Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan yang membuat seseorang merasa
nyaman, terlindung dari ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit terutama nyeri.
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh setiap manusia
dalam mempertahankan kehidupan dan kesehatan, salah satunya adalah kebutuhan rasa
aman dan nyaman. Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah
terpenuhi) dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah atau nyeri).
Kenyamanan harus dipandang secara holistik mencakup empat aspek yaitu fisik, sosial,
psikososial dan lingkungan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa konsep kebutuhan rasa aman dan nyaman?


2. Apa masalah-masalah dan faktor yang terjadi pada kebutuhan rasa aman dan
nyaman?
3. Apa rencana asuhan klien dengan gangguan rasa aman dan nyaman?
4. Bagaimana diagnosa pada masalah yang terjadi pada kebutuhan rasa aman dan
nyaman?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui konsep kebutuhan rasa aman dan nyaman.


2. Unuk mengetahui masalah dan faktor apa saja yang terjadi pada kebutuhan rasa
aman dan nyaman.
3. Untuk mengetahui rencana asuhan pada klien dengan gangguan rasa aman dan
Nyaman.
4. Untuk mengetahui diagnosa pada masalah yang terjadi pada kebutuhan rasa aman
dan nyaman.

D. Manfaat Pembahasan

mahasiswa studi keperawatan dapat mengetahui bagaimana konsep kebutuhan rasa


aman dan nyaman dan apa saja masalah dan faktor yang terjadi pada kebutuhan rasa
aman dan nyaman serta dapat mengetahui diagnosa dan rencana asuhan pada pasien
dengan gangguan rasa aman dan nyaman.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman


1. Definisi kebutuhan rasa aman dan nyaman.

Potter & Perry, 2006 mengungkapkan kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu
keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman
(suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari). Ketidaknyamanan adalah
keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon
terhadap suatu ransangan.Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis.
Pemenuhan kebutuhan keamanan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan
baik pasien,perawat atau petugas lainnya yang bekerja untukpemenuhan kebutuhan
tersebut.Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalamis ensasi yang
tidak menyenangkan dan berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya .

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamananan.

a. Emosi.
Kecemasan,depresi dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan dan
kenyamanan.
b. Status mobilisasi.
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot dan kesadaran menurun memudahkan
terjadinya resiko injury.
c. Gangguan persepsi sensory.
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan
penciuman dan penglihatan.
d. Keadaan imunitas.
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehinggamudah terserang
penyakit.
e. Tingkat kesadaran.
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan.
f. Gangguan tingkat pengetahuan.
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya.

3. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada rasa aman dan nyaman.

a. Jatuh.
Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan dilaporkan dari seluruh kecelakaan yang
terjadi di rumah sakit.Resiko jatuh lebih besar dialami pasien lansia.
b. Oksigen.
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen akan mempengaruhi
keamanan pasien.

2
c. Pencahayaan.
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan publik yang penting.Tata pencahayaan
dalam ruang rawat inap dapat mempengaruhi kenyamanan pasien rawat inap.

4. Manifestasi Klinis.
a. Vakolasi.
1. Mengaduh.
2. Menangis.
3. Sesak nafas.
4. Mendengkur.
b. Ekspresi Wajah.
1. Meringis.
2. Mengeletuk gigi.
3. Mengernyit dahi.
4. Menutup mata, mulut dengan rapat.
5. Menggigit bibir.
c. Gerakan Tubuh.
1. Gelisah.
2. Imobilisasi.
3. Ketegangan otot.
4. Peningkatan gerakan jari dan tangan.
5. Gerakan ritmik atau gerakan menggosok.
6. Gerakan melindungi bagian tubuh.
d. Interaksi Sosial.
1. Menghindari percakapan.
2. Focus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri.
3. Menghindar kontak social.
4. Penurunan rentang perhatian.

5. Komplikasi.
a. Hipovolemik.
b. Hipertermi.
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensie.
e. Edema Pulmonal.
f. Kejang .

3
6. Pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah


ada perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan
timbulnya rasa aman dan nyaman seperti:

a. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi.


b. Menggunakan skala nyeri.
1) Ringan =Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat berkomunikasi
dengan baik.
2) Sedang =Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat menunjukkan lokasi
nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan.
3) Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa merespon, namun
terkadang klien tidak mengikuti instruksi yangdiberikan.
4) Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif pasien tidak mampu
berkomunikasi dan klien merespon dengan cara memukul.

7. Pemeriksaan fisik.
a. Inspeksi :ditemukan kulit tampak pucat, menggigil, gelisah, dan lemah.
b. Palpasi :pada permukaan ini ditemukan kulit teraba dingin, nadi lambat.
c. Auskultasi :tekanan darah menurun.

8. Penatalaksanaan.
a. Relaksasi.
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress.
Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajinasi terbimbing
klien menciptakan kesan dalam pikiran,berkonsentrasi pada kesan tersebut
sehingga secara bertahap klien dapat mengurangi rasa nyerinya.
b. Teknik imajinasi.
Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentang respon fisiologis misalnya tekanan darah.Hipnosis diri
dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif dan
dapat mengurangi ditraksi.Mengurangi persepsi nyeri adalah suatu cara
sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman dengan membuang atau mencegah
stimulus nyeri.
c. Teknik Distraksi.
Teknik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus
yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu ditraksi visual(melihat pertandingan,
menonton televisi,dll),distraksi pendengaran(mendengarkan music,suara
gemericik air),distraksi pernafasan( bernafas ritmik), distraksi intelektual (bermain
kartu).

4
d. Terapi dengan pemberian analgesik.
Pemberian obat analgesik sangat membantu dalam manajemen nyeri seperti
pemberian obat analgesik non opioid (aspirin, ibuprofen) yang bekerja pada saraf
perifer di daerah luka dan menurunkan tingkatan inflamasi,dan analgesic opioid
(morfin,kodein) yang dapat meningkatkan mood dan perasaan pasien menjadi
lebih nyaman walaupun terdapat nyeri.
e. Immobilisasi.
Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat kontraktur
atau terjadi ketidakseimbangan otot dan mencegah terjadinya penyakit baru
seperti decubitus.

B. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Aman danNyaman

2.1 Pengkajian.

2.1.1 Riwayat keperawat.


a. Riwayat penyakit sekarang.
Lingkungan kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman.Lingkungan klien
mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau berakibat
terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup klien.Keamanan yang ada dalam
lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya penyakit dan cedera yang akan
mempengaruhi rasa aman dan nyaman klien.
b. Riwayat penyakit dahulu.
Trauma pada jaringan tubuh,misalnya ada luka bekas operasi atau bedah menyebabkan
terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor sehingga
mengganggu rasa nyaman klien.
c. Riwayat penyakit keluarga.
Riwayat kesehatan keluarga juga dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan
nyaman.Karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien akan beresiko terkena
penyakit sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman seperti nyeri.
2.1.2 Pemeriksaan fisik.
a. Ekspresi wajah.
1) Menutup mata rapat-rapat.
2) Membuka mata lebar-lebar.
3) Menggigit bibir bawah.
b. Verbal.
1) Menangis.
2) Berteriak.
c. Tanda- tanda vital.
1) Tekanan darah.
2) Nadi.
3) Pernapasan.
d. Ekstremitas.
Amati gerak tubuh pasien untuk melokasikan tempat atau rasa yang tidak nyaman.

5
2.1.3 pemeriksaan penunjang.
a. USG.
USG digunakan untuk data penunjang apabila ada rasa tidak nyaman pada
bagian perut.
b. Rontgen.
Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ yang abnormal yang dapat
mengganggu rasa nyaman klien.

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul.

Diagnosa 1: Ansietas (Buku saku diagnosis keperawatan, hal 42).

2.2.1 Definisi.
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang sama disertai respon autonom,
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.Perasaan ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi
dan memampukan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
2.2.2 Batasan karakteristik.
a. Perilaku:
1) Penurunan produktivitas.
2) Mengekspresikan kehawatiran akibat perubahan dalam peristiwa hidup.
3) Gerakan yang tidak relevan.
4) Gelisah.
5) Memandang sekilas.
6) Insomnia.
b. Efektif.
1) Gelisah.
2) Kesedihan yang mendalam.
3) Distres.
4) Ketakutan.
5) Perasaan tidak kuat.
c. Fisiologis.
1) Wajah tegang.
2) Insomnia.
3) Peningkatan keringat.
4) Peningkatan ketegangan.
5) Terguncang.

6
2.2.3 Faktor yang berhubungan.
a. Terpajan toksin.
b. Hubungan keluarga atau hereditas.
c. Transmisi dan penularan interpersonal.
d. Krisis situasi dan maturasi.
e. Stres.
f. Penyalahgunaan zat.
g. Ancaman kematian.

Diagnosa 2: Nyeri akut (Buku saku diagnosis keperawatan, hal 530).

2.2.4 Definisi.
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial, awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan
intensitas ringan sampai berat.
2.2.5 Batasan karakteristik.
a. Subjektif.
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri denganisyarat.
b. Objektif.
1) Posisi untuk menghindari nyeri.
2) Perubahan tonus otot.
3) Perubahan selera makan.
2.2.6 Faktor yang berhubungan.
Agen-agen penyebab cedera misalnya (biologis,kimia, fisik dan psikologis).

Diagnosa 3: Gangguan rasa nyaman (Asuhan Keperawatan Praktis, hal 364).

2.2.1 Definisi.
Merasa kurang senang,lega dan sempurna dalam dimensi fisik,psikospiritual,
ligkungan dan sosial.
2.2.2 Batasan karakteristik.
a. Menangis.
b. Gangguan pola tidur.
c. Takut.
d. Ketidakmampuan untuk rileks.
e. Melaporkan perasaan tidak nyaman.
f. Melaporkan distress.
g. Melaporkan kurang puas dengan keadaan.

7
2.2.3 Faktor yang berhubungan.
a. Gejala terkait penyakit.
b. Sumber yang tidak adekuat.
c. Kurang pengendalian lingkungan.
d. Kurang privasi.
e. Kurang control situasi.

2.3 Perencanaan.
Diagnosa 1: Ansietas (Buku saku diagnosis keperawatan, hal 42).

2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria):


berdasarkan NOC
a. Ansietas berkurang dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan sampai
sedang dan selalu menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas,
konsentrasi dan koping.
b. Pasien menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5:tidakpernah, jarang, kadang-kadang,
sering dan selalu).
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional:
berdasarkan NIC
a. Intervensi : Lakukan bimbingan antisipasi.
Rasional : Agar pasien mampu menghadapi kemungkinan krisis
perkembangan dan situasional.
b. Intervensi : Ajarkan teknik menenangkan diri.
Rasional : Untuk meredakan kecemasan pada pasien yang mengalami distres
akut
c. Intervensi : Ajarkan cara peningkatan koping.
Rasional : Membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsistressor,
perubahan atau ancaman yang menghambatpemenuhan tuntutan dan peran
hidup

Diagnosa 2: Nyeri akut (Buku saku diagnosis keperawatan, hal 530).

2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria):


berdasarkan NOC
a. Memperlihatkan pengendalian nyeri,yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang,kadang-kadang, sering atau
selalu).
b. Mengenali awitan nyeri.
c. Melaporkan nyeri dapat dikendalikan.

8
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional:
berdasarkan NIC
a. Intervensi : Ajarkan manajemen nyeri.
Rasional : Untuk menghilangkan nyeri atau menurunkan nyeri ke tingkat yang
lebih nyaman yang dapat ditoleransi oleh pasien.
b. Intervensi : Ajarkan manajemen alam perasaan.
Rasional : Untuk memberikan keamanan, stabilisasi, pemulihan dan
pemeliharaan pada pasien yang mengalami disfusi dalam perasaan baik
depresi maupun peningkatan dalam perasaan

Diagnosa 3: Gangguan rasa nyaman (Asuhan Keperawatan Praktis, hal 364).

2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria):


berdasarkan NOC
a. NOC
1) Ansiety.
2) Fear leavel.
3) Sleep deprivation.
4) Comfort.
b. Kriteria hasil.
1) Mampu menongtrol kecemasan.
2) Status lingkungan yang.
3) Status kesehatan meningkat.
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional:
berdasarkan NIC
a. Intervensi : Gunakan pendekatan yang menenangkan.
Rasional : Untuk menjalin hubungan saling percaya.
b. Intervensi : Ajarkan teknik menenangkan diri.
Rasional : Untuk meredakan kecemasan pada pasien yang mengalami distres
akut.
c. Intervensi : Ajarkan cara peningkatan koping.
Rasional : Membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor,
perubahan atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran
hidup.
2.3.3 Evaluasi.
Evaluasi dapat dibedakan atas evaluasi proses dan evaluasi hasil.Evaluasi proses
dievaluasi setiap selesai melakukan perasat dan evaluasi hasil berdasarkan
rumusan tujuan terutama kriteria hasil.
Hasil evaluasi memberikan acauan tentang perencanaan lanjutan terhadap masalah
nyeri yang dialami oleh pasien.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

10
Daftar Pustaka

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jkarta: Salemba Medika.

Anonim.(2016).Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman Praktik


Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan.

Carpenito. (2006).Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta: EGC.

Kemenkes.(2016).Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman.

Nurarif A.H dan Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Jakarta:Mediaction

Potter & Ferry.(2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,Proses dan Praktik
Edisi 4.Jakarta: EGC

Wilkinson J.M & Ahern N.R. (2011). Buku Saku Diagnosis KeperawatanEdisi 9. Jakarta:
EGC.

11

Anda mungkin juga menyukai