LATAR BELAKANG
Aneka diskriminasi terhadap hak dan peranan kaum perempuan di Indonesia masih
sering terjadi, seperti misalnya dalam bidang sosial, ekonomi, dan terlebih lagi di bidang
politik. Kondisi ini masih merupakan masalah yang kompleks karena akar sejarah yang
cukup panjang dan gejalanya jelas tampak dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena
ketimpangan sosial ini dapat diamati sejak berlangsung proses sosialisasi terhadap anak
bayi perempuan di dalam keluarga, dan semakin kentara tatkala mereka sudah menginjak
usia remaja dan dewasa. Kondisi yang mendiskriminasikan anak perempuan di Indonesia
menyebabkan sempitnya kesempatan mereka untuk berperan dimasyarakat dan dalam
bidang olahraga apalagi sebagai pengambil keputusan. Tidak hanya kasus seperti yang
dikemukakan di atas, kondisi lain yang menghambat kesempatan perempuan untuk
memperoleh pendidikan formal, berawal dari budaya pingitan dalam bentuk aneka
pembatasan yang diperlakukan terhadap perempuan pada semua lapisan sosial di berbagai
daerah di Indonesia. Budaya seperti ini bermula dari kecenderungan masyarakat untuk
mendidik anak perempuan dengan perlakuan yang berbeda dengan laki-laki seperti
tercermin dalam pola asuhan di lingkungan keluarga dan perlakuan ini merambah hingga
pada kalangan masyarakat umum. Isu kesetaraan gender memang mengandung implikasi
sosial dan politik adalah bahwa kaum wanita meminta bagian dan perubahan dalam
bentuk kesetaraan kesempatan dengan catatan kaum wanitalah yang secara otonom untuk
memutuskan dalam kegiatan olahraga yang mana mereka akan berkiprah. Karena itu, isu
kesetaraan gender dalam olahraga pada gilirannya mengalami pergulatan untuk melepaskan
diri dari nilai-nilai budaya yang untuk membentuk konstruksi sosial baru berupa alokasi
fungsi dan peranan wanita di masyarakat. Gender sesungguhnya tidak ada dalam bahasa
Indonesia. Dan dalam kamus bahasa Inggris, kata gender dan sex diartikan sebagai
jenis kelamin. Sex adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis, yang
secara fisik melekat pada masing-masing jenis kelamin, laki-laki dan perempuan.
Perbedaan jenis kelamin merupakan kodrat atau ketentuan Tuhan, sehingga sifatnya
permanen dan universal. Sex tidak bisa berubah, permanen dan tidak bisa dipertukarkan
antara laki-laki dan perempuan karenanya bersifat mutlak. Sehingga perlu diuraikan
dengan jelas tentang kaitan antara konsep gender dengan sistem ketidakadilan sosial secara
luas, kaitan antara konsep gender dan sex dengan kaum perempuan, dan hubungannya
dengan persoalan ketidakadilan sosial lainnya.
Konsep gender kemudian diadopsi oleh Indonesia karena masyarakat Indonesia
modern kurang memperhatikan esensi kebudayaan lokal mengenai dinamika relasi-relasi
seksual. Gender sebagai suatu konsep bertumpu pada aspek biologis (biological
reductionism) sebagaimana dikatakan oleh Cucchiari (1994) bahwa gender memiliki dua
kategori biologis yang berbeda namun saling mengisi, yaitu pertama kategori laki-laki dan
yang kedua adalah kategori perempuan. Setiap kategori mengandung makna yang
pengertiannya bervariasi dari satu ke lain masyarakat. Setiap aktivitas, sikap, tata nilai dan
simbol-simbol diberi makna oleh masyarakat pendukungnya menurut kategori biologis
masing-masing. gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang
dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya, sehingga lahir anggapan tentang peran
sosial dan budaya laki-laki dan perempuan. Bentukan sosial atas laki-laki dan perempuan
itu antara lain : kalau perempuan dikenal sebagai makhluk yang lemah lembut, cantik,
emosional atau keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa.
Sifat-sifat itu dapat dipertukarkan dan berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa gender dapat diartikan sebagai konsep sosial yang membedakan (memilih
atau memisahkan) peran antara laki-laki dan perempuan. Arus globalisasi memang tidak
luput dari perkembangan teknologi yang begitu pesat sehingga orang diberbagai belahan
manapun dewasa ini sudah dapat merasakan berbagai perkembangan yang ada termasuk
olahraga. Pertandingan-pertandingan olahraga bertaraf nasional, regional, maupun
internasional dapat dilihat oleh hampir seluruh orang di muka bumi ini. Bahkan kita dapat
melihat siapa dan olahraga apa yang begitu popular dan diminati orang saat ini Sudah sejak
lama olahraga dianggap hanya milik kaum maskulin, tetapi keterlibatan wanita dalam
olahraga juga sudah mengikuti anggapan itu
BAB II
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Psikologi: berbagai pandangan mengenai gender dan feminism - fajar apriani,
S.Sos., M.Si.
Jurnal: Wanita, olahraga, dan media: dari partisipasi sampai eksploitasi; Oleh: soni
nopembri-universitas negeri Yogyakarta