Anda di halaman 1dari 20

Makalah

Kebutuhan Dasar Manusia

KONSEP DAN PRINSIP KEBUTUHAN AKTIFITAS DAN LATIHAN

OLEH :
KELOMPOK : 1
1. Siti Nurhasanah
1) Salma Assyifa b
2) Lutvia rahmah
3) Alfia Rahmi
4) Al Husna
5) Farah hayati
6) Fachrul Razi
7) Ghevira Aziva
8) M zarki alfida
9) Haira putri
10) M. Al hilman hady

Dosen Pembimbing : Abrar, S.Kep., Ners.,M.K.M

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LHOKSEUMAWE
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugrah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini, Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang
sempurna dan menjadi anugrah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan tugas
makalah yang menjadi tugas kelompok I mengenai Konsep dan Prinsip
Kebutuhan Aktifitas Dan Latihan, Disamping itu, kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua teman-teman yang telah membantu dan bekerja sama
selama pembuatan tugas makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi kita semua.

Lhokseumawe, Oktober 2022


Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Teori.................................................................................. 3
B. Teknik Mobilisasi........................................................................... 10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian....................................................................................... 14
B. Diagnosis keperawatan................................................................... 14
C. Perencanaan ................................................................................... 14
D. Pelaksanaan..................................................................................... 14
E. Evaluasi keperawatan..................................................................... 15

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 16
B. Saran .............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak,
2008).
Transportasi pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut
penderita atau korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai
dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita ke sarana kesehatan yang
memadai.
Dewasa ini banyak pasien yang harus bisa kita ajarkan untuk dapat
melakukan aktivitas seperti biasanya, karena jika tidak, pasien-pasien itu
tidak akan bisa berjalan dengan mandiri.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi
pengetahuan tentang bagaimana caranya memenuhi kebutuhan mobilisasi dan
transportasi pasien kepada masyarakat luas yang mana di negara Indonesia
masih kurang mengetahuinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Aktifitas dan latihan?
2. Apa saja sistem yang berperan pada Aktivitas dan Latihan ?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan mobilisasi dan
transportasi?
4. Bagaimana Fisiologis Aktifitas ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan dalam lingkup kebutuhan mobilisasi dan
transportasi?
6. Apa saja tindakan dalam upaya pemenuhan kebutuhan mobilisasi dan
transportasi?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui pengertian dari Aktifitas dan latihan
2. Untuk Mengetahui sistem yang berperan pada Aktivitas dan Latihan
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan aktivitas
dan latihan
4. Untuk Mengetahui Fisiologis Aktifitas
5. Untuk Mengetahui asuhan keperawatan dalam lingkup kebutuhan
mobilisasi dan transportasi
6. Untuk Mengetahui tindakan dalam upaya pemenuhan kebutuhan
mobilisasi dan transportasi

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas
seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Aktivitas fisik yang kurang memadai
dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem muskuloskeletal
seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan
ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya. (Towarto, Wartonah 2007)
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan
untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan
dapat memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat
setara dengan kekuatan dan fleksibilitas oto. (Towarto, Wartonah 2007)
Gangguan aktivitas dan latihan adalah keadaan dimana individu
mengalami ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk
menahan atau memenuhi kebutuhan atau keinginan aktivitas sehari-hari.
(Susan, Mary, Eleaner, Majorie, 1998).
2. Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas
a. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi
mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai
otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium
dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan, fungsi
tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi
pelindung organ-organ dalam. Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang
pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang
vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur
dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung
dan menyempit di tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi

3
kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan
diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan
terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu
pada masa dewasa.
b. Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh
bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi
tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang
bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar
dapat berfungsi kembali.
c. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan
tulang. Ligament bersifat elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi
dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga
stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan
ketidakstabilan.
d. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis)
dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf
memiliki somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki fungsi
sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat
seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan
secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan
terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan pada saraf radial
akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada daerah
radial tangan.
e. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi
membuat segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan
antar segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat
beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan sendi
kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang

4
sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu,
terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain
sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.
3. Epidemiologi
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Gangguan aktivitas dan
latihan dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi
terjadi gangguan mobilisasi adalah pada orang yang lanjut usia, post
cedera dan post trauma. (Towarto, Wartonah 2007)
4. Fisiologis Pergerakan
Koordinasi gerakan tubuh merupakan fungsi yang terintegrasi dari sistem
skeletal, otot skelet, dan sistem saraf. Karena ketiga sistem ini
berhubungan erat dengan mekanisme pendukung tubuh, sistem ini dapat
dianggap sebagai satu unit fungsional. Sistem skeletal berfungsi
menyokong jaringan tubuh, melindungi bagian tubuh yang lunak, sebagai
tempat melekatnya otot dan tendon, sebagai sumber mineral dan berperan
dalam proses hematopoeisis (proses pembentukan dan perkembangan sel-
sel darah). Sedangan otot berperan dalam proses pergerakan,memberi
bentuk pada postur tubuh,dan memproduksi panas melalui aktivitas
kontraksi otot. (Potter dan Perry, 2005)
Pengaturan pergerakan dapat dibedakan menjadi gerak yang disadari atau
volunter, dan gerak yang tidak disadari atau involunter atau yang disebut
dengan refleks. Proses gerak yang disadari mekanismenya melalui jalur
yang panjang mulai dari reseptor, saraf sensorik, kemudian dibawa ke otak
untuk selanjutnya diasosiasi menjadi respons yang akan dibawa oleh saraf
motorik dan efektor. Sedangkan gerakan refleks atau involunter berjalan
dengan sangat cepat dan respons terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. (Tarwoto dan Wartonah,
2006)

5
5. Kebutuhan Mobilitas dan Imobilitas
a. Kebutuhan Mobilitas
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.
b. Kebutuhan Imobilitas
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak
dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu
pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang,
cidera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.
Jenis imobilitas :
1) Imobiltas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik
dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi
pergerakan, seperti pada pasien hemiplegia yang tidak mampu
mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat
mengubah posisi tubuhnya untuk mengubah tekanan.
2) Imobilitas intelektual, merupakan keadaan dimana mengalami
keterbatasan berpikir, seperti pada pasien yang mengalami
gangguan otak akibat suatu penyakit.
3) Imobilitas emosional, yakni keadaan ketika mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri. Seperti keadaan stress berat karena diamputasi
ketika mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau
kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
4) Imobilitas sosial, yakni keadaan seseorang yang mengalami
hambatan dalam berinteraksi karena keadaan penyakitnya sehingga
dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.
6. Jenis Aktivitas dan Latihan
a. Jenis aktivitas antara lain:
1) Aktivitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial
dan menjalankan peran sehari-hari. Aktivitas penuh ini merupakan

6
fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2) Aktivitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara
bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan
sesnsorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus
cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pada pasien
paraplegi dapat mengalami aktivitas sebagian pada ekstremitas
bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Aktivitas
sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a) Aktivitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada system
musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan
tulang.
b) Aktivitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya system saraf yang reversibel,
contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi
karena cedera tulang belakang, poliomilitis karena
terganggunya system saraf motorik dan sensorik.
b. Jenis latihan:
1) Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaiki kisaran gerakan
otot dan sendi.
2) Latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada
penambahan daya tahan kardiovaskular.
3) Latihan anaerobik seperti angkat besi menambah kekuatan otot
jangka pendek.
Latihan bisa menjadi bagian penting terapi fisik, kehilangan berat
badan atau kemampuan olahraga. Latihan fisik yang sering dan teratur
memperbaiki kinerja sistem kekebalan tubuh, dan membantu

7
mencegah penyakit seperti penyakit kardiovaskular, Diabetes tipe
2 dan obesitas.
7. Faktor yang Mempengaruhi
a. Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan
aktivitas seseorang karena berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-
hari.
b. Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi
kemmapuan aktivitas karena dapat mempengaruhi fungsi system
tubuh.
c. Kebudayaan. Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan, contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan
jauh memiliki kemampuan aktivitas yang kuat, sebaliknya ada orang
yang mengalami gangguan aktivitas (sakit) karena budaya dan adat
dilarang beraktivitas.
d. Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.
e. Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan fungsi
alat gerak sejalan dengan perkembangan usia. Intolerensi aktivitas/
penurunan kekuatan dan stamina, Depresi mood dan cema
8. Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas
a. Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara
normal, mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan
metabolisme dalam tubuh.
b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak
dari imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan
konsenstrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu
kebutuhan cairan tubuh. Berkurangnya perpindahan cairan dari
intravaskular ke interstitial dapat menyebabkan edema, sehingga
terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

8
c. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya
pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-
zat makanan pada tingkat sel menurun, dan tidak bisa melaksanakan
aktivitas metabolisme,
d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal,
karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna dan
dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.
e. Perubahan Sistem Pernapasan
Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan.
Akibat imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun,
dan terjadinya lemah otot,
f. Perubahan Kardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu berupa
hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya
pembentukan trombus.
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
1) Gangguan Muskular : menurunnya massa otot sebagai dampak
imobilitas, dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara
langsung.
2) Gangguan Skeletal : adanya imobilitas juga dapat menyebabkan
gangguan skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi
dan osteoporosis.
h. Perubahan Sistem Integumen
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas
kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.
i. Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.
j. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya
rasa bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya.

9
B. TEKNIK MOBILISASI
1. Nilai Aktivitas dan Latihan
Rentang Gerak Rentang Nilai Normal Kategori Kemampuan Aktivitas
Fisik menurut (Gunawan, Adi, 2001) yaitu :
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat aktivitas / Kategori
mobilitas

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan


orang lain

Memerlukan bantuan, pengawasan orang


Tingkat 3
lain dan peralatan

Sangat tergantung dan tidak dapat


Tingkat 4 melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan

Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan


sentralnya adalah gravitasi. Kemampuan tubuh dalam
mempertahankan keseimbangan seperti kemampuan mangangkat
beban, maksimal 57 %.

Nilai Kekuatan Otot adalah sebagai berikut :


No Nilai Kekuatan Otot Keterangan
.

1. 0 (0%) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama


sekali

2. 1 (10%) Terlihat atau teraba getaran kontraksi

10
otot tetapi tidak ada gerak sama sekali

3. 2 (25%) Dapat menggerakan anggota gerak tanpa


gravitasi

4. 3 (50%) Dapat menggerakkan anggota gerak


untuk menahan berat (gravitasi)

5. 4 (75%) Dapat menggerakkan sendi dengan aktif


dan melawan tahanan

6. 5 (100%) Kekuatan normal

2. Pelaksanaan Pemenuhan Aktivitas dan Latihan


a. Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas,
digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan
fleksibilitas sendi. Posisi-posisi tersebut, yaitu :
1) Posisi fowler
2) Posisi sim
3) Posisi trendelenburg
4) Posisi Dorsal Recumbent
5) Posisi lithotomi
b. Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan
kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi
kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih
posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke
kursi roda, dan lain-lain.
c. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk
melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah
bergerak, serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.
d. Latihan isotonik dan isometrik

11
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan
ketahanan otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban
yang berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan
dengan rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan
isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan
curah jantung dan denyut nadi.
e. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan
pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan
otot. Latihan-latihan itu, yaitu :
1) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
2) Fleksi dan ekstensi siku
3) Pronasi dan supinasi lengan bawah
4) Pronasi fleksi bahu
5) Abduksi dan adduksi
6) Rotasi bahu
7) Fleksi dan ekstensi jari-jari
8) Infersi dan efersi kaki
9) Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
10) Fleksi dan ekstensi lutut
11) Rotasi pangkal paha
12) Abduksi dan adduksi pangkal paha
f. Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai
dampak terjadinya imobilitas.
g. Melakukan Postural Drainase
Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret
dari paru dengan menggunakan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu
sendiri. Postural drainase dilakukan untuk mencegah terkumpulnya
sekret dalam saluran napas tetapi juga mempercepat pengeluaran
sekret sehingga tidak terjadi atelektasis, sehingga dapat
meningkatkan fungsi respirasi. Pada penderita dengan produksi

12
sputum yang banyak, postural drainase lebih efektif bila diikuti
dengan perkusi dan vibrasi dada.
h. Melakukan komunikasi terapeutik
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu
dengan cara berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk
mengekspresikan kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan
lain-lain.

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Menilai kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara


- Bangkit dari posisi berbaring ke posisi duduk
- Kemudian bangkit dari kursi ke posisi berdiri
- Menilai gaya berjalan

B. Diagnosis keperawatan
- Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan akibat
spasme otot dan tulang pada ekstremitas nyeri akibat peradangan sendi,
penggunaan alat bantu dalam waktu yang lama
- Risiko cedera berhubungan dengan adanya paralysis gaya berjalan tidak
stabil penggunaan tongkat yang tidak benar
- kurang perawatan diri b.d kelemahan fisik secara umum

C. Perencanaan
- Memperbaiki penggunaan mekanika tubuh pada saat melakukan aktivitas
- Memulihkan dan memperbaiki ambulasi
- Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh

D. Pelaksanaan
- Latihan ambulasi
- Duduk di atas tempat tidur
Cara:
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badannya dengan
telapak tangan menghadap ke bawah
- Berdirilah di samping tempat tidur kemudian letakkan tangan pada bahu
pasien

14
- Bantu pasien untuk duduk dan diberi penopang atau bantal
1. Turun dan berdiri
Cara:
• Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
• Atur kursi roda dalam posisi terkunci
• Berdirilah menghadap pasien dengan kedua kaki merenggang
• Seleksikan lutut dan pinggang anda
• Anjurkan pasien untuk meletakkan kedua tangannya di bahu anda dan
letakkan kedua tangan anda di samping kanan dan kiri pinggang pasien
• Ketika pasien melangkah ke lantai, tahan lutut anda pada lutut pasien
• Bantu berdiri tegak dan jalan sampai kursi
• Bantu pasien duduk di kursi dan atur posisi agar nyaman
2. Membantu berjalan
Cara:
• Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
• Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badan atau
memegang telapak tangan anda
• Berdiri di samping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu pasien
• Bantu pasien berjalan
3. Membantu ambulasi dengan memindahkan pasien
Merupakan tindakan Keperawatan dengan cara memindahkan pasien yang
tidak dapat atau tidak boleh berjalan sendiri dari tempat tidur ke branchard.

E. Evaluasi keperawatan
- Melihat kembali perkembangan kesembuhan klien
- Hasil yang diharapkan dari masalah mekanika tubuh pada klient tidak
dapat dilihat dalam beberapa hari
- Perawatan mekanika tubuh dan ambulasi klient harus seringkali dilakukan
- Perawat mengantisipasi kebutuhan untuk mengubah intervensi selama
evaluasi

15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup
2. Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan
untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh
3. Sistem yang berperan aktivitas dan latihan meliputi: tulang, otot, tendon
dan ligamen serta syaraf.
4. Beberapa teknik dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan seperti
Latihan ROM, pengaturan Posisi, Ambulasi Dini dll.
5. Proses keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan
terdiri dari Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Implemetasi dan Evaluasi.

B. Saran
Diharapkan kepada seluruh mahasiswa keperawatan agar lebih
memahami konsep asuhan keperawatan pada Kebutuhan Aktivitas dan
Latihan serta dapat melakukan pengkajian, diagnosa, dan perencanaan yang
benar mengenai pemenuhan kebutuhan Aktivitas dan Latihan pasien sehingga
dalam memberikan asuhan keperawatan dapat dengan tepat dilakukan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Adi W. Gunawan. 2004. Genius Learning Strategy. Jakarta : Gramedia Pustaka


Utama
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses
Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika
Gunawan, Adi. 2001. MekanismedanMekanikaPergerakanOtot.INTEGRAL, vol.
6, no. 2. Jakarta
Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008.Nursing Outcomes Classification
Fifth Edition. Mosby, Inc : Missouri.
Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori
dan Aplikasi dalam praktik. Jakarta : EGC
McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention Classification Fifth
Edition. Mosby, Inc : Missouri.
NANDA International. 2013.Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014.Jakarta:EGC
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta :
EGC
Tucker, Susan, Mary, Eleaner, Majorie. 1998.Standar perawatan pasien : proses
keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Jakarta : EGC
Towarto, Wartonah. 2007. KebutuhanDasar& Prose Keperawatan Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai