Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN NY.S DENGAN OSTEOPOROSIS

Mata kuliah : keperawatan medical bedah III

Dosen pengampu : Usastiawaty CASI,S.Kep., Ns. M.Kes

disusun oleh:

kelompok 2

1. hilda meilinda ( 20320002)

2. riswan hadi ( 20320008)

3. maida saputri ( 20320023)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2021-2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
nya sehingga penulis dapat menyusun makalah asuhan keperawatan pada pasien dengan
osteoporosis adapun maksud dari menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas medical
bedah III. disusunnya makalah ini tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa pihak dan
sumber . karena itu pemakalah mengucapkan terimakasih dan apresiasi setinggi – tingginya
kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan
makalah ini .

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan , untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnya
makalah ini , kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya .

Bandar lampung 16 september 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………

A. ANATOMI DAN FISIOLOGIS MUSKULOSKOLETAL

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG …………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI…………………………………………………………………………………

2.2 ETIOLOGI ………………………………………………………………………………

2.3 PATOFISIOLOGI……………………………………………………………………..

2.4 PATWAHY…………………………………………………………………………..

2.5 MANIFESTASI KLINIK…………………………………………………………….

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG …………………………………......................

2.7 PENTALAKSANAAN MEDIS ………………………………………………….

2.8 KOMPLIKASI …………………………………………………………………..

2.9 PENGKAJIAN UMUM SISTEM MUSKULOSKOLETAL………………….

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN ………………………………………………………………………..

3.2 IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB………………………………………………

3.3 RIWAYAT KESEHATAN…………………………………………………………….


3.4 POLA AKTIVITAS SEHARI “ ……………………………………………………

3.5 PEMERIKSAAN FISIK ……………………………………………………………

3.6 DATA PENUNJANG………………………………………………………………..

3.7 PENATALAKSANAAN MEDIS …………………………………………………..

3.8 ANALISA DATA ……………………………………………………………………..

3.9 DIAGNOSA KEPERAWATAN ……………………………………………………….

3.10 RENCANA KEPERAWATAN……………………………………………………….

3.11 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ………………………………………………..

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN …………………………………………………………………………..

4.2 SARAN …………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL

Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem rangka, sistem
pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem syaraf, sistem penginderaan,
sistem otot, dll. Sistem-sistem tersebut saling terkait antara satu dengan yang lainnya dan
berperan dalam menyokong kehidupan manusia. Melti Suriya & Zuriyati ~ 2 ~ Muskuloskeletal
terdiri atas : Muskuler / Otot : Otot, tendon, dan ligamen, Skeletal / Rangka : Tulang dan sendi.

1. Sistem Otot (Muscular System)

Kerangka merupakan dasar bentuk tubuh sebagaitempat melekatnya otot-otot, pelindung organ
tubuh yang lunak, penentuan tinggi, pengganti sel-sel yang rusak, memberikan sistem
sambungan untuk gerak pengendali, dan untuk menyerap reaksi dari gaya serta beban kejut.
Rangka manusia terdiri dari tulang-tulang yang menyokong tubuh manusia yang terdiri atas
tulang tengkorak, tulang badan, dan tulang anggota gerak. Fungsi utama sistem
musculoskeletaladalah untuk mendukung dan melindungi tubuh dan organ-organnya serta
untuk melakukan gerak. Agar seluruh tubuh dapat berfungsi dengan normal, masing-masing
substruktur harus berfungsi dengan normal. Enam substruktur utama pembentuk sistem
musculoskeletalantara lain: tendon, ligamen, fascia(pembungkus), kartilago, tulang sendi dan
otot. Tendon, ligamen, fasciadan otot sering disebut sebagai jaringan lunak. Sedangkan tulang
sendi diperlukan untuk pergerakan antara segmen tubuh. Peran mereka dalam
musculoskeletalsystemkeseluruhan sangatlah penting sehingga tulang sendi sering disebut
sebagai unit fungsional sistem musculoskeletal

a. Otot (Musculus)

Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Terdapat lebih dari 600
buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang
kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit.
Fungsi sistem muskuler/otot:

 Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat dan
bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
 Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap gaya
gravitasi.
 Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mepertahankan suhu tubuh normal.
Ciri-ciri sistem muskuler/otot:
 Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak
melibatkan pemendekan otot.
 Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh impuls
saraf.
 Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi panjang
otot saat rileks.
 Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau
meregang.
b. Jenis-jenis otot
a) Otot rangka, merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.
 Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan lebar berkisar
antara 10 mikron sampai 100 mikron.
 Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer.
 Kontraksinya sangat cepat dan kuat.
 Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka
• Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabut-serabut berbentuk
silinder yang panjang, disebut myofiber /serabut otot.
• Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai banyak nukleus
ditepinya.
• Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh dengan bermacam-macam
organella, kebanyakan berbentuk silinder yang panjang disebut dengan myofibril.
• Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang berbeda-beda ukurannya:  yang
kasar terdiri dari protein myosin  yang halus terdiri dari protein aktin/actin.
b) Otot Polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan pada
dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada
sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah.
 Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral.
 Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh darah)
sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil.
 Kontraksinya kuat dan lamban.  Struktur Mikroskopis Otot Polos
 Sarcoplasmanya terdiri dari myofibril yang disusun oleh myofilamen-myofilamen 
 Jenis otot polos
Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot distimulasi untuk berkontraksi.
 Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh darah besar, pada jalan udara
besar traktus respiratorik, pada otot mata yang memfokuskan lensa dan menyesuaikan
ukuran pupil dan pada otot erektor pili rambut.
 Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun dalam lapisan dinding organ
berongga atau visera. Semua serabut dalam lapisan mampu berkontraksi sebagai satu unit
tunggal. Otot ini dapat bereksitasi sendiri atau miogenik dan tidak memerlukan stimulasi
saraf eksternal untuk hasil dari aktivitas listrik spontan.
 otot Jantung
 Merupakan otot lurik
 Disebut juga otot seran lintang involunter
 Otot ini hanya terdapat pada jantung
 Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai
masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut.
Kerja Otot Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan)
Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup)
Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan)
Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan)
Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor (menyempitkan)
Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh)
 Tendon Tendon adalah
tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang terbuat dari fibrous protein (kolagen).
Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau otot dengan otot.

 Ligamen Ligamen adalah


pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis penghubung yang terdiri
atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.
Beberapa tipe ligamen :
 Ligamen Tipis Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan ligament
kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya
pergerakan.
 Ligamen jaringan elastik kuning. Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan
yang membungkus dan memperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang
lengan atas.
 Skeletal
Tulang/ Rangka Skeletal disebut juga sistem rangka, yang tersusun atas tulang-tulang. Tubuh kita
memiliki 206 tulang yang membentuk rangka. Bagian terpenting adalah tulang belakang. Fungsi
Sistem Skeletal :
1. Memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis.
2. Membentuk kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga tubuh dan otot-otot yang.
3. Melekat pada tulang
4. Berisi dan melindungi sum-sum tulang merah yang merupakan salah satu jaringan
pembentuk darah.
5. Merupakan tempat penyimpanan bagimineral seperti calcium daridalam darah misalnya.
6. Hemopoesis
 Struktur Tulang Tulang terdiri dari sel hidup yang tersebar diantara material tidak hidup
(matriks).
 Matriks tersusun atas osteoblas (sel pembentuk tulang).
 Osteoblas membuat dan mensekresi protein kolagen dan garam mineral.
 Jika pembentukan tulang baru dibutuhkan, osteoblas baru akan dibentuk.
 Jika tulang telah dibentuk, osteoblas akan berubah menjadi osteosit (sel tulang dewasa).
 Sel tulang yang telah mati akan dirusak oleh osteoklas (sel perusakan tulang).
Jaringan tulang terdiri atas :
a. Kompak (sistem harvesian  matrik dan lacuna, lamella intersisialis)
b. Spongiosa (trabecula yang mengandung sumsum tulang dan pembuluh darah)
 Klasifikasi Tulang berdasarkan penyusunnya
1. Tulang Kompak
a. Padat, halus dan homogeny
b. Pada bagian tengah terdapat medullary cavity yang mengandung ’yellow bone marrow”.
c. Tersusun atas unit : Osteon  Haversian System
d. Pada pusat osteon mengandung saluran (Haversian Kanal) tempat pembuluh darah dan
saraf yang dikelilingi oleh lapisan konsentrik (lamellae).
e. Tulang kompak dan spongiosa dikelilingi oleh membran tipis yang disebut periosteur,
membran ini mengandung:
 Bagian luar percabangan pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang
 Osteoblas
2. Tulang Spongiosa
a. Tersusun atas ”honeycomb” network yang disebut trabekula.
b. Struktur tersebut menyebabkan tulang dapat menahan tekanan.
c. Rongga antara trebakula terisi ”red bone marrow” yang mengandung pembuluh darah
yang memberi nutrisi pada tulang.
d. Contoh, tulang pelvis, rusuk,tulang belakang, tengkorak dan pada ujung tulang lengan dan
paha.
 Klasifikasi Tulang berdasarkan Bentuknya:
a. Tulang panjang, contoh: humerus, femur, radius, ulna M
b. Tulang pendek, contoh: tulang pergelangan tangan dan pergelangan kaki
c. Tulang pipih, contoh: tulang tengkorak kepala, tulang rusuk dan sternum
d. Tulang tidak beraturan: contoh: vertebra, tulang muka, pelvis
 Pembagian Sistem Skeletal
 1. Axial / rangka aksial, terdiri dari :
 tengkorak kepala / cranium dan tulang-tulang muka
 columna vertebralis / batang tulang belakang
 costae / tulang-tulang rusuk
 sternum / tulang dada
2. Appendicular / rangka tambahan, terdiri dari :
 tulang extremitas superior
a. korset pectoralis, terdiri dari scapula (tulang berbentuk segitiga) dan clavicula (tulang
berbentuk lengkung).
b. lengan atas, mulai dari bahu sampai ke siku.
c. lengan bawah, mulai dari siku sampai pergelangan tangan.
d. tangan
 tulang extremitas inferior: korset pelvis, paha, tungkai bawah, kaki.
 Sendi
Persendian adalah hubungan antar dua tulang sedemikian rupa, sehingga dimaksudkan untuk
memudahkan terjadinya gerakan.
1. Synarthrosis (suture) Hubungan antara dua tulang yang tidak dapat digerakkan, strukturnya
terdiri atas fibrosa. Contoh: Hubungan antara tulang di tengkorak.
2. Amphiarthrosis Hubungan antara dua tulang yang sedikit dapat digerakkan, strukturnya
adalah kartilago. Contoh: Tulang belakang
3. Diarthrosis Hubungan antara dua tulang yang memungkinkan pergerakan, yang terdiri dari
struktur sinovial. Contoh: sendi peluru (tangan dengan bahu), sendi engsel (siku), sendi putar
(kepala dan leher), dan sendi pelana (jempol/ibu jari)
 Komponen punggung
 Otot punggung Ditunjang oleh punggung, perut, pinggang dan tungkai yang kuat dan
fleksibel. Semua otot ini berfungsi untuk menahan agar tulang belakang dan diskus tetap
dalam posisi normal.
 Diskus Merupakan bantalan tulan rawan yang berfungsi sebagai penahan goncangan.
Terdapat diantara vertebrae sehingga memungkinkan sendi-sendi untuk bergerak secara
halus. Tiap diskus mengandung cairan yang mengalir ke dalam dan keluar diskus. Cairan
ini berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan punggung bergerak bebas. Diskus
bersifat elastis, mudah kembali ke bentuk semula jika tertekan diantara kedua vertebra.
 otot-otot punggung
 Spina erektor terdiri dari massa serat otot, berasal dari belakang sakrum dan bagian
perbatasan dari tulang inominate dan melekat ke belakang kolumna vertebra atas, dengan
serat yang selanjutnya timbul dari vertebra dan sampai ke tulang oksipital dari tengkorak.
Otot tersebut mempertahankan posisi tegak tubuh dan memudahkan tubuh untuk
mencapai posisinya kembali ketika dalam keadaan fleksi.
 Lastimus dorsi adalah otot datar yang meluas pada belakang punggung. Aksi utama dari
otot tersebut adalah menarik lengan ke bawah terhadap posisi bertahan, gerakan rotasi
lengan ke arah dalam, dan menarik tubuh menjauhi lengan pada saat mendaki. Pada
pernapasan yang kuat menekan bagian posterior dari abdomen. b.
 Otot-otot tungkai
Gluteus maksimus, gluteus medius, dan gluteus minimus adalah otot-otot dari bokong. Otot-
otot tersebut semua timbul dari permukaan sebelah luar ilium, sebagian gluteus maksimus
timbul dari sebelah belakang sacrum. Aksi utama otot-otot tersebut adalah mempertahankan
posisi gerak tubuh, memperpanjang persendian panggul pada saat berlari, mendaki, dan saat
menaiki tangga, dalam mengangkat tubuh dari posisi duduk atau membungkuk, gerakan
abduksi dan rotasi lateral dari paha.
 Tulang-tulang yang terdapat pada leher:
a. Os. Hyoideum adalah sebuah tulang uang berbentuk U dan terletak di atas cartylago thyroidea
setinggi vertebra cervicalis III.
b. Cartygo thyroidea
c. Prominentia laryngea, dibentuk oleh lembaran-lembaran cartylago thyroidea yang bertemu di
bidang median. Prominentia laryngea dapat diraba dan seringkali terlihat.
d. Cornu superius, merupakan tulang rawan yang dapat diraba bilamana tanduk disis yang lain
difiksasi.
e. Cartilagocricoidea, sebuah tulang rawan larynx yang lain, dapat diraba di bawah prominentia
laryngea
f. Cartilagines tracheales, teraba dibagian inferior leher.
g. Cincin-cincin tulang rawan kedua sampai keempat tidak teraba karena tertutup oleh isthmus yang
menghubungkan lobus dexter dan lobus sinister glandulae thyroideae.
h. Cartilage trachealis
I, terletak tepat superior terhadap isthmus.
 Tulang bahu
 Clavicula (tulang selangka), merupakan tulang berbentuk lengkung yang menghubungkan lengan
atas dengan batang tubuh. Ujung medial (ke arah tengah) clavicula berartikulasi dengan tulang
dada yang dihubungkan oleh sendi sternoclavicular, sedangkan ujung lateral-nya (ke arah samping)
berartikulasi dengan scapula yang dihubungkan oleh sendi acromioclavicular. Sendi
sternoclavicular merupakan satu-satunya penghubung antara tulang extremitas bagian atas
dengan tubuh.
 Scapula (tulang belikat), merupakan tulang yang berbentuk segitiga. Tulang ini berartikulasi
dengan clavicula dan tulang lengan atas. Ke arah lateral scapula melanjutkan diri sebagai
acromioclavicular yang menghubungkan scapula dengan clavicula.
 Sendi glenohumeral, merupakan penghubung antara tulang lengan atas dengan scapula.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti
berlubang-lubang atau keropos (Siahaan, 2019) Osteoporosis merupakan penyakit skeletal
sistemik yang di tandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur
jaringan tulang, yang mengakibatkan meningkatnya fraglitas tulang sehingga tulang cenderung
untuk mengalami fraktur spontan atau akibat trauma minimal (Suarni, 2017)

