disusun oleh:
kelompok 2
Puji syukur kami panjatkan kepada allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
nya sehingga penulis dapat menyusun makalah asuhan keperawatan pada pasien dengan
osteoporosis adapun maksud dari menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas medical
bedah III. disusunnya makalah ini tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa pihak dan
sumber . karena itu pemakalah mengucapkan terimakasih dan apresiasi setinggi – tingginya
kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan
makalah ini .
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan , untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnya
makalah ini , kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya .
Penulis
DAFTAR ISI
COVER …………………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI…………………………………………………………………………………
2.3 PATOFISIOLOGI……………………………………………………………………..
2.4 PATWAHY…………………………………………………………………………..
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem rangka, sistem
pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem syaraf, sistem penginderaan,
sistem otot, dll. Sistem-sistem tersebut saling terkait antara satu dengan yang lainnya dan
berperan dalam menyokong kehidupan manusia. Melti Suriya & Zuriyati ~ 2 ~ Muskuloskeletal
terdiri atas : Muskuler / Otot : Otot, tendon, dan ligamen, Skeletal / Rangka : Tulang dan sendi.
Kerangka merupakan dasar bentuk tubuh sebagaitempat melekatnya otot-otot, pelindung organ
tubuh yang lunak, penentuan tinggi, pengganti sel-sel yang rusak, memberikan sistem
sambungan untuk gerak pengendali, dan untuk menyerap reaksi dari gaya serta beban kejut.
Rangka manusia terdiri dari tulang-tulang yang menyokong tubuh manusia yang terdiri atas
tulang tengkorak, tulang badan, dan tulang anggota gerak. Fungsi utama sistem
musculoskeletaladalah untuk mendukung dan melindungi tubuh dan organ-organnya serta
untuk melakukan gerak. Agar seluruh tubuh dapat berfungsi dengan normal, masing-masing
substruktur harus berfungsi dengan normal. Enam substruktur utama pembentuk sistem
musculoskeletalantara lain: tendon, ligamen, fascia(pembungkus), kartilago, tulang sendi dan
otot. Tendon, ligamen, fasciadan otot sering disebut sebagai jaringan lunak. Sedangkan tulang
sendi diperlukan untuk pergerakan antara segmen tubuh. Peran mereka dalam
musculoskeletalsystemkeseluruhan sangatlah penting sehingga tulang sendi sering disebut
sebagai unit fungsional sistem musculoskeletal
a. Otot (Musculus)
Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Terdapat lebih dari 600
buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang
kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit.
Fungsi sistem muskuler/otot:
Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat dan
bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap gaya
gravitasi.
Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mepertahankan suhu tubuh normal.
Ciri-ciri sistem muskuler/otot:
Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak
melibatkan pemendekan otot.
Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh impuls
saraf.
Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi panjang
otot saat rileks.
Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau
meregang.
b. Jenis-jenis otot
a) Otot rangka, merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.
Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan lebar berkisar
antara 10 mikron sampai 100 mikron.
Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer.
Kontraksinya sangat cepat dan kuat.
Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka
• Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabut-serabut berbentuk
silinder yang panjang, disebut myofiber /serabut otot.
• Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai banyak nukleus
ditepinya.
• Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh dengan bermacam-macam
organella, kebanyakan berbentuk silinder yang panjang disebut dengan myofibril.
• Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang berbeda-beda ukurannya: yang
kasar terdiri dari protein myosin yang halus terdiri dari protein aktin/actin.
b) Otot Polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan pada
dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada
sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah.
Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral.
Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh darah)
sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil.
Kontraksinya kuat dan lamban. Struktur Mikroskopis Otot Polos
Sarcoplasmanya terdiri dari myofibril yang disusun oleh myofilamen-myofilamen
Jenis otot polos
Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot distimulasi untuk berkontraksi.
Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh darah besar, pada jalan udara
besar traktus respiratorik, pada otot mata yang memfokuskan lensa dan menyesuaikan
ukuran pupil dan pada otot erektor pili rambut.
Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun dalam lapisan dinding organ
berongga atau visera. Semua serabut dalam lapisan mampu berkontraksi sebagai satu unit
tunggal. Otot ini dapat bereksitasi sendiri atau miogenik dan tidak memerlukan stimulasi
saraf eksternal untuk hasil dari aktivitas listrik spontan.
otot Jantung
Merupakan otot lurik
Disebut juga otot seran lintang involunter
Otot ini hanya terdapat pada jantung
Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai
masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut.
Kerja Otot Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan)
Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup)
Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan)
Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan)
Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor (menyempitkan)
Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh)
Tendon Tendon adalah
tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang terbuat dari fibrous protein (kolagen).
Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau otot dengan otot.
PENDAHULUAN
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti
berlubang-lubang atau keropos (Siahaan, 2019) Osteoporosis merupakan penyakit skeletal
sistemik yang di tandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur
jaringan tulang, yang mengakibatkan meningkatnya fraglitas tulang sehingga tulang cenderung
untuk mengalami fraktur spontan atau akibat trauma minimal (Suarni, 2017)
Pada beberapa kasus, gejala awal adalah patah tulang. Beberapa gejala hanya bisa
dikenali bila sudah mencapai tahap lanjut. Gejala yang paling umum pada osteoporosis adalah
retak atau patah tulang, kelainan spinal (kifosis), kehilangan tinggi badan, dan sakit punggung
(Rita Afni, 2019).
Osteoporosis dapat dijumpai tersebar diseluruh dunia dan sampai saat ini masih
merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang (Rita Afni,
2019)
Menurut WHO (1994), angka kejadian patah tulang (fraktur) akibat osteoporosis
diseluruh dunia mencapai angka 1,7 juta orang dan diperkirakan angka ini meningkat hingga
mencapai 6,3 juta orang pada tahun 2050 dan 71% kejadian ini akan terdapat di Negara-negara
berkembang. Jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dari data Depkes,
yang mematokkan angka 19,7% dari seluruh jumlah penduduk atau sekitar 3,6 juta orang
diantaranya menderita osteoporosis. Tandra (2009). Lima provinsi dengan resiko osteoporosis
lebih tinggi, sumatra selatan (27,7%), jawa tengah (24,02%), yogyakarta (23,5%), sumatra utara
(22,82%), jawa timur (21,42%), kalimantan timur (10,5%). Prevalensi wanita yang menderita
osteoporosis di Indonesia pada golongan umur 50-59 tahun yaitu 24% sedang pada pria usia 60-
70 tahun sebesar 62% (Suarni, 2017)
BAB II
PEMBAHASAN
Osteoporosis adalah suatu penyakit degeneratif pada tulang yang ditandai dengan
menurunnya massa tulang, dikarenakan berkurangnya matriks dan mineral yang disertai dengan
kerusakan mikro arsitektur dari jaringan tulang, sehingga terjadi penurunan kekuatan tulang.
Osteoporosis juga dikenal sebagai suatu penyakit yang tidak dirasakan ”silent disease" karena
kejadian penurunan masa tulang dapat terjadi bertahun-tahun tanpa disertai gejala
(asimptomatic). (Dr. Syafrida Hiliya Rambe, 2017)
Pada tahun 2001, National institute of health (Institute Kesehatan Nasional) mengajukan
definisi baru osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromised
bone strength (Berkurangnya kekuatan tulang) sehingga tulang mudah patah (Inri Wahyuni,
2016)
Normal
Genetic , gaya
hidup , alcohol
Penurunan prod
hormone
Penurunan masa
tulang
Osteoporosis (ganggguan
muskuloskoletal)
Kiposis /gibbus
Pengaruh pada
Pengaruh pada fisik
psikososial
Keterbatasan gerak
Fungsi tubuh
Imobilitas
- pembatasan gerak
Konsep diri menurun
- kemampuan memenuhi adl
Fraktur Spasme otot
- isolasi social
- ileus ( obstruksi usus
-inefektif koping individu
Risiko cedera
Konstipasi b/d ileus b/d imobilitas Reseptor nyeri
Kurang pengetahuan
Nyeri akut b/d fraktur b/d proses
osteoporosis
2.5 Manifestasi klinik
Osteoporosis mungkin tidak memberikan gejala klinis sampai terjadi patah tulang nyeri dan
deformitas bisanya menyertai patah tulang
Dengan melemah dan kolapsnya korpus vertebra tinggi seseorang dapat berkurang atau
timbul kifosis dan individu menjadi bungkuk ( kadang – kadang disebut dowager’s hamp)
Adanya osteopenia gigi ditandai dengan gejala gigi mudah tanggal yang disertai reapsopsi
gusi atau banyak gusi yang goyang dapat digunakan sebagai patokan kemungkinan adanya
osteoporosis tulang
(Sunaryati, 2020) Meskipun banyak kalangan mengatakan bahwa osteoporosis timbul
tampa gejala, teatapi setidaknya ada beberapa hal yang dapat dijadikan patokan sebagai
gejala yang bisa kita kenal. Ini berkenaan langsung dengan kondisi fisik penderita di mana
hal ini bisa langsung kita lihat dengan mata.
1. Tinggi badan berkurang
Tinggi badan manusia akan mencapai puncaknya pada usia sekitar 18 tahun. Dari hari
ke hari, diskus intervertebralis atau bantal diantara ruas tulang belakang akan mengalami
penekanan selama kita bekerja, berajalan, dandalam melakasanakan kegiatan-kegiatan
lainnya. Ketika kita bangun tidur, badan kita akan sedikit lebih tinggi dari pada waktu
siang atau sore hari setekelah melakukan aktivitas dan pada malam hari Ketika tidur.
Diskus tersebut akan melar lagi dan Kembali ke tinggi semula. Penyebab penurunan tinggi
badan ini adalah fraktur tulang belakang atau vertebra yang umumnya tampa keluhan,
tetapi tubuh semakin pendek dan membungkuk. Bila terdapat penurunan tinggi badan
sebangak dua senti dalam tiga tahun terakhir , hal itu menandakan adanya fraktur tulang
belakang yang baru. Lihat gambar di bawah ini. Tubuh yang semakin pendek ini terjadi
pada penderita osteoporosis sejalan dengan pertumbuhan usia. Semakin tua umur seseorang
yang terserang osteoporosis maka semaklin pendek postur tubuhnya.
2. Bentuk tubuh berubah
Tubuh membungkuk biasanya terjadi akibat kerusakan beberapa ruas tulang belakang
dan daerah dada ( thoracal) dan pinggang (lumbal). Osteoporosis pada tulang belakang
menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps tulang dan menyebabkan badan membungkuk.
Kiposis yang berat bisa mengakibatkan gangguan pergerakan otot pernapasan. Kita bisa
merasakan sesak napas dan terkadang bahkan timbul komplikasi pada paru-paru.
3. Tulang rapuh dan patah Tulang
yang rapuh dan patah dinamakan fragility fracture. Pada kondisi ini bisa terjadi patah
tulang meskipun tidak harus timbul karena trauma yang hebat, melainkan dengan hanya
terjatuh biasa ringan, mengangkat, mendorong sesuatu, atau akibat trauma ringan lainnya.
Selain pada tulang belakang, fraktur sering pula menimpa pergelangan tangan,
pergelangan kaki, bahkan panggul. Fraktur multiple di beberapa tempat juga sering terjadi.
Fraktur yang terjadi mendadak atau akut akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat di mana
terkadang sampai memerlukan obat penekan nyeri yang kuat sampai pada golongan
narkotika.
Fraktur yang kronis sampai harus menjalani tirah baring yang lama dan ini akan
mengganggu peredaran darah. Selain itu, demikian juga sering menimbulkan bahaya
infeksi dan komplikasi pada jantung serta saluran napas. Kesulitan perawatan pada orang
tua, ditambah dengan beberapa penyakit kronis lain yang menyertai seperti diabetes,
stroke, atau sakit jantung, akan memperburuk keadaan dan bisa fatal akibatnya
1. Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang dapat
dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi
yang paling berat. penipisa korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan
yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang
menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan
deformitas bikonkaf.
2. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatis yang mempuanyai nilai
penting dalam diagnostik dan terapi follow up. mineral vertebra di atas 110mg/cm3
biasanya tidak menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra
dibawah 65mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
3. Pemeriksaan Laboratorium
kadar Ca, P, Frostase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata
kadar HPT (Pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct(Terapi ekstrogen
merangsang pembentukan Ct)
kadar 1,25-(OH)2-D# absorsi Ca menurun
Eksresi fosfat dan hidrosipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya
2.8 Komplikasi
(Ode, 2017) Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas , rapuh
dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi
vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trochanter, dan
fraktur coller pada pergelangan tangan.
(Bustan, 2015) Komplikasi utama osteoporosis adalah fraktur, terutama pada panggul
dan vertebra yang memerlukan perawatan khusus dan terapi khusus. 12 Komplikasi fraktur
tanggul umumnya berasal atau dipicu oleh peristiwa jatuh, sedangkan fraktur vertebra bisa
terjadi walaupun tampa jatuh.
Komplikasi lanjut bisa berupa pneumonia karena terlalu lama istirahat di tempat tidur
atau tidak gerak yang cukup. Bisa juga terjadi pengentalan darah dan embolisme paru. Efek
tidak langsung sampai kepada kematian dimana fraktur hip menyebabkan 20% kematian
pada tahun berikutnya.
2.9 Pengkajian umum system muskuloskoletal
A. riwayat kesehatan
1. Data demografi
Komponen terpenting : usia , jenis kelamin
2. Riwayat kesehatan
Riwayat kecelakaan
Riwayat penyakit missal : dm , ulkus penyakit yg bersifat genetic
Riwayat penggunaan obat – obatan
3. Riwayat diet
Ketidak adekuatan intake kalsium atau protein
Ketidakadekuatan protein atau vit c
Obesitas
- Stress dan strain pada tulang dan sendi
- Gangguan muskuloskoletal obesitas
Pemeriksaan fisik
- Posisi klien tergantung pada kelompok otot mana yang diperiksa ( duduk ,
terlentang , berdiri )
- Pastikan otot dan sendi klien terbuka
Inspeksi secara umum :
postur
meliputi keadaan tubuh individu dan keadaanya pada saat berdiri dan berjalan
- observasi culvature tulang belakang
- observasi panjang , bentuk, kesimetrisan ekstermitas
- observasi masa otot
posisi berdiri : tegak lurus dengan panggul dan bahu berada dalam satu keselarasaan
cara berjalan
anjurkan klien berjalan lurus
inspeksi kulit dan jaringan subkutan dibawah otot , tulang dan sendi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3.1 IDENTITAS KLIEN
1) Nama : Ny.s
2) Umur : 45th
3) Jenis kelamin : perempuan
4) Status kawin : sudah kawin
5) Agama : islam
6) Pendidikan terakhir : SMA
7) Pekerjaan : ibu rumah tangga
8) Alamat : jl. Ikan bawal
9) Diagnose medis : osteoarthritis genu dextra
3.2 Identifikasi penanggung jawab
1) Nama : Tn.S
2) Pekerjaan : buruh pabrik
3) Alamat : jl. Ikan bawal
4) Hubungan : suami
h) Ekstermitas
Atas : pada tangan kiri terpasang IVFD RL 500CC 20 tetes /menit
Bawah : klien masih mengeluh nyeri dibagian lutut kanannya
f) Data psikologis
1) status emosional : terkontrol
2) kecemasan : terkontrol
3) pola koping : dukungan dari keluarga dan diri pasien sendiri baik tentang
kondisi yang dia alami
4) gaya komunikasi : komunikasi pasien lancar dengan menggunakan bahasa
Indonesia
g) Data social
dalam kehidupan sehari – hari pasin rukun dengan masyrakat dan pasien bekerja ibu
rumah tangga
I) Data spiritual
Pasien beraga islam dan mengerjakan sholat 5 waktu sehari semalam ketika sehat dan
pada saat sakit klien bisa mengerjakan sholat 5 waktu sehari semalam disertai
tempat tidur dengan cara berbaring
N Diagnosa Intervensi
O
Tujuan Tindakan
1. Nyeri akun berhubungan a. Pain level Pain management
dengan agen pencedera kriteria hasil : a. lakukan pengkajian
fisik 1. melaporkan nyeri berkurang nyeri secara
2. melaporkan lamanya nyeri komperhensif
3. tidak mengerang termasuk lokasi ,
4. ekpresi wajah releks karakteristik , durasi ,
5. pasien tidak mondar manidr frekuensi dan factor
6. respirations rate dalam rentang presipitasi
normal b. observasi reaksi
7. blood pressure dalam rentang nonverbal dari
normal ketidaknyamanan
B . Pain control e. gunakan teknik
1. mampu mengontrol ( tahu komunkasi terpetik
penyebab nyeri , mampu untuk mengetahui
menggunakan teknik pengamalan nyeri
nonfarmakologis untuk mengurangi pasien
nyeri , mencari bantuan ) d. control lingkungan
2. melaporkan bahwa nyeri berkurang yang dapat
saat menggunakan manajemen nyeri memepengaruhi nyeri
3. mampu mengenali nyeri ( skala , seperti suhu ruangan
intensitas , frekuensi dan tanda nyeri ) pencahayaan dan
4. menyatakan rasa nyaman setelah kebisingan
nyeri berkurang e. kurangi factor
5. tanda tanda vital dalam batas prespitasi nyeri
normal f. ajarkan teknik non
farmakologi tingkat
C. Control level istirahat
Kriteria hasil : analgesica
1. nyeri berkurang diministration:
2.kecemasan berkurang a. tentukan lokasi
3. stress berkurang karakteristik kualitas
4. ketakutan berkurang dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
b. cek instruksi dokter
tentang jenis obat ,
dosis dan frekuensi
c. cek riwayat alergi
d. berikan analgetik
sepat waktu terutama
saat nyeri hebat
e. evaluasi efektivitas
analgetik tanda dan
gejala
2. Hambatan mobilitas fisik C. Joint Movement active & mobility Exercise therapy
berhubungan dengan level ambulation
gangguan 1. klien meningkat dalam aktivitas a. monitoring vital
muskuloskoletal fisik sign sebelum atau
2. mengerti tujuan dari peningkatan sesudah latihan dan
mobilitas lihat respon pasien
3. memperagakan alat bantu untuk saat latihan
mobilitas ( walker ) b. kinsultasikan
dengan terapi fisik
d. Transfer Performance tentang rencana
kriteria hasil : ambulasi sesuai
1. memverbalisasikan perasaan dalam dengan kebutuhan
meningkatkan kekuatan dan c. bantu klien untuk
kemampuan berpindah menggunakan tongkat
saat berjalan dan
cegah terhadap cedera
d. kaji kemampuan
pasien dalam
mobilitas
e. latih pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan adl secara
mmandiri sesuai
kemampuan
ADL’S
a. berikan alat bantu
jika klien
memerlukan
b. ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika perlu
3 Kurang pengetahuan NOC NIC
berhubungan dengan Kriteria hasil : a. kaji tingkat
kurangnya terpapar a. pasien dan keluarga menyatakan pengetahuan pasien
informasi pemahaman tentang penyakit , dan keluarga
kondisi , prognosis dan program b. jelaskan
pengoobatan patofisiologis dari
b. pasien dan keluarga mampu penyakit dan
melaksanakan prosedur yang bagaimana hal ini
dijelaskan secara benar berhubungan dengan
c. pasien dan keluarga mampu anatomi fsiologis
menjelaskan kembali apa yang c. gambarkn tanda
dijelaskan perawat / tim kesehatan dan gejala yang biasa
lain muncul pada saat
penyakit , dengan
cara yg tepat
d. sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi , dengan cara
yg tepat
3.14 implementasi dan evaluasi keperawatan
P : edukasi pasien
untuk melakukan
teknik nafas dalam
jika nyeri timbul
14- Hambatan mobilitas a. mengkaji kemampuan pasien S : -Pasien
08-22 fisik berhubungan dalam mobilisasi mengatakan untuk
dengan kelemahan otot b. melatih pasien dalam pemenuhan aktivitas masih
kebutuhan secara mandiri sesuai dibantu
kemampuan -Pasien mengatakan
c. menganjurkan kepada keluarga sudah mencoba
untuk mendampingi pasien saat perlahan “ untuk
mobilisasi dan bantu dalam melakukan aktifitas
pemenuhan kebutuhanya seperti berpindah
d, mengajarkan pasien bagaimana tempat tanpa korsi
merubah posisi dan memberikan roda
bantuan jika perlu
O :- pasien mampu
melakukan
pergerakkan bertahap
-Rasa takut berkurang
-Keluarga masih
membantu pasien
A : masalah teratasi
sebagian
P : edukasi keluarga
untuk membantu
pasien melakukan
pergerakkan secara
bertahap
14- Kurang pengetahuan a. mengkaji tingkat pengetahuan S : -Pasien mengtakan
08-22 berhubungan dengan pasien dan keluarga sudah paham tentang
kurangnya terpapar b. menjelaskan patofisiologis dari penyakit yg dia alami
informasi penyakit dan bagaimana hal ini -Pasien mengatakan
berhubungan dengan anatomi akan selalu mencari
fsiologis informasi tentang
c. menggambarkn tanda dan gejala penyakitnya
yang biasa muncul pada saat
penyakit , dengan cara yg tepat O : pemahaman
d. menyediakan informasi pada pasien bertambah
pasien tentang kondisi , dengan cara -informasi yg
yg tepat diberikan diterima
dengan baik oleh
pasien dan keluarga
Pasien mampu
mengulangi
penjelasan tentang
penyakitnya sendiri
A : masalah teratasi
sebagian
P edukasi pasien
untuk selalu bertanya
dan mencari
informasi jika kurang
paham atau tidak
mengerti
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Setelah melaksanakan Asuhan Keperawatan Ny.s dengan osteoporosis selama 3 hari dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari : Pengkajian, diagnosa,
perencanaan keperawatan, catatan perkembangan (pelaksanaan dan evaluasi) dan dokumentasi,
maka penulis menarik kesimpulan bahwa fosteoporosis dalam memberikan asuhan keperawatan
perlu adanya intervensi.
1. Pengkajian
3. Perencanaan
4.2 Saran
1. Bagi pasien
Penulis berharap agar masyarakat atau pasien dapat memahami penyakit dan melakukan hidup
sehat disekitar lingkungan.
Hasil askep ini diharapkan dapat menambah keluarasan ilmu terapan bidang keperawatan
dalam memberi dan menjelaskan osteoporosis , muskuloskoletal
3. Penulis
Hasil askep ini diharapkan dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Fraktur
DAFTAR PUSTAKA