Anda di halaman 1dari 11

NAMA : JOPANKA NABILA CAHAYA

NIM : 2285005
PRODI : PENDIDIKAN JASMANI
SEMESTER : II (GENAP)
MATKUL : SOSIOLOGI DAN
OLAHRAGA
DOSEN PENGAMPUN : DIAN PERMANA, M.Pd
WANITA DAN
OLAHRAGA
Menurut Dr. Nina Sutresna

Kesadaran bahwa gender sebagai pembatas keterlibatan dua kaum yang bersebrangan
ini menjadi tipis dan nyaris tanpa batas sejak menjelang habisnya abad 21.
Tinjauan sejarah serta tilikan perkembangan keterlibatan wanita yang terjadi saat ini,
diharapkan dapat menyuguhkan fakta, bahwa pada dasarnya potensi yang menyertai
kaum wanita tidak semestinya menjadi hambatan untuk dapat berperan serta dalam
kegiatan olahraga, sebagimana halnya kaum laki-laki.
Olahraga kerap dipandang sebagai dunianya kaum laki-laki. Tinjauan kaum wanita
dari berbagai sisi mengiring pada satu pemahaman yang seharusnya mampu membuka
mata (hati) setiap individu agar mampu memberi tempat yang lebih lapang bagi kaum
hawa untuk berperan aktif dan kondusif, beriringan jalan dengan kaum adam.
Isu Dan Kontroversi
Bentuk Partisipasi Wanita Dalam Kegiatan Olahraga

Menurut penelitian oleh Brown dan Davies (1978), mengindikasikan bahwa sikap wanita pada
jenis olahraga yang keras (body contact) masih sangat rendah, dibandingkan dengan kaum laki-
laki. Pada umumnya kaum wanita kurang menyukai cabang-cabang olahraga yang didalamnya
sarat dengan kekerasan fisik.
Kekerasan sering diartikan sebagai lambang masculinities. Adanya orientasi ini pada akhirnya
mengiring dan mengpengaruhi perbedaan pemilihan jenis aktivitas yang dilakukan kaum wanita,
terutama dikaitkan dengan kehidupan sosial dan nilai sosial yang ada di masyrakat.
Gender Relations

Kendala Bagi Kaum Wanita

Menurut Carrol Mann, Presiden Federasi Olahraga Wanita, 1988.


"Jumlah wanita yang berperan sebagai pelatih dan menduduki posisi sebagai
administrasi olahraga dalam sepuluh tahun terakhir mulai beranjak pada angka 50%
bahkan lebih. Olahraga wanita mengalami peningkatan yang berarti, namun demikian
sebagian besar kaum laki-laki masih meyakini bahhwa kaum wanita tidak memiliki
kemampuan yang memadai untuk aktivitas tersebut."
Bentuk Partisipasi Wanita
dalam Olahraga
KEBIJAKAN PEMERINTAH
PENINGKATAN PARTISIPASI
Terjadi di negara sebesar dan seliberal Amerika, setelah melalui
Sejak awal era 70-an, terjadi perubahan terkait nilai sosial pada
proses lobi yang berlangsung puluhan tahun. Kongres memutuskan
masyarakat terutama di negara industry yang cukup drastis berkaitan
untuk menegeluarkan kebijakan dalam pasal IX pada tahun 1972
dengan peran wanita dalam kegiatan olahraga. Perubahan tersebut
yang berbunyi ; "setiap orang (tanpa memperhatikan jenis kelamin)
berkaitan dengan peningkatan :
memiliki kebebasan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan".

NEW OPPORTUNITIES (KESEMPATAN BARU) PERKEMBANGAN KETERLIBATAN WANITA DAN


OLAHRAGA
Kesadaran adanya kesempatan baru yang cukup menantang ini Gagasan kaum wanita memiliki kesempatan & kemampuan yang
semakin mengundang kehadiran para remaja putri untuk turut sama dengan kaum laki-laki mendorong kaum wanita dari segala
mengambil bagian dalam kegiatan olahraga di sekolah. tingkat dan kalangan untuk lebih berpartisipasi dan memunjukan
kemampuannya dalam kegiatan olahraga (Fleskin,1974).
Lanjutan

KESEHATAN DAN KEBUGARAN JASMANI

Meningkatkan kesadaran perlunya kesehatan dan kebugaran jasmani menjelang


pertengahan 70-an mendorong kaum wanita untuk mengambil bagian dalam aktifitas
fisik, termasuk olahraga. Tujuan yang ingin digapai melalui keikutsertaan tersebut
awalnya masih dikaitkan dengan segi keindahan fisik (beauty youthfull) dan kemudian
mulailah beranjak pada keinginan untuk memiliki tubuh yang indah pada hasrat untuk
mengembangkan tubuh menjadi lebih "maskulin (dapat dipertentangkan feminimitas
sebagai stereotype perempuan)".
Perubahan Struktur dikaitkan dengan Gender
Olahraga kerap dipakai sebagai alat untuk menunjukan kelebihan kaum laki-laki dibandingkan kaum
wanita. Pergeseran nilai yang terjadi pada kaum wanita belum sepenuhnya mensejajarkan kaum wanita
dengan kaum laki-laki. Hambatan dibidang ekonomi, politik, dan bahkan budaya masih kerap dijumpai.
Pada kenyataannya kaum laki-laki masih mendominasi dan memegang kendali pada setiap organisasi
yang seharusnya melibatkan kaum wanita. Contohnya yang bahkan sampai saat ini masih berlangsung
adalah beragam permintaan yang masih melemahkan kaum wanita. Orang kerap menyatakan jika anak
laki-laki melakukan sesuatu teknik gerakan yang salah, maka serta merta akan keluar komentar
"pukulannya/lemparannya lembek seperti anak perempuan" namun sebaliknya bila ada anak perempuan
yang melakukan suatu gerakan yang bagus, maka komentar yang keluar adalah "pukulan/lemparannya
hebat seperti anak laki-laki".
Beberapa Perbedaan
(Rujukan Utami Munandar)
PERBEDAAN HARAPAN, ORIENTASI
PERBEDAAN ANTAR JENIS KELAMIN
PRESTASI DAN ASPIRASI

Perbedaan ini berkaitan dengan norma sosial- Harapan keluarga, sekolah dan teman sebaya tidak
budaya, stereotip, bias & diskriminasi dapat di mendorong orientasi, prestasi tinggi dan
ubah dari masalah ini membebaskan kemandirian diri pada anak perempuan. Tekanan ini
perempuan untuk berprestasi setara dengan dapat mengalahkan perempuan ke aspirasi yang
rendah, yang sebaliknya mengakibatkan prestasi
pria.
dibawah taraf kemampuan.
IMPLIKASI TERHADAP PENGEMBANGAN
WANITA DALAM OLAHRAGA

Telaahan teologis dalam tulisan ini masih sangat sempit, dimana pengungkapan
sejarah lebih banyak difokuskan pada beberapa pernyataan dan fakta secara spesifk
hanya mengulas tentang berbagai kendala yang dialami kaum perempuan sebagai
akibat adanya konsep tentang perempuan dari kajian teologis yang menghantarkan
stigma negative bagi kaum perempuan.
Kesimpulan
Keterlibatan wanita yang terjadi faktanya bahwa pada dasarnya yang meneyertai
kaum wanita tidak semestinya menjadi hambatan untuk dapat berperan dalam
kegiatan olahraga. Tetapi isu dan kontroversi pada umumnya kaum wanita kurang
menyukai cabang-cabang olahraga yang di dalamnya serat dengan kekerasan fisik.
Olahraga wanita mengalami peningkatan yang berarti, namun dengan demikian
sebagian besar kaum laki-laki masih meyakini bahwa kaum wanita tidak memiliki
kemampuan yang memadai untuk aktivitas tersebut.

Anda mungkin juga menyukai