Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


SISTEM MUSKULOSKELETAL

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
ANDI ASRIZAL NINGRAWAN : 201901003
DIAN AGNES MONICA B : 201901006
NI MADE RIANTIKA YANI : 201901024
RAHMA PUTRI SEPTIANI : 201901029
SINDY CLAUDIA : 201901033
SITI RAHAYU : 201901034
WINDI ISTIQOMAH : 201901039

PROGRAM STUDI SI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kami nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan mudah dan lancar.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan, kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna masih terdapat kekurangan .
oleh karna itu kami siap untuk menerima segala masukan dan kritik agar kami bisa
melakukan perbaikan yang baik dan benar.
Sekian makalah dari kami jika banyak kesalahan kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Palu, 14 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................
C. Tujuan.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.Definisi Sistem Muskuloskeletal.........................................................
B. Definisi otot.........................................................................................
C. Definisi Rangka...................................................................................
D. Kelainan Pada Sitem Muskuloskeletal...............................................
E. Asuhan Keperawatan..........................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................
B. Saran .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Baik disadari maupun tidak, tubuh manusia selalu melakukan gerak. Bahkan
seseorang yang memiliki ketidaksempurnaan alat gerak pun tetap melakukan
gerak. Saat tersenyum, mengedipkan mata, atau bernapas sesungguhnya telah
terjadi gerak yang disebabkan oleh kontraksi otot. Dalam satu hari, banyak
aktivitas yang kita lakukan, misalnya mandi, makan, berjalan, berlari, berolahraga,
dan sebagainya. Manusia dapat melakukan segala macam aktivitas bergerak itu
karena dia memiliki sistem organ gerak yaitu sistem muskuloskeletal.
Gerak adalah suatu tanggapan terhadap rangsangan baik dari dalam maupun
dari luar. Gerak tidak terjadi begitu saja. Gerak terjadi melelui mekanisme yang
rumit dan melibatkan banyak bagian tubuh.
Gerak pada manusia disebabkan oleh kontraksi otot yang menggerakkan
tulang. Jadi, gerak merupakan kerjasama antara tulang dan otot. Maka dari itu,
tubuh manusia terdapat sistem muskuloskeletal yang berperan dalam situasi
tersebut. Muskuloskeletal terdiri dari otot dan tulang. Tulang sebagai alat gerak
pasif karena hanya mengikuti kendali otot, sedangkan otot disebut alat gerak aktif
karena mampu berkontraksi, sehingga mampu menggerakan tulang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Sistem Muskuloskeletal ?
2. Apa Definisi otot ?
3. Apa Definisi Rangka ?
4. Apa Saja Kelainan Pada Sitem Muskuloskeletal ?
5. Asuhan Keperawatan ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Apa Definisi Sistem Muskuloskeletal
2. Mengetahui Apa Definisi otot
3. Mengetahui Apa Definisi Rangka
4. Mengetahui Apa Saja Kelainan Pada Sitem Muskuloskeletal
5. Mengetahui Asuhan Keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Muskuloskeletal terdiri dari kata Muskulo yang berarti otot dan kata Skeletal
yang berarti tulang.Muskulo atau muskular adalah jaringan otot-otot tubuh. Ilmu
yang mempelajari tentang muskulo atau jaringan otot-otot tubuh adalah Myologi.
Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka tubuh. Ilmu yang mempelajari tentang
muskulo atau jaringan otot-otot tubuh adalah Osteologi.

B. Otot ( Muskulus / Muscle )


Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah
energi kimia menjadi energi mekanik/gerak sehingga dapat berkontraksi untuk
menggerakkan rangka, sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan.
Otot disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu
menggerakan tulang.Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk
berkontraksi.
Otot membentuk 40-50% berat badan; kira-kira1/3-nya merupakan protein
tubuh dan ½-nya tempat terjadinya aktivitas metabolik saat tubuh istirahat.
Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot
tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh, dan sebagian kecil ada
yang melekat di bawah permukaan kulit.
Gabungan otot berbentuk kumparan dan terdiri dari :
1. Fascia, adalah jaringan yang membungkus dan mengikat jaringan lunak. Fungsi
fascia yaitu mengelilingi otot, menyedikan tempat tambahan otot,
memungkinkan struktur bergerak satu sama lain dan menyediakan tempat
peredaran darah dan saraf.
2. Ventrikel (empal), merupakan bagian tengah yang mengembung.
3. Tendon (urat otot), yaitu kedua ujung yang mengecil, tersusun dari jaringan ikat
dan besrifat liat. Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan
sebagai berikut.
a. Origo, merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah
kedudukannya ketika otot berkontraksi.
b. Inersio. Merupakan tendon yang melekat pada tulang yang bergerak ketika
otot berkontraksi.
1) Fungsi Sistem Otot
a) Pergerakan
Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat
dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
b) Penopang tubuh dan mempertahankan postur
Otot menopang rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam
posisi berdiri atau saat duduk terhadap gaya gravitasi.
c) Produksi panas
Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mepertahankan suhu tubuh normal.
2) Ciri-Ciri Sistem Otot
Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika sedang
berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
Relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat. Dengan demikian otot
memiliki 3 karakter, yaitu:
a) Kontrakstilitas, yaitu serabut otot berkontraksi dan menegang, otot
menjadi lebih pendek dari ukuran semula.
b) Ekstensibilitas, yaitu serabut otot memiliki kemampuan untuk
menegang melebihi panjang otot saat rileks (memanjang).
c) Elastisitas, yaitu serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah
berkontraksi atau meregang.
3) Jenis-Jenis Otot
a) Berdasarkan letak dan struktur selnya, dibedakan menjadi:
 Otot Rangka (Otot Lurik)
Otot rangka merupakan otot lurik, volunter (secara sadar atas
perintah dari otak), dan melekat pada rangka, misalnya yang
terdapat pada otot paha, otot betis, otot dada. Kontraksinya
sangat cepat dan kuat. Struktur mikroskopis otot skelet/rangka
yaitu Memiliki bentuk sel yang panjang seperti
benang/filament. Setiap serabut memiliki banyak inti yang
terletak di tepi dan tersusun di bagian perifer. Serabut otot
sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan lebar
berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.
 Otot Polos
Otot polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter
(bekerja secara tak sadar). Jenis otot ini dapat ditemukan pada
dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada
dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan,
reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah. Kontraksinya
kuat dan lamban.
Struktur Mikroskopis Otot Polos yaitu memiliki bentuk sel otot
seperti silindris/gelendong dengan kedua ujung meruncing.
Serabut sel ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron
(melapisi pembuluh darah). Memiliki satu buah inti sel yang
terletak di tengah sel otot dan mempunyai permukaan sel otot
yang polos dan halus/licin.
 Otot Jantung
Otot Jantung juga otot serat lintang involunter, mempunyai
struktur yang sama dengan otot lurik. Otot ini hanya terdapat
pada jantung. Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti,
tapi otot jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap
kali berdenyut.Memilki banyak inti sel yang terletak di tepi
agak ke tengah. Panjang sel berkisar antara 85-100 mikron dan
diameternya sekitar 15 mikron.
b) Berdasarkan gerakannya dibedakan menjadi :
 Otot Antagonis, yaitu hubungan antarotot yang cara kerjanya
bertolak belakang/tidak searah, menimbulkan gerak
berlawanan. Contohnya:
•Ekstensor (meluruskan)dengan fleksor (membengkokkan),
misalnya otot bisep dan otot trisep.
•Depressor (gerakan ke bawah) dengan elevator (gerakan ke
atas), misalnya gerak kepala menunduk dan menengadah.
 Otot Sinergis, yaitu hubungan antar otot yang cara kerjanya
saling mendukung/bekerjasama, menimbulkan gerakan searah.
Contohnya pronator teres danpronator kuadrus.

4) Mekanisme Kontraksi Otot


Dalam otot terdapat zat yang sangat peka terhadap rangsang disebut
asetilkolin. Otot yang terangsang menyebabkan asetilkolin terurai
membentuk miogen yang merangsang pembentukan aktomiosin. Hal ini
menyebabkan otot berkontraksi sehingga otot yang melekat pada tulang
bergerak.

C. Rangka (skeletal)
Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan tulang
rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh
untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti kendali otot. Akan tetapi
tulang tetap mempunyai peranan penting karena gerak tidak akan terjadi tanpa
tulang.
1) Fungsi Rangka
Penyangga; berdirinya tubuh, tempatmelekatnya ligamen- ligamen, otot,
jaringan lunak dan organ.
• Penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow)
• Produksi sel darah (red marrow)
• Pelindung; membentuk rongga melindungi organ yang halus dan lunak.
• Penggerak; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak
karena adanya persendian.
2) Jenis Tulang
a) Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya, yaitu:
(1) Tulang Rawan (kartilago)
Ada 3 macam tulang rawan, yaitu:
• Tulang Rawan Hyalin: kuat dan elastis terdapat pada ujung tulang
pipa.
• Tulang Rawan Fibrosa: memperdalam rongga dari cawan-cawan (tl.
Panggul) dan rongga glenoid dari skapula.
• Tulang Rawan Elastik: terdapat dalam daun telinga, epiglotis dan
faring.
(2) Tulang Sejati (osteon)
Tulang bersifat keras dan berfungsi menyusun berbagai sistem rangka.
Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum). Lapis
tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum dan meluas ke
dalam kanalikuli tulang kompak.
Secara mikroskopis tulang terdiri dari :
• Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah,
aliran limfe)
• Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris)
• Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan- lempengan
yang mengandung sel tulang)
• Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan
sampai ke osteon)
b) Berdasarkan matriksnya, yaitu:
(1) Tulang kompak, yaitu tulang dengan matriks yang padat dan rapat.
(2) Tulang Spons, yaitu tulang dengan matriksnya berongga.
c) Berdasarkan bentuknya, yaitu:
(1) Ossa longa (tulang pipa/panjang), yaitu tulang yang ukuran panjangnya
terbesar. Contohnya os humerus dan os femur.
(2) Ossa brevia (tulang pendek), yaitu tulang yang ukurannya pendek.
Contohnya tulang yang terdapat pada pangkal kaki, pangkal lengan, dan
ruas-ruas tulang belakang.
(3) Ossa plana (tulang pipih), yaitu tulang yang ukurannya lebar. Contohnya
os scapula (tengkorak), tulang belikat, tulang rusuk.
(4) Ossa irregular (tulang tak beraturan), yaitu tulang dengan bentuk yang
tak tentu. Contohnya os vertebrae (tulang belakang).
5) Ossa pneumatica (tulang berongga udara). Contohnya os maxilla.
3) Sel – Sel Penyusun Tulang
a.Osteobast, merupakan sel tulang muda yang menghasilkan jaringan osteosit
dan mengkresikan fosfatase dalam pengendapan kalsium dan fosfat ke dalam
matriks tulang.
b. Osteosit, yaitu sel- sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk
pertukaran kimiawi melaui tulang yang padat.
c. Osteoclast, yaitu sel-sel yang dapat mengabsorbsi mineral dan matriks tulang.
4) Organisasi Sistem Rangka
Sistem skeletal dibentuk oleh 206 buah tulang yang membentuk suatu kerangka
tubuh. Rangka digolongkan kedalam tiga bagian sebagai berikut.
a) Rangka Aksial
Rangka Aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh
dan melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan dada.
(1) Tengkorak (cranium), yaitu tulang yang tersusun dari 22 tulang; 8 tulang
kranial dan 14 tulang fasial.
Tulang kranial membungkus dan melindungi otak, terdiri dari:
Tulang baji (sfenoid): 1 buah
Tulang tapis (etmoid): 1 buah
Tulang pelipis (temporal): 2 buah
Tulang dahi (frontal): 1 buah
Tulang ubun-ubun (parietal): 2 buah Tulang kepala belakang (oksipital): 1
buah
Tulang fasial membentuk wajah, terdiri dari:
Tulang rahang atas (maksila): 2 buah Tulang rahang bawah (mandibula) : 2
buah Tulang pipi (zigomatikus): 2 buah Tulang langit-langit (palatinum) : 2
buah
Tulang hidung (nasale): 2 buah
Tulang mata (lakrimalis): 2 buah Tulang pangkal lidah (Konka inferor) : 1
buah
b) Tulang Pendengaran (Auditory), terdiri dari:
Tulang martil (maleus): 2 buah Tulang landasan (inkus): 2 buah
Tulang sanggurdi (stapes): 2 buah
Tulang Hioid, yaitu tulang yang berbentuk huruf U, terdapat diantara laring
dan mandibula, berfungsi sebagai pelekatan beberapa otot mulut dan lidah. :
1 buah
c) Tulang Belakang (vertebra), berfungsi menyangga berat tubuh dan
memungkinkan manusia melakukan berbagai macam posisi dan gerakan,
misalnya berdiri, duduk, atau berlari. Tulang belakang berjumlah 26 buah yang
terdiri dari:
Tulang leher (servikal): 7 buah Tulang punggung (dorsalis): 12 buah Tulang
pinggang (lumbal): 5 buah Tulang kelangkang (sakrum): 1 buah Tulang ekor
(koksigea) 4 ruas berfusi menjadi satu: 1 buah
d) Tulang Iga/Rusuk (costae), yaitu tulang yang bersama-sama dengan tulang
dada membentuk perisai pelindung bagi organ- organ penting yang terdapat di
dada, seperti paru-paru dan jantung. Tulang rusuk juga berhubungan dengan
tulang belakang, berjumlah 12 ruas, terdiri dari:
Tulang Rusuk Sejati (costae vera) : 7 pasang Tulang Rusuk Palsu (costae
spuria) : 3 pasang Rusuk Melayang (costae fliktuantes) : 2 pasang
e) TulangDada (sternum) terdiri atas tulang-tulang yang berbentuk pipih, antara
lain:
Tulang hulu (manubrium): 1 buah
Tulang badan (gladiolus): 1 buah
Tulang bahu pedang (sifoid): 1 buah
(ketiganya bergabung menjadi satu buah tulang dada)
2) Rangka Apendikular
Rangka apendikuler merupakan rangka yang tersusun dari tulang-tulang bahu,
tulang panggul, dan tulang anggota gerak atas dan bawah terdiri atas 126
tulang.
Secara umum rangka apendikular menyusun alat gerak, tangan dan kaki. Tulang
rangka apendikular dibagi kedalam 2 bagian, yaitu :
(a) Ektremitas Atas, yaitu terdiri dari tulang bahu dan tulang anggota gerak atas.
a. Tulang bahu, terdiri atas dua bagian:
Tulang belikat (skapula): 2 buah
Tulang selangka (klavikula): 2 buah
b.Tulang anggota gerak atas, terdiri dari:
Tulang lengan atas (humerus): 2 buah
Tulang hasta (ulna): 2 buah
Tulang pengumpil (radius): 2 buah
Tulang pergelangan tangan (karpal): 16 buah (8 pada tiap tangan)
Tulang tapak tangan (metakarpal): 10 buah (5 pada tiap tangan)
Tulang jari-jari (phalanges): 28 buah (2 kali 14 ruas jari)
(b) Ektremitas Bawah, yaitu terdiri dari tulang panggul dan tulang anggota
gerak bawah.
a.Tulang panggul (pelvis), terdiri atas tiga bagian:
Tulang usus (ileum): 2 buah
Tulang duduk (iskhium): 2 buah
Tulang kemaluan (pubis): 2 buah
b.Tulang anggota gerak bawah, terdiri dari:
Tulang paha (femur): 2 buah
Tulang tempurung lutut (patela) : 2 buah Tulang betis (fibula): 2 buah
Tulang kering (tibia): 2 buah
Tulang pergelangan kaki (tarsal): 14 buah (7 pada tiap kaki)
Tulang tapak kaki (metatarsal): 10 buah (5 pada tiap kaki)
Tulang jari kaki (phalanges): 28 buah (2 kali 14 ruas jari)

5) Pembentukan Tulang
Proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan
berlangsung sampai dewasa. Pada rangka manusia, rangka yang pertama kali
terbentuk adalah tulang rawan (kartilago) yang berasal dari jaringan
mesenkim. Kemudian akan terbentuk osteoblas atau sel-sel pembentuk tulang.
Osteoblas ini akan mengisi rongga-rongga tulang rawan.
Sel-sel tulang dibentuk terutama dari arah dalam keluar, atau proses
pembentukannya konsentris. Setiap satuan-satuan sel tulang mengelilingi
suatu pembuluh darah dan saraf membentuk suatu sistem yang disebut sistem
Havers.
Disekeliling sel-sel tulang terbentuk senyawa protein yang akan menjadi
matriks tulang. Kelak didalam senyawa protein ini terdapat pula kapur dan
fosfor sehingga matriks tulang akan mengeras. Proses ini disebut osifikasi.
6) Hubungan Antar Tulang
Hubungan antartulang disebut artikulasi. Agar artikulasi dapat bergerak,
diperlukan struktur khusus yang disebut sendi. Sendi yang menyusun kerangka
manusia terdapat di beberapa tempat.
Terdapat tiga jenis hubungan antartulang, yaitu:
a) Sinartrosis
Sinartrosis disebut juga dengan sendi mati, yaitu hubungan antara dua tulang
yang tidak dapat digerakkan sama sekali. Artikulasi ini tidak memiliki celah
sendi dan dihubungkan dengan jaringan serabut. Dijumpai pada hubungan
tulang pada tulang- tulang tengkorak yang disebut sutura/suture.
b) Amfiartosis
Amfiartosis disebut juga dengan sendi kaku, yaitu hubungan antara dua
tulang yang dapat digerakkan secara terbatas. Artikulasi ini dihubungkan
dengan kartilago. Dijumpai pada hubungan ruas-ruas tulang belakang, tulang
rusuk dengan tulang belakang.
c) Diartosis
Diartosis disebut juga dengan sendi hidup, yaitu hubungan antara dua tulang
yang dapat digerakkan secara leluasa atau tidak terbatas. Untuk melindungi
bagian ujung-ujung tulang sendi, di daerah persendian terdapat rongga yang
berisi minyak sendi/cairan synovial yang berfunggsi sebagai pelumas sendi.
Diartosis dapat dibedakan menjadi:
(1) Sendi Engsel
Sendi engsel yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan
hanya satu arah saja. Dijumpai pada hubungan tulang Os. Humerus
dengan Os. Ulna dan Os. Radius/sendi pada siku, hubungan antar Os.
Femur dengan Os. Tibia dan Os. Fibula/sendi pada lutut.
(2) Sendi Putar
Sendi putar yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan salah satu
tulang berputar terhadap tulang yang lain sebagai porosnya. Dijumpai
pada hubungan antara Os. Humerus dengan Os. Ulna dan Os. Radius,
hubungan antar Os. Atlas dengan Os. Cranium.
(3) Sendi Pelana/Sendi Sellaris
Sendi pelana yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan
ke segala arah/gerakan bebas. Dijumpai pada hubungan Os. Scapula
dengan Os. Humerus, hubungan antara Os. Femur dengan Os. Pelvis
virilis.
(4) Sendi Kondiloid atau Elipsoid
Sendi Kondiloid yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan
gerakan berporos dua, dengan gerak ke kiri dan ke kanan; gerakan maju
dan mundur; gerakan muka/depan dan belakang. Ujung tulang yang satu
berbentuk oval dan masuk ke dalam suatu lekuk yang berbentuk elips.
Dijumpai pada hubungan Os. Radius dengan Os. Carpal.
(5) Sendi Peluru
Sendi peluru yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan
ke segala arah/gerakan bebas. Dijumpai pada hubungan Os. Scapula
dengan Os. Humerus, hubungan antara Os. Femur dengan Os. Pelvis
virilis.
(6) Sendi Luncur
Sendi luncur yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan
badan melengkung ke depan (membungkuk) dan ke belakang serta
gerakan memutar (menggeliat). Hubungan ini dapat terjadi pada
hubungan antarruas tulang belakang, persendian antara pergelangan
tangan dan tulang pengumpil.
D. Kelainan Pada Sistem Muskuloskeletal
Beberapa gangguan kesehatan dan kelainan yang terjadi sistem muskuloskeletal
adalah sebagai berikut.
1) Fraktura /patah tulang
Pada kelainan tulang ini, tulang mengalami retak/patah tulang akibat
mengalami benturan keras, misalnya karena kecelakaan. Pemulihan untuk
kelainan ini, yaitu dengan mengembalikan pada susunan semula secepat
mungkin. Pada kasus patah tulang, untuk menyambungkannya ditambahkan
pen atau platina. Setelah tulang mengalami pertumbuhan dan menyatu,
pen/platina akan diambil kembali.
2) Fisura/retak tulang
Fisura yaitu kelainan tulang yangmenimbulkan keretakan pada tulang.
3) Gangguan yang Terjadi pada Tulang Belakang
Gangguan ini disebabkan karena kebiasaan tubuh yang salah, kelainan ini
antara lain seperti berikut.
a. Lordosis, yaitu keadaan tulang belakang yang melengkung ke depan.
b. Kifosis, adalah keadaan tulang belakang melengkung ke belakang, sehingga
badan terlihat bongkok.
c.Skoliosis, yaitu keadaan tulang belakang melengkung ke samping kiri atau
kanan.
4) Osteoporosis
Orang yang menderita kelainan ini, keadaan tulangnya akan rapuh dan keropos.
Ini disebabkan karena berkurangnya kadar kalsium dalam tulang. Seiring
dengan bertambahnya usia seseorang, maka kadar kalsium akan berkurang
sedikit demi sedikit.
5) Rakhitis
Penyakit ini menyebabkan kondisi tulang seseorang yang lunak. Hal ini
disebabkan dalam tubuh seseorang kekurangan vitamin D. Vitamin ini
berfungsi untuk mengabsorpsi fosfor dan berperan dalam metabolisme kalsium.
Penderita ini disarankan banyak mengkonsumsi telur, susu, dan minyak hati
ikan. Selain itu, pada pagi hari, penderita disarankan berjemur di bawah sinar
matahari karena sinar matahari pagi dapat membantu pembentukan vitamin D
dalam tubuh.
6) Kram
Kram merupakan keadaan otot berada dalam keadaan kejang. Keadaan ini
antara lain disebabkan karena terlalu lamanya aktivitas otot secara terus
menerus.
7) Hipertropi
Suatu keadaan otot yang lebih besar dan lebih kuat. Hal ini disebabkan karena
otot sering dilatih bekerja dan berolahraga. Hipertrofi otot ini sering dimiliki
oleh atlet binaragawan.
8) Atrofi
Keadaan otot yang lebih kecil dan lemah kontraksinya. Kelainan ini disebabkan
karena infeksi virus polio. Pemulihannya dengan pemberian latihan otot,
pemberian stimulant listrik, atau dipijat dengan teknik tertentu.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesis
Penting untuk mengetahui bagaimana penderita mengalami
cedera/biomekanik yang menyebabkan penderita mengalami cedera
ekstremitas. Anamnesa dilakukan bila korban dalam keadaan sadar atau
dari pengantar korban. Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur
patologis. Jika penolong cukup banyak, anamnesa dapat dilakukan
bersamaan dengan survey primer. Jika penolong terbatas jangan lakukan
anamnesa sebelum memeriksa adanya gangguan pada A,B, dan C dan
mengatasinya. Trauma harus diperinci kapan terjadinya, dimanana
terjadinya, jenisnya, berat ringan trauma, arah trauma dan posisi pasien
atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Jangan
lupa untuk meneliti kembali trauma ditempat lain secara sistemik dari
kepala, muka, leher, dada dan perut. Anamnesa ini penting dilakukan
karena beberapa jenis mekanisme trauma dapat menyebabkan cedera
ekstremitas yang mungkin tampak tidak jelas pada pemeriksaan awal.
Cedera pada kaki akibat jatuh dari ketinggian sering disertai dengan
fraktur lumbal. Setiap cedera pada lutut penderita yang sedang dalam
posisi duduk dapat juga disertai dengan cedera pada
sendi panggul. Sebaliknya, cedera pada panggul dapat menimbulkan
nyeri pada lutut. Setiap cedera di daerah bahu harus diperiksa dengan
cermat karena dapat juga menyebabkan cedera pada leher atau dada.
Pada fraktur pelvis biasanya penderita akan kehilangan banyak darah.
Jika fraktur pelvis dapat didiagnosa, ia harus dipikirkan kemungkinan
terjadinya syok, dan terapi yang sesua harus diberikan.
2. Pemeriksaan Umum
a. Pengkajian Primer (primary survey)
Pada survey primer, perhatian kita harus tertuju apakah ada fraktur
pada tulang pelvis dan tulang besar lainnya karena kita juga harus
mengontrol perdarahan. Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi
dengan segera masalah aktual/potensial dari kondisi life threatning
(berdampak terhadap kemampuan pasien untuk mempertahankan
hidup).
Pengkajian tetap berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi jika hal tersebut memungkinkan. Prioritas penilaian
dilakukan berdasarkan :
1) A = Airway dengan kontrol servikal Kaji :
a) Bersihan jalan nafas
b) Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
c) Distress pernafasan
d) Tanda-tanda perdarahan dijalan nafas, muntahan, edema
laring
2) B = Breathing dan ventilasi Kaji :
a) Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
b) Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
c) Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
3) C= Circulation Kaji :
a) Denyut nadi karotis
b) Tekanan darah
c) Warna kulit, kelembapan kulit
d) Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
4) D= Disability Kaji :
a) Tingkat kesadaran
b) Gerakan ekstremitas
c) GCS atau pada anak tentukan respon A = alert, V = verbal, P
= pain/respon nyeri, U = unresponsive
d) Ukuran pupi dan respon pupil terhadap cahaya
5) E= Eksposure Kaji :
a) Tanda-tanda trauma yang ada
b. Pengkajian Sekunder (secondary survey)
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang
ditemukan pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder
meliputi pengkajian objektif dan subjektif dari riwayat keperawatan
(riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat
pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai
kaki.
1) Pengkajian Riwayat Penyakit
Komponen yang perlu dikaji :
a) Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
b) Lamanya waktu kejadian sampai dengan dibawah ke rumah
sakit
c) Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera
d) Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada (nyeri)
e) Waktu makan terakhir
f) Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit
sekarang
g) Imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi klien
Metode pengkajian :
a) S (Signs and symptons) : tanda dan gejala yang diobserasi
dan dirasakan klien
b) A (Allergis) : alergi yang dipunyai kllien
c) M (Medications) : tanyakan obat yang telah diminum klien
untuk mengatasi nyeri
d) P (Pertinent past medical hystori) : riwayat penyakit yang
diderita klien
e) L (last oral intake solid or liquid) : makan/minum terakhir,
jenis makanan, ada penurunan atau peningkatan kualitas
makan
f) E (event leading to injury or ilnes) : pencetus/kejadian
penyebab keluhan.
Metode yang sering dipakai untuk mengkaji nyeri :
a) P (provoked) : pencetus nyeri, tanyakan hal yang
menimbulkan dan mengurangi nyeri
b) Q (quality) : kualitas nyeri
c) R (radian) : arah perjalanan nyeri
d) S (severity) : skala nyeri (1-10)
e) T (time) : lamanya nyeri sudah dialami klien
2) Tanda-tanda vital dengan mengukur :
a) Tekanan darah
b) Irama dan kekuatan nadi
c) Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernapasan
d) Suhu tubuh
3) Pemeriksaan Fisik
a) Pengkajian Kepala, Leher dan Wajah
(1) Periksa rambut, kulit kepala dan wajah
Adakah luka, perubahan tulang kepala, wajah dan
jaringan lunak, adakah perdarahan serta benda asing
(2) Periksa mata, telinga, hidung, mulut dan bibir
Adakah perdarahan, benda asing, kelainan bentuk,
perlukaan atau keluaran lain seperti cairan otak
(3) Periksa leher
Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, trachea miring
atau tidak, distensi vena leher, perdarahan, edema dan
kesulitan menelan.
b) Pengkajian Dada
Hal-hal yang perlu dikaji dari rongga thoraks :
(1) Kelainan bentu dada
(2) Pergerakan dinding dada
(3) Amati penggunaan otot bantu nafas
(4) Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera, petekiae,
perdarahan, sianosis, abrasi dan laserasi
c) Pengkajian Abdomen dan Pelvis
Hal-hal yang perlu dikaji :
(1) Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen
(2) Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk,
alserasi, abrasi, distensi abdomen dan jejas
(3) Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas
(4) Nadi fermoralis
(5) Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)
(6) Distensi abdomen
d) Pengkajian Ekstremitas
Hal-hal yang perlu dikaji :
(1) Tanda-tanda injuri eksternal
(2) Nyeri
(3) Pergerakan
(4) Sensasi keempat anggota gerak
(5) Warna kulit
(6) Denyut nadi perifer
e) Pengkajian Tulang Belakang :
Bila tidak terdapat fraktur, klien dapat dimiringkan untuk
mengkaji :
(1) Deformitas
(2) Tanda-tanda jejas perdarahan
(3) Jejas
(4) Laserasi
(5) Luka
f) Pengkajian Psikososial
(1) Kaji reaksi emosional : cemas, kehilangan
(2) Kaji riwayat serangan panic akibat adanya factor
pencetus seperti sakit tiba-tiba, kecelakaan, kehilangan
anggota tubuh ataupun anggota keluarga
(3) Kaji adanya tanda-tanda gangguan psikosial yang
dimanifestasikan dengan takikardia, tekanan darah
meningkat dan hiperventilasi.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Resiko infeksi
3. Resiko Syok

C. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri :
dengan agen cedera keperawatan, diharapkan - Lakukan pengkajian
fisik kontrol nyeri teratasi dengan nyeri
kriteria hasil: yang komprehensif
- Mampu mengontrol nyeri yang meliputi lokasi,
- Melaporkan nyeri yang karakteristik,
terkontrol onset/durasi,
- Menyatakan rasa nyaman frekuensi, kualitas,
setelah nyeri berkurang intensitas atau
beratnya nyeri dan
faktor pencetus.
-Pastikan perawatan
analgetsik
bagi pasien dilakukan
dengan
pemantauan yang
ketat
-Berikan informasi
mengenai nyeri,
seperti penyebab
nyeri, berapa lama
nyeri akan dirasakan,
dan antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat prosedur
-Kolaborasi dengan
pasien, orang terdekat
dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih
dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan
nyeri nonfarmakologi,
sesuai kebutuhan.