Pada beberapa kasus, gejala awal adalah patah tulang. Beberapa gejala hanya bisa
dikenali bila sudah mencapai tahap lanjut. Gejala yang paling umum pada osteoporosis adalah
retak atau patah tulang, kelainan spinal (kifosis), kehilangan tinggi badan, dan sakit punggung
(Rita Afni, 2019).

Osteoporosis dapat dijumpai tersebar diseluruh dunia dan sampai saat ini masih
merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang (Rita Afni,
2019)

Menurut WHO (1994), angka kejadian patah tulang (fraktur) akibat osteoporosis
diseluruh dunia mencapai angka 1,7 juta orang dan diperkirakan angka ini meningkat hingga
mencapai 6,3 juta orang pada tahun 2050 dan 71% kejadian ini akan terdapat di Negara-negara
berkembang. Jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dari data Depkes,
yang mematokkan angka 19,7% dari seluruh jumlah penduduk atau sekitar 3,6 juta orang
diantaranya menderita osteoporosis. Tandra (2009). Lima provinsi dengan resiko osteoporosis
lebih tinggi, sumatra selatan (27,7%), jawa tengah (24,02%), yogyakarta (23,5%), sumatra utara
(22,82%), jawa timur (21,42%), kalimantan timur (10,5%). Prevalensi wanita yang menderita
osteoporosis di Indonesia pada golongan umur 50-59 tahun yaitu 24% sedang pada pria usia 60-
70 tahun sebesar 62% (Suarni, 2017)
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Osteoporosi

Osteoporosis adalah suatu penyakit degeneratif pada tulang yang ditandai dengan
menurunnya massa tulang, dikarenakan berkurangnya matriks dan mineral yang disertai dengan
kerusakan mikro arsitektur dari jaringan tulang, sehingga terjadi penurunan kekuatan tulang.
Osteoporosis juga dikenal sebagai suatu penyakit yang tidak dirasakan ”silent disease" karena
kejadian penurunan masa tulang dapat terjadi bertahun-tahun tanpa disertai gejala
(asimptomatic). (Dr. Syafrida Hiliya Rambe, 2017)

Pada tahun 2001, National institute of health (Institute Kesehatan Nasional) mengajukan
definisi baru osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromised
bone strength (Berkurangnya kekuatan tulang) sehingga tulang mudah patah (Inri Wahyuni,
2016)

2.2 Patofisiologi Osteoporosis (Ode, 2016)

Osteoporosis merupakan silent disease. Penderita osteoporosis umumnya tidak


mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut mengalami frasktur. Osteoporosis
mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi paling sering menimbulkan gejala pada daerah-daerah
yang menyanggah berat badan atau pada daerah yang mendapat tekanan (tulang vertebrata dan
kolumna femoris). Korpus vertebrata menunjukkan adanya perubahan bentuk, pemendekan dan
fraktur kompresi. Hal ini mengakibatkan berat badan pasien menurun dan terdapat lengkung
vertebrata abnormal (kiposis).

