Anda di halaman 1dari 5

SOAL UJIAN MID SEMESTER

Nama : julianto saputra


Nim : 22611251050
Mata Kuliah : Psikologi Olahraga
Prodi : IK
Dosen : Prof. Dr. Suharjana, M.Kes
Hari /tgl : dikembalikan minggu depan 17 Ok 2023 melalui email
suharjana_pkr@uny.ac.id

1. Jelaskan hubungan motivasi dengan penampilan dalam olahraga?


2. Jelaskan sumber-sumber yang bisa menimbulkan motivasi?
3. Apa yang dimaksud agresifitas dalam olahraga?
4. Sebutkan penyebab agresifitas pemain?
5. Apa yang dimaksud dengan konsentrasi dan apa ciri-cirinya?
6. Apa yang dimaksud mental imagery? Berilah contoh Latihan mental imajery
7. Apa yang dimaksud arousal dan bagaimana hubunganya dengan penampilan
dalam olahraga?
Jawaban :

1. Dalam melaksanakn kegiatan belajar mengajarnya berjalan dengan baik dan supaya
mencapai hasil yang optimal. guru penjas diharapkan siswanya menunjukkan prestasi
yang baik di sekolah. Untuk mencapai prestasi tersebut, diperlukan motivasi yang
tinggi. Tingkah laku dalam olahraga berprestasi didorong oleh berbagai macam
motivasi, yang pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam dua motivasi, yaitu: 1.
motivasi berprestasi dan 2. motivasi lain selain berprestasi. Oleh karena itu motivasi
sangat penting untuk mendorong penampilan atlit atau siswa agar menjadi optimal
sesuai dengan tujuan yang di harapkan.

2. Sumber motivasi

a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam yang menyebabkan individu
berpartisipasi. Dorongan ini sering dikatakan dibawa sejak lahir, sehingga tidak
dapat dipelajari. Atlet yang punya motivasi intrinsik akan mengikuti latihan
peningkatan kemampuan atau ketrampilan, atau mengikuti pertandingan, bukan
karena situasi buatan (dorongan dari luar), melainkan karena kepuasan dalam
dirinya. Bagi atlit tersebut, kepuasan diri diperoleh lewat prestasi yang tinggi bukan
lewat pemberian hadiah, pujian atau penghargaan lainnya. Atlit ini biasanya tekun,
bekerja keras, teratur dan disiplin dalam menjalani latihan serta tidak
menggantungkan dirinya pada orang lain.

b. Motivasi ekstristik

Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu yang
menyebabkan individu beradaptasi dalam olahraga. Dorongan ini barasal dari
pelatih, guru, orngtua, bangsa atau berupa hadiah, sertifikat, penghargaan atau
uang. Motivasi ekstrinsik itu dapat dipelajari dan tergantung pada besarnya nilai
penguat itu dari waktu ke waktu. Ini dapat karena mempertaruhkan nama bangsa
dan negara, karena hadiah besar, karena publikasi lewat media massa. Dorongan
yang demikian ini biasanya tidak bertahan lama. Perubahan nilai hadiah, tiadanya
hadiah akan menurunkan semangat dan gairah berlatih. Kurangnya kompetisi
menyebabkan latihan kurang tekun, sehingga prestasinya merosot.

Motivasi ekstrinsik dalam olahraga meliputi juga motivasi kompetitif, karena motif
untuk bersaing memegang peranan yang lebih besar daripada kepuasan karena telah
berprestasi baik. Kemenangan merupakan satu-satunya tujuan, sehingga dapat
timbul kecenderungan untuk berbuat kurang sportif atau kurang jujur seperti licik
dan curang. Atlet-atlet yang bermotifasi ektrinsik, sering tidak menghargai orang
lain, lawannya, atau peraturan pertandingan. Agar dapat menang, maka ia
cenderung berbuat hal-hal yang merugikan, seperti memakai obat perangsang,
mudah dibeli atau disuap.

Beberapa ahli mengemukakan bahwa dalam aktifitas olahraga, motivasi intrinsik


maupun ekstrisik tidak akan berdiri sendiri, melainkan bersama-sama menuntun
tingkah laku individu. Mereka berdasarkan pandangannya bahwa tingkahlaku
motivasi intrinsik itu didrong oleh kebutuhan kompetisi dan keputusan sendiri
dalam kaitannya dengan lingkungan.

3. Agresifitas adalah perilaku yang ditujukan untuk menyakiti orang lain, baik secara
fisik maupun psikis (Berkowitz (1995). Dalam tinjauan olahraga agresifitas berarti
sebagai rasa permusuhan yang memungkinkan melibatkan penyerangan, sebagai
pendorong keberanian untuk satu tujuan. Agresifitas dalam olahraga merupakan daya
pendorong dari diri atlet untuk mengerahkan tenaga dalam pertandingan. Jika
agresifitas lemah, maka kinerja atlet menjadi lembek, namun sebaiknya jika agresifitas
berlebihan dapat menyebabkan pelanggaran permainan sehingga merugikan atlet yang
bersangkutan (Anshel, 1990).

4. Salah satu faktor penyebab munculnya agresivitas berlebihan di lapangan, menurut


psikolog olah raga Dr Mitch Abrams adalah kepanikan, keputusasaan, dan bayangan
kekalahan. Efek 'tidak tertib' pemain di lapangan ini tidak hanya terjadi pada atlet laki-
laki, melainkan juga perempuan.

Psikoterapis Dr Ari Novick mengatakan, lebih mudah mengendalikan perilaku


pendukung (suporter) di stadion ketimbang atlet. Penggemar yang melanggar bisa
disanksi tidak boleh datang menonton lagi idolanya bermain di lapangan.

Novick mengatakan, faktor agresif dan emosional ini bisa juga didorong perilaku atlet
sendiri, misalnya kebiasaan minum minuman keras atau mabuk usai latihan atau usai
bertanding. Jika dilakukan terus menerus ini bisa memengaruhi perilaku atlet dan
memicu atlet lebih mudah agresif.
5. Konsentrasi merupakan keadaan dimana atlet meiliki kesadaran penuh dan tertuju
kepada sesuatu ( objek tertentu ) yang tidak mudah goyah ( Gauron 1984 ). Dengan
demikian konsentrasi itu perlu dilatihkan kepada atlet , apabila konsentrasi tidak
dilatihkan kepada atlet maka mereka cenderung gagal dalam mengembangkan
keterampilan konsentrasinya, bersamaan dengan itu atlet akan mengalami kegagalan
pada setiap pertandingan yang akan dilaksanakan.

Cox ( 1990 ) menjelaskan beberapa beberapa area penting dalam psikologi olahraga
dalam meningkatkan penampilan atlet yaitu area konsentrasi dan perhatian seperti
contoh dalam olahraga senam ritmik pesenam tidak bersikap tenang dan tidak
konsentrasi saat melakukan penampilannya, pada waktu itu hadir sekelompok anak
muda dengan teriakan dan sorakan keras yang melecehkan maka penampilan pesenam
itu turun drastis. Contoh itu merupakan gambaran bahwa konsentrasi sangat penting
dimiliki atlet, sehingga atlet memiliki kemampuan untuk mengalihkan berbagai
stimulus yang datang dan mengganggu pikirannya,

Dengan demikian pengertian konsentrasi dalam olahraga memiliki empat ciri, yaitu (1)
fokus pada suatu objek yang relevan (perhatian yang selektit), (2) memelihara fokus
perhatian dalamjangka waktu lama, (3) memiliki kesadaran pada situasi, dan (4)
meningkatkan fokus perhatian jika diperlukan.

6. Imagery merupakan merupakan salah satu teknik atau metode latihan keterampilan
mental yang harus dikuasai oleh atlet. Latihan imagery terbukti memberikan manfaat
kepada atlet untuk menciptakan kembali pengalaman gerak di dalam otaknya,
sehingga atlet memungkinkan untuk menampilkan pola gerak tersebut dengan baik

Contoh

 Seorang perenang menggunakan imagery dalampersiapan mental untuk


bertanding. Dia membayangkan dirinya berenang dengan kuat dan cepat. Dia
membayangkan mencium bau klorine (bau kolam) ketika dia memasuki area
kolam renang sampai menunggu pertandingan di mulai

 Dia mendengar percikan air dan tepukan tangandari teman untuknya.

 Dengan menggabungkan elemen-elemen tersebut dia bisa mewujudkan dalam


aktivitas yang nyata terutama dalam pertandingan, sehingga dia bisa meningkatkan
daya konsentrasi, meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan mental
bertanding
7. Pengertian arousal

 Menurut Wann,(1997) arousal sebagai kesiapan untuk bertindak secara physiologis


intelektual, dan perseptual.

 Satiadarma (2000) mengistilahkan arousal dengan kata “Gugahan”. Gugahan atau


arousal Merupakan dorongan atau kesiapan fisiologis dan psikologis seorang atlet
yang dibutuhkan dalam kinerja olahraga.

 Dengan demikian arousal sama sekali tidak bersifat positif atau negatif dan sama-
sama memberikan pengaruh menguntungkan dan sekaligus merugikan dalam
prestasi.

Arousal terhadap penampilan dalam olahraga

Ada dua teori berbeda, yaitu teori U-terbalik dan teori-drive.

 U-terbalik
Pendukung teori U-terbalik, yang digambarkansecara graphis dalam
gambar ,berpendapat bahwa hubungan antara arousal dengan prestasi sifatnya non-
linear. Tingkat tertinggi prestasi terjadi jika seseorang tingkat arousal sedang,
sementara tingkat prestasi sangat rendah dikaitkan dengan tingkat arousal yang rendah
atau tinggi. Karena pola pengaruh ini pertama kali disajikan dalam riset penelitiannya,
teori U-terbalik sering juga disebut sebagai hukum Yerkes-Dodson Law

 Teori-drive (penggerak)

 Kebalikan dengan hipotesa, teori-U-terbalik, para pendukung teori-drive


berpendapat bahwa hubungan antara arousal dan prestasi sifatnya linear dan
dalam bentuk korelasi positif

 tingkat terendah prestasi diharapkan ketika orang mengalami tingkat arousal


rendah, prestasi sedang-sedang saja dikaitkan denganperasaan arousal yang
sedang, dan prestasi tinggi dihubungkan dengan tingginya arousal.

Anda mungkin juga menyukai