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Perlindungan infeksi
keperawatan, diharapkan -Monitor adanya
masalah resiko infeksi dapat tanda dan gejala
ditangani dengan kriteria infeksi sistemik dan
hasil: local
-Mengidentifikasi tanda dan -Monitor kerentanan
gejala infeksi terhadap infeksi
-Mempertahankan
lingkungan yang bersih Perawatan Luka:
-Memonitor perubahan status -Monitor karakteristik
kesehatan luka, termasuk
-Melakukan tindakan segera drainase, warna,
untuk mengurangi factor ukuran dan bau
resiko -Bersihkan dengan
-Mempraktekan dan normal
menyesuaikan strategi untuk saline atau pembersih
mengontrol infeksi yang
tidak beracun dengan
tepat
-Pertahankan tekhnit
balutan
steril ketika
melakukan perawatan
luka dengan tepat
-Dorong cairan yang
sesuai
3 Resiko Syok Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Syok:
keperawatan, diharapkan -Monitor terhadap
tidak terjadi syok, dengan adanya kompenssasi
kriteria hasil: awal syok (misalnya
-Tidak terjadi penurunan TD TD normal, tekanan
sistol nadi melemah,
-Tidak terjadi penurunan TD hipotensi ortostatik
diastole ringan 15-25mmHg,
-Tekanan nadi dalam batas perlambatan pengisian
normal kapiler, pucat/dingin
pada kulit atau
kulit kemerahan,
takipnea ringan, mual
dan muntah,
peningkatan rasa
haus, dan kelemahan)
-Monitor status
sirkulasi (TD, warna
kulit, temperature,
bunyi jantung, nadi
dan irama, kekuatan
dan kualitas nadi
perifer, dan pengisian
kapiler)
-Monitor suhu dan
status respirasi
-Berikan cairan
melalui IV dan atau
oral sesuai kebutuhan
-Pasang dan
pertahankan akses IV
yang besar, sesuai
kebutuhan
-Berikan oksigen
dan/atau ventilasi
mekanik sesuai
kebutuhan

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muskuloskeletal adalah suatu sistem pada tubuh manusia yang meliputi
sistem gerak yang terdiri dari otot dan tulang. Otot merupakan organ tubuh
yang mempunyai kemampuan berkontraksi untuk menggerakkan rangka.
Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan
tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan
memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Otot merupakan alat gerak pasif dan memiliki karakteristik, antara lain
kontraktibilitas, ekstensibilitas, dan elastisitas. Berdasarkan perlekatannya,
otot terdiri atas origo dan insersi. Jenis-jenis otot antara lain yaitu otot lurik,
otot polos, dan otot jantung.
Tulang dibedakan menjadi skeleton aksial dan skeleton apendikuler.
Skeleton aksial terdiri atas tulang-tulang tengkorak, ruas tulang belakang,
tulang iga atau rusuk, dan tulang dada, sedangkan skeleton apendikuler
terdiri atas tulang pinggul, bahu, lengan, telapak tangan, tungkai dan telapak
kaki. Berdasarkan jenisnya, tulang dibedakan menjadi 2, yaitu tulang rawan
dan tulang sejati. Tulang sejati, dilihat dari matriksnya terdiri atas tulang
kompak dan tulang spons. Berdasarkan bentuknya, tulang dibedakan
menjadi 3, yaitu tulang pipa, tulang pipih, dan tulang pendek. Hubungan
antartulang disebut persendian atau artikulasi. Sendi dibedakan menjadi 3,
yaitu amfiartrosis, sinartrosis, dan diartrosis.

B. Saran
1. Pentingnya pengetahuan mengenai sistem musculoskeletal sehingga
diharapkan mahasiswa lebih mendalami pemahaman tentang anatomi
fisiologi sistem muskuloskeletal.
2. Dari berbagai teori anatomi fisiologi sistem musculoskeletal tentang
berbagai macam penyakit yang berhubungan dengan sistem tersebut
diharapkan mahasiswa mampu memberikan tindakan keperawatan
dengan tepat.
3. Dengan memahami anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal,
mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan pelayanan keperawatan
dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/User/Downloads/makalah-anatomi-fisiologi-
muskuloskeletal_compress.pdf
http://eprints.ums.ac.id/21047/14/02Naskah_Publikasi.pdf
https://repository.binawan.ac.id/1076/1/Buku%20Ajar%20Asuhan%20Keperawatan
%20Medikal%20Bedah%20Gangguan%20Pada%20Sistem%20Muskuloskeletal
%20Aplikasi%20Nanda%20Nic%20%26%20Noc.pdf
file:///C:/Users/User/Downloads/02Naskah_Publikasi.pdf

Anda mungkin juga menyukai