Osteoporosis pada kolumnya femoris sering merupakan predisposisi terjadinya fraktur


patologik (yaitu fraktur akibat trauma ringan), yang sering terjadi pada pasien lanjut usia. Masa
total tulang yang terkena mengalami penurunan dan menunjukkan penipisan korteks serta
trabekula. Pada kasis ringan, diagnosis sulit ditegakkan karena adanya variasi ketebalan
trabekular pada individu “normal” yang berbeda. Diagnosis mungkin dapat ditegakkan dengan
radiologis mauoun histologist jika osteoporosis dalam keadaan berat. Struktur tulang, seperti
yang ditentukan secara analisis kimia dari abu tulang tidak menunjukkan adanya kelainan.
Pasien osteoporosis mempunyai kalsium,fosfat,dan alkali fosfatase yang normal dalam serum.
Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara faktor genetik dan faktor
lingkungan. 10 Faktor genetik meliputi : Usia, jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak
pernah melahirkan. Faktor lingkungan meliputi : Merokok, alkohol, kopi, defisiensi vitamin dan
gizi, gaya hidup, mobilitas, anoreksia nervosa, dan pemakaian obat-obatan. Kedua faktor diatas
akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang,
peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang maksimal
dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang
lebih banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan assa tulang total
yang disebut osteoporosis.
2.3 patwahy

Normal
Genetic , gaya
hidup , alcohol

Penurunan prod
hormone

Penurunan masa
tulang

Osteoporosis (ganggguan
muskuloskoletal)

Kiposis /gibbus
Pengaruh pada
Pengaruh pada fisik
psikososial

Keterbatasan gerak
Fungsi tubuh
Imobilitas
- pembatasan gerak
Konsep diri menurun
- kemampuan memenuhi adl
Fraktur Spasme otot
- isolasi social
- ileus ( obstruksi usus
-inefektif koping individu

Risiko cedera
Konstipasi b/d ileus b/d imobilitas Reseptor nyeri

Kurang pengetahuan
Nyeri akut b/d fraktur b/d proses
osteoporosis
2.5 Manifestasi klinik

( buku ajar keperawatan medical bedah III)

 Osteoporosis mungkin tidak memberikan gejala klinis sampai terjadi patah tulang nyeri dan
deformitas bisanya menyertai patah tulang
 Dengan melemah dan kolapsnya korpus vertebra tinggi seseorang dapat berkurang atau
timbul kifosis dan individu menjadi bungkuk ( kadang – kadang disebut dowager’s hamp)
 Adanya osteopenia gigi ditandai dengan gejala gigi mudah tanggal yang disertai reapsopsi
gusi atau banyak gusi yang goyang dapat digunakan sebagai patokan kemungkinan adanya
osteoporosis tulang
(Sunaryati, 2020) Meskipun banyak kalangan mengatakan bahwa osteoporosis timbul
tampa gejala, teatapi setidaknya ada beberapa hal yang dapat dijadikan patokan sebagai
gejala yang bisa kita kenal. Ini berkenaan langsung dengan kondisi fisik penderita di mana
hal ini bisa langsung kita lihat dengan mata.
1. Tinggi badan berkurang
Tinggi badan manusia akan mencapai puncaknya pada usia sekitar 18 tahun. Dari hari
ke hari, diskus intervertebralis atau bantal diantara ruas tulang belakang akan mengalami
penekanan selama kita bekerja, berajalan, dandalam melakasanakan kegiatan-kegiatan
lainnya. Ketika kita bangun tidur, badan kita akan sedikit lebih tinggi dari pada waktu
siang atau sore hari setekelah melakukan aktivitas dan pada malam hari Ketika tidur.
Diskus tersebut akan melar lagi dan Kembali ke tinggi semula. Penyebab penurunan tinggi
badan ini adalah fraktur tulang belakang atau vertebra yang umumnya tampa keluhan,
tetapi tubuh semakin pendek dan membungkuk. Bila terdapat penurunan tinggi badan
sebangak dua senti dalam tiga tahun terakhir , hal itu menandakan adanya fraktur tulang
belakang yang baru. Lihat gambar di bawah ini. Tubuh yang semakin pendek ini terjadi
pada penderita osteoporosis sejalan dengan pertumbuhan usia. Semakin tua umur seseorang
yang terserang osteoporosis maka semaklin pendek postur tubuhnya.
2. Bentuk tubuh berubah
Tubuh membungkuk biasanya terjadi akibat kerusakan beberapa ruas tulang belakang
dan daerah dada ( thoracal) dan pinggang (lumbal). Osteoporosis pada tulang belakang
menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps tulang dan menyebabkan badan membungkuk.
Kiposis yang berat bisa mengakibatkan gangguan pergerakan otot pernapasan. Kita bisa
merasakan sesak napas dan terkadang bahkan timbul komplikasi pada paru-paru.
3. Tulang rapuh dan patah Tulang
yang rapuh dan patah dinamakan fragility fracture. Pada kondisi ini bisa terjadi patah
tulang meskipun tidak harus timbul karena trauma yang hebat, melainkan dengan hanya
terjatuh biasa ringan, mengangkat, mendorong sesuatu, atau akibat trauma ringan lainnya.
Selain pada tulang belakang, fraktur sering pula menimpa pergelangan tangan,
pergelangan kaki, bahkan panggul. Fraktur multiple di beberapa tempat juga sering terjadi.
Fraktur yang terjadi mendadak atau akut akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat di mana
terkadang sampai memerlukan obat penekan nyeri yang kuat sampai pada golongan
narkotika.
Fraktur yang kronis sampai harus menjalani tirah baring yang lama dan ini akan
mengganggu peredaran darah. Selain itu, demikian juga sering menimbulkan bahaya
infeksi dan komplikasi pada jantung serta saluran napas. Kesulitan perawatan pada orang
tua, ditambah dengan beberapa penyakit kronis lain yang menyertai seperti diabetes,
stroke, atau sakit jantung, akan memperburuk keadaan dan bisa fatal akibatnya

2.6 Pemeriksaan penunjang

1. Radiologis

Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang dapat
dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi
yang paling berat. penipisa korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan
yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang
menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan
deformitas bikonkaf.

2. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatis yang mempuanyai nilai
penting dalam diagnostik dan terapi follow up. mineral vertebra di atas 110mg/cm3
biasanya tidak menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra
dibawah 65mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
3. Pemeriksaan Laboratorium
 kadar Ca, P, Frostase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata
 kadar HPT (Pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct(Terapi ekstrogen
merangsang pembentukan Ct)
 kadar 1,25-(OH)2-D# absorsi Ca menurun
 Eksresi fosfat dan hidrosipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya

2.7 Penatalaksanaan medis


Adapun komplikasinya yang bisa ditimbulkan dari osteoporosis ialah sebagai berikut:
 Fraktur tulang panggul
 Fraktur pergelangan tangan
 Fraktur clumna vetabaralis dan paha
 Fraktur tulang iga
 Fraktur radius

2.8 Komplikasi

(Ode, 2017) Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas , rapuh
dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi
vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trochanter, dan
fraktur coller pada pergelangan tangan.

(Bustan, 2015) Komplikasi utama osteoporosis adalah fraktur, terutama pada panggul
dan vertebra yang memerlukan perawatan khusus dan terapi khusus. 12 Komplikasi fraktur
tanggul umumnya berasal atau dipicu oleh peristiwa jatuh, sedangkan fraktur vertebra bisa
terjadi walaupun tampa jatuh.

Komplikasi lanjut bisa berupa pneumonia karena terlalu lama istirahat di tempat tidur
atau tidak gerak yang cukup. Bisa juga terjadi pengentalan darah dan embolisme paru. Efek
tidak langsung sampai kepada kematian dimana fraktur hip menyebabkan 20% kematian
pada tahun berikutnya.
2.9 Pengkajian umum system muskuloskoletal

A. riwayat kesehatan

1. Data demografi
Komponen terpenting : usia , jenis kelamin
2. Riwayat kesehatan
 Riwayat kecelakaan
 Riwayat penyakit missal : dm , ulkus penyakit yg bersifat genetic
 Riwayat penggunaan obat – obatan
3. Riwayat diet
 Ketidak adekuatan intake kalsium atau protein
 Ketidakadekuatan protein atau vit c
 Obesitas
- Stress dan strain pada tulang dan sendi
- Gangguan muskuloskoletal obesitas

4. Status social ekonomi

Gaya hidup / pekerjaan

B. Riwayat kesehatan sekarang

yang perlu dikaji :

 Waktu dan onset kejadian


 Factor – factor yang memperburuk masalah
 Keadaan masalah (intermiten kontinyu )
 Manifestasi klinis
Keluhan utama : nyeri , deformitas , kelainan fungsi
P: - Apa Penyebab nya
- Apa yang memperberat
- Apa yang mengunrangi
Q : - Bagaimana keluhan nyeri yang dirasakan ( panas , pedih dll)
- Seringnya muncul nyeri
R : - Dimana rasa nyeri dirasakan
- Apakah rasa nyeri tersebut menjalar / menyebar ke area lain
- Apa yang telah dilakukan untuk mengurangi nyeri
S : - Seberapa berat nyeri mulai dirasakan : menggunakan skala nyeri
T : - kapan nyeri mulai dirasakan
- Berapa lama nyeri dirasakan
- Bagaiman terjadinya ( tiba “ / bertahap )
- Apakah ada perbedaan intensitas
 Kekakuan sendi
- Sendi mana yang mengalami kekuan
- Lamanya
- Apakah selalu terjadi kekakuan
 Bengkak
- Berapa lama terjadi pembengkakan
- Apa disertai nyeri
- Kaji adanya keterbatasan
- Identifikasi apakah adanya panas dan kemerahan
 Deformitas & immobilitas
- Kapan terjadinya
- Apakah tiba “ / bertahap
- Apakah menggunakan alat bantu
 Perubahan sendi
- Apakah ada penurunan
- Apakah rasa seperti terbakar
- Apakah ada hubunganya dengan nyeri

Pemeriksaan fisik
- Posisi klien tergantung pada kelompok otot mana yang diperiksa ( duduk ,
terlentang , berdiri )
- Pastikan otot dan sendi klien terbuka
Inspeksi secara umum :
 postur
meliputi keadaan tubuh individu dan keadaanya pada saat berdiri dan berjalan
- observasi culvature tulang belakang
- observasi panjang , bentuk, kesimetrisan ekstermitas
- observasi masa otot
 posisi berdiri : tegak lurus dengan panggul dan bahu berada dalam satu keselarasaan
 cara berjalan
anjurkan klien berjalan lurus
 inspeksi kulit dan jaringan subkutan dibawah otot , tulang dan sendi

Pemeriksaan rentang pergerakan sendi

1) Gerakan sendi sampai mencapai gerak normal yang penuh


2) Bandingkan keselarasan sendi pada kedua sisi tubuh
3) Uji kedua rentang gerak aktif dan pasif sendi
 Macam – macam RPS
 Fleksi
 Ekstensi
 Hiperekstensi
 Abduksi
 Adduksi
 Rotasi
 Rotasi internal
 Rotasi eksternal
 Sirkumdusi
 Supinasi
 Pronasi
 Oposisi
 Dorsofleksi
 Plntar fleksi eversi
 Inversi

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3.1 IDENTITAS KLIEN
1) Nama : Ny.s
2) Umur : 45th
3) Jenis kelamin : perempuan
4) Status kawin : sudah kawin
5) Agama : islam
6) Pendidikan terakhir : SMA
7) Pekerjaan : ibu rumah tangga
8) Alamat : jl. Ikan bawal
9) Diagnose medis : osteoarthritis genu dextra
3.2 Identifikasi penanggung jawab
1) Nama : Tn.S
2) Pekerjaan : buruh pabrik
3) Alamat : jl. Ikan bawal
4) Hubungan : suami

3.3 Riwayat kesehatan


1) riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan utama
Pasien mengatakan lutut kanan nyeri , kemeng – kemeng sakit , kalau ditekuk tidak
bisa , kaku dan terasa sakit sekali
b) Keluhan saat dikaji (PQRST)
Pasien mengatakan lutus kanan nyeri , kemeng – kemeng sakit , kalau ditekuk
tidak bisa sudah 1 mingguan , pada hari kamis 15 september 2022 pasien
terpeleset jatuh dan saat itu lutut kanan merasakan sakit yang luar biasa
c) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayathipertensi , setiap bulan control di
puskesmas
d) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
penyakit keturunan seperti diabetes mellitus dan hipertensi , hanya pasien yang
memiliki riwayat hipertensi

