Disusun Oleh :
NI PUTU NITA KARTIKA DEWI
190070300111038
Kelompok 2B
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas (75%) responden berusia
60-74 tahun. Nilai rata-rata (Mean) usia responden adalah 71,94 tahun dengan termuda
(Min) berusia 61 tahun dan yang tertua (Maks) berusia 85 tahun. Usia deviasi standar
responden adalah 5,595.
Tabel 2 : Distribusi Data Kekuatan Otot pada Kelompok Latihan Isometrik Lansia
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa hampir semua (77,8%) responden mengalami
peningkatan kekuatan otot setelah diberikan latihan ROM. Peningkatan kekuatan otot
dengan peningkatan rata-rata 0,3.
Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa responden meningkatkan kekuatan otot
mereka pada latihan isometrik responden yang diberikan pada 8 (44,4%), sedangkan
responden yang mengalami peningkatan otot kekuatan dalam ROM latihan yang
diberikan oleh 14 (77,8%). Pada latihan isometrik responden yang diberikan, kekuatan
otot meningkat rata-rata 0,2, lebih rendah dari responden dalam latihan ROM dengan
peningkatan rata-rata 0,3.
Jika dilihat dari hasil uji Mann Whitney menggunakan SPSS versi 16.0 dari tingkat
signifikansi α = 0,05 diperoleh p = 0,044 dimana 0,044 <0,05, maka H0 ditolak sehingga
terdapat perbedaan efektivitas latihan isometrik dan latihan Range Of Motion ( ROM)
dari kekuatan otot lansia.
2.5 Diskusi
Kekuatan Otot dalam Kelompok Latihan Isometrik
Telah ditunjukan pada hasil penelitian bahwa peningkatan rata-rata kekuatan
otot adalah 0,2 dengan rata-rata sebelum diberikan latihan isometrik adalah 3,6 dan
rata-rata setelah latihan yang diberikan adalah 3,8. Peningkatan kekuatan otot yang
diperoleh dalam penelitian ini menurut hasil penelitian Widjanantie (2006) bahwa setelah
empat minggu latihan isometrik pada kelompok usia 50-65 tahun, kekuatan otot
meningkat sekitar 21,95%. Peningkatan kekuatan otot yang besar dipengaruhi oleh jenis
latihan, intensitas latihan, alat yang digunakan, dan usia.
Peningkatan kekuatan ototi pada lansia disebabkan oleh pemberian latihan
isometrik. Latihan isometrik, secara terus menerus meningkatkan ketegangan otot,
menghasilkan peningkatan ukuran serat otot yang aktif. Peningkatan ukuran serat otot
menyebabkan jumlah protein otot dan meningkatkan ukuran otot (hipertrofi), sehingga
meningkatkan daya yang dihasilkan. Latihan isometrik juga membantu menjaga
kekuatan otot dalam periode imobilisasi agar latihan isometrik tidak menyebabkan nyeri
otot dan dapat dilakukan dalam posisi berdiri, duduk atau tidur.
Latihan ini ideal untuk digunakan dalam situasi di mana kekuatan otot harus
dipertahankan tetapi gerakan dikontraindikasikan. Latihan ini cocok untuk lansia dengan
kondisi imobilitas tidak memungkinkan untuk melakukan berbagai latihan gerakan,
seperti edema tungkai atau cedera ekstremitas
Latihan Kekuatan Otot dalam Kelompok ROM
Ditunjuknan pada hasil penelitian peningkatan rata-rata kekuatan otot adalah 0,3
dengan rata-rata sebelum diberikan latihan ROM adalah 3,8 dan rata-rata setelah
latihan yang diberikan adalah 4,1. Peningkatan kekuatan otot yang disebabkan oleh
orang tua yang menerima perawatan dalam bentuk latihan ROM. Latihan ROM
dilakukan dengan menggerakkan sendi secara maksimal tetapi tidak menimbulkan rasa
sakit. Dengan fasilitasi pergerakan sendi secara perlahan akan mengurangi kekakuan
dan merangsang pergeseran serat otot. Otot yang lebih sering digerakkan dapat
meningkatkan kekuatan otot dan mencegah kerusakan otot lebih cepat.
Stanley & Beare (2006) juga menambahkan bahwa latihan ROM dapat
meningkatkan dan mempertahankan kekuatan otot dan fleksibilitas sendi.
Efektivitas Latihan Isometrik dan Pelatihan Range Of Motion (ROM) pada Kekuatan
Otot Lansia
Kekuatan otot rata-rata lansia sebelum diberikan latihan isometrik adalah 3,6. Dan untuk
setelah intervensi rata-rata kekuatan otot lansia setelah diberi latihan isometrik adalah 3,8
dalam hal ini hampir setengah dari lansia meningkatkan kekuatan otot pada kelompok
latihan isometrik. Sedangkan kekuatan otot rata-rata lansia sebelum diberi latihan ROM
adalah 3,8 dan setelah latihan ROM lansia yang diberikan adalah 4,1 hasil ini lebih tinggi
dari kelompok isomerik. Sehingga ada perbedaan efektivitas latihan isometrik dan latihan
Range Of Motion (ROM) pada kekuatan otot di UPT lansia Layanan Sosial Lansia
Pasuruan di Lamongan.
4.2 Saran
Diharapkan bagi peneliti untuk menampilkan indikasi dan kontra indikasi pada kelompok
intervensi yang akan dilakukan sehingga pembaca atau penenliti selanjutnya dapat memahami
sampai mana batasan penggunaan atau kondisi lansia dapat digunakan menjadi responden.
DAFTAR PUSTAKA
Astrid, M, (2011) Pengaruh latihan range of motion (ROM) terhadap kekuatan otot, luas gerak
sendi dan kemampuan fungsional pasien stroke di RS Sint Carolus jakarata. Jurnal
keperawatan.
Banerjee, A., SL Jadhav, JsBhawwkar, Limitation Of activities in Patients withvMusculoskeletal
dissorders. Ann Med Health Sciences Research 2012vJanuary-Juny; 2(1) :5-9.
Chaidir R 2014 Pengaruh Latihan Range Of Motion Pada Ekstremitas atas dengan bola Karet
Terhadap Kekuatan Otot Pasien Stroke Non Hemoragi di Ruang Rawat Stroke RSSN
Bukittinggi. Tahun 2012 Afiyah. Vol. I, no.I. Bukittinggi
Indhah,S. 2014 Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Aktif Terhadap Fleksibilitas Sendi
Lutut Pada Lansia Di Desa Layangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.
Jurnal Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran.
Pudjiastuti, s.s.& Utomo, B. (2003). Fisioterapi pada lansia. Jakarta:EGC.
Uliya, S., Soempeno, B.,& Kushartanti B.M.W.(2007). Pengaruh Latihan Range Of Motion
(ROM) Terhadap Fleksibilitas Sendi Lutut Pada Lansia Di Panti Wreda Wening Wardoyo
Ungaran. Jurnal Media Ners.1.2. 72-78.
Wismanto.2011.Pelatihan Metode Active Isolated Streatching Lebih Efectif Dari Pada Contract
Relax Stretching Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot Hamstring, Jurnal Fisioterapi
Vol.11 No. 1 April 2011, Fisioterapi Rumah Sakit Advent Bandung, Jawa Barat.