Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

YANG MENGALAMI GANGGUAN AKTIVITAS

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK

DI UPT PSTW MAGETAN

Oleh

DEVITA PUTRI HAYU NANDANI

NIM: 17613082

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULtS ILMU KESEHATAN

MUHAMMADIYAH PONOROGO

Tahun 2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia adalah penduduk yang mengalami sebuah proses penuaan secara terus

menerus yang biasa di tandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin

rentang terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematia. Dapartemen

kesehatan menggolongkan tingkat lansia menjadi tiga kelompok yaitu: kelompok

lansia dini (55-64 tahun), kelompok lansia (65 tahun keatas), kelompok lansia resiko

tinggi yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun ke atas (Nawawin,2010). Dalam

tahap lansia terjadi proses menua yang merupakan proses alamiah dalam kehidupan

manuasia, yang berarti seseorang telah melakukan tiga tahap kehidupannya yaitu:

anak, dewasa, dan tua. (Nugroho, 2012). Pengaruh proses menua dapat menimbulkan

berbagai masalah baik masalah fisik, mental, biologis maupun sosial ekonomi.

Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran misalnya kemunduran pada fisik

yang biasa di tandai dengan kulit mengendur, rambut sudah mulai memutih, gigi

mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin meburuk, gerakan

lambat dan figure tubuh yang tidak proposional. (Untari, 2018). Semakin lanjut usia

seseorang, maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat

mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya. Hal ini mengakibatkan

timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga


memerlukan bantuan orang lain (Putri, 2013). Salah satu gangguan yang rentang

timbul pada lanjut usia adalah gangguan aktivitas.

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia

memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan

adalah adanya kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas seperti berdiri,

berjalan dan bekerja,. Kemampuan seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem

muskuloskeletal (Heriana, 2014). Adapun penyebab dari gangguan aktivitas yaitu:

kelainan postur, gangguan perkembangan otot, trauma langsung pada sistem

muskuloskeletal dan neuromuskular, kerusakan sistem saraf pusat, dan kekuatan otot

(Hidayat, 2014).

Menurut World Health Organization (2015), proporsi penduduk di atas 60

tahun di dunia tahun 2000 sampai 2050 akan berlipat ganda dari sekitar 11% menjadi

22, atau secara absolut meningkat dari 605 juta menjadi 2 miliar lansia. Sedangkan di

amerika di perkirakan pada tahun 2050 sekitar 89 juta orang amerika akan berusia 65

tahun keatas yang jumlahnya melebihi dua kali lipat dibandingkan dengan jumlah

orang dewasa (Ericksen, 2016). Sedangkan di Indonesia jumlah penduduk lansia pada

tahun 2017 berjumlah 23,66 juta (9,03%) dan di prediksi jumlah lansia pada tahun

2020 (27,08 juta), pada tahun 2025 (33,69 juta), pada tahun 2030 (40,95 juta), dan

pada tahun 2035 (49,19 juta). Di jawa timur penduduk lanjut usia bertambah 140 ribu

orang setiap tahun sehingga saat ini terdapat 4,4 juta lansia di wilayah jawa timur.

Peningkatan jumlah lansia di karenakan peningkatan angka harapan hidup (life

expectancy), penurunan angka fertilitas atau kelahiran, dan mortalitas atau kematian,

proses terjadinya penuaan penduduk di pengaruhi oleh beberapa faktor misalnya:


peningkatan gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, sehingga kemajuan tingkat

pendidikan, dan sosial ekonomi yang semakin baik. (Kemenkes, 2017).

Peningkatan usia harapan hidup (UHH) menyebabkan populasi lansia

meningkat. Populasi di Indonesia tahun 2014 mencapai 20,24 juta jiwa atau serta

dengan 8,03%. Seiring dengan peningkatan UHH, lansia mengalami perubahan

normal maupun patologis yang berkaitan dengan proses penuaan dalam berbagai

sistem. Proses penuaan tersebut menyebabkan penurunan sistem muskuloskeletal

yang mengakibatkan lansia rentang untuk mengalami hambatan mobilitas fisik.

Perubahan normal akibat penuaan ini paling jelas terlihat pada sistem

muskuloskeletal berupa penurunan otot secara keseluruhan pada usia 80 tahun

mencapai 30% sampai 50%. Perubahan patologis pada sistem muskuloskeletal seperti

rheumatorid athritis, osteoathritis, osteoporosis yang sering terjadi pada lansia yang

menyebabkan hambatan mobilitas fisik. Kejadian rheumatorid arthritis 20-

300/100.000 orang pertahun. Usia 70 tahun sebesar 40% menderita osteoarthritis dan

80% dari pasien dengan osteoarthritis memiliki beberapa tingkat keterbatasan

gerakan, serta 25% tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari mereka. (Thomas,

2016).

Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pergerakan fisik tubuh atau

salah satu, atau semua ekstermitas yang mandiri dan terarah (NANDA, 1999 dalam

Renata Komalasari, 2011). Atau penurunan kemampuan untuk berpindah ke satu

tempat ke tempat yang lain atau ke satu posisi ke posisi yang lain. Hambatan

mobilitas fisik dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: gaya hidup, ketidak

mampuan, tingkat eneergi dan usia. (Ernawati, 2012). Hambatan mobilitas fisik yang
di akibatkan oleh perubahan patologis pada sistem muskuloskeletal memberikan

dampak pada fisik maupun psikososial pada lansia. Dampak fisik dari gangguan

mobilitas paling jelas terlihat pada sistem muskuloskeletal berupa penurunan

kekuatan dan ketangkasan otot, kontraktur yang membatasi mobilitas sendi, kekakuan

dan nyeri pada sendi. Hambatan mobilitas fisik juga dapat memberikan dampak yang

buruk pada sistem kardiovaskuler, pernapasan, metabolik, perkemihan, pencernaan,

dan integumen berupa penurunan kemampuan atau fungsi jantung, pembuluh darah,

paru-paru, terganggunya metabolisme tubuh, gangguan fungsi ginjal, kerusakan kulit,

serta gangguan pada proses pencernaan. Dampak psikososial dari hambatan mobilitas

fisik yaitu respon emosional yang bervariasi (frustasi dan penurunan harga diri,

apatis, menarik diri, regresi, dan marah serta agresif).

Masalah mobilitas yang terjadi pada lansia dapat diatasi dengan memberikan

intervensi berupa latihan range of motion, kontraksi otot isometrik dan isotonik,

kekuatan atau kesehatan, aerobik, sikap, mengatur posisi tubuh, pasien untuk

pemenuhan ADL, kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi (Bulechek, Butcher,

Docherman, & Wagner, 2013). Latihan, range of motion adalah latihan pergerakan

maksimal yang di lakukan oleh sendi, latihan ini menjadi salah satu bentuk latihan

yang berfungsi dalam pemeliharaan fleksibilitas sendi dan kekuatan otot pada lansia

(Potter & Perry, 2011).

Adapun yang dapat di lakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan jumlah

pasien yang mengalami hambatan mobilitas fisik, maka penulis tertarik untuk

mengambil judul “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Yang Mengalami Gangguan

Aktivitas Dengan Masalah Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik”.


1.2 IDENTIFIKASI MASAKAH

Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien lansia yang mengalami gangguan

aktivitas dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik di UPTD PSTW

Magetan

1.3 TUJUAN PENULIS

1. Tujuan Umum

Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan, khususnya pada pasien

lansia yang mengalami gangguan aktivitas dengan masalah keperawatan

hambatan mobilitas fisik.

2. Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian pada pasien lansia yang mengalami gangguan

aktivitas dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik.

2) Menemukan diagnosis pada pasien lansia yang mengalami gangguan

aktivitas dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik.

3) Merencanakan tindakan keperawatan pada lansia yang mengalami

gangguan aktivitas dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik.

4) Melakukan tindakan keperawatan pada lansia yang mengalami gangguan

aktivitas dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik

5) Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada lansia yang mengalami

gangguan aktivitas dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik.

6) Mendokumentasikan tindakan keperawatan pada lansia yang mengalami

gangguan aktivitas dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik.


1.4 MANFAAT PENULIS

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan pemahaman dan menambah

informasi terhadap pengembangan ilmu keperawatan mengenai asuhan

keperawatan pada pasien lansia yang mengalami gangguan aktivitas dengan

masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik di UPTD PSTW Magetan

2. Manfaat Praktis

1) Manfaat bagi Penulis

Menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada lansia yang

mengalami gangguan aktivitas dengan masalah keperawatan hambatan

mobilitas fisik di UPTD PSTW Magetan

2) Manfaat bagi Klien

Klien mendapat pelayanan kesehatan yang mengarah pada profosionalisme

dan juga mendapatkan asuhan keperawatan yang efekti, dan efesian yang

sesuai dengan standar asuhan keperawatan.

3) Manfaat bagi Profesi Keperawatan

Sebagai pengembangan intervensi keperwatan untuk penatalaksanaan pada

pasien lansia yang mengalami gangguan aktivitas dengan masalah

keperawatan hambatan mobilitas fisik di panti UPTD PSTW Magetan

4) Manfaat bagi Panti


1) Sebagai masukan bagi profesi keperawatan pada pasien lansia

khususnya, untuk menjadikan asuhan keperawatan yang profosional

sesuai standar oprasional.

2) Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya memberikan upaya

memberikan asuhan keperawatan pada lansia.

5) Manfaat bagi Institusi

1) Membawa wawasan dan pengetahuan untuk para pembaca di

perpustakaan dengan asuhan keperwatan lansia yang mengalami

gangguan aktivitas dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas

fisik.

2) Memberikan gambaran untuk mutu pendidikan keperawatan serta

sebagai dokumentasi untuk menambah koleksi perpustakaan yang

3) selanjutnya dapat di gunakan untuk referensi penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai