai
melanjutkan kegiatan fisik dengan terapi fisik yang aman, dan nafsu makan yang
mulai membaik peningkatan secara bertahap dapat membantu mencegah
keputusasaan.
Latihan ROM pasif merupakan gerakan dimana energi yang dikeluarkan untuk
latihan berasal dari orang lain atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan
persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal, kekuatan otot yang
digunakan pada gerakan ini adalah 50%. ROM pasif ini berguna untuk menjaga
kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot individu lain secara
pasif, misalnya perawat membantu mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

Aplicable
Dari hasil yang didapatkan dari jurnal yang ada yang dilakukan, peneliti
berpendapat bahwa intervensi dari jurnal ini yaitu latihan ROM dapat diterapkan
terutama kepada pasien dengan stroke non hemoragik, dan efektif dilakukan untuk
membantu mengembalikan mobilitas pasien dengan stroke karena fleksibel dilakukan
kapanpun dan dimanapun. Latihan ROM yang dilakukan kepada pasien dengan stroke
bertujuan untuk memperbaiki defisit neurologis khususnya fungsi motorik.
Latihan ROM harus segera dilakukan sedini mungkin untuk mengurangi
kemungkinan penurunan kontraksi otot, kekakuan sendi, adanya keluhan nyeri saat
melakukan pergerakan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahawa program
rehabilitasi atau moblisasi sedini mungkin adalah faktor kunci dalam perawatan
pasien stroke.
Pemberian latihan pasif ROM dapat memingkatkan kekuatan otot pada pasien
stroke non hemoragik sebesar 83% pada nilai kekuatan otot 4 menurut hasil dari
penelitian Hutahaen (2020). Menurut harahap (2019) hasil penelitiannya terdapat
pengaruh latihan ROM terhadap kekuatan toto pasien stroke non hemoragik
dilakukan selama 3 kali sehari selama 7 hari dengan hasil sebelum dilakukan latihan
yaitu mayoritas pasien stroke tidak dapat melawan gravitasi sebanyak 5 pasien.
Sesudah diberikan latihan pasien dapat melawan gravitasi sebanyak 2 pasien,
melawan tahanan lemah sebanyak 3 pasien dan melawan tahanan kuat sebanyak 1
pasien.
BAB III
PENERAPAN
A. Hasil
Setelah dilakukan intervensi selama 3 hari, didapatkan hasil bahwa terapi
rentang gerak Range of Motion (ROM) aktif efisien untuk membantu keluhan
kaku sendi dan juga keterbatasan pergerakan pada lansia terutama pada lansia
yang terkena stroke non hemoragik. Hal ini dibuktikan dengan pengkajian
kekakuan ekstremitas atas sebelah kiri pada klien Tn. N dari sebelum dilakukan
latihan ROM klien tidak bisa meluruskan jari-jari sebelah kiri dan keterbatasan
mengangkat lengan sebelah kiri. Kemudian setelah dilakukan latihan Range of
Motion (ROM) selama 3 hari dan klien melakukan sendiri secara mandiri, klien
mampu secara perlahan meluruskan jari-jari dan juga mengangkat lengan
walaupun belum secara maksimal, klien juga mengatakan saat pertama dilakukan
latihan ROM jari-jari sebelah kiri terasa pegal saat digerakkan, kemudian setelah
dilakukan latihan ROM pada kedua kalinya klien mengatakan sudah merasa tidak
terlalu pegal, dan juga terlihat klien bisa meluruskan jari-jarinya secara perlahan
selama 3 hari latihan. Untuk keluhan merentangkan lengan keatas klien masih
belum bisa melakukan secara maksimal dan masih dibantu dengan bantuan
tangan kanan untuk mengangkat lengan sebelah kiri, tetapi dalam 3 hari secara
perlahan klien mampu meluruskan lengan dengan mudah tetapi belum maksimal.
Untuk kegiatan senam rutin setiap pagi, klien selalu mengikuti tetapi masih dalam
posisi duduk. Dan juga klien secara mandiri dan rutin melakukan terapi
menginjak batu yang sudah disediakan panti untuk melatih pergerakan pada
ekstremitas bawah, klien mengatakan setiap hari melakukan terapi menginjak
batu-batu secara rutin. Terlihat saat dilakukan latihan ROM klien terlihat
semangat dan kooperatif saat melakukan latihan ROM, klien juga dapat
mengikuti instrukti dengan baik saat latihan ROM selama 3 hari. Selain latihan
ROM, klien juga diberi edukasi untuk melakukan aktifitas secara perlahan dan
bertahap untuk menghindari risiko jatuh, dan juga diberi edukasi untuk secara
rutin melakukan latihan rentang gerak untuk membantu mengurangi kekakuan
sendi dan melatih pergerakan ekstremitas. Setelah diberikan latihan rentang gerak
dan juga edukasi klien mampu melakukannya secara mandiri dan klien selalu
melakukan latihan ROM secara mandiri, terlihat juga setelah 3 hari dilakukan
latihan jari-jari klien sudah tidak terlalu menekuk kedalam dan sedikit bisa
diluruskan.
B. Pembahasan
Stroke adalah gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak. Gangguan fungsi saraf tersebut timbul secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala dan
tanda yang sesuai daerah fokal otak yang terganggu, diketahui ada beberapa
faktor resiko terkena stroke yang tidak dapat atupun dimodifikasi. Faktor-faktor
tersebut antara lain faktor usia, jenis kelamin, ras, dan genetik/keturunan. Faktor
usia beresiko mengalami stroke meningkat seiring bertambahnya usia. Resiko
semakin meningkat setelah usia 55 tahun. Usia terbanyak terkena serangan stroke
adalah usia 65 tahun ke atas. Jumlah kematian yang disebabkan oleh stroke
menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia
15-59 tahun. Penyebab lainnya adalah hipertensi, kolesterol tinggi, obesitas,
stress emosional, aktivitas yang tidak sehat (kurang olahraga) dan kebiasaan
makan berkolesterol.
Kekuatan otot ialah kemampuan otot atau kelompok otot untuk melakukan
kerja dengan menahan beban yang diangkatnya. Otot yang kuat akan membuat
kerja otot sehari-hari efisien dan akan membuat bentuk tubuh menjadi lebih baik.
Otot-otot yang tidak terlatih karena sesuatu sebab, misalnya kecelakaan, akan
menjadi lemah oleh karena serat-seratnya mengecil (atrofi), dan bila hal ini
dibiarkan maka kondisi tersebut dapat mengakibatkan kelumpuhan otot.
Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa
besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi,
sehingga semakin banyak serat otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula
kekuatan yang dihasilkan otot tersebut (Muttaqin, 2012).
Latihan range of motion (ROM) merupakan latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus otot. Latihan ROM adalah salah satu bentuk intervensi
fundamental perawat yang merupakan bagian dari proses rehabilitas pada pasien
stroke. Penerapan latihan Range Of Motion (ROM) di jadwal rutin dua kali sehari
pagi dan sore hari selama enam hari dengan waktu pemberian 10-15 menit. Hal
ini bertujuan meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekutan otot,
mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan, mencegah kekakuan pada sendi,
merangsang sirkulasi darah, dan pencegah kelainan bentuk, kekakuan dan
kontraktur. Dalam melakukan gerakan ROM harus diulang sekitar 8 kali gerakan
dan dikerjakan minimal 2 kali sehari, dilakukan secara perlahan dan hati-hati agar
tidak menyebabkan kelelahkan.
Hasil penelitian yang dilakukan Agusriyanto (2020), setelah enam hari
dilakukan penerapan latihan ROM didapatkan ada peningkatan kekuatan otot
yang dicapai yaitu pada ekstremitas kanan atas/bawah dari semula skala 2 naik
menjadi skala 3 yang artinya dapat mengangkat tangan dan kaki tetapi tidak dapat
melawan gaya graitasi dan pada ekstremitas kiri atas/bawah dari semula skala 0
menjadi skala 1 yang artinya hanya dapat menggerakkan jari-jari tangan dan kaki.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah diberikan asuhan keperawatan dengan tindakan mandiri
keperawatan latihan ROM aktif pada Tn. N selama 3 hari masalah hambatan
mobilitas fisik dapat teratasi sebagian dengan kriteria hasil kekuatan otot pada
ekstremitas bagian kiri meningkat dan kekakuan sendi yang dirasakan klien
juga secara perlahan berkurang.

B. Saran
Saran dari penulis, diharapkan lansia dapat menerapkan dan melakukan
terapi yang sudah diberikan secara rutin karena bisa membatu klien mengurangi
keluhan yang dirasakan, karena terapi ROM ini terapi yang mudah dilakukan dan
fleksibel bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja.
DAFTAR PUSTAKA

Agusriyanto., Nirva, R. 2020. Penerapan Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif


Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien dengan Kasus
Stroke. Jurnal ilmiah Kesehatan, vol. 2, no. 2.
Aziz Alimul A. 2012. Pengantar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep dasar proses
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Derison Marsinova Bakara, Surani Warsito. 2016. Latihan Range Of Motion (ROM)
terhadap rentang sendi pasien pasca stoke. Idea Nursing Journal, 7(2): 12-18.
Junaidi I. 2011. Stroke waspadai ancamannya. Yogyakarta: ANDI.
Maimurahman H, Fitria Cemi M. 2012. Keefektifan Range Of Motion (ROM) terhadap
kekuatan otot ekstremitas pada pasien stroke. Profesi Media Publikasi
Penelitian. 9: 1-7.
Marlina. 2017. Pengaruh Latihan ROM terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien
stroke iskemik. Idea Nursing Journal. 3(1): 11-20.
Murtaqib M. 2013. Perbedaan Latihan Range Of Motion (ROM) pasif dan aktif selama
1-2 minggu terhadap peningkatan rentang gerak sendi pada gerak sendi pada

penderita stroke di Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Jurnal Keperawatan


Sudirman (The Journal of Nursing). 8(1): 58-68.
Muttaqin Arif. 2012. Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Rahayu KIN. 2015. Pemberian Latihan Range of Motion (ROM) terhadap kemampuan
motorik pada pasien post stroke di rsud gambiran : the influence of range of
motion exercise to motor capabily of post-stroke patien at the Gambiran
Hospital. Jurnal Keperawatan. 6(2): 102-107.
Risnanto, Uswatun, Insani. 2014. Buku Ajar asuhan keperawatan medikal bedah, sistim
muskuloskeletal. Budi Utama: Yogyakarta
Wilkinson Judith M. 2007. Buku saku, diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC
dan kriteria hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai