Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

Di Ruang Stroke RSUD DR. M YUNUS

Di susun Oleh :

Dwi Debby Indryanni F0H019016

Muhammad Dwi Haikal F0H019017

Listyana Hafsah F0H019032

Monika Apriori F0H019041

Betci Yulianti Yomilena F0H019055

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

(Ns. Mayulis, S. Kep, MPH) (Ns. Ikhsan, S. Kep, M. Kes)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS DAN
ISTIRAHAT ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Praktik Klinik Keperawatan Dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Aktivitas dan Istirahat bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Ns. Mayulis , S. Kep, MPH,
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan nasehat sehingga
kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 12 April 2021

Kelompok B 3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Tujuan penulisan
C. Ruang lingkup
D. Manfaat

BAB II : TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar
B. Konsep dasar asuhan keperawatam
1. Pengkajian
2. Analisa data
3. Diagnosa keperawatan
4. Intervensi
5. Implementasi
6. Evaluasi

BAB III : LAPORAN KASUS

A. Pengkajian
B. Analisa data
C. Diagnosa keperawatan
D. Intervensi
E. Implementasi

BAB IV : PEMBAHASAN

A. Mengidentifikasi kesenjangan antara laporan kasus dengan teori


B. Mengidentifikasi kesenjangan antara kasus dengan intervensi

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mobilitas merupakan kebutuhan dasar manusia yang

diperlukan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari berupa

pergerakan sendi, sikap, gaya berjalan, latihan maupun kemampuan

aktivitas (DeLaune & Ladner, 2011). Jika indivu mengalami

keterbatasan pada gerakan fisik tubuh sehingga mengganggu Aktivity

Daily Living (ADL) maka individu tersebut mengalami gangguan

mobilitas fisik (Direja, Ade H.S, 2011).

Kondisi individu yang berisiko mengalami gangguan

mobilitas fisik, antara lain stroke, cedera trauma medula spinalis,

trauma, fraktur, osteoarthritis, ostemalasia, dan keganasan (Tim

Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Selain itu, individu yang dapat

mengalami atau berisiko mengalami gangguan mobilitas fisik, yaitu

lansia, individu dengan penyakit yang menyebabkan penurunan

kesadaran tiga hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi

anatomic akibat perubahan fisiologik, seperti kehilangan fungsi

motorik, klien dengan stroke, klien pengguna kursi roda, pengguna

alat eksternal, yaitu gips tau traksi, pembatasan gerakan volunter,

ataupun gangguan fungsi motorik dan rangka (Kozier B, Erb G, &

Snyder S.J, 2010).

Salah satu kondisi individu yang berisiko mengalami

gangguan fisik yang disebutkan di atas adalah stroke. Stroke sendiri


merupakan penyebab kematian yang menempati urutan ketiga di

Amerika Serikat dan penyebab disabilitas neurologi yang paling

sering ditemukan. Stroke menyerang lebih dari 500.000 individu

pertahun dan berakibat fatal pada sekitar separuh individu yang

diserang (Kowalak P.J, 2011). Menurut WHO (2010) setiap tahun 15

juta orang seluruh dunia mengalami stroke. Sekitar 34% pasien

menderita kelumpuhan permanen. Satu tahun setelah terjadi serangan

stroke pertama, sebanyak 30% dari total pasien akan meninggal, dan

sebanyak 40% dari total pasien yang mampu bertahan hidup, akan

mengalami ketergantungan terhadap orang lain.

Dampak fisik yang paling terlihat pada sistem muskuloskeletal

dari gangguan mobilitas fisik berupa penurunan kekuatan dan

ketangkasan otot, kontraktur yang membatasi mobilitas sendi,

kekakuan dan nyeri pada sendi (Kozier B, Erb G & Snyder S.J, 2010).

Menurut Potter & Perry (dalam Uda, Muflih, Amigo (2016)) selain

pada sistem muskuloskeletal, gangguan mobilitas fisik juga

memberikan dampak pada sistem kardiovaskuler, pernapasan,

metabolik, perkemihan, pencernaan, dan integumen berupa penurunan

kemampuan atau fungsi jantung, pembuluh darah, paru-paru,

tergangguanya metabolisme tubuh, gangguan fungsi ginjal, kerusakan

kulit, serta gangguan pada proses pencernaan. Dampak psikososial

dari gangguan mobilitas sendiri yaitu respon emosional yang

bervariasi, seperti frustasi dan penurunan harga diri, apatis, menarik

diri, regresi, dan marah serta agresif. Menurunnya kemampuan


menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan, gangguan pada

perkembangan sosial, yaitu terjadi hambatan dalam interaksi dengan

orang lain maupun lingkungan dikarenakan kurangnya stimulasi

intelektual.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Memperoleh pemahaman dan dan gambaran umum tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan aktivitas
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnose
gangguan aktivitas.
b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien dengan
diagnose gangguan aktivitas
c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan
diagnose gangguan aktivitas
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
diagnose gangguan aktivitas
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
diagnose gangguan aktivitas

C. RUANG LINGKUP
Makalah ini membahasan tentang pemenuhuan kebutuhan dasar manusia
dengan gangguan aktivitas dan istirahat berupa gangguan mobilitas fisik.