3.4 Pola aktivitas sehari “


1) Pola nutrisi dan cairan
Sehat : pasien makan 3x sehari dengan lauk pauk dengan porsi sedang sampai banyak
dan minum air putih 1-2 liter
Sakit : pasien mengatakan makan normal 3x1 sehari . minum 0-1 liter
2) Pola eliminasi
Sehat : Bab didapatkan frekuensinya sebanyak 1- 2 kalai sehari lancar tidak ada
gangguan , konsistensi lembek , bau khas , warna coklat kekuningan , Bak 5-7 x /hari
dengan warna kuning tidak ada rasa nyeri , bau khas urin
Sakit : pasien mengatakan Bab terganggu dengan sakit dibagian lutut kanan , Bak lancar
tapi harus memakai kursi roda untuk kekamar mandi
3) Pola istirahat dan tidur
Sehat : pasien tidur siang hari berkisar 1-2 jam /hari dan saat tidur malam 6-8 jam/ hari
Sakit : istrahat dan tidur terggnggu , pasien mengatakan tidurnya terganggu karena rasa
nyeri yang dirasakan , tidur siang hari dan malam hari hanya tidur 4-5 jam
4) Pola aktivitas dan latihan
Sehat : sehari – hari aktivitas dilakukan sendirian tidak ada bantuan oleh keluarga
Sakit : aktivitas dan pemenuhan ADL dibantu oleh keluarga dan perawat

3.5 Pemeriksaan fisik ( head to toe )


1) keadaan umum dan tanda “ vital
a) tingkat kesadaran : composmentis
b) Tanda – Tanda vital : Td : 120/70mmhg , ND : 110x/menit , P : 22x/menit , S : 36C
2) head to toe
a) kepala dan rambut : kulit kepala bersih tidak ada kotoran
b) wajah : simetris , pucat
c) mata : simetris kiri dan kanan , konjungtiva tidak anemis , pupil isokor , seklera
tidak ikterik
d) hidung : bersih , tidak ada penafasan cupping hidung , pernafasan : 20x/menit
e) bibri : mukosa bibir kering
f) leher : tidak ada pembesaran vena jugularis tidak ada pembengkakan kelenjar getah
bening
g) Thorax
Paru
I : simetris antara kanan dan kiri
Pe : fremitus antara kanan dan kiri
Pa : sonor
A : Vasikuler
Jantung
I : iktus kordis tidak terlihat \
Pa : iktus kordis tidak teraba
Pe : sonor
A : irama jantung teratur
Abdomen
I : perut tidak buncit , ada lesi sekitaran pinggang
Pa ; tidak ada nyeri saat diraba , hepar tidak teraba
Pe : Timpani
A : irama bising usus 15x/menit

h) Ekstermitas
Atas : pada tangan kiri terpasang IVFD RL 500CC 20 tetes /menit
Bawah : klien masih mengeluh nyeri dibagian lutut kanannya
f) Data psikologis
1) status emosional : terkontrol
2) kecemasan : terkontrol
3) pola koping : dukungan dari keluarga dan diri pasien sendiri baik tentang
kondisi yang dia alami
4) gaya komunikasi : komunikasi pasien lancar dengan menggunakan bahasa
Indonesia
g) Data social
dalam kehidupan sehari – hari pasin rukun dengan masyrakat dan pasien bekerja ibu
rumah tangga
I) Data spiritual
Pasien beraga islam dan mengerjakan sholat 5 waktu sehari semalam ketika sehat dan
pada saat sakit klien bisa mengerjakan sholat 5 waktu sehari semalam disertai
tempat tidur dengan cara berbaring

3.6 Data penunjang

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Keterangan


Hemoglobin 11,5 g/dl 12-14 Tidak normal
Leokosit 9.400 4000-10000 Normal
Trombosit 284.000 150.000-450.000 Normal
Hematocrit 34,8 37-43 Tidak normal
Eritrosit 3,66 450.000 Normal
MVC 3,4 mmoi/l 3,5 , - 5,1 Normal
MCH 103 mmoi/l 97 - 111 Meningkat
Niferensial 63,1 26,5- 30,5 Meningkat
Segmen 27,7 40-80 Tidak normal
Limfosit 9,2 20-40 Tidak normal

3.7 penatalaksanaan medis


- santagesic 3x1 ampul
- ranitidine 2x1 sehari/12jam
- methil prednisolone 62,5mg 3x/8jam 3x1 ampul
- gabapentin 2x100 gram
3.8Analisa data

Data Etiologi Masalah


Ds : - pasien mengatakan Agen injuri biologis Nyeri Akut
nyeri dilutut sudah 1
minggu
- pasien mengatakan
kemeng “ pegel “ nyeri
Do:
- pasien tampak meringis
- skala nyeri 6
- TD : 120/70mmhg , N :
110x/menit , P : 22x/menit
Ds : - pasien mengatakan Kelemahan otot Hambatan Mobilitas fisik
lutut kanan sakit untuk
ditekuk atau digerakkan
Do :
- pasien menggunakan
korsi roda untuk berpindah
tempat
- adl pasien dibantu oleh
keluarga dan perawat
Ds: pasien mengatakan Kurang informasi tentang Kurang pengetahuan
tidak mengerti tentang kesehatan tentang kesehatan
penyakitnya

Do: pasien tampak bingung


-pasien belum mengerti
tentang penyakitnya
- pasien aktif bertanya
tentang penyakitnya

3.9 Diagnosa keperawatan


1) nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
2) hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot
3) kurang pengetahuan tentang kesehatan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
tentang penyakitnya
3.10 RENCANA KEPERAWATAN

N Diagnosa Intervensi
O
Tujuan Tindakan
1. Nyeri akun berhubungan a. Pain level Pain management
dengan agen pencedera kriteria hasil : a. lakukan pengkajian
fisik 1. melaporkan nyeri berkurang nyeri secara
2. melaporkan lamanya nyeri komperhensif
3. tidak mengerang termasuk lokasi ,
4. ekpresi wajah releks karakteristik , durasi ,
5. pasien tidak mondar manidr frekuensi dan factor
6. respirations rate dalam rentang presipitasi
normal b. observasi reaksi
7. blood pressure dalam rentang nonverbal dari
normal ketidaknyamanan
B . Pain control e. gunakan teknik
1. mampu mengontrol ( tahu komunkasi terpetik
penyebab nyeri , mampu untuk mengetahui
menggunakan teknik pengamalan nyeri
nonfarmakologis untuk mengurangi pasien
nyeri , mencari bantuan ) d. control lingkungan
2. melaporkan bahwa nyeri berkurang yang dapat
saat menggunakan manajemen nyeri memepengaruhi nyeri
3. mampu mengenali nyeri ( skala , seperti suhu ruangan
intensitas , frekuensi dan tanda nyeri ) pencahayaan dan
4. menyatakan rasa nyaman setelah kebisingan
nyeri berkurang e. kurangi factor
5. tanda tanda vital dalam batas prespitasi nyeri
normal f. ajarkan teknik non
farmakologi tingkat
C. Control level istirahat
Kriteria hasil : analgesica
1. nyeri berkurang diministration:
2.kecemasan berkurang a. tentukan lokasi
3. stress berkurang karakteristik kualitas
4. ketakutan berkurang dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
b. cek instruksi dokter
tentang jenis obat ,
dosis dan frekuensi
c. cek riwayat alergi
d. berikan analgetik
sepat waktu terutama
saat nyeri hebat
e. evaluasi efektivitas
analgetik tanda dan
gejala
2. Hambatan mobilitas fisik C. Joint Movement active & mobility Exercise therapy
berhubungan dengan level ambulation
gangguan 1. klien meningkat dalam aktivitas a. monitoring vital
muskuloskoletal fisik sign sebelum atau
2. mengerti tujuan dari peningkatan sesudah latihan dan
mobilitas lihat respon pasien
3. memperagakan alat bantu untuk saat latihan
mobilitas ( walker ) b. kinsultasikan
dengan terapi fisik
d. Transfer Performance tentang rencana
kriteria hasil : ambulasi sesuai
1. memverbalisasikan perasaan dalam dengan kebutuhan
meningkatkan kekuatan dan c. bantu klien untuk
kemampuan berpindah menggunakan tongkat
saat berjalan dan
cegah terhadap cedera
d. kaji kemampuan
pasien dalam
mobilitas
e. latih pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan adl secara
mmandiri sesuai
kemampuan

ADL’S
a. berikan alat bantu
jika klien
memerlukan
b. ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika perlu
3 Kurang pengetahuan NOC NIC
berhubungan dengan Kriteria hasil : a. kaji tingkat
kurangnya terpapar a. pasien dan keluarga menyatakan pengetahuan pasien
informasi pemahaman tentang penyakit , dan keluarga
kondisi , prognosis dan program b. jelaskan
pengoobatan patofisiologis dari
b. pasien dan keluarga mampu penyakit dan
melaksanakan prosedur yang bagaimana hal ini
dijelaskan secara benar berhubungan dengan
c. pasien dan keluarga mampu anatomi fsiologis
menjelaskan kembali apa yang c. gambarkn tanda
dijelaskan perawat / tim kesehatan dan gejala yang biasa
lain muncul pada saat
penyakit , dengan
cara yg tepat
d. sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi , dengan cara
yg tepat
3.14 implementasi dan evaluasi keperawatan

Tgl Diagnosa keperawatan Tindakan keperawatan Evaluasi


12 -08 - Nyeri akut berhubungan a. melakukakan pengkajian S : pasien
2022 dengan agen injuri ulang nyeri secara mengatakan lututnya
biologis kompethensif masih pegal” dan
b. menggunakan teknik nyerinya kemang “
komunikasi terpetik dalam O: pasien tampak
membina hubungan dengan meringis
pasien Pasien tampak gelisah
c. mengajarkan teknik Td : 120/70mmhg
relaksasi yang nyaman pada N: 110x/menit
pasien P : 22x/menit
d. mengajarkan teknik Skala nyeri 6
imaginasi terbimbing A : masalah belum
f. menyarankan melakukan teratasi
teknik distraksi yaitu P: lanjutkan
mendengarkan music / intervensi
mengaji
g. memberikan ketorolac yang
telah diresepkan dokter
12 -08- Hambatan mobilitas fisik a. mengkaji kemampuan S: pasien mengeluh
2022 berhubungan dengan pasien dalam mobilisasi karena lutut yg sakit
kelemahan otot b. melatih pasien dalam dia harus memakai
pemenuhan kebutuhan secara korsi roda untuk
mandiri sesuai kemampuan berpindah tempat
c. menganjurkan kepada O : pasien tampak
keluarga untuk mendampingi terbaring lemah
pasien saat mobilisasi dan Adl’s masih dibantu
bantu dalam pemenuhan keluarga dan perawat
kebutuhanya A: masalah belum
d, mengajarkan pasien teratasi
bagaimana merubah posisi P : Lanjutkan
dan memberikan bantuan jika intervensi
perlu
Kurang pengetahuan a. mengkaji tingkat S : pasien
berhubungan dengan pengetahuan pasien dan mengatakan belum
kurangnya terpapar keluarga tau apa penyakitnya
informasi b. menjelaskan patofisiologis Pasien mengatakan
dari penyakit dan bagaimana tidak mengerti
hal ini berhubungan dengan tentang sakit yg dia
anatomi fsiologis alami
c. menggambarkn tanda dan O : pasien tampak
gejala yang biasa muncul bingung
pada saat penyakit , dengan Pasien belum paham
cara yg tepat tentang penyakitnya
d. menyediakan informasi Pasien bertanya “
pada pasien tentang kondisi , akan penyakitnya
dengan cara yg tepat A: masalah belum
teratasi
P : lanjutkan
intervensi

Tgl Diagnose Tindakan keperawatan Evaluasi


keperawatan
13- Nyeri akut a. melakukakan pengkajian S : pasien mengatakan nyeri
08- berhubungan dengan ulang nyeri secara kompethensif dilututnya masih sering
22 agen injuri biologis b. menggunakan teknik muncul , reda saat diberikan
komunikasi terpetik dalam obat namun masih sering
membina hubungan dengan muncul
pasien
c. mengajarkan teknik relaksasi O: pasien tampak meringis
yang nyaman pada pasien Skala nyeri 6
d. mengajarkan teknik imaginasi TD : 120/80mmhg
terbimbing N: 110x/menit
f. menyarankan melakukan P: 20x/menit
teknik distraksi yaitu Drip ketorolac 1 ampul
mendengarkan music / mengaji A : Masalah belum teratasi
g. memberikan ketorolac yang
telah diresepkan dokter P : lanjutkan intervensi
pemberian analgetic
13- Hambatan mobilitas a. mengkaji kemampuan pasien S : pasien mengatakan
08- fisik berhubungan dalam mobilisasi aktvitasnya dibantu keluarga
22 dengan kelemahan b. melatih pasien dalam Pasien mengatakan harus
otot pemenuhan kebutuhan secara memakai korsi roda
mandiri sesuai kemampuan O : ADL’S Tampak dibantu
c. menganjurkan kepada keluarga
keluarga untuk mendampingi Pasien masih terbaring di atas
pasien saat mobilisasi dan bantu tmpat tidur
dalam pemenuhan kebutuhanya Pasien masih bergantung
d, mengajarkan pasien dengan korsi roda
bagaimana merubah posisi dan A : Masalah belum teratasi
memberikan bantuan jika perlu P : Lanjutkan intervensi
imobilisasi
13- Kurang pengetahuan a. mengkaji tingkat pengetahuan S : Pasien mengatakan paham
08- berhubungan dengan pasien dan keluarga tentang nama penyakitnya
22 kurangnya terpapar b. menjelaskan patofisiologis namun tidak tau apa
informasi dari penyakit dan bagaimana hal penyebab yg membuat
ini berhubungan dengan anatomi sampai seperti ini
fsiologis
c. menggambarkn tanda dan O : - pasien aktif bertanya
gejala yang biasa muncul pada - Pasien dan keluarga masih
saat penyakit , dengan cara yg bingung penyebab
tepat penyakitnya
d. menyediakan informasi pada A : Masalah belum teratasi
pasien tentang kondisi , dengan
cara yg tepat P :Lanjutkan intervensi

Tgl Diagnosa Tindakan keperawatan Evaluasi


keperawatan
14- Nyeri akut berhubungan a. melakukakan pengkajian ulang S : pasien
08-22 dengan agen injuri nyeri secara kompethensif mengatakan nyeri nya
biologis b. menggunakan teknik komunikasi masih dirasakan
terpetik dalam membina hubungan hilang timbul , namun
dengan pasien sudah berkurang tidak
c. mengajarkan teknik relaksasi seperti kemarin
yang nyaman pada pasien
d. mengajarkan teknik imaginasi O : meringis
terbimbing berkurang
f. menyarankan melakukan teknik Skala nnyeri 3
distraksi yaitu mendengarkan music Nyeri hilang timbul
/ mengaji Drip ketorolac 1
g. memberikan ketorolac yang telah ampuk
diresepkan dokter Pasiem tampak
sedikit rileks
A : masalah teratasi
sebagian

P : edukasi pasien
untuk melakukan
teknik nafas dalam
jika nyeri timbul
14- Hambatan mobilitas a. mengkaji kemampuan pasien S : -Pasien
08-22 fisik berhubungan dalam mobilisasi mengatakan untuk
dengan kelemahan otot b. melatih pasien dalam pemenuhan aktivitas masih
kebutuhan secara mandiri sesuai dibantu
kemampuan -Pasien mengatakan
c. menganjurkan kepada keluarga sudah mencoba
untuk mendampingi pasien saat perlahan “ untuk
mobilisasi dan bantu dalam melakukan aktifitas
pemenuhan kebutuhanya seperti berpindah
d, mengajarkan pasien bagaimana tempat tanpa korsi
merubah posisi dan memberikan roda
bantuan jika perlu
O :- pasien mampu
melakukan
pergerakkan bertahap
-Rasa takut berkurang
-Keluarga masih
membantu pasien

A : masalah teratasi
sebagian

P : edukasi keluarga
untuk membantu
pasien melakukan
pergerakkan secara
bertahap
14- Kurang pengetahuan a. mengkaji tingkat pengetahuan S : -Pasien mengtakan
08-22 berhubungan dengan pasien dan keluarga sudah paham tentang
kurangnya terpapar b. menjelaskan patofisiologis dari penyakit yg dia alami
informasi penyakit dan bagaimana hal ini -Pasien mengatakan
berhubungan dengan anatomi akan selalu mencari
fsiologis informasi tentang
c. menggambarkn tanda dan gejala penyakitnya
yang biasa muncul pada saat
penyakit , dengan cara yg tepat O : pemahaman
d. menyediakan informasi pada pasien bertambah
pasien tentang kondisi , dengan cara -informasi yg
yg tepat diberikan diterima
dengan baik oleh
pasien dan keluarga
Pasien mampu
mengulangi
penjelasan tentang
penyakitnya sendiri

A : masalah teratasi
sebagian

P edukasi pasien
untuk selalu bertanya
dan mencari
informasi jika kurang
paham atau tidak
mengerti
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Setelah melaksanakan Asuhan Keperawatan Ny.s dengan osteoporosis selama 3 hari dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari : Pengkajian, diagnosa,
perencanaan keperawatan, catatan perkembangan (pelaksanaan dan evaluasi) dan dokumentasi,
maka penulis menarik kesimpulan bahwa fosteoporosis dalam memberikan asuhan keperawatan
perlu adanya intervensi.

1. Pengkajian

Dalam pengkajian data yang di peroleh sesuai dengan teori.

2. Diagnosa yang muncul

a. nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik


b. Hambatan mobilitas Fisik b.d gangguan muskuloskoletal

c. Resiko infeksi berhubungan prosedur invasive

3. Perencanaan

Rencana tindakan keperawatan sesuai dengan teori

4.2 Saran

1. Bagi pasien

Penulis berharap agar masyarakat atau pasien dapat memahami penyakit dan melakukan hidup
sehat disekitar lingkungan.

2. Bagi intitusi keperawatan

Hasil askep ini diharapkan dapat menambah keluarasan ilmu terapan bidang keperawatan
dalam memberi dan menjelaskan osteoporosis , muskuloskoletal

3. Penulis

Hasil askep ini diharapkan dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Fraktur
DAFTAR PUSTAKA

Bustan, M. N. (2015). Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta


: Rineka Cipta .
Daisuke Asaoka et, a. (2015). Risk factors for osteoporosis in Japan: is it associated
with Helicobacter pylori? Journal Of The Academy Of Medical Science In
Bosnia And Herzegovina.
Dr. Syafrida Hiliya Rambe, M. (2016). Faktor Resiko Osteoporosis Pada Pasien
Dengan Usia 50 Tahun Ke atas Di Rumah Sakit Elisabeth Medan .
Keperawatan Flora , 111.
Indonesia, K. K. (2019, Juli 4). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia . Dipetik
November 20, 2020, dari Kemenkes.go.id :
https://www.kemkes.go.id/article/view/19070500004/indonesia-masuki-periodeaging-
population.htm
Buku ajar keperawatan medical bedah

Anda mungkin juga menyukai