Anda di halaman 1dari 8

OLAHRAGA DAN NASIONALISME

Putra Hadi
Abstrak
Olahraga memiliki kontribusi yang besar bagi pembentukan identitas nasional dan
rasa nasionalisme dengan secara temporer menghilangkan perbedaan-perbedaan di
antara masyarakat ketika semua fokus pada pertandingan. Olahraga berperan pula
dalam pembentukan solidaritas nasional, yaitu ketika semua pihak mulai dari atlet
sampai penonton bersatu padu membela negara.
Nasionalisme merupakan fenomena yang kompleks karena konotasi dan
interpretasinya yang kaya sebagai hasil studi yang demikian beragam sepanjang masa.
Semua bangsa mengakui bahwa olahraga merupakan salah satu unsur yang
berpengaruh dalam kehidupan manusia dan merupakan kebutuhan dan kewajiban
dalam kegiatannya. Motto olahraga nasional yaitu “memasyarakatkan olahraga dan
mengolahragakan masyarakat”, merupakan konsep nasional untuk mewujudkan secara
nyata pembangunan manusia seutuhnya sekaligus menjadi konsep pendidikan jasmani
dan olahraga Indonesia.

Kata Kunci : Olahraga dalam nasionalisme, nasionalisme.

Pendahuluan dengan fakta sejarah bagaimana prestasi


Olahraga sejak lama telah menjadi di bidang olahraga mampu mengangkat
simbolisasi dari semangat jiwa manusia. derajat, harkat, dan martabat suatu bangsa
Hal ini dianggap nyata dan penting meskipun dalam keadaan yang terpuruk.
karena dalam pengolahan tubuh manusia, Organisasi olahraga kompetisi telah
akan timbul kesadaran untuk berorientasi dihubungkan dengan nasionalisme,
pada satu tujuan. Pada cakupan kecil, ia pemerintahan dan Negara. Pasalnya
menjadi usaha manusia untuk menjaga meskipun Indonesia telah merdeka,
kesehatan dan cara ampuh melawan namun kita masih memerlukan pahlawan
penyakit serta memaksimalkan raga dan yang berjiwa nasionalisme sejati, berjiwa
pikiran. Pada cakupan yang lebih luas, ia pembaharuan, mempunyai visi dan misi
mengandung makna yang selalu dikaitkan ke depan yang jelas, mampu membaca
dengan kemanusiaan, persaudaraan, tanda-tanda zaman, serta berprilaku jujur,
semangat hidup, hingga ia dilambangkan tegas dan bijaksana.
dalam lima lingkaran dalam kejuaraan Pahlawan seperti itulah yang dikenal
internasional Olimpiade. Semangat yang dengan satrio pandito ,yaitu orang yang
universal sekaligus partikular yang ada bertugas sebagai kesatria dan sekaligus
dalam olahraga tersebut juga dapat bertugas sebagai pandito (orang bijak)
memperkuat rasa kebanggaan dan salah yang dari dalam jiwanya terpancar
satu cara ampuh memperkuat kesucian, kejujuran dan kearifan. Hal itu
nasionalisme. Hal ini dapat dibuktikan dapat dipraktikan dalam berbagai bidang
salah satunya olahraga yakni menjadi dan proses. Dari sisi input, kita
atlet yang berjuang sampai titik darah kekurangan calon-calon atlet yang
penghabisan untuk mengharumkan nama berkualitas, baik dari segi
bangsa. anthropometrik, fisiologis maupun
Nasionalisme merupakan suatu psikologis. Ini disebabkan karena
paham /ajaran untuk mencintai bangsa rendahnya budaya olahraga (sport cultur)
dan negara sendiri atau kesadaran yang berintikan pada partisipasi. Belum
keanggotaan dalam suatu bangsa yang lagi sistem perekrutan yang kurang
secara potensial atau aktual bersama- kredible dan akuntable, karena masih
sama mencapai, mempertahankan, dan suburnya budaya pilih kasih. Sejalan
mengabadikan identitas, intregitas dengan itu tak heran kalau kita melihat
kemakmuran dan kekuatan bangsa. prestasi atlet kita semakin terpuruk.