D. MANFAAT
1. Untuk masyarakat dan keluarga yaitu memperoleh pengetahuan
melakukan perwatan pada anggota keluarga dengan gangguan
mobilitas fisik sehingga mampu secara mandiri melakukannya di
rumah.
2. Bagi penulis untuk memperoleh pengalamnn dalam mengaplikasikan,
khususnya studi kasus tentang asuhan keperawatan dengan gangguan
mobilitas fisik.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Gangguan Mobilitas Fisik

1. Pengertian

Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik

dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri (Tim Pokja SDKI

DPP PPNI, 2017). Menurut North American Nursing Diagnosis

Association (NANDA) gangguan mobilitas fisik atau

immobilisasi merupakan suatu kedaaan dimana individu yang

mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerakan fisik

(Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2010). Ada lagi yang

menyebutkan bahwa gangguan mobilitas fisik merupakan

suatu kondisi yang relatif dimana individu tidak hanya

mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya

kehilangan tetapi juga kemampuan geraknya secara total

(Ernawati, 2012). Kemudian, Widuri (2010) juga menyebutkan

bahwa gangguan mobilitas fisik atau imobilitas merupakan

keadaan dimana kondisi yang mengganggu pergerakannya,

seperti trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai

fraktur pada ekstremitas dan sebagainya. Tidak hanya itu,

imobilitas atau gangguan mobilitas adalah keterbatasan fisik

tubuh baik satu maupun lebih ekstremitas secara mandiri dan

terarah (Nurarif A.H & Kusuma H, 2015).

2. Etiologi
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), faktor penyebab

terjadinya gangguan mobilitas fisik, antara lain kerusakan

integritas struktur tulang, perubahan metabolisme,

ketidakbugaran fisik, penurunan kendali otot, penurunan massa

otot, penurunan kekuatan otot, keterlambatan perkembangan,

kekakuan sendi, kontraktur, malnutrisi, gangguan

muskuloskeletal, gangguan neuromuskular, indeks masa

tubuh di atas persentil ke-75 usia, efek agen farmakologi,

program pembatasan gerak, nyeri, kurang terpapar informasi

tentang aktivitas fisik, kecemasan, gangguan kognitif,

keengganan melakukan pergerakan, dan gangguan

sensoripersepsi. NANDA-I (2018) juga berpendapat mengenai

etiologi gangguan mobilitas fisik, yaitu intoleransi aktivitas,

kepercayaan budaya tentang aktivitas yang tepat, penurunan

ketahanan tubuh, depresi, disuse, kurang dukungan lingkungan,

fisik tidak bugar, serta gaya hidup kurang gerak. Pendapat lain

menurut Setiati, Harimurti, dan Roosheroe (dalam Setiati, Alwi,

Sudoyo, Stiyohadi, dan Syam, 2014) mengenai penyebab

gangguan mobilitas fisik adalah adanya rasa nyeri, lemah,

kekakuan otot, ketidakseimbangan, masalah psikologis, kelainan

postur, gangguan perkembangan otot, kerusakan sistem saraf

pusat, atau trauma langsuung dari sistem muskuloskeletal dan

neuromuskular.
3. Tanda dan gejala

Adapun tanda dan gejala pada gangguan mobilitas fisik menurut Tim
Pokja SDKI DPP PPNI (2017) yaitu :

a. Tanda dan gejala mayor


Tanda dan gejala mayor subjektif dari gangguan mobilitas fisik,

yaitu mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas. Kemudian,

untuk tanda dan gejala mayor objektifnya, yaitu kekuatan otot

menurun, dan rentang gerak menurun.

b. Tanda dan gejala minor


Tanda dan gejala minor subjektif dari gangguan mobilitas
fisik, yaitu nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan,
dan merasa cemas saat bergerak. Kemudian, untuk tanda dan
gejala minor objektifnya, yaitu sendi kaku, gerakan tidak
terkoordinasi, gerakan terbatas, dan fisik lemah.

4. Dampak yang ditimbulkan

Menurut Widuri (2010) gangguan mobilitas fisik akan

mengakibatkan individu mengalami immobilisasi yang dapat

mempengaruhi sistem tubuh, seperti :

a. Perubahan metabolisme

Kecepatan metabolisme dalam tubuh akan turun

dengan dijumpainya basal metabolisme rate (BMR) yang

akibatnya energi yang digunakan untuk perbaikan sel-sel

tubuh berkurang sehingga dapat mempengaruhi gangguan

oksigenasi sel. Dampak lainnya seperti anabolisme akan

menurun sedangkan katabolisme akan meningkat yang

berisiko meningkatkan gangguan metabolism


b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Cairan dan elektrolit yang tidak seimbang akan

mengakibatkan persediaan protein menurun dan

konsentrasi protein serum berkurang yang dapat

mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Selain itu,

berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskuler

menuju interstisial dapat menyebabkan edema.

c. Gangguan pengubahan zat gizi

Pemasukan protein dan kalori yang menurun dapat

menyebabkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat

sel menurun sehingga tidak cukup untuk melaksanakan

aktivitas metabolisme.

