Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FISIOLOGI OLAHRAGA
KONTRAKSI OTOT RANGKA

DISUSUN OLEH:

TAUFIK RAHMAT (20086582)

WARDANA HAVIS (20086292)

DOSEN PEMBIMBING :Dr. Syahrastani M.Kes,AIFO

PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS OLAHRAGA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

            Bismillahirrahmanirrahiim, Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa

atas limpah dan rahmat-Nya sehingga makalah Kontraksi Otot Rangka ini dapat terselesaikan.

Makalah Kontraksi Otot Rangka ini dibuat sebagai tugas mata kuliah …………………………………

           

Makalah ini disusun berdasarkan beberapa literatur yang saya ambil. Selain itu makalah ini

saya susun agar dapat memberikan manfaat untuk pembaca dalam mempelajari Kontraksi Otot

Rangka. Oleh karena itu, saya sangat mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca

untuk perbaikan kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama

mahasiswa Fakultas Ilmu Olahraga Universitas Padang.

Padang, Maret 2021


                       

Taufik Rahmat
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Struktur Otot Rangka

B. Macam Serabut Otot Rangka

C. Proses Kontraksi Otot

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan

jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Sel otot memiliki struktur filamen dalam

sitoplasma, bentuk selnya memanjang agar dapat melangsungkan perubahan sel menjadi

pendek. Di balik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanik itu,

terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungan kontraksi otot.

Dalam makalah ini, dengan tujuan akhir pada penjelasan lengkap tentang proses di balik

kontraksi otot, akan dibahas dahulu mengenai zat-zat kimia penyusun filamen-filamen tebal

dan tipis yaitu aktin dan miosin.

Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi untuk alat gerak, menyimpan

glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot jantung dan otot rangka.

Otot polos adalah salah satu otot yang mempunyai bentuk yang polos dan bergelondong. Cara

kerjanya tidak disadari (tidak sesuai kehendak) / invontary, memiliki satu nukleus yang

terletak di tengah sel. Otot ini biasanya terdapat pada saluran pencernaan seperti: lambung

dan usus. Otot Lurik (otot rangka).

Otot rangka merupakan jenis otot yang melekat pada seluruh rangka, cara kerjanya

disadari (sesuai kehendak), bentuknya memanjang dengan banyak lurik-lurik, memiliki

nukleus banyak yang terletak di tepi sel. Contoh otot pada lengan. Otot jantung hanya terdapat
pada jantung. Otot ini merupakan otot paling istimewa karena memiliki bentuk yang hampir

sama dengan otot lurik, yakni mempunyai lurik-lurik tapi bedanya dengan otot lurik yaitu

bahwa otot lirik memiliki satu atau dua nukleus yang terletak di tengah/tepi sel. Dan otot

jantung adalah satu-satunya otot yang memiliki percabangan yang disebut duskus interkalaris.

Otot ini juga memiliki kesamaan dengan otot polos dalam hal cara kerjanya yakni involuntary

(tidak disadari).

Jaringan otot merupakan kumpulan dari sel sel yang serabut otot. Selama

perkembangan embrionik, serabut otot dibentuk melalui peleburan ekor dengan ekor dari

banyak sel menjadi struktur yang seperti pipa. Di dalam sel serabut otot ini terdapat unit

kontaksi berupa protein yang trerdiri atas miofibril-miofibril. Miofibril ini merupakan

kumpulan dari lapis tebal (miosin) dan lapis tipis (aktin).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah susunan dan struktur otot rangka?

2. Apa saja macam serabut otot rangka?

3. Bagaimana proses kontraksi otot?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui struktur otot rangka

2. Untuk mengetahui macam serabut otot rangka

3. Untuk mengetahui proses kontraksi otot


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Struktur Otot Rangka


Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak.
Sebagian besar otot tubuh melekat pada kerangka, dapat bergerak secara aktif sehingga dapat
menggerakkan bagian-bagian kerangka. Jadi otot kerangka merupakan sebuah alat yang
menguasai gerak aktif dan memelihara sikap tubuh. Dalam keadaan istirahat, keadaannya
tidak kendur sama sekali, tetapi mempunya ketegangan sedikit yang disebut tonus.Sel otot
dapat dirangkasang secara kimia, listrik, dan mekanik untuk menimbulkan suatu potensi aksi
yang dihantarkan sepanjang membran sel. Sel ini mengandung protein kontraktil dan
mempunyai mekanisme yang diaktifasi oleh potensial aksi.
Otot kerangka terdiri dari serabut otot tersendiri yang merupakan kompleks bangunan
susunan saraf. Kebanyakan otot kerangka dimulai dan berakhir dalam tendo serta serabut otot
yang tersusun sejajar diantara ujung tendinosa, sehingga tenaga kontraktil unit bersifat aditif.
Tiap serabut otot merupakan suatu sel tunggal, multinuclear, panjang, dan silindris. Serabut
otot dibentuk dari fibril yang dibagi ke filamen tersendiri dan dibentuk dari protein kontraktil.
Adapu susunan atau struktur dari otot rangka dalah sebagai berikut:
1. Serat Otot Rangka. Semua otot rangka dibentuk oleh sejumlah serat yang
diameternya berkisar 10-80 mikrometer. Masing-masing serat ini terbuat dari
rangkaian sub-unit yang lebih kecil. Sebagian besar dari otot serabutnya
membentang di sepanjang otot.
2. Sarkolema. Membran sel dari serat otot terdiri dari membran sel yang disebut
plasma, yaitu lapisan tipis bahan polisakarida yang mengandung sejumlah serat
kolagen tipis. Pada ujung serat otot lapisan sarkolema ini bersatu dengan serat
tendo dan berkumpul menjadi berkas untuk membentuk tendo otot yang menyisip
pada tulang.
3. Miofibril. Setiap serat otot mengandung beberapa ratus sampai beberapa ribu
miofibril. Setiap miofibril terletak berdampingan, memiliki 1500 filamen miosin
dan 3000 filamen aktin yang merupakan molekul protein polimer besar yang
bertanggung jawab untuk komtraksi otot. Filamen miosin dan aktin sebagian besar
saling bertautan sehingga menyebabkan miofibril memiliki pita terang dan gelap
yang selang seling.
4. Sarkoplasma. Miofilbril yang terpendam dalam serat otot terdiri dari unsur-unsur
intraselular. Cairan sarkoplasma mengandung kalium, fosfat dan enzim protein
dalam jumlah besar. Miofibril berkontraksi membutuhkan sejumlah besar
adenosine trifosfat (ATP) yang dibentuk oleh mitokondria.
5. Retikulumen Sarkoplasmik. Di dalm sarkolema terdapat banyak reticulum
endoplasma yang dalam serat otot disebut reticulum sarkolema yang mempunyai
susunan khusus dalam pengaturan kontraksi otot. Semakin cepat kontraksi suatu
otot semakin banyak reticulum sarkolema.

Dengan adanya struktur otot pada tubuh manusia, terjadilah pergerakan. Peristiwa mata
berkedip, menelan, bernafas, peristaltik usus, dan aliran darah, kesemuanya itu merupakan hasil kerja
otot. Ada beberapa bagian yang perlu diketahui dari massa otot antara lain:
1. Origo, yaitu tempat lekat otot pada tulang yang relatif diam sewaktu otot berkontraksi.
2. Insertio, yaitu tempat lekat otot pada tulang lain yang relatif banyak berpindah saat kontraksi.
3. Tendo, yaitu jaringan ikat yang kuat dan melekat pada tulang, berfungsi sebagai tali penarik
pada gerakan.
4. Ligamentum, yaitu jaringa ikat penghubung tulang maupun sendi-sendi.
5. Kartilago, yaitu tulang rawan.

B. Macam Serabut Otot Rangka


Tipe serat otot tubuh manusia terdiri dari dua warna, yaitu serat otot merah (tipe I)

dan serat otot putih (tipe II). Serat otot merah mengandung kaya akan myoglobin (protein

berwarna merah dan kaya akan mitokondria) yang berfungsi untuk mengangkut oksigen,

sedangkan serat otot putih hanya sedikit mengandung myoglobin. Proporsi kedua warna

serat otot ini dapat mempengaruhi kecepatan kontraksi otot saat melakukan fungsi gerak.
Gambar di atas (dari kiri ke kanan) memperlihatkan bahwa sprinter memiliki

proporsi serat otot putih yang lebih banyak dibandingkan dengan marathoner. Seperti

yang sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, serat otot putih memiliki lebih

sedikit myoglobin, sehingga kandungan mitokondrianya juga sedikit. Kandungan

mitokondria yang sedikit ini menunjukkan bahwa tidak banyak oksigen yang

digunakan dalam pembentukan energi (sistem energi dominan anaerobik). Dengan

demikian, individu yang memiliki serat otot putih lebih banyak, akan mudah lelah

karena sistem energi anaerobik cenderung menghasilkan hasil samping penumpukan

asam laktat yang dapat memicu kelelahan otot.

Berdasarkan kecepatan kontraksi ototnya, serat otot dibedakan menjadi dua

tipe yaitu serat otot tipe I (Slow-twitch) dan serat otot tipe II (Fast-twitch). Perbedaan

utama antara serat otot tipe I dan II adalah proporsi serat otot merah dan serat otot

putih. Tabel berikut akan memjelaskan perbedaan antara serat otot tipe I dan tipe II

dengan terperinci.
Gambar.2.1 Komponen Serat Otot

Proporsi serat otot tipe I dan tipe II pada tubuh manusia berbeda-beda dan

faktor utama yang mempengaruhi komposisi tipe serabut otot adalah genetik. Dengan

demikian kedua serabut otot ini tidak dapat direkayasa komposisi alaminya. 