Namun berbeda dengan kondisi saat Merososnya prestasi kontingen
ini, terkadang kita sering mendengar isu merah putih diajang Asean Games
miring baik yang berkembang tersebut tentu saja mengundang beragam
dimasyarakat maupun yang dilansir oleh banyak pendapat, seperti halnya yang
beberapa media massa terkait kepindahan dilontarkan salah satu pengamat olahraga
atlet maupun jual beli atlet. sehingga Fritz Simandjuntak. Selain ia menuding
terkadang tak heran sering kita jumpai manajeman olahraga yang amburadul,
ada atlet yang lebih memilih membela juga ketiadaan fasilitas pemusatan latihan
daerah lain dibandingkan dengan Nasional yang memadai menjadi
membela daerah tempat kelahirannya, penyebab prestasi kontingen merah putih
dengan alasan hanya sekedar untuk kurang maksimal. ”Kita tidak punya
mengejar bonus yang cukup besar. fasilitas pelatnas yang bagus, bandingkan
Selain faktor tersebut, perhatian dengan Malaysia yang memiliki 7 sport
pemerintah selama ini pun terhadap center. Lihat saja pencak silat, kita
olahraga terkesan masih setengah hati, ususlkan dipertandingkan di SEA Games,
hal itu dengan minimnya fasilitas yang sekarang negara lain yang menguasai. Ini
memadai terutama di daerah. Makanya karena lawan sudah mempersiapkan diri
sebagaimana diketahui bersama bahwa dengan baik di pusat latihan berkualitas, ”
kondisi keolahragaan nasional sebagai ungkapnya seperti halnya yang dilansir
sebuah sisitem khususnya dari segi Koran Jakarta Edisi 87. 
prestasi pada dewasa ini dalam situasi
yang memprihatinkan. Dari kaca mata Peranan Pemerintah Terhadap
kesisteman, kualitas hasil (output) Pembentukan Budaya Olahraga
ditentukan oleh kualitas masukan input Olahraga dewasa ini telah menjadi
(input) dan kualitas proses yang terjadi. hak setiap orang yang mendasar.
Hasil yang selama ini kita dapatkan Sehingga olahraga sudah merupakan
merupakan konsekuensi logis dari sub- sebagai hak azasi bagi semua orang.
sistem yang tidak optimal, yakni input Rupanya sprit inilah yang akhirnya
dimanisfestasikan dalam Undang-Undang adalah bangsa yang sehat sehingga
Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem menjadikan negara kuat. Prestasi olahraga
Keolahragaan Nasional, khususnya Pasal yang membanggakan dan meningkatkan
6 yang menyatakan antara lain bahwa : harkat martabat bangsa dapat diraih
”setiap warga negara mempunyai hak melalui olahragawan atau atlet yang sehat
yang sama untuk (a) melakukan kegiatan dan bugar jasmaninya. 
olahraga, (b) memperoleh pelayanan
dalam kegiatan olahraga, (c) memilih dan Hubungan Nasionalisme dan Olahraga
mengikuti jenis atau cabang olahraga Nasionalisme Indonesia pada
yang sesuai dengan bakat dan minatnya, awalnya muncul sebagai jawaban atas
(d) memperoleh pengarahan, dukungan, kolonialisme.
bimbingan, pembinaan dan Pengalaman penderitaan bersama sebagai
pengembangan dalam olahraga....”. kaum terjajah melahirkan semangat
Sementara itu pemerintah dan pemerintah solidaritas sebagai satu komunitas yang
daerah berkewajiban memberikan mesti bangkit dan hidup menjadi bangsa
dukungan pendanaan, ruang terbuka dan merdeka. Semangat tersebut oleh para
tenaga keolahragaan guna mewujudkan pejuang kemerdekaan dihidupi tidak
pembangunan olahraga. hanya dalam batas waktu tertentu, tetapi
Suatu era baru pembangunan terus-menerus hingga kini dan masa
olahraga berupa Gerakan nasional mendatang.
