Anda di halaman 1dari 12

Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Harga Diri terhadap Motivasi Berprestasi Atlet DKI Jaya Cabang Olahraga

Kempo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua bangsa telah mengakui bahwa olahraga merupakan salah satu unsur yang berpengaruh dalam kehidupan manusia, dan merupakkan kebutuhan dan kewajiban dalam kegiatannya. Menurut Henry E, Rogi (Singgih, E.Gunarsa. 1989), bagi bangsa Indonesia, pendidikan jasmani dan Olahraga merupakan bagian integral Pembangunan Nasional dengan tujuan membangun manusia yang seutuhnya. Telah sejak lama, olahraga merupakan suatu kegiatan yang tidak pernah lepas dari kehidupan masyarakat. Mulai dari olahraga yang dianggap murah meriah seperti joging, hingga olahraga yang termasuk elite seperti golf. Olahraga awalnya hanya dilakukan untuk membugarkan raga, menyehatkan badan, namun seiring berjalannya waktu, olahraga juga menjadi ajang berprestasi. Mulailah bermunculan event-event olahraga, dan semakin banyak bermunculan olahraga- olahraga baru. Ada beberapa cabang olahraga yang sebelumnya tidak termasuk dalam kategori olahraga, namun sekarang mulai diadaptasikan menjadi olahraga, seperti beladiri.

Saat ini, beladiri sudah diadaptasikan menjadi olahraga. Beladiri ini dipertandingkan dalam event event tertentu dan dibuatkan peraturan

pertandingannya. Salah satu olahraga beladiri yang ada di Indonesia adalah Shorinji kempo. Beladiri ini adalah beladiri yang mulanya berasal dari India dan kemudian dibawa ke Jepang oleh Sihang Doshin So. Beladiri Shorinji Kempo dibawa masuk ke Indonesia pada tahun 1960-an dimana pada saat itu Indonesia dan Jepang telah setuju untuk berdamai dan melakukan pertukaran pelajar. Tiga orang mahasiswa dari Indonesia yaitu Sensei Ginandjar kartasasmita, Sensei Indra kartasasmita, dan almarhum Sensei Utin syahraz belajar beladiri ini di Jepang dan kemudian dibawa ke Indonesia dan kemudian mereka mendirikan organisasi PERKEMI, Persaudaraan Beladiri Kempo Indonesia. Kempo merupakan beladiri yang tergolong baru di Indonesia,namun perkembangannya cukup baik dan hingga saat ini, kempo sudah menjadi cabang olahraga beladiri yang dipertandingkan secara rutin dlm ajang bergengsi Pekan Olahraga Nasional, dan tahun 2011 ini, kempo sudah mulai dipertandingkan dalam SEA GAMES. Menjadi seorang atlet merupakan suatu kebanggaan tersendiri, terlebih jika bisa memenangkan suatu event dan mengharumkan nama bangsa. Menurut Satiadarma(2000) atlet adalah individu yang memiliki keunikan tersendiri. Atlet memiliki bakat tersendiri, pola perilaku dan kepribadian tersendiri serta latar belakang kehidupan yang mempengaruhi secara spesifik pada dirinya. Namun, menjadi seorang atlet tidaklah mudah. Latihan yang harus dijalani tidaklah ringan,

dan tanggung jawab yang dipikul pun berat, karena gaji yang dibayarkan kepada atlet adalah sebagian dari pajak yang dibayarkan oleh masyarakat. Tanpa adanya motivasi berprestasi yang besar, rasanya tidaklah mungkin seseorang dapat menjadi atlet yang mencapai keberhasilan. Keberhasilan (kamus besar Bahasa Indonesia, 1988) adalah suatu keadaan dimana seseorang berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Dalam hal ini, keberhasilan yang dimaksudnkan tentu saja medali, dan setiap atlet sangat mengharapkan membawa medali emas untuk teamnya, dan keinginannnya yang lain tentu saja adalah masuk kedalam PELATNAS dan mewakili Indonesia dalam ajangajang olahraga bergengsi, seperti Sea Games, Olympic Games. Dalam pertandingan Kempo, terdapat dua jenis nomor yaitu Randori yang dapat diartikan pertarungan bebas dan dilakukan perorangan, dan nomor Embu yang dapat diartikan kerapihan tekhnik. Nomor Embu dapat dipertandingkan secara berpasangan maupun beregu. Agar seorang atlet dapat berhasil dalam suatu kejuaraan dan bisa mendapatkan prestasi yang gemilang, dia harus mempunyai keinginan untuk menang. Kainginan atau dorongan ini disebut motivasi. Motivasi dalam dunia olahraga prestasi merupakan suatu faktor yang sangat mempengaruhi prestasi seorang atlet, dengan motivasi yang tinggi seorang atlet dapat berbuat lebih baik lagi pada penampilan dan prestasinya. Dengan motivasi seorang

atlet juga dapat melakukan hal diluar batas kemampuannya, dengan kata lain motivasi adalah salah satu kekuatan tambahan bagi atlet. Singgih Gunarsa dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi adalah kesatuan keinginan dan tujuan yang dapat menjadi pendorong untuk bertingkah laku. McClelland ( Morgan et al, 1986) mengatakan bahwa motivasi untuk mencapai prestasi atau kinerja yang lebih baik disebut motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi adalah dorongan yang mengarahkan individu untuk bertingkah laku dengan tujuan untuk mencapai standar tertentu dan hal ini akan muncul bila individu merasa bahwa tingkah lakunya dinilai baik oleh dirinya sendiri dan orang lain. Dengan tingginya motivasi berprestasi, maka seorang atlet akan mempunyai kecenderungan untuk mengerjakan tugas atau dalam hal ini, melaksanakan latihan yang berat dengan sebaik mungkin agar mencapai keberhasilan. Namun, motivasi ini tidak haya timbul dari dalam diri sendiri, tetapi juga timbul berkat adanya dukungan keluarga. Seorang atlet yang memiliki motivasi berprestasi yang besar dan juga dukungan yang besar dari keluarga akan lebih berhasil dibandingkan dengan atlet yang memiliki motivasi berprestasi yang besar namun tanpa dukungan dari lingkungan sekitarnya.

Untuk menumbuhkan motivasi berprestasi pada diri seseorang, dalam hal ini atlet dibutuhkan dukungan social dari lingkungan khususnya dari orang-orang terdekat( Winter, dalam alscholer, 1973). Dukungan social adalah sebuah informasi yang mendorong individu utnuk percaya bahwa dirinya diperhatikan dan dicintai, dihargai, dinilai tinggi dan termasuk dalam suatu jaringan dari komunikasi dan kewajiban yang bersifat mutual (Cobb, Bloom, 2000). Adapun menurut Kaplan et.al (1977), dukungan keluarga adalah suatu tingkatan dimana ada terdapat kebutuhan individu utnuk afeksi, diterima, rasa kebersaman yang diberikan oleh orang lain. Dukungan social yang dimaksudkan dalam peneliatian ini adalah dukungan social yang dating dari keluarga sebagai dumber dukungan, baik dalam bentuk materi, perhatian secara psikologis, maupun dukungan fisiologis. Dukungan sosial ini tidak hanya berasal dari orangtua, namun bagi yang telah menikah, dukungan keluarga berasal dari suami, dan anak-anaknya. Seorang atlet yang mendapatkan dukungan yang penuh dari keluarganya, akan mempunyai motivasi berprestasi yang besar karena perhatiannya tidak terbagi antara keluarga dan jadwal latihannya yang padat sehingga membuatnya tidak dapat berkumpul berrsama keluarga.

Namun, seorang atlet yang tidak mendapatkan dukungan keluarga, motivasi berprestasi nya yang besar akan surut dikarenakan terbaginya konsentrasi antara keluarga dengan latihan. Contohnya, seorang atlet senior yang telah berkeluarga, memiliki motivasi berprestasi yang besar. Motivasinya untuk mengharumkan nama Indonesia dalam ajang Sea Games sangatlah besar, sehingga ia merelakan diri untuk berlatih diluar jam latihan, berlatih jauh lebih banyak dibandingkan atlet- atlet yang lainnya. Ia juga harus meninggalkan suami dan anak-anaknya selama beberapa bulan karena latihan intensif yang harus dijalaninya. Namun, dikarenakan tidak adanya dukungan dari pasangannya, dimana pasangannya lebih menginginkannya menjadi seorang ibu rumah tangga biasa yang menghabiskan waktunya untuk mengurus suami dan anak, maka konsentrasi sang atlet pun terbagi antara latihan yagn harus dijalaninya, dan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga dan tuntutan suaminya terhadap dirinya. Dan selain factor keberuntungan, factor ini menjadi salah satu pemicu menurunnya motivasi berprestasinya. Menurut cohen & Mckay, et al( dalam sarafino, 1994), dukungan social terdiri dari lima aspek, yaitu dukungan emosional, dukungan harga diri, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan jaringan. Untuk menumbuhkan motivasi berprestasi, lingkungan terdekat, dalam hal ini keluarga bisa mendukung atlet dengan tindakan seperti member perhatian, pujian dan peneghargaan. Jika atlet mempunyai prestasi yang baik, mereka memberikan perhatian akan kegiatan latihan atlet tersebut selama dia berada dalam latihan intensif,

memberi semangat, mengusahakan sarana dan prasarana yang mendukung atlet untuk berlatih, tidak banyak mengkritik bahkan memberikan masukan yang membangun, juga tidak terlalu memaksakan atlet untuk berprestasi. Kelima aspek dukungan social ini pada intinya ingin menunjukkan bahwa atlet diteima, dicintai, dan dihargai keberadaannya (Thomas&Rollins, dalam Barnes &Farrel, 1992). Berdasarkan hal- hal tersebut, peneliti ingin melihat apakah memang ada sumbangan dari aspek- aspek dukunga social sterhadap motivasi berprestasi atlet dan berapa besar sumbangan tersebut. Karena dukungan social ini terdiri dari lima aspek yaitu dukungan emosional, dukungan harga diri, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan jaringan, maka peneliti juga ingin melihat sumbangan dari masing- masing aspek dukungan social terhadap motivasi berprestasi atlet. Factor lainnya yang mempengaruhi motivasi berprestasi seorang atlet adalah harga diri. Secara umum, harga diri manusia mempengaruhi bagaimana individu akan berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Individu dengan harga diri rendah akan cenderung memiliki motivasi berprestasi rendah (Franken, 1982). Sedangkan Individu dengan harga diri tinggi akan lebih dapat berperilaku efektif (Coopersmith, dalam Burns, 1982).

Telaah dari Frey dan Carlock(1984) menunjukkan bahwa harga diri yang tinggi merupakan suatu hal yang penting bagi individu dalam menghadapi dan mengatasi berbagai masalah hidupnya. Seorang atlet haruslah memiliki harga diri yang tinggi, karena tanpa adanya harga diri, seorang atlet tidak akan pernah dapat mempercayai dirinya sendiri bahwa ia mampu menjadi juara bahkan mampu menjalani latihan yang sangat keras. Tantangan yang dihadapi seorang atlet bukanlah hanya latihan yang berat, namun kejenuhan dalam melaksanakan latihan yang tidak hanya satu atau dua bulan, namun bertahun tahun dan berkesinambungan, juga tantangan saat berhadapan dengan lawan didalam lapangan. Harga diri yang tinggi pada diri atlet sangatlah bermanfaat dalam bertanding. Tanpa adanya harga diri yang tinggi pada atlet, ia tidak akan mampu mengatasi tekanan yang diberikan oleh lawan maupun tekanan yang ada dalam dirinya sendiri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitch (1971) mengungkapkan bahwa individu dengan harga diri tinggi, tampak menyukai atau menghargai dirinya sendiri dan melihat bahwa dirinya mampu menghadapi dunia yang dihadapinya. Sebaliknya individu dengan harga diri yang renda cenderung merendahkan dirinya dan pada umumnya memandang dirinya tidak mampu menghadapi lingkungan dan tugas secara efektif.
B. Rumusan Masalah dan Pokok Bahasan

