FISIOLOGI OLAHRAGA
DISUSUN OLEH:
ILHAM RAMADHAN
NIM. 23199006
DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Dr. BAFIRMAN HB. M. Kes., AIFO
Dr. Apt. HASTRIA EFFENDI, M. Farm., AIFO
PENDIDIKAN OLAHRAGA S2
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
WANITA DAN OLAHRAGA
Stereotip gender telah menjadi tantangan utama bagi partisipasi wanita dalam dunia
olahraga. Pandangan bahwa aktivitas fisik tertentu lebih sesuai untuk pria
menciptakan batasan dan ekspektasi yang tidak adil bagi wanita. Misalnya,
stereotip bahwa kekuatan fisik adalah syarat utama dalam olahraga membuat
banyak wanita enggan untuk terlibat dalam cabang olahraga yang dianggap
"maskulin." Oleh karena itu, perlu mendekonstruksi stereotip ini untuk
menciptakan lingkungan olahraga yang lebih inklusif.
Stereotip gender telah lama menjadi penghalang bagi partisipasi penuh wanita dalam
berbagai cabang olahraga. Secara tradisional, masyarakat sering mengaitkan
kekuatan fisik dan ketangguhan dengan maskulinitas, meninggalkan persepsi
bahwa beberapa olahraga lebih sesuai untuk pria. Hal ini tidak hanya
mempengaruhi pemilihan cabang olahraga oleh wanita tetapi juga menciptakan
lingkungan di mana mereka harus membuktikan kemampuan mereka melebihi
batasan stereotip yang ada.
3. Perbedaan Pengakuan atas Prestasi: Prestasi atlet wanita sering kali tidak
mendapatkan pengakuan sebanding dengan rekan-rekan pria mereka. Hadiah
finansial yang lebih rendah, liputan media yang kurang, dan kurangnya
apresiasi untuk prestasi wanita adalah beberapa contoh ketidaksetaraan ini.
1. Stereotip Gender:
Stereotip gender yang masih melekat dalam masyarakat sering kali mempengaruhi
persepsi terhadap partisipasi wanita dalam olahraga. Pandangan bahwa beberapa
olahraga lebih sesuai untuk pria dan bahwa kekuatan fisik adalah atribut utama
dalam prestasi olahraga dapat menciptakan batasan bagi partisipasi wanita.
Kekuatan Otot:
Pria: Cenderung memiliki kekuatan otot yang lebih besar, terutama pada bagian
tubuh atas, seperti lengan dan dada.
Wanita: Umumnya memiliki rasio otot yang lebih tinggi di bagian bawah tubuh,
seperti kaki.
Komposisi Tubuh:
Pria: Cenderung memiliki persentase lemak tubuh yang lebih rendah dan massa
otot yang lebih besar.
Wanita: Biasanya memiliki lebih banyak lemak tubuh, yang dapat memberikan
keuntungan energi dalam aktivitas endurance.
Kapasitas Aerobik:
Pria: Dapat memiliki kapasitas paru-paru dan kapasitas aerobik yang lebih tinggi.
Wanita: Meskipun mungkin memiliki kapasitas aerobik yang lebih rendah, wanita
cenderung memiliki kemampuan pemulihan yang lebih cepat setelah aktivitas
fisik.
Pelekatan Sendi:
Pria: Biasanya memiliki pelekatan sendi yang lebih kuat, yang dapat memberikan
keuntungan dalam aktivitas yang memerlukan kekuatan dan stabilitas.
Wanita: Rentan terhadap cedera pada sendi tertentu, terutama pada lutut, karena
pelekatan sendi yang lebih longgar.
Hormon Seks:
Pria: Testosteron cenderung lebih tinggi, mendukung peningkatan massa otot dan
kekuatan.
Wanita: Estrogen dan progesteron dapat memengaruhi siklus menstruasi dan
respons terhadap latihan.
Pola Pemulihan:
Pria: Dapat membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama setelah latihan
intensif.
Wanita: Cenderung memiliki pemulihan yang lebih cepat dan respons yang lebih
baik terhadap latihan interval.
Predisposisi Genetik:
Pria dan Wanita: Predisposisi genetik juga dapat memainkan peran penting
dalam kemampuan atletik dan preferensi olahraga.
F. memahami seberapa besar pengaruh menstruasi
terhadap aktivitas fisik khusunya olahraga
pada umumnya wanita dapat menikmati kegiatan fisikmereka baik
bersifat rekreasi maupun pompetisi tanpa terpengaruh oleh pola menstruasi
mereka.gejala-gejala nyeri pada mentruasi dan sindroma stress premenstruasi
(PMS) menjadi berkurang sebagai pengaruh dari olahraga yang teratur.
Menstruasi dapat mempengaruhi aktivitas fisik dan olahraga pada
sejumlah perempuan. Pengaruhnya bervariasi dari satu individu ke individu
lainnya, dan beberapa faktor seperti tingkat keparahan gejala menstruasi,
kondisi kesehatan umum, dan jenis olahraga yang dilakukan juga dapat
memainkan peran penting. Berikut adalah beberapa cara di mana menstruasi
dapat mempengaruhi aktivitas fisik dan olahraga:
Perubahan emosional dan psikologis yang terkait dengan menstruasi, seperti perubahan
mood dan stres, dapat memengaruhi motivasi untuk berolahraga.
Pada beberapa kasus, perempuan mungkin merasa kurang termotivasi atau kurang fokus
selama menstruasi.
5. Adaptasi Latihan:
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa adaptasi latihan dapat berbeda selama siklus
menstruasi, dengan kemungkinan peningkatan performa pada fase tertentu. Sebagian
perempuan mungkin merasa lebih kuat dan bertenaga selama fase tertentu dari siklus
menstruasi.
Penting untuk diingat bahwa dampak menstruasi pada aktivitas fisik dapat
sangat bervariasi, dan setiap perempuan mungkin mengalami pengaruh yang
berbeda. Penting juga untuk mendengarkan tubuh dan menyesuaikan jenis dan
intensitas olahraga sesuai dengan kenyamanan dan kondisi kesehatan individual. Jika
masalah yang signifikan muncul, berkonsultasilah dengan profesional kesehatan
untuk mendapatkan saran dan panduan lebih lanjut.