Keolahragaan seharusnya dimulai dan Pada masa sekarang ini satu hal yang
dilaksanakan secara konsisten dan perlu dibenahi oleh bangsa Indonesia
berkelanjutan dalam suatu rencana adalah
pembangunan jangka panjang, menengah mentalitas warga masyarakatnya. Sikap
dan pendek. Mulai gerakan nasional mental yang kuat dan konsisten serta
keolahragaan yang merupakan perjalanan mampu mengeksplorasi diri adalah salah
panjang tersebut maka upaya peningkatan satu bentuk konkrit yang dibutuhkan
dan perluasan akses terhadap olahraga bangsa Indonesia pada saat ini. Saat ini
sangat diperlukan sehingga setiap orang memang bangsa Indonesia sedang
dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan mengalami massa-masa keterpurukanya
olahraga. Peningkata dan perluasan dalam dunia intetrnasional. Krisis
partisipasi itu begitu penting dalam multidimensi yang di barengi dengan
menanamkan kecintaan terhadap olahraga krisis ekonomi yang berkepanjangan
dalam rangka membentuk budaya yang menyebabkan kegoncangan dan
olahraga (sport culture) dalam keterpurukan mental Indonesia.
masyarakat. Indonesia merupakan salah satu Negara
Budaya olahraga ini sesungguhnya yang memiliki keunikan tersendiri ,terdiri
merupakan pondasi untuk membentuk dari ribuan pulau  dengan kekayaan
keluarga, masyarakat dan bangsa yang alamnya yang melimpah ruah,jumlah
cinta olahraga. Bangsa berolahraga penduduknya sangat besar  dengan
keragaman suku bangsanya,iklim dan bukanlah sesuatu yang jatuh begitu saja
cuaca yang mendukung dengan letak dari langit, ada akar historisnya, dan
geografis  dan geostrateginya begitulah ironisnya akar historis tersebut tidak
Indonesia. Tentunya saya sendiri jarang bermula dari sejarah kolonialisme
sebagai  salah satu mahasiswa di fakultas (Clifford Geertz dalam Pigay, 2000: 55).
ilmu keolahragaan  yang mempunyai rasa Nasionalisme adalah sebuah perasaan
nasionalisme dan rasa bela Negara yang cinta yangkuat dari seorang warga
tinggi. masyarakat kepada negara tempat dimana
Semua bangsa mengakui bahwa ia tinggal. Nasionalisme membuat
olahraga merupakan salah satu unsur seseorang merasa memiliki bangsanya
yang berpengaruh dalam kehidupan dan akan berusahasekuat tenaga untuk
manusia dan merupakan kebutuhan dan kemajuan bangsanya. Rasa cinta dan
kewajiban dalam kegiatannya. Motto memiliki kepada bengsadan negaralah
olahraga nasional yaitu yang akan membuat seseorang merasa
“memasyarakatkan olahraga dan ringan dalam berbuat dan berkorban
mengolahragakan masyarakat”, Nasionalisme mempunyai pengaruh yang
merupakan konsep nasional untuk sangat besar bagi siapapun,
mewujudkan secara nyata pembangunan terutama bagi para altlet yang berjuang
manusia seutuhnya sekaligus menjadi dengan membawa nama negaranya.
konsep pendidikan jasmani dan olahraga Melaluinasionalisme, seorang atlet atau
Indonesia. (Bastaman dalam Gunarsa olah ragawan akan termotivasi untuk
1989: 87). memberikanyang terbaik bagi bangsa dan
Secara etimologis, nasionalisme, negaranya. Melalui nasionalisme pula,
natie dan nasional, semuanya berasal dari para atlet akan meningkat mental
bahsa latin Natio yang berari bangsa yang bertandingnya yang pada akhirnya
dipersatukan karena kelahiran, dari kata meningkatkan prestasi olahraga dari suatu
Nasci yang berarti dilahirkan (Pigay, negara.
2000: 53).
Menurut Michael Aflag dari Suriah Pembentukan Karakter Lewat
“Nasionalisme adalah cinta”. Kedourie Olahraga
mengatakan bahwa nasionalisme Keprihatinan terhadap fenomena
merupakan cinta abstrak yang telah degradasi moral dan karakter bangsa
menyulut tindakan-tindakan teror terhebat makin terasa akut dari masa ke masa
(Smith, 2003: 38). dikalangan masyarakat makin mewabah
Menurut Douglas Weeks, patologi sosial dan penyalahartian praktik
nasionalisme merupakan formalisasi dari kehidupan demokrasi dengan kebebasan
kesadaran nasional yang membentuk tanpa aturan. Selain itu juga ada
bangsa dalam arti politik yaitu negara perkembangan sentimen kedaerahan dan
nasional. Sedangkan Aditjondro kesukubangsaan yang makin
mengatakan bahwa nasionalisme meluncurkan semangat nasionalisme,
maraknya kekerasan dan pelanggaran hak
asasi manusia, terjadinya degradasi Nilai Dasar
lingkungan, radikalisme atas nama Dalam kehidupan sehari-hari
puritanisme dan otensitas agama.Banyak olahraga sering disikapi sebagai media
kalangan berpandangan bahwa problem hiburan, pengisi waktu luang, senam,
multidimensional ini harus dipikul oleh rekreasi, kegiatan sosialisasi, dan
institusi pendidikan. Berbeda dengan meningkatkan derajat kesehatan. Secara
peran pendidikan di negara-negara maju fisik olahraga memang terbukti dapat
yang lebih terbatas pada transfer ilmu mengurangi risiko terserang penyakit,
pengetahuan, pendidikan di Indonesia meningkatkan kebugaran, memperkuat
memikul beban ganda. Beban ganda itu tulang, mengatur berat badan, dan
ialah tidak saja transformasi pengetahuan, mengembangkan keterampilan.
tetapi ditambah lagi dengan enkulturasi Sayangnya, nilai-nilai yang lebih penting
berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam konteks pendidikan dan psikologi,
pembentukan karakter dan kepribadian yaitu pembentukan karakter dan
dalam kerangka nation and character kepribadian, masih kurang disadari.
building. Sayangnya, meski secara Kepribadian, sosialisasi, dan
konseptual pokok pikiran ini relatif lebih pendidikan kesehatan, serta
mudah dirumuskan, tetapi praktiknya kewarganegaraan hakikatnya adalah
sungguh rumit. Anatominya meliputi agenda penting dalam proses pendidikan.
horizon yang amat luas ada perilaku Sebagaimana pentingnya membaca,
moral, nilai moral, karakter, emosi, logika menulis, dan berhitung, saat ini perlu
moral, dan penggalian identitas. Moral ditambahkan lagi dengan respect and
karakter berhubungan erat dengan responsibility Mengapa? Sebab,
perilaku dan nilai-nilai yang dapat sesungguhnya dalam perspektif sejarah
didefinisikan sebagai sikap yang sudah sejak lama pendidikan jasmani dan
konsisten untuk merespons situasi olahraga dijadikan andalan sebagai
melalui ciri-ciri seperti kebaikan hati, wahana yang efektif untuk pembentukan
kejujuran, sportivi-tas, tanggung jawab, watak, karakter, dan kepribadian. Bahkan
dan penghargaan kepada orang lain pembentukan sifat kepemimpinan
(Lickona. 1997). seseorang dapat dicapai melalui media
Bagaimana membudayakan perilaku ini.
dan nilai-nilai tersebut? Dalam tulisan ini Dalam ruang lingkup kehidupan
dideskripsikan bahwa melalui pendidikan masyarakat, orang tua mengharapkan
olahraga, yang selama ini banyak generasi baru memahami norma salah-
dipandang sebelah mata, temyata banyak benar, kearifan dalam hidup
nilai perilaku yang secara riil dapat bermasyarakat, memiliki sikap sportif,
diwujudkan apabila direncanakan secara disiplin, serta taat asas dalam tata
sistematis. pergaulan. Hidup bersama melalui
aktivitas olahraga bagi anak-anak dapat
memberi pelajaran bahwa permainan tetapi juga kesanggupan mental
dengan tata aturan tertentu dapat menggunakan akal sehat. Kepatutan
menguntungkan semua pihak dan tindakan itu bersumber dari hati nurani
mencegah konflik perbedaan pandangan. yang disebut dengan istilah fair play.
Anak-anak juga dapat belajar Dalam dua tahun terakhir, model
bersosialisasi melalui permainan- kompetisi yang dijiwai fair play telah
permainan, yang sayangnya fasilitas diimplementasikan pada kompetisi
seperti ini nyaris luput dari perhatian nasional dalam forum Olimpiade
layanan publik. Olahraga Sekolah Nasional (O2SN) dan
Padahal melalui aktivitas seperti ini, forum internasional, yaitu ASEAN
mereka yang memiliki minat sejenis Primary School Sport Olympiade
dapat berbagi pengalaman dalam (APSSO). Hasilnya sungguh
common ground yang dapat menggembirakan karena penerapan
ditransformasikan melalui komunikasi tersebut berimplikasi pada perilaku
dan interaksi yang kohesif.Peran olahraga peserta kompetisi yang lebih
kian penting dan strategis dalam konteks mencerminkan jiwa sportivitas, kejujuran,
pengembangan kualitas SDM yang sehat, persahabatan, rasa hormat, dan tanggung
mandiri, bertanggung jawab, dan jawab dengan segala dimensinya.
memiliki sifat kompetitif yang tinggi. Dalam kode fair play terkandung makna
Selain itu juga penting dalam bahwa setiap penyelenggaraan olahraga
pengembangan identitas, nasionalisme, harus dijiwai oleh semangat kejujuran
dan kemandirian bangsa. Olahraga yang dan tunduk pada tata aturan, baik yang
dikelola secara professional akan mampu tersurat maupun tersirat Setiap
mengangkat martabat bangsa dalam pertandingan harus menjunjung tinggi
percaturan internasional. sportivitas, menghormati keputusan
Sejarah telah mencatat bahwa wasit/juri, serta menghargai lawan, baik
olahraga dapat menjadi media pendidikan saat bertanding maupun di luar arena
atau menjadi ikon bisnis dan industri pertandingan.Kemenangan dalam suatu
yang prospektif. Olahraga secara pertandingan, meski penting, tetapi ada
potensial dan aktual dapat men-jadi yang lebih penting lagi, yaitu
rujukan yang efektif bagi pembentukan menampilkan keterampilan terbaik
watak kepribadian dan karakter dengan semangat persahabatan Lawan
masyarakat. bertanding sejatinya adalah juga kawan
Olahraga dengan segala aspek dan bermain.Tidaklah diragukan bahwa
dimensinya, lebih-lebih yang pendidikan olahraga adalah wahana yang
mengandung unsur pertandingan dan sangat ampuh bagi persemaian karakter
kompetisi, harus disertai dengan sikap dan kepribadian anak bangsa apabila
dan perilaku berdasarkan kesadaran dikembangkan secara sistematis.
moral. Implementasi pertandingan tidak Olahraga mengandung dimensi nilai
terbatas pada ketentuan yang tersurat, dan perilaku positif yang
multidimensional. Pertama, sikap sportif, kebutuhan pemerintah dan
kejujuran, menghargai teman dan saling pemerintan daerah. (3) jumlah dan
mendukung, membantu dan penuh jenis prasarana olahraga yang
semangat kompetitif. Kedua, sikap kerja dibangun harus memperhatikan
sama, team work, saling percaya, berbagi, potensi keolahragaan yang
saling ketergantungan, dan kecakapan berkembang didaerah setempat.
membuat keputusan bertindak. Ketiga, Demikian pula tentang
sikap dan watak yang senantiasa manajemen, kalau betul apa yang
optimistis, antusias, partisipasi!", tersirat diundang-undang
gembira, dan humoris. Keempat, terealisasikan dilapangan tentau saja
pengembangan individu yang kreatif, tidak akan terjadi manejemn yang
penuh inisiatif, kepemimpinan, amburadul seperti apa yang
determinasi, kerja keras, kepercayaan ditudingkan oleh Fritz Simandjuntak,
diri, kebebasan bertindak, dan kepuasan karena di pasal 21 ayat 1 dan 2
diri pemerintah dan pemerintah daerah
wajib melakukan pembinaan dan
Kesimpulan pengembangan olahraga sesuai
1. Dari uraian di atas Penulis simpulkan dengan kewenanagan dan
beberapa pokok permsalahan sebagai tanggungjawabnya, ayat 2
berikut : pembinaan dan pengembangan
Peranan pemerintah terhadap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
olahraga dengan dikeluarkannya UU meliputi pengolahraga, ketenagaan,
Ri nomor 3 tahun 2005 tentang pengorganisasian, pendanaan,
sistem keolahragaan nasional. Kalau metode, prasarana dan sarana, serta
kita cermati apa yang dilontarkan penghargaan keolahragaan.
oleh pengamat olahraga Fritz Demikain juga pada pasal 63 ayat 3,
Simandjuntak (koran Jakarta) terkait tenaga keolahragaan bertugas
kurangnya prasarana dan menyelenggarakan atau melakukan
manajeman, seharusnya itu tidak kegiatan keolahragaan sesuai dengan
boleh terjadi di Indonesia. Karena bidang kehalian dan/atau
pemerintah sudah mengatur kewenangan tenaga keolahragaan
sedemikian rupa tentang yang bersangkutan.
keolahragaan dengan dikeluarkannya 2. Olahraga disetiap masyarakat perlu
UU RI nomor 3 tahun 2005 tentang ditumbuh kembangkan agar dapat di
sistem keolahragaan nasional. Seperti manfaatkan sebagai wahana untuk
halnya pengaturan sarana, pada pasal meningkatkan rasa naionalisme para
67 (2) yang berbunyi pemerintah dan pemuda, pembinaan unutk
pemerintah daerah menjamin berprestasi dan mengembangkan
ketersediaan prasarana olahraga kepribadian secara utuh. Hakikat
sesuai dengan standard yang olahraga merupakan simulasi
kehidupan. Melalui olahraga Pigay, Decki Natalis. (2000). Evolusi
Pemuda-pemuda dan masyarakat Nasionalisme dan Sejarah Konflik
dapat belajar kedisiplinan, Politik di Papua. Jakarta: PT. Sinar
membentuk jiwa yang sportif, Harapan.
pantang menyerah, semangat Smith, A.D. (2003). Nasionalisme: Teori,
bekerjasama, saling menghargai, dan Ideologi, Sejarah. Jakarta: Erlangga.
mengerti akan adanya aturan dan
peraturan yang di berlakukan, berani
mengambil keputusan, kesetiaan,
kebanggaan, dan kehormatan.

Saran
Mengingat pentingnya sarana pendukung
dan manajemen dan menumbuh
kembangkan rasa nasionalisme di
kalangan para penggemar olahraga/ atlet,
maka pemerintah harus senenatiasa
meningkatkan lagi peransertanya terutam
mengimplementasikan apa yang tersirat
dalam Undang-Undang nomor 3 tahun
2005 tentang Sistem Keolahrgaan
Nasional, sehingga akan menjadi faktor
motivasi bagi para atlet untuk meraih
pretasi yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, Singgih D. 1989. Psikologi
Perkembangan Anak Dan Remaja.
Jakarta:BPK Gunung Mulia.
Lickona, Thomas. 2003. My
Thoughts about
National Character. Ithaca and
London:
Cornell University Press.Nurcholis, H.
(2011). Hubungan Pusat Daerah:
Antara Efisiensi Administrasi dan
Demokratisasi Lokal. [Online].
Tersedia: http://asian.or.id/wp-
content/uploads/2011/07/otonomi-
hanif.pdf. [6 Maret 2015].

Anda mungkin juga menyukai