Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

Di Ruang Stroke RSUD DR. M YUNUS

Di susun Oleh :

Dwi Debby Indryanni F0H019016

Muhammad Dwi Haikal F0H019017

Listyana Hafsah F0H019032

Monika Apriori F0H019041

Betci Yulianti Yomilena F0H019055

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

(Ns. Mayulis, S. Kep, MPH) (Ns. Ikhsan, S. Kep, M. Kes)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS DAN
ISTIRAHAT ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Praktik Klinik Keperawatan Dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Aktivitas dan Istirahat bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Ns. Mayulis , S. Kep, MPH,
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan nasehat sehingga
kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 12 April 2021

Kelompok B 3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Tujuan penulisan
C. Ruang lingkup
D. Manfaat

BAB II : TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar
B. Konsep dasar asuhan keperawatam
1. Pengkajian
2. Analisa data
3. Diagnosa keperawatan
4. Intervensi
5. Implementasi
6. Evaluasi

BAB III : LAPORAN KASUS

A. Pengkajian
B. Analisa data
C. Diagnosa keperawatan
D. Intervensi
E. Implementasi

BAB IV : PEMBAHASAN

A. Mengidentifikasi kesenjangan antara laporan kasus dengan teori


B. Mengidentifikasi kesenjangan antara kasus dengan intervensi

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang
dalam melakukan aktivitas. Seseorang tidak terepas dari keadekuatan
system persarapan dan musuluskeletal. Ketika kebutuhan energy tidak
tercukupi maka akan terjadi penurunan dalam kapasitas fisologi seseorang
untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang di inginkan atau yang
dibutuhkan akan mengakibatkan intoleransi aktivitas, terjadi kelemahan
umum dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen karena
suatu penyakit sehingga dilakukan tirah baring untuk mempertahankan
atau memenuhi aktivitas harian yang diperlukan atau diharapkan.

Kita dapat melihat perbedaan orang sehat dengan yang mengalami


intoleransi aktivitas adalah ketika merka melakukan suatu gerakan. Bagi
orang normal, berjalan dua sampai tiga meter tidaklah melelahkan tetapi
bagi orang yang intoleransi aktivitas itu sangatlah sulit.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Memperoleh pemahaman dan dan gambaran umum tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan intoleransi aktivitas
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnose
intoleransi aktivitas.
b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien dengan
diagnose intoleransi aktivitas
c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan
diagnose intoleransi aktivitas
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
diagnose intoleransi aktivitas
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
diagnose intoleransi aktivitas

C. RUANG LINGKUP
Makalah ini membahasan tentang pemenuhuan kebutuhan dasar manusia
dengan gangguan aktivitas dan istirahat berupa intoleransi aktivitas.

D. MANFAAT
1. Untuk masyarakat dan keluarga yaitu memperoleh pengetahuan
melakukan perwatan pada anggota keluarga dengan intoleransi
aktivitas sehingga mampu secara mandiri melakukannya di rumah.
2. Bagi penulis untuk memperoleh pengalamnn dalam mengaplikasikan,
khususnya studi kasus tentang asuhan keperawatan dengan intoleransi
aktivitas.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Aktivitas


1. Pengertian Aktivitas
Aktivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kegiatan atau
keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan
yang terjadi baik fisik maupun non-fisik merupakan suatu aktivitas.
Aktivitas fisik atau mekanika tubuh merupakan suatu usaha
mengkoordinasikan sistem muskuloskeletal dan sistem syaraf serta
mempertahankan keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama
mengangkat, membungkuk, bergerak, dan melakukan aktivitas sehari-
hari (Potter &Perry, 2005). Setiap manusia memiliki irama atau pola
tersendiri dalam aktivitas sehari-hari untuk melakukan kerja, rekreasi,
makan, istirahat dan lain-lain (Sustanto & Fitriana, 2017)

2. Fisiologi Pergerakan
Menurut Haswita dan Sulistyowati (2017) pergerakan merupakan
rangkaian aktivitas yang terintegritasi antara sistem muskuloskeletal
dan sistem persyarafan di dalam tubuh.

a. Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal terdidi atas rangka (tulang), otot
dan sendi. Sistem ini sangat berperan dalam pergerakan dan
aktivitas manusia. Rangka memiliki bebrapa fungsi, yaitu :
1) Menyokong jaringan tubuh, termasuk memberi bentuk pada tubuh
(postur tubuh),
2) Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak, paru-paru, hati
dan medulla spinalis,
3) Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga ligmen,
4) Sebagai sumber mineral, seperti garam, fosfat dan lemak,
5) Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah)
Sementara otot berperan dalam proses pergerakan, memberi bentuk
pada postur tubuh dan memproduksi panas melalui aktivitas
kontraksi otot (Haswita & Sulistyowati, 2017).

b. Sistem Persyarafan
Secara spesifik, sistem persyarafan memiliki beberapa fungsi,
yaitu:
1) Saraf eferen (reseptor), berfungsi menerim ragsangan dari luar
kemudian meneruskanya ke susunan araf pusat,
2) Sel saraf atau neuron, berfungsi membawa implus dari bagian
tubuh satu kebagian tubuh lainnya,
3) Sistem saraf pusat (SPP), berfungsi memproses impuls dan
kemudian memberikan respon melalui saraf eferen,
4) Saraf eferen, berfungsi menerima respon dari SPP kemudian
meneruskannya ke otot rangka.

3. Mekanisme Kontraksi Otot Rangka

Kontraksi otot secara umum mengikuti urutan proses berikut :

1. Aksi potensial dihantarkan sepanjang saraf dan berakhir pada


membran otot
2. Pada ujung saraf dilepaskan neurotrasnmitter asetilkolin
3. Asetilkolin akan bekerja pada membran serabut otot dan
membuka gate Natrium
4. Masuknya ion Natrium dalam jumlah banyak memulai
terjadinya aksi potensial pada membran otot
5. Aksi potensial dihantarkan sepanjang membran otot
sebagaimana yang terjadi pada membran saraf
6. Aksi potensial yang terjadi di membran otot akhirnya sampai
ke bagian tengah otot yang menstimulasi retikulum
sarkoplasma melepaskan ion Kalsium
7. Ion Kalsium akan berikatan dengan troponin-C, dan ini
mengawali ikatan antara aktin dengan myosin
8. Ikatan antara aktin dan myosin menyebabkan kedua filamen ini
saling menarik ke arah tengah (sliding filament mechanism)
dan inilah yang disebut kontraksi otot
9. Setelah beberapa waktu, ion Kalsium dipompa kembali ke
retikulum sarkoplasma, lalu terjadi pelepasan ikatan antara
aktin dan myosin (relaksasi).
Kontraksi yang terjadi melalui sliding filament mechanism, akibat
terbentuknya cross-bridge yang disusun oleh filamen myosin dan
aktin, yang akan menarik aktin ke arah myosin (tengah). Kekuatan
untuk menarik diperoleh dari ATP yang tersedia di kepala myosin dan
akan aktif saat aksi potensial mencapai bagian otot.

4. Jenis Kontraksi Otot


a. Kontraksi Isometric
Kontraksi isometric (iso berarti tetap, metrric berarti jarak) adalah
kontraksi dimana otot-otot tidak memanjangg atau memendek
sehingga tidak tampak suatu gerakan yang nyata tetapi di dalam
otot ada tegangan dan semua tegangan dan semua tenaga yang
dikeluarkan dalam otot akan diubah menjadi panas. Kontraksi
demikian disebut juga kontraksi statis. Contohnya, Latihan
mendorong seolah hendak merobohkannya.
b. Kontraksi Isotonic
Kontraksi isotonic adalah tipe kontraksi yang disebabkan
memanjang atau memendeknya otot-otot. Dalam kontraksi ini
tampak terjadi suatu Gerakan dalam anggota-anggota tubuh. Tipe
kontraksi ini disebut juga dengan dynamic contraction. Contohnya,
saat Latihan menggunakan barbell.
c. Kontraksi Isokonetik
Kontraksi isokinetic juga bersifat konsentrik, artinya saat
berkontraksi otot memendek. Tetapi tegangan yang timbul karena
memendeknya otot dengan kecepatan (kinetic) yang tetap adalah
maksimal pada semua sudut persendian. Kontraksi isokinetic ini
banyak ditemui pada beberapa cabang olahraga, misalnya Gerakan
lengan pada renang gaya bebas.
d. Kontraksi Eksentrik
Kontraksi eksentrik biasanya terjadi pemendekan atau panjang otot
tetap. Akan tetapi adakalanya ada perpanjangan otot pada waktu
kontraksi.

5. Energi Untuk Kontraksi


Terdapat 3 jenis sumber energi untuk kontraksi otot rangka
1. Fosfokreatin yang mengandung banyak ATP dan dapat
langsung digunakan oleh otot tetapi cepat habis (sekitar 5-8
detik)
2. Proses glikolisis dari glikogen membentuk asam piruvat dan
asam laktat. Reaksi ini tidak memerlukan oksigen dan
pembetukan energi 2,5 kali lebih cepat dari mekanisme
fosforilasi oksidatif. Namun karena akumulasi asam laktat
biasanya otot mudah mengalami kelelahan dalam beberap
menit
3. Fosforilasi oksidatif merupakan kombinasi antara oksigen
dengan produk glikolisis tetapi membutuhkan waktu yang lama
untuk menghasilkan energi. Umumnya 95% sumber energi otot
didapatkan dari sumber ini.

6. Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh merupakan cara menggunakan tubuh secara
efisien, terkoordinasi, dan aman sehingga menghasilkan gerakan yang
baik dan memelihara keseimbangan selama beraktivitas. Mekanika
tubuh yang baik bukan hanya untuk plahragawan, tetapi juga penting
untuk perawat maupun klien (Sustanto & Fitriana, 2017).
Asmadi (2008) menyatakan bahwa prinsip dasar yang perlu
diperhatikan dalam melakukan mekanik tubuh agar tidak menimbulkan
cedera, antara lain :
e. Gunakan otot yang terpanjang dan terkuat pada waktu mengangkat
atau mendorong beban.
f. Gunakan sabuk serta sekat rongga tubuh untuk memperkokoh
bagian panggul dan melindungi organ-organ di dalam perut
sewaktu membungkuk, meraih, mengangkat, atau menarik.
g. Tempatkan tubuh sedekat mungkin pada benda yang hendak
diangkat atau dipindahkan.
h. Gunakan berat badan sebagai kekuatan menarik atau mendorong
dengan cara berayun di atas kaki ataupun memiringkn tubuh ke
depan/belakang untuk mengurangi ketegangan pada otototot engan
dan tungkai.
i. Sebuah benda lebih baik digeser atau diglindingkan, ditarik atau
didororng daripada diangkat. Hal tersebuut ditujukan untuk
mengurangi tenaga yang diperlukan.
j. Tempatkan kaki-kaki secara berjauhan untuk memperoleh dasar
penompang yang lebar bilamana diperlukan kestabilan tubuh yang
lebih besar. Tekuk lutut dan turunkan tubuh di dekat sebuah benda
yang hendak diangkat.

7. Factor yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh dan Pergerakan


Menurut Sutanto dan Fitriana (2017) faktor-faktor yang
mempengaruhi mekanika tubuh yaitu :
a. Status Kesehatan
Kondisi kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap
keseimbangan tubuh sehingga aktivitasnya menjadi terganggu.
Klien yang mengalami perubahan status kesehatan dapat
mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa
penurunan koordinasi.
b. Nutrisi
Pemenuhan kebutuhan tubuh akan nutrisi sangat penting karena
mempengaruhi poduksi energi yang digunakan untuk mobilisasi.
Fungsi nutrisi bagi tubuh antara lain untuk membantu proses
pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Jika nutrisi berkurang maka
akan mengakibatkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya
penyakit.
c. Emosi
Kondisi psikologis seseorag dapat menurunkan kemampuan
mekanika tubuh dan ambulasi yang baik.
d. Situasi dan Kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan klien akan mempengaruhi
perubahan mekanika tubuh dan ambulasi. Misalnya, klien sering
mengangkat benda-benda berat.
e. Gaya Hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres yang
kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam
beraktivitas.
f. Untuk mengurangi tenaga yang dikeluarkan, maka seseorang perlu
mengetahui penggunaan mekanika tubuh yang baik. Sebaliknya,
jika pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan
mekanika tubuh, maka akan menyebabkan seseorang beresiko
mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan
musculoskeletal.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
Hari/Tanggal :
Jam :
Ruang :
Perawat :
1. Identitas Pasien
a) Nama :
b) Jenis Kelamin :
c) Umur :
d) Agama :
e) Status Perkawinan :
f) Pekerjaan :
g) Pendidikan terakhir :
h) Alamat :
i) No. CM :
j) Diagnostik Medis :
2. Penanggung Jawab
a) Nama :
b) Umur :
c) Pendidikan :
d) Pekerjaan :
e) Alamat :
3. Riwayat Keperawatan
a) Riwayat Kesehatan Pasien
 Keluhan Utama
Gejala yang menyebabkan pasien berobat atau keluhan
saat awal dilakukan pengkajian pertama kali
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan
pasien yang menyebabkan terjadi keluhan/gangguan
dalam mobilitas dam imobilitasnya, seperti adanya
nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mkbilitas dan
imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan
imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas
 Riwayat Penyakit Masa Lalu
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan aktivitas, misalnya adanya
riwayat penyakit sistem neuorologis (kecelakaan
serebrovaskuler, trauma kepala, peingkatan tekanan
intrakanial, miastenia gravis, gullain barre, cedera
medula spinalis, dan lain-lain), riwayat penyakit sistem
kardiovaskuler (infark miokard, gagal jantung
kongestif), riwayat penyakit sistem muskuloskeletal
(osteoporosis, fraktur, artritis), riwayat penyakit sistem
pernapasan (penyakit paru obstruksi menahun,
pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat,
seperti sedativa, hipnotik, depresan sistem saraf pusat,
laksansia, an lain-lain.
b) Riwayat Kesehatan Keluarga
catatan informasi kesehatan tentang seseorang dan kerabat
dekatnya. Sebuah catatan lengkap mencakup informasi dari tiga
generasi keluarga, termasuk anak-anak, saudara laki-laki dan
perempuan, orang tua, bibi dan paman, keponakan dan
keponakan, kakek-nenek, dan sepupu.
c) Pola Fungsi Gordon
1) Persepsi terhadap Kesehatan – manajemen Kesehatan
o Tingkat pengetahuan Kesehatan / penyakit
meliputi sebelum dan selama sakit
o Perilaku untuk mengatasi masalah Kesehatan
meliputi sebelum dan selama sakit
o Factor-faktor resiko sehubungan dengan
Kesehatan
2) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/berdandan
Mobilisasi tempat tidur
Pindah
Ambulasi
Makan/minum
Keterangan :

Skore 0 : Mandiri
Skore 1 : Dibantu sebagian

Skore 2 : Perlu dibantu orang lain

Skore 3 : Perlu dibantu orang lain dan alat

Skore 4 : Tergantung atau tidak mampu

3) Pola istirahat tidur


o Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur
o Sonambolisme
o Kualitas dan kuantitas jam tidur
4) Pola nutrisi
o Berapa kali makan sehari
o Makanan kesukaan
o BB sebelum dan sesudah sakit
o Frekuensi dan kuantitas minum sehari
5) Pola eliminasi
o Frekuensi dan kuantintas BAK dan BAB
sehari
o Nyeri
o Kuantintas
6) Pola kognitif perceptual
o Adakah gangguan penglihatan, pendengaran
(panca indra)
7) Pola konsep diri
o Gambaran diri
o Identitas diri
o Harga diri
o Peran diri
o Ideal diri
8) Pola koping
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
9) Polsa seksual – reproduksi
o Adakah gangguan pada alat kelaminnya
10) Pola peran hubungan
o Hubungan dengan anggota keluarga
o Dukungan keluarga
o Hubungan dengan tetangga dan masyarakat
11) Pola nilai dan kepercayaan
o Persepsi keyakinan
o Tindakan berdasarkan keyakinan
d) Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1) Status Kesehatan umum
Keadaan penyakit berat, keadaan umu tampak lemah,
kesadaran kompos mentis mengarah apatis, tekanan
darah mmHg, shuhu tubuh …°C, pernapasan
…x/menit, nadi…x/menit, GCS : E =… M =… V
+…, BB (sakit), BB(sebelum sakit)
2) System integument
Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur
kasar, rambut hitam dan berminyak , tidak botak,
perubahan warna kulit; muka tampak pucat.
3) Kepala
Normo cephalic, simetris, nyeri kepala/sakit kepala,
benjolan tidak ada.

4) Muka
Asimetris, odema , otot muka dan rahang kekuatan
lemah , sianosis tidak ada
5) Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis
(+/+), pupil isokor, sclera ikterus (-/ -), reflek cahaya
positif. Tajam penglihatan tidak dapat
dievalusai, mata tampak cowong.
6) Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran
timpani dalam batas normal
7) Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada,
pernafasan cuping hidung tidak ada.
8) Mulut dan faring
Bau mulut , stomatitis (-), gigi banyak yang hilang,
lidah merah merah mudah, kelainan lidah tidak ada.
Terpasang NGT

9) Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, vena jugularis 5 +
2cm H2O. tidak ada benjolan limphe nodul.
10) Thoraks
Gerakan dada simitris, retraksi supra sternal (-),
retraksi intercoste (-), perkusi resonan, rhonchi -/-
pada basal paru, wheezing -/-, vocal fremitus tidak
teridentifikasi.
11) Abdomen
Bising usus; hiperperistaltik, bunyi bruit sangat
jelasa, tidak ada benjolan, nyeri tekan tidak ada,
perabaan massa tidak ada, hepar tidak teraba, asites (-
).
12) Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia,
pembengkakan pembuluh limfe tidak ada., tidak ada
hemoroid, terpasang kateter hr.III
13) Ekstrimitas
Akral hangat, edema -/-, kekuatan 2/2, gerak yang
tidak disadari -/-, atropi -/-, capillary refill 3 detik,
atropi -/-. Perifer tampak pucat.
e) Pemeriksaan Penunjang
1) Hasil laboratorium
2) CT Scan
3) Foto Rongen
4) ECG
f) Terapi yang diberikan
1) Nama obat
2) Dosis
3) Pemakaian

II. Diagnosa Keperawatan


1. Intoleransi Aktivitas
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-
hari
 Penyebab :
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton

Gejala dan tanda mayor


Subjektif :
- mengeluh Lelah
Objektif :
- frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

Gejala dan tanda minor


Subjektif :
- Dispnea saat/setelah aktivitas
- Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
- Merasa lemah
Objektif :
- Tekanan darah berubah > 20% dari kondisi istirahat
- Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
- Gamabar EKG menunjukan iskemia
- Sianosis

Kondisi klinis terkait


- Anemia
- Gagal jantung kongestif
- Penyakit jantung koroner
- Penyakit katup jantung
- Aritmia
- Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
- Gangguan metabolik
- Gangguan musculoskeletal

2. Gangguan mobilitas fisik


Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstermitas secara mandiri.

Penyebab :

1) Kerusakan integritas strukur tulang

2) Perubahan metaboliesme

3) Ketidakbugaran fisik

4) Penurunan masa otot

5) Penurunan kekuatan otot

6) Keterlambatan perkembangan

7) Kekauan sendi

8) Kontraktur

9) Mainutrisi
10) Gangguan muskuloskeletal

11) Gangguan neuromuskular

12) Indeks massa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia

13) Efek agen farmakologis

14) Program pembatasan gerak

15) Nyeri

16) Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik

17) Kecemasan

18) Gangguan kognitif

19) Keengganan melakukan pergerakan

20) Gangguan sensoripersepsi

Gejala dan tanda mayor

Subjektif :
- Mengeluh sulit menggerakan ekstremitas
Objektif :
- Kekuatan otot menurun
- Rentang gerak (ROM) menurun

Gejala dan tanda minor


Subjektif :
- Nyeri saat bergerak
- Enggan melakukan pergerakan
- Merasa cemas saat bergerak

Objektif :

- Sendi kaku
- Gerakan tidak terkoordinasi
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah
Kondisi klinis terkait
1) Stroke
2) Cedera medula spinalis
3) Trauma
4) Fraktur
5) Osteoarthritis
6) Ostemalasia

III. Intervensi

Diagnosa Tujuan Tindakan Rasional


Keperawatan
Intoleransi setelah Observasi
aktivitas b.d dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk
kelemahan Tindakan gangguan fungsi mengetahui
keperawatan tubuh yang bagian tubuh
3x24 jam mengakibatkan yang dirasakan
masalah kelelahan kelelahan
intoleransi 2. Monitor berlebih
aktivitas kelelahan fisik 2. Untuk menjaga
dapat teratasi dan emosional kestabilan
dengan Terapeutik tenaga yang
kriteria hasil 1. Lakukan Latihan dimiliki pasien
: rentang gerak 3. Mengedukasi
1. Frekuens pasif dan/ayau keluarga dan
i nadi aktif pasien tentang
meningk 2. Fasilitasi duduk jenis latihan
at di tempat tidur, dan kegiatan
2. Kemuda jika tidak dapat apa saj yang
han berpindah atau dapat di
dalam berjalan lakukan.
melakuk Edukasi
an 1. Anjurkan tirah
aktivitas baring
sehari- 2. Anjurkan
hari melakukan
meningk aktivitas secara
at bertahap
3. Kekuata 3. Ajarkan strategi
n tubuh koping untuk
bagian mengurangi
atas kelelahan
meningk
at
4. Kekuata
n tubuh
bagian
bawah
meningk
at
5. Keluhan
Lelah
menurun

Gangguan Setelah Observasi 1. Untuk


mobilitas dilakukan 1. Identifikasi menghindari
fisik b.d Tindakan adanya nyeri atau adanya cedera
penurunan keperawatan keluhan fisik baru akibat
kekuatan dalam 3x24 lainnya nyeri dan
otot jam 2. Identifikasi keluhan fisik
diharapkan toleransi lainnya
masalah melakukan 2. Untuk
gangguan pergerakan mengetahui
mobilitas 3. Monitor frekuensi batas
fisik dapat jantung dan kemampuan
teratasi tekanan darah klien dalam
dengan sebelum memulai melakukan
kriteria hasil mobilisasi pergerakan
: Terapeutik 3. Mengedukasi
1. Pergerak 1. Fasilitasi klien dan
an melakukan keluarga
ekstremit pergerakan tentang
as 2. Libatkan keluarga kegiatan atau
meningk untuk membantu aktifivas fisik
at pasien dalam yang dapat di
2. Kekuata meningkatkan lakukan dan
n oto pergerakan menghindari
meningk Edukasi cedera dalam
at 1. Jelaskan tujuan melakukannya.
3. Rentang dan prosedur
gerak mobilisasi
(ROM) 2. Anjurkan
meningk melakukan
at mobilisasi dini
4. Kelemah 3. Ajarkan
an fisik mobilisasi
menurun sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Duduk di
tempat tidur)

IV. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pelaksanaa
adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian
kegiatan sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang
optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang
dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik
secara umum maupun secara khusus (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010)

V. Evaluasi

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf


keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dari kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan. Tahap
evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010)
BAB III

LAPORAN KASUS

I. Pengkajian
Hari/Tanggal : Kamis/18 Maret 2021
Jam : 07.30 – 14.00 WIB
Ruang : Stroke
Perawat :
1. Identitas Pasien
g) Nama : Tn. S
h) Jenis Kelamin : Laki - laki
i) Umur :77 tahun
j) Agama : islam
k) Status Perkawinan : kawin
l) Pekerjaan : petani/imam masjid
m) Pendidikan terakhir :-
n) Alamat : Lebong
o) No. CM : 834420
p) Diagnostik Medis : Stroke Hemiparesis
2. Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. M
b. Umur :42 tahun
c. Pendidikan :-
d. Pekerjaan : petani
e. Alamat : Lebong
f. Hubungan : Menantu

3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Pasien
 Keluhan Utama
Penurunan kesadaran, mengigau dan tubuh bagian
kanan tidak dapat digerakkan
 Riwayat Penyakit Sekarang
Saat dilakukan pengkajian tingkat kesadaran
delirium(kacau-gaduh gelisah), TD: 90/70 mmHg, N :
72x/menit, P: 18x/menit, S: 36,6, SPO2 : 92%.
Pasien dalam kondisi tertidur, mukosa bibir Nampak
kering, sesekali terbangun dan memanggil manggil
orang.
 Riwayat Penyakit Masa Lalu
Menantu pasien mengatakan tidak ada riwayat penyekit
menurun dan menular didalam keluarga, pasien tidak
pernah mengalami alergi dan pasien pernah dirawat di
Rumah sakit terdekat dengan keluhan Hipertensi dan
Stroke. Setelahnya pasien dirawat dirumah dengan
keluarga.
Mulanya pasien mengalami penurunan kesadaran dan di
bawa oleh keluarga ke RSUD terdekat kemudian di
rujuk ke RSMY dan di rawat beberapa hari di ruang
ICU, setelah beberapa hari pasien di pindahkan ke unit
Stroke.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menantu pasien mengatakan keluarga semua dalam keadaan sehat,
tidak ada penyakit menurun, tidak ada riwayat alergi serti penyakit
menular lainnya. Pasien merupakan yang pertama kali di rawat di
rumah sakit.
c. Pola Fungsi Gordon
i. Persepsi terhadap Kesehatan – manajemen Kesehatan
o Pasien dulunya merupakan perokok aktif namun
berhenti semenjak ±3 tahun yang lalu.
o Tidak pernah mengkonsumsi alcohol
o Sebelum mengalami penurunan kesadaran
menantu pasien mengatakan pasien sering
mengeluh dengan konsisi kesehatannya.
ii. Pola aktivitas dan latihan
Pasien rutin mandi 1x sehari di tempat tidur dan pakaian
serta laken yang di gunakan rutin diganti.
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/berdandan
Mobilisasi tempat tidur
Pindah
Ambulasi
Makan/minum
Keterangan :

Skore 0 : Mandiri

Skore 1 : Dibantu sebagian

Skore 2 : Perlu dibantu orang lain

Skore 3 : Perlu dibantu orang lain dan alat

Skore 4 : Tergantung atau tidak mampu

iii. Pola istirahat tidur


o Sebelum di bawa ke Rumah sakit pasien
kesulitan tidur dan hanya berbibaca setiap saat
o Menantu pasien mengatkan setelah di rawat di
Rumah sakit pasien tidur dengan waktu yang
tidak menentu baik pada malam dan siang
hari. Pasien dapat tertidur dengan pulas
kemudian terbangun atau mengigau kemudian
tertidur kembali.
iv. Pola nutrisi
o Pasien terpasang NGT, diberi makanan cair 3x
sehari.
o Minum sebanyak ± 400 ml
v. Pola eliminasi
o BAK : ± 400 – 500 ml. Berwarna kuning,
tidak ada endapan
o BAB : 1x dalam 3 hari terakir. Berwarna
kuning kehitaman, dengan konsistenti lembek
vi. Pola kognitif perceptual
o Pasien dapat mendengar dan melihat dengan
baik.
vii. Pola peran hubungan
o Pasien merupakan seorang kepala keluarga,
bekerja sebagai petani dan imam masjid, dapat
berinteraksi dengan baik di lingkungan
masyarakat serte merupakan orang yang di tua
kan di lingkungannya.
viii. Pola nilai dan kepercayaan
o Pasien menganut kepercayaan dan nilai nilai
agama islam.
d. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
i. Status Kesehatan umum
Tingkat kesadaran : Delirium
Keadaan umum : sedang

Tanda tanda vital : TD: 90/70 mmHg, N : 72x/menit,

P: 18x/menit, S: 36,6, SPO2 : 92%.

ii. System integument

Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur


kasar, rambut hitam dan berminyak , tidak botak,
warna kulit sawo matang; muka tampak pucat.

iii. Kepala
Bentuk simetris, persebaran rambut merata, tidak ada
ketombe dan tidak ada kemerahan pada kulit kepla, tidak
ada nyeri tekan dan edema.

- Mata dalam keadaan bersih, reflek pupil terhadap cahaya


miosis, sclera berwarna putih dan konjungtiva berwarna
merah muda.
- Telinga simetris, terdapat sedikit penumpukan kotoran,
dapat mendengar dengn baik dan tidak ada nyeri
- Hidung simetris, bersih dan terpasang NGT
- Mulut simetris, mukosa bibir Nampak kering, kemampuan
bicara sedang, suara dapat didengar dengan jales, terdapat
penumpukan secret berwarna putig pada lidah.
iv. Leher
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid
dan tidak ada nyer tekan.
v. Thoraks
Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris,
bunyi napas vesikuler, tidak menggunakan otot bantu
pernapasan, bunyi jantung normal “lup-dup”, batas jantung
kiri ICS 4 midklavikulas kiri, batas jantung kanan ICS 2
kanan. Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema dan dapat
bernapas dengan normal.
vi. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema,
bising usus 11x/menit.
vii. Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis tidak teraba, tidak ada hernia,
pembengkakan pembuluh limfe tidak ada., tidak ada
hemoroid, terpasang kateter urine.
viii. Ekstrimitas
ATAS : tangan lengkap, tidak ada kelainan ada jari,
kelemahan otot di tangan kanan, nyeri pada bagian siku saat
digerakkan, terdapat lesi pada pergelangan tangan kanan
dan siku kiri.
BAWAH : kaki lengkap, tidak ada kelainan pada jari,
kekuatan otot lemah, nyeri saat di gerakkan, tidak ada lesi
dan edema.

2222 5555

3333 5555

e. Pemeriksaan Penunjang
i. Hasil laboratorium
HB : 9,1
Trombosit : 409.000
Glukosa : 16.370
GDP : 149
f. Terapi yang diberikan
No Nama obat Cara dosis
pemberian
1 IUFO Ringe Laktat 20tpm
2 Omeprazole IV 2x1 4ml
3 Ceftriaxone IV 2x1 4 ml
4 Metrodinazone IV 3x1 500mg
4 Chiticollin IV 3x1 250mg
5 Transimin IV 3x1 amp
ANALISA DATA
DATA/SYMTOM ETIOLOGI/PENYEBAB PROBLEM
DO : Rentang gerak (ROM) 1. Intoleransi
1. TD: 90/70 mmHg, menurun aktivitas
N : 72x/menit, P: Kondisi klinis terkait behubugan
1) Stroke
18x/menit, S: dengan
2) Cedera medula spinalis
36,6, SPO2 : 3) Trauma kelemahan
4) Fraktur
92%.
5) Osteoarthritis
2. Tingkat kesadaran 6) Ostemalasia
delirium
3. Pasien tempak
lemas
4. Pasien sering
mengigau
5. Kelemahan otor,
nilai tangan kanan
: 2, nilai kaki
kanan : 3, tangan
kiri dan kaki kiri :
5.
6. Hasil
laboratorium HB :
9,1. Trombosit:
409.000 Glukosa :
16.370 .GDP :
149
DS :
1. Keluarga
mengatakan
aktivitas sehari
hari dibantu
2. Keluarga
mengatakan
sebelum dibawa
ke rumah sakit,
pasien susah tidur
dan hanya berbica
terus menerus.

II. Diagnosa Keperawatan


1. Intoleransi aktivitas behubugan dengan kelemahan

III. Intervensi

Diagnosa Tujuan Tindakan Keperawatan Rasional


Intoleransi setelah 1. Promosi latihan 1. agar pasien
aktivitas b.d dilakukan fisik dan keluarga
kelemahan Tindakan -. Edukasi jenis latihan mengetahui
keperawatan yang sesuai dengan jenis latihan
3x24 jam kondisi kesehatan fisik yang
masalah -. Edukasi teknik dapat
intoleransi menghindari cedera saat dilakukan
aktivitas latihan fisik
dapat teratasi 2. meningkatka
dengan 2. Dukungan n kenyaman
kriteria hasil perawatan diri pada pasien
: -. Jadwalkan rutinitas dengan tirah
1. Ting perawatan diri baring yang
kat Fasilitasi kemandirian, lama
rasa bantu jika tidak mampu
kelel melakukan perawatan 3. menghindari
ahan diri. kemungkinan
berku an resiko
rang 3. Identifikasi baru
2. Toler resiko.
ansi -. Identifikasi resiko
aktivi baru sesuai dengan
tas perencanaan yang telah
meni di tetapkan.
ngkat

IV. Implementasi
Hari/tanggal/jam Implementasi Respon Hasil
Keperawatan
Kamis/18 maret 1. mengedukasi 1. Keluarga
202107.30 – keluarga pasien menjadi
14.00 WIB tentang paham akan
pentingnya latihan pentingnyya
fisik seperti latihan fisik
gerakan room untuk
aktif, teknik dan mengurangi
cara kelemahan
melakukannya di otot pada
temapt tidur. pasien
Jum’at/19 maret 2. Memberi 2. Keluarga
2021/07.30 – dukungan menjadi
14.00 WIB perawatan diri paham
dengan dengan yang
mengajarkan perawat
teknik mandi di jelaskan dan
tempat tidur pada mau
pasien dengan melakukan
tirah baring yang tindakan
lama memnadikan
pasien
secara
mandiri
3. Kegiatan
mandi
terjadwal
setiap pukul
16.00 WIB
Sabtu/20 maret Intervensi dihentikan Pasien pulang
2021/14.00 –
20.00 WIB

V. Evaluasi

Hari/tanggal/jam Diagnosa Keperawatan Hasil


Kamis/18 maret Intoleransi aktivitas S : keluarga
2021/07.30 – berhubungan dengan mengatakan
14.00 WIB kelemahan kesulitan dalam
mengajak pasien
melakukan kegiatan
latihan fisik.
O : keadaan umum
pasien masih sering
tertidur dan
mengingau.
A : masalah belum
terartasi
P : intervensi di
lanjutkan
Jum’at/19 maret S : pasien
2021/07.30 – mengatakan nyaman
14.00 WIB setelah mandi
O : pasien tampak
rapi, aroma tubuh
wangi
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi di
pertahankan
Sabtu/20 maret Pasien pulang Pasien pulang
2021/14.00 –
20.00 WIB
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan pembahasan antara

tinjauan teoritis dengan laporan kasus. Dalam kami mencoba

membandingkan antara tinjauan teoritis dan laporan kasus tentang

pemberian asuhan keperawatanpada Tn. S dengan gangguan aktivitas dan

istirahat di ruang Stroke RSUD M.Yunus Kota Bengkulu. Dalam

Pembahasan ini Kelompok menyajikan berdasarkan proses

keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnose keperawatan,

Intervensi keperawatan, Implementasi keperawatan, dan evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian meruapakan tahap awal yang dilakukan oleh penulis

pada tanggal 18 maret 2021. Dalam pengkajian kelompok mengumpulkan

data dengan cara obseravasi dan pemeriksaan fisik.

B. Diagnosa keperawatan

Dalam membuat diagnosa kelompok sudah mengacu sesuai

teori yang actual, dan potensial, pada kasus kelompok hanya membahas

masalah kebutuhan dasar manusia.

C. Intervensi keperawatan

Dalam menentukan intervensi kelompok mengurutkan sesuai

dengan keadaan pasien secara langsung. Teori yang disajikan berbeda

dengan kondisi pasien saat dilakukan pengkajian sehingga menyebabkan

ketidaksamaan dalam menentukan intervensi


D. Implementasi Keperawatan

Pada tahap pelaksanaan ini penulis melaksanakan tindakan sesuai

dengan rencanda tindakan yang telah ditemtukan dan ditetapkan. Dalam

pemenuhan kebutuhan dasar kelompok mengunakan alat yang

mendukung dalam melakukan tindakan keperawatan.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang telah membandikan antara

hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan.

Untuk mengukur keberhasilan tindakan dan evaluasi didasarkan pada

keefektifan intervensi dapat dilihat dari respon klien. Penulisan evaluasi

mengunakan SOAP.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aktivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kegiatan atau


keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang
terjadi baik fisik maupun non-fisik merupakan suatu aktivitas. Aktivitas
fisik atau mekanika tubuh merupakan suatu usaha mengkoordinasikan
sistem muskuloskeletal dan sistem syaraf serta mempertahankan
keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat,
membungkuk, bergerak, dan melakukan aktivitas sehari-hari (Potter
&Perry, 2005). Setiap manusia memiliki irama atau pola tersendiri dalam
aktivitas sehari-hari untuk melakukan kerja, rekreasi, makan, istirahat dan
lain-lain (Sustanto & Fitriana, 2017)

Aktivitas sendiri sebagai suatu energy atau keadaan bergerak dimana


manuasi memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Jadi dapat diartikan bahwa gangguan aktivitas adalah
merupakan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan kegiatan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA

Saryona dan Anggriyana tri widianri. 2010. Kebutuhan dasar manusia.

Yogyakarta; numed media

Barbara Kozier. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses

& praktik, Ed. 7, Vol.1. Jakarta; penerbit buku kedokteran EGC

Tim POKJA SDKI DPP PPNI. 2017. Standar diagnose keperawatan

Indonesia. Jakarta selatan; dewan pengurus pusat PPNI

Tim POKJA SIKI DPP PPNI. 2018. Standar interensi keperawatan

Indonesia. Jakarta selatan; dewan pengurus pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai