Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH TUMBUH KEMBANG MANUSIA

“PERUBAHAN MUSKULOSKELETAL PADA MANUSIA”

Dosen Pengampu:
Nur Achrida, STr.Ftr., M.Fis

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Az Zahra Fitriani N. S. P3.73.26.1.20.006
Cintia Indah Triyanto Putri P3.73.26.1.20.010
Fadina Rismawati P3.73.26.1.20.014
Fajariana Tri Mulia P3.73.26.1.20.017
Hanifa Rahmatika P3.73.26.1.20.022
Irsyad Hanafi P3.73.26.1.20.025
Meiline Vannesa Heriyanto P3.72.26.1.20.026
Muhammad Rizky Anugrah P3.73.26.1.20.030
Nazra Al Fasya P3.73.26.1.20.034
Saddam Maulana Putra P3.73.26.1.20.043
Salsabila Putri Wijaya P3.73.26.1.20.044
Zaid Zidan Rizqi P3.73.26.1.20.052

PROGRAM STUDI D4 FISIOTERAPI


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan salam
kami sampaikan kepada nabi kita, Nabi Muhammad SAW. Diantara sekian banyak
nikmat, rahmat, serta karunia Allah SWT sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
kelompok kami yang berjudul “Perubahan Muskuloskeletal Pada Manusia” dengan baik.

Kami ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Tumbuh Kembang Manusia,
Ibu Nur Achrida, STr.Ftr., M.Fis., berseta Tim Dosen Tumbuh Kembang Manusia, yang
telah mengampu, mendidik, dan membimbing kami selama pembelajaran mata kuliah ini
diberikan. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah, yang namanya tidak bisa kami tuliskan satu
per satu, tetapi tidak mengurangi rasa hormat kami.

Kami sadar, bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
meminta maaf jika didalam makalah ini, baik isi dan penulisannya masih banyak
kesalahan. kami memohon saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki makalah
ini kedepannya.

Bekasi, 13 Agustus 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
2.1 Pengertian Sistem Muskuloskeletal.............................................................................5
2.2 Osifikasi Tulang pada Masa Embrionik....................................................................15
2.3 Perubahan atau Pertumbuhan Muskuloskeletal Remaja dan Dewasa.......................23
2.4 Perubahan muskuloskeletal pada lansia....................................................................25
BAB III.....................................................................................................................................28
PENUTUP................................................................................................................................28
3.1 Kesimpulan................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi tubuh manusia merupakan dasar yang
penting dalam melaksanakan praktik fisioterapi. Dengan mengetahui struktur dan fungsi
tubuh manusia, seorang fisioterapis dapat semakin jelas manafsirkan perubahan yang
terdapat pada alat tubuh tersebut atau dengan kata lain kita dapat lebih mengetahui
tentang bagaimana tumbuh kembang manusia yang sebenarnya.

Anatomi tubuh manusia saling berhubungan antara bagian satu dengan yang lainnya.
Anatomi tubuh pada manusia juga terus berkembang seiring dengan bertambahnya usia
mulai dari janin, bayi, toddler, anak-anak, remaja, dewasa, samoai dengan lansia. Oleh
karena itu penting untuk kita mengetahui bagaimana tumbuh kembang manusia
khususnya dalam sistem musculoskeletal, karena kita ketahui sistem musculoskeletal
merupakan suatu sistem yang membentuk postur dan bentuk tubuh serta melindungi
berbagai organ penting, seperti otak, jantung, paru-paru, ginjal, dan hati.

Oleh karena itu pada makalah ini akan dibahas mengenai apa itu sistem
musculoskeletal, bagaimana sistem perubahan sistem musculoskeletal, dan apa faktor
yang dapat menyebabkan perubahan pada sistem musculoskeletal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sistem musculoskeletal?


2. Bagaimanakah perkembangan sistem musculoskeletal pada manusia?
3. Apakah ada faktor yang dapat menyebabkan perubahan pada sistem
musculoskeletal?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem musculoskeletal.


2. Mengetahui bagaimana perkembangan sistem musculoskeletal pada manusia.
3. Mengetahui apakah ada faktor yang dapat menyebabkan perubahan pada sistem
musculoskeletal.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal adalah suatu sistem yang terdiri dari tulang, otot, kartilago,
ligamen, tendon, fascia, bursae, dan persendian (Depkes, 1995: 3). Susunan tulang atau
skeletal (kerangka) merupakan salah satu unsure sistem penegak dan penggerak tulang-
tulang manusia yang dihubungkan satu dengan yang lain melalui sambungan dengan
tulang atau persendian sehingga terbentuk kerangka yang merupakan sistem lokomotor
pasif, selanjutnya akan diatur oleh alat-alat lokomtif aktif dari otot.
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem yang bertanggung jawab atas berbagai
gerakan (mekanikal movement) tubuh. Muskuloskeletal berasal dari kata Muskulo (otot)
dan Skeletal (tulang rangka). Muskulo artinya adalah jaringan tubuh yg berfungsi
mengubah energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respons tubuh terhadap
perubahan lingkungan. Sedangkan Skeletal artinya bagian tubuh yg terdiri atas tulang,
sendi, dan tulang rawan (kartilago).
Sistem skeletal ini berfungsi untuk memberikan bentuk pada tubuh sehingga terlihat
bentuk yang sangat sempurna dibandingkan makhluk lainnya, menahan seluruh tubuh
supaya tidak roboh, dan tampak kuat dan kekar, melindungi alat yang lunak dan penting
seperti otak, jantung dan paru-paru, dan tempat melekatnya otot untuk pergerakan
tubuh dengan perantaraan otot, serta tempat pembuatan sel darah merah.
Dengan adanya sistem muskuloskeletal, tubuh dapat bergerak dan menjalani
berbagai aktivitas, seperti berjalan, berlari, berenang, hingga sesederhana mengambil
suatu benda. Sistem musculoskeletal tersusun dari berbagai bagian dan jaringan tubuh,
yaitu
1. Tulang
Tulang merupakan salah satu bagian utama dalam sistem muskuloskeletal yang
berfungsi untuk menopang dan memberi bentuk tubuh, menunjang gerakan tubuh,
melindungi organ-organ tubuh, serta menyimpan mineral kalsium dan fosfor.
Orang dewasa umumnya memiliki sekitar 206 tulang. Tulang terdiri dari lapisan
luar dan dalam. Lapisan luar tulang memiliki tekstur keras dan terbuat dari protein,
kolagen, serta berbagai macam mineral, termasuk kalsium. Sementara itu, bagian
dalam tulang memiliki tekstur yang lebih lembut dan berisi sumsum tulang, yaitu

2
3

tempat diproduksinya sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit atau keping
darah.
2. Sendi
Sendi merupakan sambungan antara kedua tulang. Sendi ada yang bisa digerakkan,
tetapi ada juga yang tidak. Sendi yang tidak bisa digerakkan contohnya adalah
sendi yang terdapat di lempengan tengkorak. Sedangkan, sendi yang bisa
digerakkan meliputi sendi jari tangan dan kaki, siku, pergelangan tangan, bahu,
rahang, panggul, lutut, dan pergelangan kaki.
3. Otot
Ada tiga jenis otot yang merupakan bagian dari sistem muskuloskeletal, yaitu otot
rangka, otot jantung, dan otot polos.
 Otot rangka adalah otot yang melekat pada tulang dan sendi. Otot ini bisa
meregang dan berkontraksi saat tubuh bergerak, seperti saat berjalan,
menggenggam benda, atau saat mengubah posisi tubuh, misalnya menekuk
dan meluruskan lengan atau kaki.
 Sementara itu, otot polos adalah jenis otot yang terdapat pada organ-organ
tubuh, misalnya saluran cerna dan pembuluh darah. Aktivitas otot polos diatur
oleh saraf otonom, sehingga mereka dapat bekerja secara otomatis.
 Sama seperti otot polos, otot jantung juga bekerja secara otomatis dalam
memompa darah ke seluruh tubuh, tetapi struktur jaringan otot ini mirip
dengan otot rangka.
 Di saluran pencernaan, otot polos bertugas untuk menggerakkan usus agar
makanan dan minuman bisa dicerna, kemudian dibuang sebagai kotoran. Pada
pembuluh darah, otot polos bertugas untuk mengatur aliran darah dengan cara
melebarkan atau menyempitkan pembuluh darah.
4. Tulang rawan
Tulang rawan adalah sejenis jaringan ikat yang menutup sendi. Selain berada
di antara sambungan tulang, tulang rawan juga ada di hidung, telinga, dan paru-
paru. Tulang rawan memiliki struktur yang kokoh, tetapi lebih kenyal dan lentur,
tidak seperti tulang rangka. Tulang rawan bertugas untuk mencegah tulang dan
sendi saling bergesekan serta menjadi peredam fisik saat tubuh mengalami cedera.
4

5. Ligamen
Ligamen adalah jaringan ikat yang menghubungkan tulang dan sendi.
Ligamen terdiri atas serat elastis yang tersusun dari protein. Jaringan ikat ini
berfungsi untuk menopang sendi, seperti lutut, pergelangan kaki, siku, dan bahu,
serta memungkinkan pergerakan tubuh.
6. Tendon
Tendon adalah jaringan ikat tebal dan berserat yang berfungsi untuk
menghubungkan otot ke tulang. Tendon terdapat di seluruh tubuh, mulai dari
kepala, leher, hingga kaki. Ada banyak jenis tendon dan salah satunya adalah
tendon Achilles, tendon terbesar di tubuh. Tendon ini menempelkan otot betis ke
tulang tumit dan memungkinkan kaki serta tungkai untuk bergerak. Sementara itu,
tendon rotator cuff di bahu berfungsi untuk menunjang gerakan bahu dan lengan.
2.1.1 Penjelasan Mengenai Tulang dan Jenis-Jenisnya
A. Tulang
Tulang-tulang yang menyusun rangka tubuh kita terbagi menjadi 2 bagian,
yaitu kerangka aksial dan apendikular. Kerangka aksial meliputi 80 tulang pada
manusia, sedangkan kerangka apendikular terdiri dari 126 tulang.

sumber gambar: britannica.com


5

1. Kerangka Aksial
Kerangka aksial berfungsi untuk melindungi organ dan memelihara
postur tubuh. Tulang yang termasuk dalam kerangka aksial antara lain:
a. Tulang Tengkorak (Skull)

Tulang tengkorak tersusun dari 22 tulang yang bergabung bersama, kecuali


bagian rahang (mandibula). Tulang ini berperan dalam membentuk kepala
manusia dan melindungi organ dalam, seperti otak dan mata. Bagian-bagian
pada tulang tengkorak terdiri dari kranium, mandibula, dan maksila.
b. Tulang Belakang (Vertebrae)

Fungsi dari tulang ini adalah untuk menopang bagian tubuh lainnya. Tulang
belakang pada manusia terdiri dari 26 ruas. Bagian-bagian pada tulang
belakang dibedakan berdasarkan lokasinya, yaitu
6

a) Cervical – 7 ruas
b) Thoracal – 12 ruas
c) Lumbal – 5 ruas
d) Sacrum – 1 ruas
e) Cogcygae – 1 ruas
c. Tulang Rusuk dan Tulang Dada (Ribs & Sternum)

Tulang rusuk dan dada berfungsi untuk melindungi organ jantung dan paru-
paru. Tulang rusuk bergabung dengan tulang dada karena dihubungkan oleh
tulang rawan yang bernama kosta.
Pada bagian toraks (rongga dada) kita, terdapat 12 pasang tulang rusuk dan
dada.
2. Kerangka Apendikular
Fungsi utama dari kerangka apendikular adalah sebagai penggerak tubuh.
Tulang yang termasuk ke dalam kerangka apendikular di antaranya:
a. Anggota Gerak Atas (Upper Limbs)
7

Tangan atau lengan merupakan anggota gerak bagian atas. Tulang pada


bagian lengan, terdiri dari tulang lengan atas (humerus), pengumpil
(radius), dan hasta (ulna). Selain itu, tulang pada bagian telapak tangan
disebut juga dengan metakarpal.
b. Anggota Gerak Bawah (Lower Limbs)

Manusia menggunakan kaki sebagai anggota gerak bagian bawah.


Tulang pada kaki terdiri dari tulang paha (femur), betis (fibula), dan
tulang kering (tibia). Sementara bagian telapak kaki tersusun dari
tulang yang bernama metatarsal.
c. Tulang Panggul (Pelvic Girdle)
8

Tulang panggul atau gelang panggul berfungsi untuk menghubungkan kaki


dengan kerangka aksial.
B. Macam-Macam Tulang Berdasarkan Bentuk
Jika dilihat berdasarkan bentuknya, tulang dapat dibagi menjadi 3 macam, yakni
1.  Tulang Pendek
Jenis tulang yang pertama ini, memiliki bentuk yang lebih pendek dan kecil
dibandingkan jenis tulang lainnya. Sama seperti tulang pipih, pada bagian dalam
tulang pendek ini terdapat sumsum, namun berwarna merah. Contoh dari tulang
pendek adalah tulang pergelangan kaki dan tangan.
2.  Tulang pipa
Berbeda dengan tulang pendek, tulang pipa memiliki bentuk yang lebih
panjang dan berongga. Contoh dari tulang pipa ini adalah tulang paha, tulang
kering, tulang telapak tangan, dan lainnya
3.  Tulang Pipih
Tidak seperti tulang pipa, tulang pipih ini berbentuk lebar dan pipih. Tulang
ini mempunyai area permukaan yang biasanya melindungi otot yang ada pada
tulang tersebut. Adapun contoh dari tulang pipih ini adalah tulang rusuk, tulang
tengkorak, tulang dada, dan juga tulang belikat. 
4.  Tulang Sesamoid
Tulang sesamoid merupakan jenis tulang yang tertanam pada jaringan ikat
yang menjadi penghubung antara jaringan otot dan tulang. Jenis tulang yang
satu ini biasanya ditemukan pada bagian tendon tangan, kaki, ataupun lutut.
Adapun contoh dari tulang sesamoid ini adalah tulang tempurung lutut. 
5.  Tulang Ireguler
Jenis tulang yang terakhir ini, memiliki bentuk yang ireguler serta cukup
acak, dan tidak termasuk dalam kategori jenis tulang sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya. Adapun contoh dari tulang ireguler ini adalah tulang
penyusun tulang belakang dan tulang pipi.
C. Macam-macam Tulang Berdasarkan Sel Penyusun
Ada dua macam tulang yang termasuk dalam kategori tulang berdasarkan sel
penyusunnya. Adapun jenis tulang tersebut di antaranya:
9

1.  Tulang Keras
Sebagaimana namanya, jenis tulang yang satu ini mempunyai struktur yang
keras dan kompak. Meskipun tergolong keras, tulang yang satu ini memiliki ciri
unik yakni adanya rongga-rongga di dalamnya. Adapun penyusun dari jenis
tulang keras ini adalah osteosit.
2.  Tulang Rawan
Berbeda dengan jenis tulang keras, tulang rawan memiliki karakteristik yang
cenderung lebih lunak. Dalam hal ini, tulang rawan terbagi menjadi tiga jenis,
yakni tulang rawan hialin yang sel penyusunnya adalah serabut kolagen, tulang
rawan fibrosa yang tersusun dari serabut kolagen, serta tulang rawan elastin
yang tersusun dari serabut elastin. 
2.1.2 Penjelasan Mengenai Otot, Jenis-Jenis, dan Tipe
A. Otot
Otot merupakan jaringan pada tubuh manusia yang dapat berkontraksi
(mengerut) dan relaksasi (mengendur). Pada saat berkontraksi, otot akan jadi
lebih pendek. Sebaliknya, saat relaksasi, otot akan memanjang. Otot adalah
sebuah jaringan konektif dalam tubuh dengan tugas utamanya kontraksi.
Kontraksi otot berfungsi untuk menggerakkan bagian - bagian tubuh dan
substansi dalam tubuh. Menurut Rokhana dkk (2009), ada tiga macam sel otot
dalam tubuh manusia, yaitu jantung, lurik, dan polos. Namun, yang berperan
dalam pergerakan kerangka tubuh manusia adalah otot lurik.
Fungsi otot:
1. Mendukung tubuh agar bisa berdiri tegak
2. Membantu mempertahankan postur tubuh
3. Membantu menstabilkan sendi-sendi dalam tubuh
4. Menghasilkan panas dari berbagai proses metabolisme di dalam tubuh
5. Mempertahankan suhu tubuh
Berdasarkan struktur dan fungsinya, terdapat 3 jenis otot pada manusia, yaitu
10

a. Otot Jantung
Otot jantung seringkali disebut dengan otot istimewa. otot jantung terus
bekerja meskipun kita tidak sadar. Walaupun otak kita tidak menyuruhnya
untuk bergerak, tetapi otot jantung ini tetap melakukan kerjanya untuk
bekerja dan bergerak.
Adapun ciri-ciri dari otot jantung, diantaranya
1. Inti sel banyak dan terletak di tengah.
2. Bentuknya memanjang, silindris, dan serabut selnya bercabang serta
saling menyatu.
3. Hanya terdapat di jantung dan bekerja di luar kesadaran
(involunter/otonom).
4. Kontraksinya kuat dan berirama.
5. Mempunyai garis melintang.
b. Otot Lurik
Otot lurik disebut juga dengan otot rangka. Letaknya menempel pada
rangka tubuh dan digunakan sebagai alat pergerakan.
Adapun ciri-ciri dari otot lurik, diantaranya
1. Inti sel banyak dan berada di bagian tepi.
2. Bentuknya silindris, panjang, punya ribuan serabut yang membentuk
jaringan otot
3. Terdapat pada otot lengan, perut, pipi, dan rangka tubuh.
4. Termasuk otot volunter (harus bekerja dengan kesadaran)
5. Mampu bekerja keras dan cepat, tapi mudah lelah.
c. Otot Polos
Otot polos berbentuk gelendong dan termasuk ke dalam jenis otot otonom.
Otot ini berada di organ-organ dalam di tubuh, misalnya, dinding usus,
pembuluh darah, sampai dinding rahim wanita.
Adapun ciri-ciri otot polos, diantaranya
1. Hanya memiliki 1 inti sel yang berada di bagian tengah.
2. Bentuknya gelendong dengan kedua ujung meruncing, bereaksi lambat
tidak mudah lelah.
3. Terdapat pada otot peredaran darah, otot urat nadi, dan otot usus.
4. Termasuk otot involunter/otonom.
11

5. Tidak mempunyai garis melintang.

(Tabel Perbandingan Otot)


Pembanding Otot Polos Otot lurik Otot Jantung
Bentuk Gelendong Serabut/Silindris Serabut/Silindris
bercabang
Warna Polos Lurik Lurik
Jumlah Inti Satu Banyak Satu atau dua
Letak Inti Tengah Pinggir Tengah
Letak Organ Dalam Rangka Jantung
Tipe Kontrol (Sifat) Tak Sadar Sadar Tak Sadar
Reaksi terhadap Lambat Cepat Crpat
rangsang
Ketahanan Bekerja Tinggi Rendah Sedang

Cara Kerja Otot


a. Otot Sinergis
Otot sinergis adalah otot yang bekerja sama secara searah. Otot-otot ini,
berkontraksi dan berelaksasi secara bersamaan. Saat satu otot berkontraksi,
otot lainnya juga ikut berkontraksi. Saat satu otot relaksasi, otot lainnya
juga ikut relaksasi.
b. Otot Antagonis
Otot antagonis adalah otot yang bekerja berlawanan. Artinya, apabila satu
otot mengalami kontraksi, otot yang lain melakukan relaksasi. Contoh dari
otot antagonis adalah otot bisep dan trisep
12

2.2 Osifikasi Tulang pada Masa Embrionik

Osifikasi adalah istilah lain untuk pembentukan tulang. Osifikasi (osteogenesis)


berdasarkan asal embriologisnya terdapat dua jenis osifikasi, yaitu ossifikasi
intramembran yang terjadi pada sel mesenkim yang berdiferensiasi menjadi osteoblas di
pusat ossifikasi secara langsung tanpa pembentukan kartilago terlebih dahulu dan
danosifikasi endokondral, yaitu mineralisasi jaringan tulang yang dibentuk melalui
pembentukan kartilago terlebih dahulu (Junqueira dan Carneiro 2005). Tulang pada
manusia ini, tumbuh ketika janin yang dikandungnya ini sudah berumur sekitar 6 hari
sampai dengan 7 minggu. Diketahui juga, jumlah tulang pada bayi berjumlah 270 tulang
dan saat dewasa akan menjadi 206 tulang. Dalam proses pertumbuhannya, tulang secara
terus-menerus tumbuh membentuk tulang rawan (kartilago) yang terbentuk dari sel-sel
mesenkim.
A. Osifikasi intramembrane
Pada osifikasi intramembran, perkembangan tulang terjadi secara langsung.
Selama ossifikasi intramembran, sel mesenkim berproliferasi ke dalam area yang
memiliki vaskularisasi yang tinggi pada jaringan penghubung embrionik dalam
pembentukan kondensasi sel atau pusat osifikasi primer (Junqueira dan Carneiro
2005). Sel ini akan mensintesis matriks tulang pada bagian periperal dan sel
mesenkimal lalu berlanjut untuk berdiferensiasi menjadi osteoblas. Setelah itu,
tulang akan dibentuk kembali dan semakin digantikan oleh tulang lamela matang/
dewasa.
Proses osifikasi ini, merupakan sumber pembentukan tulang pipih, salah satu
diantaranya yaitu tulang pipih kepala. Pada awal perkembangan tulang pipih atap
kepala, tulang yang baru dibentuk dan diendapkan pada pinggir dan permukaan
tulang tersebut. Untuk tetap menjaga adanya ruang bagi pertumbuhan otak, rongga
kranium harus membesar, yaitu dengan cara resorpsi tulang pada permukaan luar
dan permukaan dalam oleh osteoklas, bersamaan dengan terjadinya pengendapan
tulang yang terus-menerus pada kedua permukaan tulang (Junqueira dan Carneiro
2005).
13

B. Osifikasi endokondral
Semua sel tulang lainnya akan dibentuk pada proses osifikasi endokondral.
Proses ini terjadi secara tidak langsung, yaitu melalui pembentukan model tulang
rawan terlebih dahulu dan kemudian mengalami penggantian menjadi tulang
dewasa. Ossifikasi endokondral dapat dilihat pada proses pertumbuhan tulang
panjang. Pada proses pertumbuhan tulang panjang akan terbentuk pusat osifikasi
primer di mana penulangan pertama kali terjadi, yaitu proses di mana kartilago
memanjang dan meluas melalui proliferasi kondrosit dan deposisi matriks kartilago.
Setelah pembentukan tersebut, kondrosit di daerah sentral kartilago mengalami
proses pemasakan menuju hypertropic kondrosit (Junqueira dan Carneiro 2005).
Setelah pusat osifikasi primer terbentuk, maka rongga sumsum mulai meluas
ke arah epifise. Perluasan rongga sumsum menuju ke ujung-ujung epifisis tulang
rawan dan kondrosit tersusun dalam kolom-kolom memanjang pada tulang dan
tahapan berikutnya pada osifikasi endokondral berlangsung pada zona-zona pada
tulang secara berurutan (Junqueira dan Carneiro 2005)

C. Struktur Sel Penyusun Tulang


1. Osteoblas
Osteoblas terbentuk dari sel osteoprogenitor yang telah berdiferensiasi.
Osteoblas memiliki ukuran sekitar 30 μm dan sangat jelas terlihat pada lapisan
osteoid saat tulang baru terbentuk. Osteoblas berfungsi untuk menginisiasi dan
mengontrol proses mineralisasi osteoid. (Kierszenbaum 2002).
14

Osteoblas menghasilkan faktor pertumbuhan bersama dengan protein tulang


morfogenetik. Osteoblas berperan dalam sintesis protein, glikosilasi,
dansekresi menghasilkan kolagen tipe I (90% dari total protein), osteocalcin,
protein yang bukan kolagen, diantaranya osteonectin, osteopontin, sialoprotein
tulang, faktor pertumbuhan tulang, sitokin, dan tentunya reseptor dari hormon-
hormon (Kierszenbaum 2002).
2. Osteosit
Osteosit merupakan sel tulang yang telah dewasa dan sel utama pada tulang
yang berperan dalam mengatur metabolisme, seperti pertukaran nutrisi dan
kotoran dengan darah. Osteosit berasal dari osteoblas yang berdeferensiasi dan
terdapat di dalam lacuna yang terletak diantara lamela-lamela matriks pada saat
pembentukan lapisan permukaan tulang berlangsung.
Sel-sel ini secara aktif terlibat untuk mempertahankan matriks tulang dan
kematiannya diikuti oleh resorpsi matriks tersebut sehingga osteosit lebih
penting saat perbaikan tulang daripada pembentukan tulang baru (Junqueira dan
Carneiro 2005; Tortora dan Derrickson 2009).
Osteosit lebih kecil dari osteoblas dan osteosit telah kehilangan banyak
organel pada sitoplasmanya. Osteosit muda lebih menyerupai osteoblast, tetapi
merupakan sel dewasa yang memiliki aparatus golgi dan reticulum endoplasma
kasar yang sedikit lebih jelas, tetapi memiliki jumlah lisosom yang lebih
banyak. Osteosit dapat berhubungan satu sama lain melalui penjuluran
sitoplasma yang melewati kanalikuli (Kanal di mana terdapat pembuluh darah
untuk menyalurkan nutrisi pada osteosit) yang berperan dalam membantu
koordinasi respons tulang terhadap stres atau deformasi.
3. Osteoclast
Osteoklas adalah sel raksasa hasil peleburan monosit (jenis sel darah putih)
yang terkonsentrasi di endosteum dan melepaskan enzim lisosom untuk
memecah protein dan mineral di matriks ekstraseluler. Osteoklas berfungsi
dalam mekanisme osteoklastogenesis, aktivasi resorpsi kalsium, tulang, dan
kartilago, serta merespons hormonal yang dapat menurunkan struktur dan fungsi
tulang. Osteoklas dalam proses resorpsi tulang mensekresi enzim kolagenase
dan proteinase lainnya, asam laktat, serta asam sitrat yang dapat melarutkan
matriks tulang.
15

Enzim-enzim ini memecah atau melarutkan matriks organik tulang sedangkan


asam akan melarutkan garam-garam tulang. Melalui proses resorpsi tulang,
osteoklas ikut mempengaruhi sejumlah proses dalam tubuh, yaitu dalam
mempertahankan keseimbangan kalsium darah, pertumbuhan dan
perkembangan tulang, serta perbaikan tulang setelah mengalami fraktur (Derek
et, al.2007)

D. Penyakit Skeletal pada Masa Embrionik dan Bayi


Kelainan tulang adalah penyakit yang mempengaruhi sistem musculoskeletal
yaitu sistem gerak yang, terdiri dari tulang, otot, ligamen, dan sendi. Kelainan
tulang bawaan, yang juga disebut kelainan tulang kongenital.
Kelainan tulang bawaan ini disebabkan oleh berbagai factor, seperti gen yang
tidak normal (bermutasi), racun yang tertelan, penyakit, atau sakit saat kehamilan.
Selain itu, bentuk kelainan-kelainannya berbeda dan mungkin ditandai dengan
gejala yang berbeda pula. Sebagian kelainan tulang, tidak memerlukan pengobatan
dan dapat sembuh atau membaik saat anak tumbuh.
Terdapat beberapa faktor risiko kelainan tulang kongenital, seperti pewarisan
gen abnormal, kelainan kromosom, konsumsi obat-obatan yang tidak sesuai pada
masa kehamilan, kebiasaan minum alkohol, merokok, terkena radiasi, dan lain-lain.
Berikut beberapa contoh kelainan skeletal kongenital

1. Lobster claw 4. Bracidactily


16

2. Syndactili 5. Talipes Equinovarus/ Club’ foot

3. Polydactily 6. Skoliosis, Kifosis, Lordosis

E. Embrio Muskulo atau Otot


Otot berasal dari mesoderm. Otot rangka berasal dari mesoderm paraksial,
yang mencakup (a) somit, yang menghasilkan otot-otot kerangka aksial, dinding
badan, dan anggota badan, dan (b) somitomer, yang membentuk otot-otot kepala.
Pada minggu kelima, masing-masing miotom terbagi menjadi bagian dorsal yang
kecil, epimer, yang dipersarafi oleh ramus dorsalis primer, dan bagian ventral yang
lebih besar, hipomer, yang dipersarafi oleh ramus ventral primer. Mioblas dari
epimer membentuk otot-otot ekstensor leher dan dinding tubuh serta diafragma
panggul. Jaringan penyambung yang berasal dari somit, mesoderm somatic, dan
krista neuralis (daerah kepala memberikan cetakan untuk menentukan pola-pola
otot) kebanyakan otot polos dan otot jantung berasal dari mesoderm splanknik.
17

1. Otot rangka (lurik)


Otot rangka berkembang dari mesoderm pada regio myotom pada somit. Somit
dan somitomer menjadi rangka aksial, dinding tubuh, anggota badan dan kepala.
Somit berdiferensiasi menjadi sklerotom dan dermomiotom, sel miotom
bergelendong menjadi myoblast, dan pada akhir bulan ketiga terlihat serat
lintang otot rangka. Somitomer (7 buah) bergelendong menjadi myoblast, tapi
strukturnya jarang karena tidak terpisah menjadi segmen sklerotom dan
dermomiotom. Hampir semua otot rangka berkembang sebelum lahir, sisanya
terbentuk sampai akhir tahun pertama setelah lahir.
Myogenesis: myoblast → myotubes → myofilament → myofibril →muscle
fibers
Akhir minggu kelima miotom bersatu menjadi:
 Satu bagian dorsal (epimer): otot ekstensor columna vetebralis. Disarafi
oleh ramus dorsalis primer
 Satu bagian ventral yang lebih besar (hipomer): otot flexor lateral & ventra,
Disarafi oleh ramus ventralis primer
 Myoblast dari hipomer servikal: otot scalenus, geniohioideus, m.
paravertebrales
 Myoblast dari segmen thorak (3 lapisan)

1. Pada dada (masih mempertahankan ciri segmentalnya):


o Interkostalis eksterna
o M. interkostalis interna
o M. interkostalis bagian dalam / m. transverses torakis
2. Pada dinding perut (otot segmen bersatu membentuk lembar jaringan otot
yang lebar)
o Oblikus internus
o Oblikus interna
o M. transversus abdominis
3. Ujung servikal hipomer membentuk kolom ventral memanjang
o Daerah perut: m. rektus abdominis
o Daerah leher: otot infra hyoid
18

o Daerah dada: biasanya menghilang, kadang-kadang menjadi m.


sternalis
2. Otot polos
Otot polos berasal dari mesenkim splanknik yang mengelilingi endoderm dari
usus primordial. Otot polos dinding pembuluh darah dan limfe berasal dari
mesoderm somatic, sedangkan otot iris, mammae dan kelenjar keringat berasal
dari sel mesenkim ectoderm.

3. Otot jantung
Berasal dari mesoderm splanknik lateral yang berkembang di sekitar tabung
jantung dan dapat dikenali pada minggu ke-4. Primordial myocardium →
cardiac myoblast → cardiac muscle
4. Otot anggota badan
Minggu ke 7, terjadi pemadatan mesenkim (yang berasal dari sel
dermomiotom somit) di dekat tunas anggota badan. Otot terpecah menjadi:
 Komponen ekstensor
saraf: n. radialis yang terbentuk melalui penggabungan cabang dorsal
 Komponen fleksor
saraf: n. ulnaris dan medianus (penggabungan cabang ventral)
5. Perkembangan otot kepala
Otot volunteer daerah kepala berasal dari paraxial mesoderm (somit dan
somitomer). Pola pembentukan diatur oleh elemen jaringan penyambung yang
berasal dari sel neural crest
6. Perkembangan otot ekstremitas
Dimulai pada minggu ke 7, berasal dari tunas yang muncul dari somatopleura
dinding tubuh. Kondensasi sel mesenkim (asal dari sel di dorsolateral somit) di
dasar tunas ekstremitas. Permukaan tunas akan menjadi lengan bagian
proksimal (bahu), dan bagian ujung tunas akan menjadi regio distal tungkai)
7. Anomali sistem otot
1. Tidak terbentuknya otot-otot tertentu
a. Poland syndrome
Poland syndrome adalah suatu kondisi medis yang memiliki kumpulan
tanda dan gejala berupa gangguan pada perkembangan stuktur otot dan
19

tulang dada sampai dengan anggota gerak atas pada sisi yang sama.
Kondisi medis ini diawali pada masa janin, kurang lebih usia
kehamilan 6 minggu. gangguan tersebut sifatnya asimetris atau hanya
melibatkan satu sisi tubuh. Poland syndrome bisa berupa tidak
terbentuknya otot dada (otot pektoralis mayor), pertumbuhan payudara
yang kecil (hypoplasia), lemak dan rambut ketiak tidak ada, kelainan
pada tulang rusuk, terbentuknya tulang lengan atas, lengan bawah, dan
jari-jari yang pendek (brachysymphalangism).

b. Prune belly syndrome


Tidak adanya otot-otot abdomen sebagian atau seluruhnya. Dinding
perut sangat tipis yang mengakibatkan organ dalam teraba. Biasanya
disertai malformasi saluran dan kandung kemih.

c. Tidak adanya m. palmaris longus, trapezius, serratus anterior dan


quadratus femoris
2. Variasi bentuk, posisi dan perlekatan
a. Congenital torticollis
20

Congenital Torticolis atau Wry Neck adalah gangguan pada leher bayi
yang ditandai dengan rotasi kepala bayi ke salah satu sisi akibat
pemendekan otot sternocleidomastoideus salah satu sisi otot leher.
Tortikolis kongenital jarang dijumpai (insidensi <2%) dan diyakini
disebabkan oleh trauma lokal pada jaringan lunak leher sebelum atau
selama persalinan.

3. Kelemahan otot
a. Duchenne muscular dystrophy
Duchenne Muscular Dystrophy (DMD) adalah kelainan genetik yang
ditandai dengan progresif degenerasi dan kelemahan otot. DMD
disebabkan oleh tidak adanya dystrophin, yaitu protein yang membantu
menjaga sel-sel otot tetap utuh. Onset gejala pada anak usia dini,
biasanya antara usia 3 dan 5 tahun. Penyakit ini lebih banyak di derita
oleh anak laki-laki.

2.3 Perubahan atau Pertumbuhan Muskuloskeletal Remaja dan Dewasa

Selama manusia hidup, tulang akan terus mengalami perbaikan dan perkembangan.
Proes yang terjadi pada tulang yaitu formation an resorption. Selama resorption, sel
tulang lama akan mengalami kerusakan dan digantikan oleh sel-sel khusus yang disebut
osteoclast. Pada proses bone formation, jaringan tulang baru akan menggantikan sel-sel
tulang lama. Sel yang melakukan proses ini adalah osteoblas. Osteoblas dan osteoclast
selama melakukan proses perbaikan pada tulang membutuhkan berbagai banyak vitamin
dan hormone, yaitu calcitonin, parathyroid, citamin C, hormone testisteron (pada lelaki),
hormon estrogen (pada perempuan).
Pubertas memiliki peran penting dalam pertumbuhan tulang. Tulang memanjang dan
mengalami peningkatan kepadatan. Pada akhir masa pubertas, kemampuan tulang untuk
memanjang berakhir. Ketika ini terjadi, remaja telah mencapai tinggi makimal dan massa
tulang mencapai puncaknya. Pbertas ini dikaitkan dengan massa tulang yang lebih besar
sementara pubertas terlambat mengakibatka massa tulang kurang.
Tubuh memiliki sekitar 300 tulang saat baru dilahirkan. Tapi seiringnya berjalannya
waktu dan dan pertumbuhan tulang yang terbentuk saat dewasa hanya sekitar 206 tulang
21

saja. Saat bayi tulang terbuat dari tulang rawan (cartiage) yang lembut serta fleksibel,
tulang ini akan tumbuh dan lambat akan digantikan oleh tulang yang keras dengan
bantuan kalsium. Pada usia 20-an tahun, proses ini sudah lengkap dan tidak ada lagi
pertumbuhan. Tulang-tulang tersebut sudah besar dengan kerangka yang sangat kuat dan
ringan.
2.3.1 Penyakit muskuloskeletal pada remaja & dewasa
Masalah muskuloskeletal merupakan yang timbul pada usia produktif seperti pada
pekerja khususnya pengendara. Masalah muskuloskeletal yang umum diketahui
terdapat pada pekerja yaitu carpal tunnel syndrome dan nyeri punggung bawah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah muskuloskeletal pada
pengendara trasnportasi umum. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif
sederhana dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 100
pengendara atau pengemudi yang berkendara lebih dari 4,5 jam perhari yang
menggunakan stratified random sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu kuesioner berdasarkan konsep dan teori. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mayoritas responden berada pada rentang umur dewasa awal (22-40 tahun)
(79,8%), jenis kelamin laki-laki sebanyak (92,9%), mayoritas indeks massa tubuh
dengan kategori obese (59,6%), dan dengan durasi bekerja lebih dari 8 jam (81,8%),
pada masalah muskuloskeletal carpal tunnel syndrome mayoritas tidak mengalami
(56,6%) dan nyeri punggung bawah mayoritas mengalami (60,9%). Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi saran dan masukan bagi responden agar dapat
meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah potensi masalah yang berkaitan
dengan gangguan muskuloskeletal.
Masalah muskuloskeletal merupakan masalah yang mempengaruhi fungsi normal
sistem muskuloskeletal akibat paparan berulang berbagai faktor risiko di tempat
bekerja yang dapat menyebabkan permasalahan kerja yang signifikan akibat
peningkatan kompensasi biaya kesehatan, penurunan produktivitas, dan rendahnya
Jurnal Ners Indonesia, (Vol.10 No.2, Maret 2020).
Penduduk pada rentang usia 18-55 tahun di Amerika Serikat mengalami
keluhan nyeri pada punggung (Saputra, Kandou & Kawatu, 2017). Posisi duduk
saat bekerja tidak hanya terdapat di perkantoran atau industri saja, namun
berkendara dengan mobil khususnya pengemudi angkutan kota juga termasuk
pekerjaan dengan posisi duduk (Enrico, 2016). Hasil studi yang pernah dilakukan
terhadap lebih kurang 9000 pekerja di 12 kota, pada umumnya berupa penyakit
22

muskuloskeletal (16%), yang mana menjadi masalah tertinggi dibandingkan masalah


kesehatan lainnya. Pekerjaan sebagai pengemudi angkutan kota rentan terhadap
masalah kesehatan, misalnya nyeri punggung atau muskuloskeletal (Depkes, 2006).
Masalah kesehatan yang umum terjadi pada pengendara transportasi umum
adalah nyeri punggung bawah dan carpal tunnel syndrome, nyeri punggung bawah
sering dialami oleh pengendara transportasi umum. Hal ini didukung dengan
penelitian Harnoto (2009) bahwa pekerja sebagai pengendara yang bekerja dengan
durasi lama dan posisi yang statis dapat terkena masalah muskuloskeletal nyeri
punggung bawah sedangkan carpal tunnel syndrome diakibatkan dari peregangan
pergelangan tangan dan jari-jari secara berulang yang ditandai dengan rasa
kesemutan pada ibu jari telunjuk dan jari tengah (CCOHS, 2014).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa responden dengan
rentang usia dewasa akhir mengalami carpal tunnel syndrome (CTS) (50%). Peneliti
berasumsi bahwa responden dengan usia dewasa akhir banyak mengalami CTS
dikarenakan usia dewasa akhir adalah usia dimana organ muskuloskeletal mengalami
penurunan fungsi. Hal ini sejalan dengan penelitian Farhan dan Kamrasyid (2018)
yang menyatakan bahwa carpal tunnel syndrome cenderung terdapat pada usia 40-60
tahun (81,2%).Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa mayoritas
responden Jurnal Ners Indonesia, Vol.10 No.2, Maret 2020 dengan jenis kelamin laki-
laki mengalami masalah CTS (43,5%) dan perempuan tidak mengalami CTS
(56,5%) dimana sudah mencapai angka yang cukup tinggi
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa responden dengan
kategori usia dewasa akhir (22-40) tahun mengalami masalah nyeri punggung
(66,7%). Peneliti berasumsi bahwa usia dewasa akhir adalah usia dimana
seseorang akan mengalami penurunan fungsi tubuh. Tarwaka (2010) mengatakan,
masalah muskuloseletal dirasakan pada usia 25–65 tahun dan keluhan bisa meningkat
seiring bertambahnya umur.penelitian Silviyani (2013) yang menyatakan bahwa
wanita lebih berpotensi mengalami masalah muskuloskeletal dikarenakan rata-rata
kekuatan otot wanita hanya sebesar 60% dibanding pria dan hormon pada
wanitacenderung mengikat lemak daripada membangun massa otot.

2.4 Perubahan muskuloskeletal pada lansia

Semua makhluk hidup umumnya akan mengalami proses penuaan yaitu proses terus
menerus berlanjut secara alamiah mulai dari lahir sampai meninggal. Seseorang
23

dikatakan usia lanjut apabila orang tersebut telah berusia 65 tahun hingga tutup usia
(Nugroho,2008).
Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari
berkurangnya aktivitas, gangguan metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya
usia, perusakan dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan
hormon esterogen pada wanita, vitamin D, dan beberapa hormon lain. Tulang - tulang
trabekulae menjadi lebih berongga, mikroarsitektur berubah dan seiring patah baik akibat
benturan ringan maupun spontan (Setiabudhi et.al, 2007). Berikut ini merupakan
perubahan yang terjadi pada sistem muskular akibat proses menua :
1) Waktu untuk kontraksi dan relaksasi muskular memanjang. Implikasi dari hal ini
adalah perlambatan waktu untuk bereaksi, pergerakan yang kurang aktif.
2) Perubahan kolumna vertebralis, akilosis atau kekakuan ligamen dan sendi,
penyusustan dan sklerosis tendon dan otot, den perubahan degeneratif
ekstrapiramidal. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan fleksi.
3) Kekuatan akan mengalami penurunan seiring dengan penuaan. Hal ini dikarenakan
adanya penurunan aktivitas fisik dan masa otot, serta diakibatkan pengurangan
sebagian besar sintesis protein karena penuaan dan hilangnya unit motorik fast-
twitch. ( Wilmore, et al., 2007)
2.4.1 Penyakit muskuloskeletal pada lansia
Kelainan yang menyerang muskuloskeletal menyerang sistem alat gerak
tubuh, seperti otot, tulang, sendi, dan jaringan ikat seperti tendon dan ligamen.
Gangguan ini menyebabkan kondisi jangka pendek, seperti patah tulang dan terkilir.
Pada kondisi panjangnya adalah cacat pada tubuh.
Hal ini ditandai perasaan nyeri dan keterbatasan pada mobilitas dan
fungsional, sehingga mengurangi kemampuan seseorang untuk beraktivitas. Kondisi
yang umum terjadi pada lansia adalah nyeri pada punggung dan leher. Pada tahap
yang parah dapat terjadi kerapuhan tulang, cedera, dan peradangan sistemik.
Gangguan muskuloskeletal berbanding lurus dengan usia. Jaringan-jaringan
akan mengalami peningkatan kerapuhan pada tulang, hilangnya ketahanan tulang
rawan, menurunnya elastisitas ligamen, kekuatan otot yang melemah, dan penyebaran
lemak yang mengurangi kemampuan jaringan untuk menjalankan fungsinya.
Karena beberapa hal tersebut, lansia rentan terhadap gangguan
muskuloskeletal. Selain itu, gangguan ini juga dapat disebabkan faktor pekerjaan,
24

yang membuat seseorang melakukan hal berulang kali sehingga beberapa bagian
tubuh selalu digerakkan dan mengalami gangguan.
Faktor risiko lainnya saat seseorang mengalami gangguan ini adalah aktivitas
yang berlebihan sehingga penggunaan otot melewati batas. Selain itu, gaya hidup
tertentu, seperti pada atlet juga berisiko terhadap gangguan yang menyerang sistem
alat gerak pada tubuhmu.
Penyebab gangguan muskuloskeletal pada lansia :
 Mekanik : osteoartritis, stenosis spinal.
 Metabolik : osteoporosis, miksedema, penyakit Paget.
 Berkaitan dgn Keganasan.
 Pengaruh obat : diuretik menyebabkan gout, kortikosteroid menyebabkan
osteopeni, miopati.
 Radang : polymyalgia rheumatica (PMR), temporal (giant cell) arthritis, gout.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem muskuloskeletal merupakan sistem yang bertanggung jawab atas berbagai


gerakan (mekanikal movement) tubuh. Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang terdiri
dari otot, jaringan ikat, saraf, serta tulang dan sendi. Sistem ini berperan penting dalam
gerakan tubuh. Oleh karena itu, bila sistem muskuloskeletal terganggu, kemampuan
dalam bergerak dan melakukan aktivitas pun bisa terganggu. Dengan adanya sistem
muskuloskeletal, tubuh dapat bergerak dan menjalani berbagai aktivitas, seperti berjalan,
berlari, berenang, hingga sesederhana mengambil suatu benda.
Kelainan yang menyerang muskuloskeletal menyerang sistem alat gerak tubuh,
seperti otot, tulang, sendi, dan jaringan ikat seperti tendon dan ligamen. Gangguan ini
menyebabkan kondisi jangka pendek, seperti patah tulang dan terkilir. Pada kondisi
panjangnya adalah cacat pada tubuh.
Hal ini ditandai perasaan nyeri dan keterbatasan pada mobilitas dan fungsional,
sehingga mengurangi kemampuan seseorang untuk beraktivitas. Kondisi yang umum
terjadi pada lansia adalah nyeri pada punggung dan leher. Pada tahap yang parah dapat
terjadi kerapuhan tulang, cedera, dan peradangan sistemik.

25
DAFTAR PUSTAKA

 https://aido.id/health-articles/tulang-sebagai-sistem-gerak-pasif-manusia/detail
 https://www.ruangguru.com/blog/tulang-penyusun-rangka-tubuh-manusia
 http://p2k.unkris.ac.id/en3/3065-2962/Daftar-Tulang-Pada-Rangka-
Manusia_151548_unusa_p2k-unkris.html
 https://www.ruangguru.com/blog/otot
 https://eprints.uny.ac.id/48228/11/08b Tabel%20Perbandingan%20Tiga%20Jenis
%20Otot%20pada%20Manusia.pdf
 https://dokumen.tips/documents/1241-embriologi-muskuloskeletal.html
 https://vdocuments.mx/embriologi-sistem-muskuloskeletal-570afa8250786.html
 https://www.slideshare.net/septianraha/sistem-muskuloskeletal-26741872
 https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4371073/sering-diidap-bayi-apakah-
penyakit-langka-poland-syndrome-itu
 https://sasana.physio/news-information/102-congenital-torticollis
 https://dhikapriskia.blogspot.com/2012/02/daur-kehidupan-pertumbuhan-dan.html
 file:///C:/Users/ZERO/AppData/Local/Temp/7977-17900-1-PB.pdf
 http://ristafauziningtyas-fkp.web.unair.ac.id/artikel_detail-218657-Kesehatan
%20Lansia-PERUBAHAN%20NORMAL%20SISTEM%20MUSKULOSKELETAL
%20DAN%20INTEGUMEN%20PADA%20LANSIA.html

26

Anda mungkin juga menyukai