1.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan masalah sebagai berikut: a. Apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan otivasi berprestasi atlet Kempo DKI? b. Apakah ada hubungan antara harga diri dengan motivasi berprestasi atlet Kempo DKI? c. Apakah ada korelasi antara dukungan sosial dan harga diri terhadap motivasi berprestasi atlet Kempo DKI? 2. Pokok Bahasan Pokok-pokok bahasan yang akan dibahas adalah sebagai berikut: a. Dukungan sosial Dukungan sosial merupakan suatu informasi yang penting kepada atlet untuk mempercayai bahwa atlet tersebut diperhatikan, dicintai, serta dihargai sebagai anggota dari lingkungan tersebut. b. Harga diri Harga diri adalah penilaian individu terhadap kehormatan diri, melalui sikap terhadap dirinya sendiri yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan dan menggambarkan sejauh mana individu

tersebut

menilai

dirinya

sebagai

orang

yang

memeiliki

kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten. c. Motivasi berprestasi Motivasi berprestasi adalah dorongan yang mengarahkan individu untuk bertingkah laku dengan tujuan untuk mencapai standar tertentu dan hal ini akan muncul bila individu merasa bahwa tingkah lakunya dinilai baik oleh dirinya sendiri dan orang lain.

C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan latar belakang masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : a. Mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi berprestasi atlet Kempo DKI. b. Mengetahui hubungan antara harga diri dengan motivasi berprestasi atlet Kempo DKI. c. Mengetahui korelasi antara dukungan sosial dan harga diri terhadap motivasi berprestasi atlet Kempo DKI. D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan akan diperoleh: 1. Manfaat Teoritis Manfaaat teoritisnya adalah dapat menambah khasanah penelitian dalam psikologi sosial bahkan psikologi olahraga dan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi yang tertarik mempelajari dan memahami masalah dukungan sosial, harga diri, dan motivasi berprestasi. 2. Manfaat Praktis Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi tentang dukungan sosial dan harga diri terhadap motivasi berprestasi atlet kempo, juga memberikan masukan kepada atlet, keluarga, orangorang di lingkungan atlet tersebut, pelatih, bahkan manajer tim bahwa dukungan sosial dan harga diri akan mempengaruhi motivasi berprestasi atlet. E. Sistematika Penulisan Skripsi Secara keseluruhan penulis membagi skripsi kedalam lima bab, yaitu: BAB I Pendahuluan Dalam bab ini akan dibicarakan latar belakang masalah, perumusan masalah dan pokok-pokok bahasan, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penelitian.

BAB II

Tinjauan Pustaka Bab ini membahas secara luas tentang teori-teori mendasari

penelitian. Pada bab ini diuraikan mengenai pengertian dukungan sosial, bentuk- bentuk dukungan sosial, sumber dukungan sosial, pengertian harga diri, pengertian motivasi, pengertian motivasi berprestasi, sumbersumber motivasi berprestasi, dan sekilas mengenai sejarah beladiri Shorinji Kempo. BAB III Metodoloi Penelitian Pada bab ini akan dibahas mengenai variable-variabel penelitian, definisi operasional, populasi, metode pengambilan sample, metode pengumpulan data, metode analisis instrument, dan metode analisa data. BAB IV Laporan Pelaksanan Penelitian Pada bab ini akan diuraikan tentang orientasi kancah persiapan penelitian, uji coba instrument penelitian, pelaksanaan penelitian dan hasil analisis data. BAB V Penutup Bab ini menguraikan rangkuman hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan dan saran-saran.

Anda mungkin juga menyukai