C. Proses Kontraksi Otot

Gambar 2.2. Mekanisme Kontraksi Otot

Kontraksi otot terjadi karena adanya rangsangan. Namun, untuk menggerakan

otot biasanya diperlukan suatu rangkaian rangsangan yang berurutan. Rangsangan

pertama akan diperkuat oleh rangsangan kedua, rangsangan kedua akan diperkuat oleh
rangsangan ketiga, dan begitu seterusnya. Maka dengan demikian akan terjadi tonus,

atau ketegangan, yang maksimum. Tiap rangsangan yang diberikan akan

menimbulkan potensi aksi, yang akan menghasilkan kontraksi otot tunggal pada

serabut otot. Jika setelah berkontraksi otot tersebut mencapai relaksasi penuh,

kemudian potensi aksi kedua diberikan, akan terjadi kontraksi tunggal yang

kekuatanya sama dengan kontraksi yang pertama tadi. Jika potensi aksi yang kedua

diberikan saat otot belum mencapai relaksasi penuh dari relaksasi pertama akan terjadi

kontraksi tambahan pada puncak kontraksi pertama. Ini dinamakan penjumlahan

kontraksi. Bila otot diberikan rangsangan yang sangat cepat, tetapi masih ada relaksasi

diantara dua rangsangan, akan terjadi keadaan yang dinamakan tetanus tidak

sempurna. Jika tidak ada kesempatan relaksasi diantara kedua rangsangan, akan terjadi

kontraksi dengan kekuatan maksimum yang disebut tetanus sempurna.

Dalam sistem mekanisme kerja otot, komponen yang berperan dalam kontraksi

otot adalah duat set filamen, yaitu filamen aktin yang tipis dan filamen miosin yang

tebal. Kedua jenis filamen tersebut menyusun sebuah serabut otot. Setiap serabut otot

diatur sebagai ikatan unit kontraktil yang disebut sarkomer. Sarkomer ini yang

membuat penampakan bergaris atau lurik pada otot rangka atau otot jantung.

Sarkomer terdiri dari beberapa daerah. Ujung tiap sarkomer disebut garis Z; terdapat

daerah gelap yang disebut daerah A yang hanya terdiri dari filamen miosin, berselang

seling dengan daerah terang yang disebut daerah I yang hanya terdiri dari aktin; ditepi

daerah A filamin aktin dan miosin saling tumpang tindih; sedangkan daerah tengah

hanya terdiri dari miosin yang terdiri dari zona H; filamen aktin terikat; filamen

miosin terikat pada garis M di bagian tengah sarkomer.

Saat kontraksi filamen aktin bergeser di antara miosin kedalam zona H,

Sehingga serabut otot memendek. Panjang pita A tetap, sedangkan pita I dan zona H
menjadi lebih pendek. Filamen tebal otot terdiri dari beberapa ribu miosin yang

tersusun secara pararel. Ujung miosin mengikat ATP kemudian mengubahnya menjadi

ADP, melepaskan beberapa energi ke miosin yang kemudian berubah bentuk menjadi

konfigurasi energi tinggi. Miosin berenergi tinggi tersebut berikatan dengan aktin

dengan kedudukan tertentu yang akan membentuk jembatan silau. Lalu energi yang

terdapat pada miosin dilepaskan, dari ujung miosin beristirahat dengan energi rendah.

Keadaan inilah yang dinamakan relaksasi. Relaksasi tersebut, mengubah sudut

perlekatan yang sebelumnya ada di ujung miosin menjadi di ekor miosin. Ikatan antara

miosin energi rendah dan aktin akan terpecah saat molekul ATP baru bergabung

dengan ujung miosin. Kemudian proses kontraksi akan terjadi lagi berulang

membentuk siklus.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Citra, Anisyah. 2016. Tipe Serabut Otot. https://apki.or.id/tipe-serat-otot/ diakses pada


tanggal 27 Maret 202, Pukul 10.00 wib
Arthur J. Vander (1986). Human Physiology, 4th  ed. Mc Graw: Hill Internasional Editions.

Razak. Datu (2004). Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Unhas. Jakarta: Gitamedia.

Kus. Irianto (2004). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Gramedia:
Jakarta.

Setiadi.2007.Anatomi Fisiologi Manusia. Yogyakarta. Graham Ilmu

Syaifuddin (1997). Anatomi dan Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC.

Wulangi. S Kartolo (2000). Prinsip-prinsip Fisiologi Manusia. DepDikBud: Bandung

Anda mungkin juga menyukai