d. Gangguan fungsi gastrointestinal

Makanan yang dicerna akan menurun sehingga dapat

menyebabkan keluhan, seperti perut kembung, mual, serta

nyeri lambung yang berdampak pada proses eliminasi.

e. Perubahan sistem pernapasan

Dampak yang ditimbulkan pada sistem pernapasan, antar

lain kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun,

dan otot mengalami kelemahan yang mengganggu proses

metabolisme.

f. Perubahan kardiovaskular
Perubahan pada sistem kardiovaskuler berupa hipotensi

artostatik, meningkatnya kerja jantung, serta terjadi

pembentukan thrombu.

g. Perubahan sistem muskuloskeletal

Dampak yang ditimbulkan, antara lain gangguan muskular

yang berupa menurunnya massa otot yang menyebabkan

turunnya kekuatan otot serta atropi pada otot, gangguan

skeletal berupa kontraktur sendi serta osteoporosis.

h. Perubahan sistem integumen

Pada sistem integumen akan terjadi penurunan elastisitas

kulit, terjadi iskemia serta nekrosis jaringan superfisial

ditandai dengan adanya luka dekubitus akibat tekanan dan

sirkulasi ke jaringan menurun.

i. Perubahan eliminasi

Kurangnya asupan dan penurunan curah jantung

mengakibatkan penurunan jumlah urine.

j. Perubahan perilaku

Seseorang akan mengalami perubahan peran,

konsep diri, kecemasan yang berdampak ke perilaku

yang ditimbulkan, seperti rasa bermusuhan, bingung,

cemas, emosional yang tinggi, depresi, siklus tidur

berubah, serta penurunnya mekanisme koping.

5. Penatalaksanaan
Saputra (2013) berpendapat bahwa penatalaksanaan untuk gangguan

mobilitas fisik, antara lain :

a. Pengaturan posisi tubuh sesuai dengan kebutuhan pasien,

seperti memiringkan pasien, posisi fowler, posisi sims, posisi

trendelenburg, posisi genupectoral, posisi dorsal recumbent,

dan posisi litotomi.

b. Ambulasi dini

Salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan

ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.

Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih posisi

duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke

kursi roda, dan yang lainnya.

c. Melakukan aktivitas sehari-hari.

Melakukan aktivitas sehari-hari dilakukan untuk melatih

kekuatan, ketahanan, dan kemampuan sendi agar mudah

bergerak, serta mingkatkan fungsi kardiovaskular.

d. Latihan Range of Motion (ROM) aktif atau pasif.


B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
Hari/Tanggal : Kamis/18 Maret 2021
Jam : 07.30 – 14.00 WIB
Ruang : Stroke
Perawat :
1. Identitas Pasien
a) Nama : Tn. S
b) Jenis Kelamin : Laki - laki
c) Umur :77 tahun
d) Agama : islam
e) Status Perkawinan : kawin
f) Pekerjaan : petani/imam masjid
g) Pendidikan terakhir :-
h) Alamat : Lebong
i) No. CM : 834420
j) Diagnostik Medis : Stroke Hemiparesis
2. Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. M
b. Umur :42 tahun
c. Pendidikan :-
d. Pekerjaan : petani
e. Alamat : Lebong
f. Hubungan : Menantu

3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Pasien
 Keluhan Utama
Penurunan kesadaran, mengigau dan tubuh bagian
kanan tidak dapat digerakkan
 Riwayat Penyakit Sekarang
Saat dilakukan pengkajian tingkat kesadaran
delirium(kacau-gaduh gelisah), TD: 90/70 mmHg, N :
72x/menit, P: 18x/menit, S: 36,6, SPO2 : 92%.
Pasien dalam kondisi tertidur, mukosa bibir Nampak
kering, sesekali terbangun dan memanggil manggil
orang.
 Riwayat Penyakit Masa Lalu
Menantu pasien mengatakan tidak ada riwayat penyekit
menurun dan menular didalam keluarga, pasien tidak
pernah mengalami alergi dan pasien pernah dirawat di
Rumah sakit terdekat dengan keluhan Hipertensi dan
Stroke. Setelahnya pasien dirawat dirumah dengan
keluarga.
Mulanya pasien mengalami penurunan kesadaran dan di
bawa oleh keluarga ke RSUD terdekat kemudian di
rujuk ke RSMY dan di rawat beberapa hari di ruang
ICU, setelah beberapa hari pasien di pindahkan ke unit
Stroke.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menantu pasien mengatakan keluarga semua dalam keadaan sehat,
tidak ada penyakit menurun, tidak ada riwayat alergi serti penyakit
menular lainnya. Pasien merupakan yang pertama kali di rawat di
rumah sakit.
c. Pola Fungsi Gordon
i. Persepsi terhadap Kesehatan – manajemen Kesehatan
o Pasien dulunya merupakan perokok aktif namun
berhenti semenjak ±3 tahun yang lalu.
o Tidak pernah mengkonsumsi alcohol
o Sebelum mengalami penurunan kesadaran
menantu pasien mengatakan pasien sering
mengeluh dengan konsisi kesehatannya.
ii. Pola aktivitas dan latihan
Pasien rutin mandi 1x sehari di tempat tidur dan pakaian
serta laken yang di gunakan rutin diganti.

Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Mobilisasi tempat tidur √
Pindah √
Ambulasi √
Makan/minum √
Keterangan :

Skore 0 : Mandiri

Skore 1 : Dibantu sebagian

Skore 2 : Perlu dibantu orang lain

Skore 3 : Perlu dibantu orang lain dan alat

Skore 4 : Tergantung atau tidak mampu

iii. Pola istirahat tidur


o Sebelum di bawa ke Rumah sakit pasien
kesulitan tidur dan hanya berbibaca setiap saat
o Menantu pasien mengatkan setelah di rawat di
Rumah sakit pasien tidur dengan waktu yang
tidak menentu baik pada malam dan siang
hari. Pasien dapat tertidur dengan pulas
kemudian terbangun atau mengigau kemudian
tertidur kembali.
iv. Pola nutrisi
o Pasien terpasang NGT, diberi makanan cair 3x
sehari.
o Minum sebanyak ± 400 ml
v. Pola eliminasi
o BAK : ± 400 – 500 ml. Berwarna kuning,
tidak ada endapan
o BAB : 1x dalam 3 hari terakir. Berwarna
kuning kehitaman, dengan konsistenti lembek
vi. Pola kognitif perceptual
o Pasien dapat mendengar dan melihat dengan
baik.
vii. Pola peran hubungan
o Pasien merupakan seorang kepala keluarga,
bekerja sebagai petani dan imam masjid, dapat
berinteraksi dengan baik di lingkungan
masyarakat serte merupakan orang yang di tua
kan di lingkungannya.
viii. Pola nilai dan kepercayaan
o Pasien menganut kepercayaan dan nilai nilai
agama islam.
d. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
i. Status Kesehatan umum
Tingkat kesadaran : Delirium
Keadaan umum : sedang

Tanda tanda vital : TD: 90/70 mmHg, N : 72x/menit,

P: 18x/menit, S: 36,6, SPO2 : 92%.

ii. System integument

Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur


kasar, rambut hitam dan berminyak , tidak botak,
warna  kulit sawo matang; muka tampak pucat.

iii. Kepala

Bentuk simetris, persebaran rambut merata, tidak ada


ketombe dan tidak ada kemerahan pada kulit kepla, tidak
ada nyeri tekan dan edema.
- Mata dalam keadaan bersih, reflek pupil terhadap cahaya
miosis, sclera berwarna putih dan konjungtiva berwarna
merah muda.
- Telinga simetris, terdapat sedikit penumpukan kotoran,
dapat mendengar dengn baik dan tidak ada nyeri
- Hidung simetris, bersih dan terpasang NGT
- Mulut simetris, mukosa bibir Nampak kering, kemampuan
bicara sedang, suara dapat didengar dengan jales, terdapat
penumpukan secret berwarna putig pada lidah.
iv. Leher
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid
dan tidak ada nyer tekan.
v. Thoraks
Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris,
bunyi napas vesikuler, tidak menggunakan otot bantu
pernapasan, bunyi jantung normal “lup-dup”, batas jantung
kiri ICS 4 midklavikulas kiri, batas jantung kanan ICS 2
kanan. Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema dan dapat
bernapas dengan normal.
vi. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema,
bising usus 11x/menit.
vii. Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis tidak teraba, tidak ada hernia,
pembengkakan pembuluh limfe tidak ada., tidak ada
hemoroid, terpasang kateter urine.
viii. Ekstrimitas
ATAS : tangan lengkap, tidak ada kelainan ada jari,
kelemahan otot di tangan kanan, nyeri pada bagian siku saat
digerakkan, terdapat lesi pada pergelangan tangan kanan
dan siku kiri.
BAWAH : kaki lengkap, tidak ada kelainan pada jari,
kekuatan otot lemah, nyeri saat di gerakkan, tidak ada lesi
dan edema.

2222 5555

3333 5555

e. Pemeriksaan Penunjang
i. Hasil laboratorium
HB : 9,1
Trombosit : 409.000
Glukosa : 16.370
GDP : 149
f. Terapi yang diberikan
No Nama obat Cara dosis
pemberian
1 IUFO Ringe Laktat 20tpm
2 Omeprazole IV 2x1 4ml
3 Ceftriaxone IV 2x1 4 ml
4 Metrodinazone IV 3x1 500mg
4 Chiticollin IV 3x1 250mg
5 Transimin IV 3x1 amp

II. Diagnosa Keperawatan


1. Intoleransi Aktivitas
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-
hari
 Penyebab :
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton

Gejala dan tanda mayor


Subjektif :
- mengeluh Lelah
Objektif :
- frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

Gejala dan tanda minor


Subjektif :
- Dispnea saat/setelah aktivitas
- Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
- Merasa lemah
Objektif :
- Tekanan darah berubah > 20% dari kondisi istirahat
- Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
- Gamabar EKG menunjukan iskemia
- Sianosis

Kondisi klinis terkait


- Anemia
- Gagal jantung kongestif
- Penyakit jantung koroner
- Penyakit katup jantung
- Aritmia
- Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
- Gangguan metabolik
- Gangguan musculoskeletal

2. Gangguan mobilitas fisik


Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstermitas secara mandiri.

Penyebab :

1) Kerusakan integritas strukur tulang

2) Perubahan metaboliesme

3) Ketidakbugaran fisik

4) Penurunan masa otot

5) Penurunan kekuatan otot

6) Keterlambatan perkembangan

7) Kekauan sendi

8) Kontraktur

9) Mainutrisi

10) Gangguan muskuloskeletal

11) Gangguan neuromuskular

12) Indeks massa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia

13) Efek agen farmakologis

14) Program pembatasan gerak

15) Nyeri

16) Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik

17) Kecemasan

18) Gangguan kognitif

19) Keengganan melakukan pergerakan

20) Gangguan sensoripersepsi

Gejala dan tanda mayor


Subjektif :
- Mengeluh sulit menggerakan ekstremitas
Objektif :
- Kekuatan otot menurun
- Rentang gerak (ROM) menurun

Gejala dan tanda minor


Subjektif :
- Nyeri saat bergerak
- Enggan melakukan pergerakan
- Merasa cemas saat bergerak

Objektif :

- Sendi kaku
- Gerakan tidak terkoordinasi
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah

Kondisi klinis terkait


1) Stroke
2) Cedera medula spinalis
3) Trauma
4) Fraktur
5) Osteoarthritis
6) Ostemalasia

III. Intervensi

Diagnosa Tujuan Tindakan Rasional


Keperawatan
Intoleransi setelah Observasi
aktivitas b.d dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk
kelemahan Tindakan gangguan fungsi mengetahui
keperawatan tubuh yang bagian tubuh
3x24 jam mengakibatkan yang dirasakan
masalah kelelahan kelelahan
intoleransi 2. Monitor berlebih
aktivitas kelelahan fisik 2. Untuk menjaga
dapat teratasi dan emosional kestabilan
dengan Terapeutik tenaga yang
kriteria 1. Lakukan Latihan dimiliki pasien
hasil : rentang gerak 3. Mengedukasi
1. Frekuens pasif dan/ayau keluarga dan
i nadi aktif pasien tentang
meningk 2. Fasilitasi duduk jenis latihan
at di tempat tidur, dan kegiatan
2. Kemuda jika tidak dapat apa saj yang
han berpindah atau dapat di
dalam berjalan lakukan.
melakuk Edukasi
an 1. Anjurkan tirah
aktivitas baring
sehari- 2. Anjurkan
hari melakukan
meningk aktivitas secara
at bertahap
3. Kekuata 3. Ajarkan strategi
n tubuh koping untuk
bagian mengurangi
atas kelelahan
meningk
at
4. Kekuata
n tubuh
bagian
bawah
meningk
at
5. Keluhan
Lelah
menurun

Gangguan Setelah Observasi 1. Untuk


mobilitas dilakukan 1. Identifikasi menghindari
fisik b.d Tindakan adanya nyeri atau adanya cedera
penurunan keperawatan keluhan fisik baru akibat
kekuatan dalam 3x24 lainnya nyeri dan
otot jam 2. Identifikasi keluhan fisik
diharapkan toleransi lainnya
masalah melakukan 2. Untuk
gangguan pergerakan mengetahui
mobilitas 3. Monitor frekuensi batas
fisik dapat jantung dan kemampuan
teratasi tekanan darah klien dalam
dengan sebelum memulai melakukan
kriteria mobilisasi pergerakan
hasil : Terapeutik 3. Mengedukasi
1. Pergerak 1. Fasilitasi klien dan
an melakukan keluarga
ekstremit pergerakan tentang
as 2. Libatkan keluarga kegiatan atau
meningk untuk membantu aktifivas fisik
at pasien dalam yang dapat di
2. Kekuata meningkatkan lakukan dan
n oto pergerakan menghindari
meningk Edukasi cedera dalam
at 1. Jelaskan tujuan melakukannya.
3. Rentang dan prosedur
gerak mobilisasi
(ROM) 2. Anjurkan
meningk melakukan
at mobilisasi dini
4. Kelemah 3. Ajarkan
an fisik mobilisasi
menurun sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Duduk di
tempat tidur)

IV. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana


keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pelaksanaa
adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian
kegiatan sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang
optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang
dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik
secara umum maupun secara khusus (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010)

V. Evaluasi

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf


keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dari kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan. Tahap
evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010)
BAB III

LAPORAN KASUS

I. Pengkajian
Hari/Tanggal : Kamis/18 Maret 2021
Jam : 07.30 – 14.00 WIB
Ruang : Stroke
Perawat :
2. Identitas Pasien
k) Nama : Tn. S
l) Jenis Kelamin : Laki - laki
m) Umur :77 tahun
n) Agama : islam
o) Status Perkawinan : kawin
p) Pekerjaan : petani/imam masjid
q) Pendidikan terakhir :-
r) Alamat : Lebong
s) No. CM : 834420
t) Diagnostik Medis : Stroke Hemiparesis
4. Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. M
b. Umur :42 tahun
c. Pendidikan :-
d. Pekerjaan : petani
e. Alamat : Lebong
f. Hubungan : Menantu

5. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Pasien
 Keluhan Utama
Penurunan kesadaran, mengigau dan tubuh bagian
kanan tidak dapat digerakkan
 Riwayat Penyakit Sekarang
Saat dilakukan pengkajian tingkat kesadaran
delirium(kacau-gaduh gelisah), TD: 90/70 mmHg, N :
72x/menit, P: 18x/menit, S: 36,6, SPO2 : 92%.
Pasien dalam kondisi tertidur, mukosa bibir Nampak
kering, sesekali terbangun dan memanggil manggil
orang.
 Riwayat Penyakit Masa Lalu
Menantu pasien mengatakan tidak ada riwayat penyekit
menurun dan menular didalam keluarga, pasien tidak
pernah mengalami alergi dan pasien pernah dirawat di
Rumah sakit terdekat dengan keluhan Hipertensi dan
Stroke. Setelahnya pasien dirawat dirumah dengan
keluarga.
Mulanya pasien mengalami penurunan kesadaran dan di
bawa oleh keluarga ke RSUD terdekat kemudian di
rujuk ke RSMY dan di rawat beberapa hari di ruang
ICU, setelah beberapa hari pasien di pindahkan ke unit
Stroke.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menantu pasien mengatakan keluarga semua dalam keadaan sehat,
tidak ada penyakit menurun, tidak ada riwayat alergi serti penyakit
menular lainnya. Pasien merupakan yang pertama kali di rawat di
rumah sakit.
c. Pola Fungsi Gordon
i. Persepsi terhadap Kesehatan – manajemen Kesehatan
o Pasien dulunya merupakan perokok aktif namun
berhenti semenjak ±3 tahun yang lalu.
o Tidak pernah mengkonsumsi alcohol
o Sebelum mengalami penurunan kesadaran
menantu pasien mengatakan pasien sering
mengeluh dengan konsisi kesehatannya.
ii. Pola aktivitas dan latihan
Pasien rutin mandi 1x sehari di tempat tidur dan pakaian
serta laken yang di gunakan rutin diganti.

Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Mobilisasi tempat tidur √
Pindah √
Ambulasi √
Makan/minum √
Keterangan :

Skore 0 : Mandiri

Skore 1 : Dibantu sebagian

Skore 2 : Perlu dibantu orang lain

Skore 3 : Perlu dibantu orang lain dan alat

Skore 4 : Tergantung atau tidak mampu

iii. Pola istirahat tidur


o Sebelum di bawa ke Rumah sakit pasien
kesulitan tidur dan hanya berbibaca setiap saat
o Menantu pasien mengatkan setelah di rawat di
Rumah sakit pasien tidur dengan waktu yang
tidak menentu baik pada malam dan siang
hari. Pasien dapat tertidur dengan pulas
kemudian terbangun atau mengigau kemudian
tertidur kembali.
iv. Pola nutrisi
o Pasien terpasang NGT, diberi makanan cair 3x
sehari.
o Minum sebanyak ± 400 ml
v. Pola eliminasi
o BAK : ± 400 – 500 ml. Berwarna kuning,
tidak ada endapan
o BAB : 1x dalam 3 hari terakir. Berwarna
kuning kehitaman, dengan konsistenti lembek
vi. Pola kognitif perceptual
o Pasien dapat mendengar dan melihat dengan
baik.
vii. Pola peran hubungan
o Pasien merupakan seorang kepala keluarga,
bekerja sebagai petani dan imam masjid, dapat
berinteraksi dengan baik di lingkungan
masyarakat serte merupakan orang yang di tua
kan di lingkungannya.
viii. Pola nilai dan kepercayaan
o Pasien menganut kepercayaan dan nilai nilai
agama islam.
d. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
i. Status Kesehatan umum
Tingkat kesadaran : Delirium
Keadaan umum : sedang

Tanda tanda vital : TD: 90/70 mmHg, N : 72x/menit,

P: 18x/menit, S: 36,6, SPO2 : 92%.

ii. System integument

Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur


kasar, rambut hitam dan berminyak , tidak botak,
warna  kulit sawo matang; muka tampak pucat.

iii. Kepala

Bentuk simetris, persebaran rambut merata, tidak ada


ketombe dan tidak ada kemerahan pada kulit kepla, tidak
ada nyeri tekan dan edema.
- Mata dalam keadaan bersih, reflek pupil terhadap cahaya
miosis, sclera berwarna putih dan konjungtiva berwarna
merah muda.
- Telinga simetris, terdapat sedikit penumpukan kotoran,
dapat mendengar dengn baik dan tidak ada nyeri
- Hidung simetris, bersih dan terpasang NGT
- Mulut simetris, mukosa bibir Nampak kering, kemampuan
bicara sedang, suara dapat didengar dengan jales, terdapat
penumpukan secret berwarna putig pada lidah.
iv. Leher
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid
dan tidak ada nyer tekan.
v. Thoraks
Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris,
bunyi napas vesikuler, tidak menggunakan otot bantu
pernapasan, bunyi jantung normal “lup-dup”, batas jantung
kiri ICS 4 midklavikulas kiri, batas jantung kanan ICS 2
kanan. Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema dan dapat
bernapas dengan normal.
vi. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema,
bising usus 11x/menit.
vii. Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis tidak teraba, tidak ada hernia,
pembengkakan pembuluh limfe tidak ada., tidak ada
hemoroid, terpasang kateter urine.
viii. Ekstrimitas
ATAS : tangan lengkap, tidak ada kelainan ada jari,
kelemahan otot di tangan kanan, nyeri pada bagian siku saat
digerakkan, terdapat lesi pada pergelangan tangan kanan
dan siku kiri.
BAWAH : kaki lengkap, tidak ada kelainan pada jari,
kekuatan otot lemah, nyeri saat di gerakkan, tidak ada lesi
dan edema.

2222 5555

3333 5555

e. Pemeriksaan Penunjang
i. Hasil laboratorium
HB : 9,1
Trombosit : 409.000
Glukosa : 16.370
GDP : 149
f. Terapi yang diberikan
No Nama obat Cara dosis
pemberian
1 IUFO Ringe Laktat 20tpm
2 Omeprazole IV 2x1 4ml
3 Ceftriaxone IV 2x1 4 ml
4 Metrodinazone IV 3x1 500mg
4 Chiticollin IV 3x1 250mg
5 Transimin IV 3x1 amp

ANALISA DATA
DATA/SYMTOM ETIOLOGI/PENYEBAB PROBLEM
DO : Rentang gerak (ROM) 1. Gangguan
1. TD: 90/70 mmHg, menurun mobilitas fisik
N : 72x/menit, P: Kondisi klinis terkait
18x/menit, S: 1) Stroke
2) Cedera medula spinalis
36,6, SPO2 :
3) Trauma
92%. 4) Fraktur
5) Osteoarthritis
2. Tingkat kesadaran
6) Ostemalasia
delirium
3. Pasien tempak
lemas
4. Pasien sering
mengigau
5. Kelemahan otor,
nilai tangan kanan
: 2, nilai kaki
kanan : 3, tangan
kiri dan kaki kiri :
5.
6. Hasil
laboratorium HB :
9,1. Trombosit:
409.000 Glukosa :
16.370 .GDP :
149
DS :
1. Keluarga
mengatakan
aktivitas sehari
hari dibantu
2. Keluarga
mengatakan
sebelum dibawa
ke rumah sakit,
pasien susah tidur
dan hanya berbica
terus menerus.

II. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot ditandai dengan mengeluh sulit menggerakan
ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM)
menurun.

III. Intervensi

Diagnosa Tujuan Tindakan Keperawatan Rasional


Gangguan setelah Observasi 1. Untuk
mobilitas dilakukan 1. Identifikasi mengetahui batas
fisik b.d Tindakan toleransi fisik kemampuan
penurunan keperawatan melakukan
klien dalam
kekuatan 3x24 jam pergerakan
otot masalah 2. Monitor frekuensi melakukan
gangguan jantung dan pergerakan
mobilitas fisik tekanan darah 2. Mengedukasi
dapat teratasi sebelum memulai klien dan
dengan kriteria mobilisasi keluarga tentang
hasil : 3. Monitor kondisi kegiatan atau
1. Pergerakan umum selama aktifivas fisik
ekstremitas melakukan yang dapat di
meningkat mobilisasi lakukan dan
2. Kekuatan Terapeutik menghindari
otot 1. Fasilitasi cedera dalam
meningkat melakukan melakukannya
3. Rentang pergerakan
gerak 2. Libatkan keluarga
(ROM) untuk membantu
meningkat pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
procedure
mobilisasi
2. Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini

IV. Implementasi
Hari/tanggal/ja Implementasi Respon Hasil
m Keperawatan
Kamis/18 maret 1. Mengidentifikasi 1. Pasien hanya
202107.30 – toleransi fisik mampu
14.00 WIB melakukan pergerakan menggerakan
2. Menjelaskan tujuan kaki dan tangan
dan procedure kiri
mobilisasi 2. Keluarga
tampak
3. Menganjurkan
mengerti
melakukan mobilisasi
3. Pasien mau
dini
melakukan
mobilisasi dini
Jum’at/19 maret 1. Monitor frekuensi 1. Sebelum
2021/07.30 – jantung dan tekanan mobilisasi
14.00 WIB darah sebelum TD = 95/80
N = 74x/menit
memulai mobilisasi
Sesudah
2. Monitor kondisi mobilisasi
umum selama TD = 100/80
melakukan mobilisasi N = 77x/menit
3. Fasilitasi melakukan 2. Kondisi umum
pergerakan pasien saat
4. Libatkan keluarga melakukan
mobilisasi
untuk membantu
adalah lemah
pasien dalam 3. Pasien
meningkatkan menggunakan
pergerakan bantuan
pembatas
tempat tidur
untuk
melakukan
mobilisasi
4. Keluarga
tampak
membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan

Sabtu/20 maret Intervensi dihentikan Pasien pulang


2021/14.00 –
20.00 WIB
V. Evaluasi

Hari/tanggal/ja Diagnosa Keperawatan Hasil


m
Kamis/18 maret Gangguan mobilitas fisik S : keluarga
2021/07.30 – b.d penurunan kekuatan mengatakan
14.00 WIB otot kesulitan dalam
mengajak pasien
melakukan kegiatan
latihan fisik.

O : keadaan umum
pasien masih sering
tertidur dan
mengingau.

A : masalah belum
terartasi

P : intervensi di
lanjutkan
Jum’at/19 maret S : pasien
2021/07.30 – mengatakan merasa
14.00 WIB Lelah setelah
melakukan
mobilisasi

O : pasien tampak
lemas

A : masalah belum
teratasi

P : intervensi di
pertahankan
Sabtu/20 maret Pasien pulang Pasien pulang
2021/14.00 –
20.00 WIB
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan pembahasan antara

tinjauan teoritis dengan laporan kasus. Dalam kami mencoba

membandingkan antara tinjauan teoritis dan laporan kasus tentang

pemberian asuhan keperawatanpada Tn. S dengan gangguan aktivitas dan

istirahat di ruang Stroke RSUD M.Yunus Kota Bengkulu. Dalam

Pembahasan ini Kelompok menyajikan berdasarkan proses

keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnose keperawatan,

Intervensi keperawatan, Implementasi keperawatan, dan evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian meruapakan tahap awal yang dilakukan oleh penulis

pada tanggal 18 maret 2021. Dalam pengkajian kelompok mengumpulkan

data dengan cara obseravasi dan pemeriksaan fisik.

B. Diagnosa keperawatan

Dalam membuat diagnosa kelompok sudah mengacu sesuai

teori yang actual, dan potensial, pada kasus kelompok hanya membahas

masalah kebutuhan dasar manusia.

C. Intervensi keperawatan

Dalam menentukan intervensi kelompok mengurutkan sesuai

dengan keadaan pasien secara langsung. Teori yang disajikan berbeda

dengan kondisi pasien saat dilakukan pengkajian sehingga menyebabkan

ketidaksamaan dalam menentukan intervensi


D. Implementasi Keperawatan

Pada tahap pelaksanaan ini penulis melaksanakan tindakan sesuai

dengan rencanda tindakan yang telah ditemtukan dan ditetapkan. Dalam

pemenuhan kebutuhan dasar kelompok mengunakan alat yang

mendukung dalam melakukan tindakan keperawatan.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang telah membandikan antara

hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan.

Untuk mengukur keberhasilan tindakan dan evaluasi didasarkan pada

keefektifan intervensi dapat dilihat dari respon klien. Penulisan evaluasi

mengunakan SOAP.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan data dapat dibuat kesimpulan secara

umum sebagai berikut:

1. Pengkajian keperawatan menunjukkan bahwa subyek memiliki


masalah gangguan mobilitas..
2. Masalah yang didapatkan pada kedua subyek adalah
gangguan mobilitas fisiki berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot
3. Rencana keperawatan yang penulis susun berdasarkan buku
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
4. Implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah disusun dan diberikan kepada kedua
subyek asuhan selama 3 hari.
5. Evaluasi yang didapatkan penulis selama 3x24 jam dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien adalah belum adanya
peningkatan rentang gerak dikarena tingkast kesadaran pasien
yang belum membaik.
B. Saran
1. Saran teoritis

Diharapkan penulisan makalah akhir ini dapat:

1. mengajarkan atau menerapkan asuhan keperawatan


gangguan mobilitas fisiki berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot
2. Menghasilkan asuhan keperawatan yang bervariasi dalam
asuhan keperawatan gangguan mobilitas fisiki berhubungan
dengan penurunan kekuatan otot
2. Saran aplikatif
1. Keluarga dapat lebih fokus dalam proses penyampaian
informasi yang diberikan oleh pelayanan kesehatan terkait
masalah yang dialami klien mengingat keluarga adalah orang
terdekat bagi klien.
2. Pelayanan keperawatan dapat menegakkan masalah
keperawatan gangguan mobilitas fisik khususnya pada klien
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot
3. Pihak rumah sakit atau pelayanan dapat menyusun standar
yang baik dalam penyusunan rencana keperawatan pada
masalah gangguan mobilitas fisik.
4. Pihak rumah sakit dapat mempertimbangkan waktu untuk
proses pembangunan ruangan dengan memperhatikan keadaan
klien dan keluarga sehingga proses keperawatan tetap berjalan
maksimal
DAFTAR PUSTAKA

Saryona dan Anggriyana tri widianri. 2010. Kebutuhan dasar

manusia. Yogyakarta; numed media

Barbara Kozier. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep,

proses & praktik, Ed. 7, Vol.1. Jakarta; penerbit buku kedokteran

EGC

Tim POKJA SDKI DPP PPNI. 2017. Standar diagnose keperawatan

Indonesia. Jakarta selatan; dewan pengurus pusat PPNI

Tim POKJA SIKI DPP PPNI. 2018. Standar interensi keperawatan

Indonesia. Jakarta selatan; dewan pengurus pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai