Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SHARING JURNAL

“Effectiveness Of Isometric And Range Of Motion (Rom) Exercise


Toward Elderly Muscle Strenght In Pasuruan Integrated Service
Unit, Elderly Social Services In Lamongan ”

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Profesi Ners


Departemen Gerontik

Disusun Oleh :
NI PUTU NITA KARTIKA DEWI
190070300111038
Kelompok 2B

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada lansia, sistem muskuloskeletal termasuk didalamnya persendian dan otot
mengalami perubahan. Pada sendi lansia terjadi perubahan pada jaringan ikat sekitar sendi
seperti tendon, ligamen, dan fasia yang mengalami penurunan elastisitas. Kartilago dan
jaringan periartikular juga mengalami penurunan daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi,
erosi dan kalsifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya sehingga
terjadi penurunan luas gerak sendi (Pudjiastuti dan Utomo, 2003).
Seiring penuaan, serat otot akan mengecil, dan massa otot berkurang. Seiring
berkurangnya massa otot, kekuatan otot juga berkurang. Osteoporosis merupakan ancaman
kesehatan utama bagi 44 juta warga Amerika Serikat atau 55% individu usia 50 tahun keatas.
Diperkirakan bahwa 10 juta individu telah menderita penyakit ini dan 34 juta lainnya memiliki
massa otot yang rendah hingga beresiko menderita osteoporosis (National Osteoporosis
Foundation, 2006 dalam Potter dan Perry, 2009).
Kekuatan muskuler mulai merosot sekitar usia 40 tahun, dengan kemunduran yang
dipercepat setelah usia 60 tahun. Perubahan gaya hidup dan penurunan penggunaan sistem
muskuler adalah penyebab utama untuk kehilangan kekuatan otot. Dari 10 sampai 15%
kekuatan otot dapat hilang setiap minggu jika otot beristirahat sepenuhnya, dan sebanyak 5,5%
dapat hilang setiap hari pada kondisi istirahat dan imobilitas sepenuhnya (Stanley dan Beare,
2006).
Olah raga telah terbukti dapat menunda perubahan fisiologis yang biasanya terjadi pada
proses penuaan muskuloskeletal seperti penurunan kekuatan otot dan fleksibilitas (Stanley dan
Beare, 2006). Latihan Range Of Motion (ROM) baik sebagai persiapan untuk lansia yang lemah
fisik dalam permulaan program latihan (Martini, 2004 dalam Uliya, Soempeno, dan Kushartanti,
2007).
Memberikan latihan ROM secara dini pada pasien stroke dapat meningkatkan kekuatan
otot karena dapat menstimulasi motor unit sehingga semakin banyak motor unit yang terlibat
maka akan terjadi peningkatan kekuatan otot, kerugian pasien hemiparese bila tidak segera
ditangani maka akan terjadi kecacatan yang permanen (Potter & Perry, 2009).
Latihan rentang gerak yang aktif dan pasif memberikan keuntungan - keuntungan yang
berbeda. Latihan aktif membantu mempertahankan fleksibilitas sendi dan kekuatan otot.
Sebaliknya, gerakan pasif hanya membantu mempertahankan fleksibilitas (Stanley dan Beare,
2006). Menurut Kozier dkk (2010) Latihan ROM aktif merupakan latihan isotonik yang mampu
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot serta dapat mencegah
perburukan kapsul sendi, ankilosis, dan kontraktur.
Pada sendi lutut lansia sebanyak 25% mengalami kekakuan pada posisi fleksi. Kekakuan
tersebut dapat disebabkan adanya kalsifikasi pada lansia yang akan menurunkan fleksibilitas
sendi (Uliya, Soempeno, dan Kushartanti, 2007). Jika lutut difiksasi dalam keadaan ekstensi
penuh maka lansia akan pincang saat berjalan dan bila kekuatan otot kuadrisep tidak adekuat
untuk menahan lutut dalam keadaan ekstensi penuh maka lutut tidak dapat bertahan stabil saat
menopang berat badan (Potter dan Perry, 2010).
Uji statistik membuktikan bahwa kelemahan otot dorsal fleksor sendi pergelangan kaki
(ankle) dan ekstensor sendi lutut pada lansia berhubungan erat dengan risiko jatuh dan
penurunan kekuatan otot (Pudjiastuti dan Utomo, 2003). Tanpa adanya ROM yang penuh pada
pergelangan kaki (ankle), gaya jalan akan mengalami deviasi dan jika kaki terfiksasi dalam
keadaan plantar fleksi, maka akan mengganggu kemampuan gerak (Potter dan Perry, 2010).

1.2 Tujuan Telaah Hasil Penelitian


Tujuan dari makalah sharing jurnal ini adalah sebagai landasan dan referensi terkait
intervensi ROM aktif dan pasif yang dapat dilakukan pada lansia.

1.3 Manfaat Telaah Hasil Penelitian


1.3.1 Manfaat Akademis
Memberikan ilmu dan referensi tambahan terkait pelaksaan implmenetasi ROM aktif dan
pasif pada lanisa.
1.3.2 Manfaat Praktis
Dapat dijadikan sebagai sarana dukungan, masukan atau pengembangan dari
implementasi ROM aktif dan pasif pada lansia
BAB II
PEMBAHASAN JURNAL
2.1 Indentitas jurnal
2.1.1 Judul Jurnal
“Effectiveness Of Isometric And Range Of Motion (Rom) Exercise Toward Elderly
Muscle Strenght In Pasuruan Integrated Service Unit, Elderly Social Services In
Lamongan”
“Efektivitas Latihan Isometrik Dan Rentang Gerakan (Rom) Terhadap Kekuatan Otot
Lansia Di Unit Layanan Terpadu Pasuruan, Layanan Sosial Lanjut Usia Di Lamongan”
2.1.2 Penulis
 Nurus Safa’ah
 Karyo
 Ika Desti Srimurayani
2.1.3 Penerbit
Biomedical Engineering, journal homepage: be.ub.ac.id
2.1.4 Tahun Terbit
Jurnal terbit pada tahun 2017

2.2 Latar Belakang Jurnal


Peningkatan harapan hidup adalah salah satu indikator keberhasilan tujuan
kesehatan nasional. Harapan hidup semakin meningkat yang mengakibatkan populasi
lansia (lansia) lebih tinggi, sehingga meningkatkan timbulnya masalah kesehatan pada
lansia. Munculnya masalah ini ditandai dengan tingginya angka ketergantungan lansia di
Indonesia sebesar 13,72%. Masalah kesehatan lansia yang membutuhkan peningkatan
upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan untuk mencapai usia tua yang sehat,
bahagia, produktif, mandiri, dan berkualitas.
Berdasarkan survei awal di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Layanan Sosial Lansia
Pasuruan di Lamongan pada Oktober 2013, menemukan bahwa ada 55 lansia yang
terdiri dari 13 pria lansia dan 42 wanita lansia. Hasil pengamatan dan pengukuran
kekuatan otot dilakukan pada 20 lansia yang dipilih secara acak, ditemukan bahwa 13
lansia mengalami penurunan kekuatan otot. Lansia yang mengalami penurunan kekuatan
otot mengalami hambatan dalam mobilisasi dan aktivitasnya sehingga sangat tergantung
pada lingkungan luarnya. Dari 13 lansia yang mengalami penurunan kekuatan otot,
diketahui lansia berusia 60-74 tahun 6 orang dan 7 lansia berusia 75-90 tahun. 8 dari 13
lansia yang mengalami penurunan kekuatan otot adalah wanita lansia.
Usia dan jenis kelamin adalah faktor yang mempengaruhi kekuatan otot. Massa otot
berkurang antara 0,5-1% per tahun setelah usia 60 tahun dan diperkirakan pada usia 80
tahun sekitar 50% kekuatan otot telah hilang. Wanita lanjut usia adalah kelompok yang
paling mungkin mengalami penurunan kekuatan otot karena perubahan hormon, gaya
hidup, sisa metabolisme, lemak tubuh dan psikologis
Proses penuaan menyebabkan struktur kolagen pada lansia kurang mampu
menyerap energi. Ini menyebabkan berkurangnya massa otot dan pemulihan. Kehilangan
terjadi karena jumlah serat otot atrofi miofibril dan perubahan, jaringan fibrosa, yang
dimulai pada dekade keempat kehidupan. Volume otot secara keseluruhan akan
menyusut sehingga terjadi penurunan fungsi dan kekuatannya. Hal yang bisa dilakukan
adalah mencegah atau meminimalkan dampak dari penurunan kekuatan otot. Intervensi
yang dapat dilakukan pada lansia adalah dengan latihan fisik. Ada beberapa latihan fisik
untuk lansia, yaitu, latihan isotonik dan isometrik, latihan aerobik, dan latihan Range Of
Motion (ROM).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan perbedaan efektivitas antara
latihan isometrik dan latihan ROM terhadap kekuatan otot lansia.
2.3 Metode Jurnal
2.3.1 Desain
 Desain penelitian ini adalah penelitian Pra Eksperimental
 Jenis pengambilan data mengunakan Tes Pra dan Pasca Uji Desain
 Hipotesis dari penelitian ini adalah ada perbedaan dalam efektivitas latihan
isometrik dan pelatihan pada kekuatan otot ROM tua.
 Waktu pendekatan dalam penelitian ini adalah longitudinal.
2.3.2 Populasi
 Populasi dalam penelitian ini adalah semua UPT lansia Dinas Sosial Lansia di
Kabupaten Lamongan yang berjumlah ± 55 orang.
 Kriteria untuk dimasukkan adalah: Pertama, orang tua memiliki riwayat hipertensi
atau tidak. Kedua, sehat jasmani dan rohani. Ketiga, tidak mengalami
kelumpuhan total dan tirah baring. Keempat, bersedia menjadi responden.
 Sampel untuk penelitian ini adalah 36 responden yang diambil secara purposive
sampling. Responden dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok latihan isometrik 18
responden dan latihan ROM berjumlah 18 responden.
2.3.3 Analisa Data
 Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data primer dengan
pengamatan langsung terhadap kekuatan otot lansia. Secara umum lembar
observasi berisi tentang tingkat kekuatan dan penjelasan otot. Pengamatan
latihan kekuatan otot dilakukan sebelum (pretest) dan 4 minggu setelah pelatihan
(post-test). Setiap latihan dilakukan 2 kali sehari dan tiga hari seminggu selama 4
minggu. Latihan isometrik, terdiri dari 6 gerakan dengan kontraksi diadakan
selama 5 detik dan diulang delapan kali setiap gerakan. Sementara itu, latihan
ROM terdiri dari 12 gerakan dengan diulang 8 kali. Penelitian ini dianalisis secara
statistik dengan uji Mann Whitney U dengan tingkat signifikan α ≤ 0,05.
2.4 Hasil Penelitian
Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Responden Bedasarkan Usia

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas (75%) responden berusia
60-74 tahun. Nilai rata-rata (Mean) usia responden adalah 71,94 tahun dengan termuda
(Min) berusia 61 tahun dan yang tertua (Maks) berusia 85 tahun. Usia deviasi standar
responden adalah 5,595.

Tabel 2 : Distribusi Data Kekuatan Otot pada Kelompok Latihan Isometrik Lansia

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa hampir setengah (44,4%) responden


mengalami peningkatan kekuatan otot setelah diberikan latihan isometrik. Peningkatan
kekuatan otot dengan peningkatan rata-rata 0,2.
Table 3: Distribusi Data Kekuatan Otot pada Kelompok Training Range Of Motion
(ROM)

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa hampir semua (77,8%) responden mengalami
peningkatan kekuatan otot setelah diberikan latihan ROM. Peningkatan kekuatan otot
dengan peningkatan rata-rata 0,3.

Table 4: Distribusi Data Silang Effectiveness Of Isometric Exercise And Training


Range Of Motion (ROM) On Muscle Strength

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa responden meningkatkan kekuatan otot
mereka pada latihan isometrik responden yang diberikan pada 8 (44,4%), sedangkan
responden yang mengalami peningkatan otot kekuatan dalam ROM latihan yang
diberikan oleh 14 (77,8%). Pada latihan isometrik responden yang diberikan, kekuatan
otot meningkat rata-rata 0,2, lebih rendah dari responden dalam latihan ROM dengan
peningkatan rata-rata 0,3.
Jika dilihat dari hasil uji Mann Whitney menggunakan SPSS versi 16.0 dari tingkat
signifikansi α = 0,05 diperoleh p = 0,044 dimana 0,044 <0,05, maka H0 ditolak sehingga
terdapat perbedaan efektivitas latihan isometrik dan latihan Range Of Motion ( ROM)
dari kekuatan otot lansia.
2.5 Diskusi
Kekuatan Otot dalam Kelompok Latihan Isometrik
Telah ditunjukan pada hasil penelitian bahwa peningkatan rata-rata kekuatan
otot adalah 0,2 dengan rata-rata sebelum diberikan latihan isometrik adalah 3,6 dan
rata-rata setelah latihan yang diberikan adalah 3,8. Peningkatan kekuatan otot yang
diperoleh dalam penelitian ini menurut hasil penelitian Widjanantie (2006) bahwa setelah
empat minggu latihan isometrik pada kelompok usia 50-65 tahun, kekuatan otot
meningkat sekitar 21,95%. Peningkatan kekuatan otot yang besar dipengaruhi oleh jenis
latihan, intensitas latihan, alat yang digunakan, dan usia.
Peningkatan kekuatan ototi pada lansia disebabkan oleh pemberian latihan
isometrik. Latihan isometrik, secara terus menerus meningkatkan ketegangan otot,
menghasilkan peningkatan ukuran serat otot yang aktif. Peningkatan ukuran serat otot
menyebabkan jumlah protein otot dan meningkatkan ukuran otot (hipertrofi), sehingga
meningkatkan daya yang dihasilkan. Latihan isometrik juga membantu menjaga
kekuatan otot dalam periode imobilisasi agar latihan isometrik tidak menyebabkan nyeri
otot dan dapat dilakukan dalam posisi berdiri, duduk atau tidur.
Latihan ini ideal untuk digunakan dalam situasi di mana kekuatan otot harus
dipertahankan tetapi gerakan dikontraindikasikan. Latihan ini cocok untuk lansia dengan
kondisi imobilitas tidak memungkinkan untuk melakukan berbagai latihan gerakan,
seperti edema tungkai atau cedera ekstremitas
Latihan Kekuatan Otot dalam Kelompok ROM
Ditunjuknan pada hasil penelitian peningkatan rata-rata kekuatan otot adalah 0,3
dengan rata-rata sebelum diberikan latihan ROM adalah 3,8 dan rata-rata setelah
latihan yang diberikan adalah 4,1. Peningkatan kekuatan otot yang disebabkan oleh
orang tua yang menerima perawatan dalam bentuk latihan ROM. Latihan ROM
dilakukan dengan menggerakkan sendi secara maksimal tetapi tidak menimbulkan rasa
sakit. Dengan fasilitasi pergerakan sendi secara perlahan akan mengurangi kekakuan
dan merangsang pergeseran serat otot. Otot yang lebih sering digerakkan dapat
meningkatkan kekuatan otot dan mencegah kerusakan otot lebih cepat.
Stanley & Beare (2006) juga menambahkan bahwa latihan ROM dapat
meningkatkan dan mempertahankan kekuatan otot dan fleksibilitas sendi.
Efektivitas Latihan Isometrik dan Pelatihan Range Of Motion (ROM) pada Kekuatan
Otot Lansia

Pada hasil penelitian menunjukan rata-rata peningkatan kekuatan otot dalam


Latihan ROM grup adalah 0,3, lebih tinggi dari kelompok Latihan isometric di 0,2. Ketika
gerakan seseorang menurun, persendian menjadi lebih kaku, sakit dan akan
mengurangi kekuatan otot untuk mengurangi kemampuan bergerak. Lansia yang tidak
melakukan latihan untuk meningkatkan mobilitas dapat memperburuk kondisi fisik.
Sehingga sebaiknya pada lansia, akan lebih baik jika waktu senggang diisi dengan
aktivitas latihan ROM isometrik atau latihan ROM, sesuai kebutuhan.
aat latihan ROM, persendian atau otot dipindahkan secara maksimal.
Pergeseran serat otot yang selain meningkatkan jumlah serat otot, juga mengembalikan
normalitas otot. Dalam latihan ini, otot berkontraksi dan memanjang secara bergantian
memungkinkan peningkatan rentang gerak dan kekuatan otot yang lebih signifikan.
Latihan ROM dengan kombinasi kontraksi otot yang lebih lama dan lebih pendek
menyebabkan otot bergerak secara dinamis. Ruang dalam latihan ROM lebih luas untuk
memastikan fleksibilitas dan pengembangan bersama ketahanan otot yang tidak terlatih
dalam hubungannya dengan pengembangan kekuatan. Ini menjadi perbedaan
mendasar bahwa kontraksi dinamis dalam latihan ROM dapat meningkatkan kekuatan
otot lebih baik daripada kontraksi statis dalam latihan isometrik. Latihan isometrik dapat
digunakan sebagai program pelatihan untuk orang tua, tetapi latihan ini lebih ideal dalam
mempertahankan kekuatan otot dibandingkan dengan fungsinya dalam meningkatkan
kekuatan otot.
Semakin sering latihan ROM, semakin banyak sel yang melemahkan otot mulai
aktif kembali berkontraksi sehingga dapat meningkatkan kekuatan otot dan mengurangi
serta mencegah kelumpuhan akibat penyusutan serat otot (atrofi) pada lansia. Ini dapat
digunakan sebagai program untuk mewujudkan lansia sehat dan lansia secara optimal
memanfaatkan waktu dengan hal-hal yang berguna.
BAB III

APLIKASI JURNAL PADA SETTING KEPERAWATAN INDONESIA

3.1 Aplikasi Jurnal pada Setting Keperawatan Indonesia

Dari Jurnal Penelitian disebutkan bahwa Proses penuaan menyebabkan struktur


kolagen pada lansia kurang mampu menyerap energi. Ini menyebabkan berkurangnya
massa otot dan pemulihan. Kehilangan terjadi karena jumlah serat otot atrofi miofibril dan
perubahan, jaringan fibrosa, yang dimulai pada dekade keempat kehidupan. Volume otot
secara keseluruhan akan menyusut sehingga terjadi penurunan fungsi dan kekuatannya.
Hal yang bisa dilakukan adalah mencegah atau meminimalkan dampak dari penurunan
kekuatan otot. Intervensi yang dapat dilakukan pada lansia adalah dengan latihan fisik.
Ada beberapa latihan fisik untuk lansia, yaitu, latihan isotonik dan isometrik, latihan
aerobik, dan latihan Range Of Motion (ROM). Serta untuk Latihan isometric dan ROM
sendiri telah diteliti dalam junrnal ini mendapatkan hasil yang meningkat dari kekuatan
otot sebelumnya.
Untuk di Indonesia sendiri sudah menerapkan terapi isometrik dan ROM aktif dan
pasif bagi lansia yang mengalami keterbatasan dalam beraktivitas baik di rumah sakit
maupun di komunitas. Hasil dalam jurnal ini dapat diterapkan di Indonesia karena
menunjukan bahwa lansia yang mendapat intervensi latihan isometric atau ROM
mengalami peningkatan pada kekuatan otot dan hasil didapatkan peningkatan otot pada
latihan ROM lebih besar dari pada latihan isometrik. Sehingga penting untuk
mengajarkan bagaimana latihan ROM secara effektif dan berkelanjutkan agar otot-otot
lanisa tidak terus mengalami penurunan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Telah didapatkan hasil bahwa intervensi yang diberikan pada lansia dapat meningkatkan
keluatan otot yaitu intervensi yang dilakukan adalah Latihan isometric dan Latihan ROM
diamana kedua intervensi diberikan dalam waktu 4 minggu dengan menilai kekuatan otot
sebelum intervensi dan sesudah intervensi, serta kedua kelompok intervensi dipisah
sehingga tidak ada responden yang mendapat intervensi ganda.

Kekuatan otot rata-rata lansia sebelum diberikan latihan isometrik adalah 3,6. Dan untuk
setelah intervensi rata-rata kekuatan otot lansia setelah diberi latihan isometrik adalah 3,8
dalam hal ini hampir setengah dari lansia meningkatkan kekuatan otot pada kelompok
latihan isometrik. Sedangkan kekuatan otot rata-rata lansia sebelum diberi latihan ROM
adalah 3,8 dan setelah latihan ROM lansia yang diberikan adalah 4,1 hasil ini lebih tinggi
dari kelompok isomerik. Sehingga ada perbedaan efektivitas latihan isometrik dan latihan
Range Of Motion (ROM) pada kekuatan otot di UPT lansia Layanan Sosial Lansia
Pasuruan di Lamongan.

4.2 Saran
Diharapkan bagi peneliti untuk menampilkan indikasi dan kontra indikasi pada kelompok
intervensi yang akan dilakukan sehingga pembaca atau penenliti selanjutnya dapat memahami
sampai mana batasan penggunaan atau kondisi lansia dapat digunakan menjadi responden.
DAFTAR PUSTAKA

Astrid, M, (2011) Pengaruh latihan range of motion (ROM) terhadap kekuatan otot, luas gerak
sendi dan kemampuan fungsional pasien stroke di RS Sint Carolus jakarata. Jurnal
keperawatan.
Banerjee, A., SL Jadhav, JsBhawwkar, Limitation Of activities in Patients withvMusculoskeletal
dissorders. Ann Med Health Sciences Research 2012vJanuary-Juny; 2(1) :5-9.
Chaidir R 2014 Pengaruh Latihan Range Of Motion Pada Ekstremitas atas dengan bola Karet
Terhadap Kekuatan Otot Pasien Stroke Non Hemoragi di Ruang Rawat Stroke RSSN
Bukittinggi. Tahun 2012 Afiyah. Vol. I, no.I. Bukittinggi
Indhah,S. 2014 Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Aktif Terhadap Fleksibilitas Sendi
Lutut Pada Lansia Di Desa Layangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.
Jurnal Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran.
Pudjiastuti, s.s.& Utomo, B. (2003). Fisioterapi pada lansia. Jakarta:EGC.
Uliya, S., Soempeno, B.,& Kushartanti B.M.W.(2007). Pengaruh Latihan Range Of Motion
(ROM) Terhadap Fleksibilitas Sendi Lutut Pada Lansia Di Panti Wreda Wening Wardoyo
Ungaran. Jurnal Media Ners.1.2. 72-78.
Wismanto.2011.Pelatihan Metode Active Isolated Streatching Lebih Efectif Dari Pada Contract
Relax Stretching Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot Hamstring, Jurnal Fisioterapi
Vol.11 No. 1 April 2011, Fisioterapi Rumah Sakit Advent Bandung, Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai