Kelompok 1 :
Ada beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami, mengolah dan menghayati
dunia beserta isinya. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah takwa kepada Allah, ilmu
pengetahuan, seni dan agama. psikologi olahraga adalah usaha untuk memahami atau
mengerti seorang atlet dalam hal makna dan nilai-nilainya.Bidang dalam psikologi tersebut
sangat luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh fikiran. Psikologi
olahraga berusah untuk memahami kondisi seorang atlet-atlet yang berusaha untuk
berprestasi di kanca internasional.
Oleh karena itu psikologi olahraga merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap
kehidupan dan dunia seorang atlet. Psikologi olahraga berusaha untuk menyatukan jiwa raga
seorang atlet dengan pelatihnya, yang akhirnya menjadikan satu orang menjadi seorang atlet
yang berprestasi.
Pada mulanya kata psikologi olahraga yaitu segala ilmu pengetahuan yang menyankut
masalah keperibadian seorang atlit dan dapat ditrapkan didalamnya.
BAB II
ISI
SEJARAH
Pada awalnya, psikologi olahraga muncul di Amerika Utara pada tahun 1898. Pada saat
itu Norman Triplett, seorang psikolog dari Universitas Indiana ingin mengetahui mengapa
atlet balap sepeda akan mengendarai sepeda lebih cepat saat bertanding dalam kelompok atau
berpasangan, dibandingkan ketika atlet-atlet tersebut bersepeda sendirian. Triplett pun
menyimpulkan adanya pengaruh psikologis tertentu pada penampilan atlet balap sepeda yang
ia sebut sebagai faktor keberadaan orang lain. Triplett juga melakukan
penelitian eksperimen terhadap anak-anak yang memancing. Ia menemukan bahwa separuh
dari jumlah anak dipengaruhi oleh keberadaan orang lain sehingga ada pengaruh lingkungan
sosial sebagai faktor munculnya sikap kompetitif. Sehubungan dengan penelitian-penelitian
yang dilakukan Triplett, maka ia disebut sebagai orang pertama yang melakukan studi di
bidang Psikologi Olahraga.
Meningkatnya stres dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara negatif,
baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya menurun. Mereka
dapat menjadi tegang. denyut nadi meningkat, berkeringat dingin, cemas akan hasil
pertandingannya, dan mereka merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini seringkali
menyebabkan para atlet tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya. Para pelatih pun
menaruh minat terhadap bidang psikologi olahraga, khususnya dalam pengendalian stres.
Psikologi olahraga juga diperlukan agar atlet berpikir mengenai. mengapa mereka
berolahraga dan apa yang ingin mereka capai? Sekali tujuannya diketahui, latihan-latihan
ketrampilan psikologis dapat menolong tercapainya tujuan tersebut.
Pengaruh faktor psikologis pada atlet akan terlihat dengan jelas pada saat atlet tersebut
bertanding. Berikut ini akan diuraikan beberapa masalah psikologis yang paling sering timbul
di kalangan olahraga, khususnya dalam kaitannya dengan pertandingan dan masa latihan.
1. Berpikir Positif
Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif,
melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi
pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh
sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin
kerja sama dengan berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat
memiliki ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh.
Pikiran positif akan diikuti dengan tindakan dan perkataan positif pula, karena pikiran akan
menuntun tindakan. Sebagai contoh, jika dalam bermain bulutangkis terlintas pikiran negatif
seperti, "takut salah, takut out, takut bola pukulannya tanggung" dan sebagainya, maka
kemungkinan terjadi akan lebih besar. Karena itu cobalah dan biasakan untuk selalu berpikir
positif, hindari yang negatif. Demikian juga dalam memberikan instruksi kepada atlet.
Daripada mengatakan: "Kamu ini susah sekali sih diajarnya..., salah terus...! Awas, jangan
berhenti sebelum bisa!", lebih baik mengatakannya dengan cara yang positif walaupun
maksudnya sama: "Ayo, coba lagi pelan-pelan, kamu pasti bisa melakukannya. Perhatikan,
tangannya, begini... langkahnya, ke sini... kena bolanya, di sini... ayo dicoba".
Sebagai pelatih, tunjukkan Anda percaya bahwa atlet Anda memiliki peluang untuk dapat
berprestasi baik. Cemooh, celaan, dan kritik yang pedas yang tidak pada tempatnya, justru
akan membuat atlet bereaksi negatif dan berakibat akan menurunkan motivasi yang diikuti
dengan penurunan prestasi.
2. Penetapan Sasaran
Penetapan sasaran (goal setting) merupakan dasar dan latihan mental. Pelatih perlu membantu
setiap atletnya untuk menetapkan sasaran, baik sasaran dalam latihan maupun dalam
pertandingan. Sasaran tersebut mulai dan sasaran jangka panjang, menengah, sampai sasaran
jangka pendek yang lebih spesifik.
Untuk menetapkan sasaran, ada tiga syarat yang perlu diingat agar sasaran itu bermanfaat,
yaitu:
Sasaran yang ditentukan harus sedemikan rupa, sehingga atlet merasa tertantang untuk dapat
mencapai sasaran tersebut.
Buatlah sasaran itu cukup tinggi, akan tetapi tidak terlalu tinggi. Atlet harus merasa bahwa
sasaran yang ditetapkan itu dapat tercapai jika ia berusaha keras. Jika sasaran terlalu tinggi,
sehingga atlet merasa mustahil dapat mencapainya, maka motivasi berlatihnya akan menurun.
Demikian pula, jika sasaran tersebut terlalu mudah untuk dapat dicapai, maka atlet merasa
tidak perlu berlatih keras karena ia akan dapat mencapai sasaran tersebut.
Mulai dari sasaran yang relatif rendah, kemudian buatlah sasaran tersebut makin lama makin
tinggi, semakin sulit tercapainya jika atlet tidak berlatih keras. Dalam setiap latihanpun
biasakanlah selalu ada sasaran yang harus dicapai. Dan target yang bersifat umum, lalu
uraikan lagi secara lebih spesifik. Dan target untuk suatu kompetisi jangka panjang, uraikan
menjadi target atau sasaran jangka pendek, sampai target untuk setiap latihan. Sasaran yang
ditetapkan tersebut, hendaknya juga ditetapkan kapan harus tercapainya, dan bagaimana pula
cara mengukumya atau apa ukurannya secara objektif. Sedapat mungkin, buatkan grafik
pencapaian sasaran tersebut agar terlihat jelas arah dan peningkatannya.
3. Motivasi
Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu
sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa
dalam diri orang tersebut tertanam dorongan kuat untuk dapat melakukan sesuatu.
Ditinjau dari fungsi diri seseorang, motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang berasal
dan luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik). Dengan
pendekatan psikologis diharapkan atlet dalam setiap penampilannya dapat memperlihatkan
motivasi yang kuat untuk bermain sebaik-baiknya, sehingga dapat memenangkan
pertandingan.
Motivasi yang baik tidak mendasarkan dorongannya pada faktor ekstrinsik seperti hadiah
atau penghargaan dalam bentuk materi. Akan tetapi motivasi yang baik, kuat, dan lebih lama
menetap adalah faktor intrinsik yang mendasarkan pada keinginan pribadi yang lebih
mengutamakan prestasi untuk mencapai kepuasan diri daripada hal-hal yang material.
Untuk mengembangkan motivasi intrinsik ini, peran pelatih dan orangtua sangat besar.
Pelatih perlu melakukan pendekatan dan menumbuhkan kepercayaan diri pada atlet secara
positif. Ajarkan atlet untuk dapat menghargai diri sendiri, oleh karena itu, pelatih harus
memperlihatkan bahwa ia menghargai hasil kerja atlet secara konsekuen.
4. Emosi
Faktor-faktor emosi dalam diri atlet menyangkut sikap dan perasaan atlet secara pribadi
terhadap diri sendiri, pelatih maupun hal-hal lain di sekelilingnya. Bentuk-bentuk emosi
dikenal sebagai perasaan seperti senang, sedih, marah, cemas, takut, dan sebagainya. Bentuk-
bentuk emosi tersebut terdapat pada setiap orang. Akan tetapi yang perlu diperhatikan di sini
adalah bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar tidak merugikan diri sendiri.
Gejolak emosi dapat mengganggu keseimbangan psikofisiologis seperti gemetar, sakit perut,
kejang otot, dan sebagainya. Dengan terganggunya keseimbangan fisiologis maka konsentrasi
pun akan terganggu, sehingga atlet tidak dapat tampil maksimal. Seringkali seorang atlet
mengalami ketegangan yang memuncak hanya beberapa saat sebelum pertandingan dimulai.
Demikian hebatnya ketegangan tersebut sampai ia tidak dapat melakukan awalan dengan
baik. Apalagi jika lawannya dapat menekan dan penonton pun tidak berpihak padanya, maka
dapat dibayangkan atlet tersebut tidak akan dapat bermain baik. Konsentrasinya akan buyar,
strategi yang sudah disiapkan tidak dapat dijalankan, bahkan ia tidak tahu harus berbuat apa.
Disinilah perlunya dipelajari cara-cara mengatasi ketegangan (stress mana- gement). Sebelum
pelatih mencoba mengatasi ketegangan atletnya. terlebih dulu harus diketahui sumber-sumber
ketegangan tersebut. Untuk mengetahuinya, diperlukan adanya komunikasi yang baik antara
pelatih dengan atlet. Berikut ini dijelaskan secara terpisah mengenai aspek-aspek yang
berkaitan dengan emosi.
Sebagai usaha untuk dapat mengatasi ketegangan dan kecemasan, khususnya dalam
menghadapi pertandingan, lakukanlah beberapa teknik berikut ini :
6. Kepercayaan Diri
Dalam olahraga, kepercayaan diri sudah pasti menjadi salah satu faktor penentu
suksesnya seorang atlet. Masalah kurang atau hilangnya rasa percaya diri terhadap
kemampuan diri sendiri akan mengakibatkan atlet tampil di bawah kemampuannya.
Karena itu sesungguhnya atlet tidak perlu merasa ragu akan kemampuannya, sepanjang ia
telah berlatih secara sungguh-sungguh dan memiliki pengalaman bertanding yang
memadai.
Peran pelatih dalam menumbuhkan rasa percaya diri atletnya sangat besar. Syarat untuk
untuk membangun kepercayaan diri adalah sikap positif. Beritahu pemain di mana letak
kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Buatkan program latihan untuk setiap atlet
dan bantu mereka untuk memasang target sesuai dengan kemampuannya agar target dapat
tercapai jika latihan dilakukan dengan usaha keras. Berikan kritik membangun dalam
melakukan penilaian terhadap atlet. Ingat, kritik negatif bahkan akan mengurangi rasa
percaya diri.
Jika pemain telah bekerja keras dan bermain bagus (walaupun kalah), tunjukkan
penghargaan Anda sebagai pelatih. Jika pemain mengalami kekalahan (apalagi tidak
dengan bermain baik), hadapkan ia pada kenyataan objektif. Artinya, beritahukan mana
yang telah dilakukannya secara benar dan mana yang salah, serta tunjukkan bagaimana
seharusnya. Menemui pemain yang baru saja mengalami kekalahan harus dilakukan
sesegera mungkin dibandingkan dengan menemui pemain yang baru saja mencetak
kemenangan.
7. Komunikasi
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dua arah, khususnya antara atlet dengan
pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal kurang terjalinnya komunikasi yang baik
antara pelatih dengan atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet
merasa diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka terhadap pelatih.
Akibat lebih jauh adalah berkurangnya kepercayaan atlet terhadap pelatih.
Sebelum program latihan dijalankan, perlu dijelaskan dan dibuat peraturan mengenai tata
tertib latihan dan aturan main lainnya termasuk sanksi yang clikenakan jika terjadi
pelanggaran terhadap peraturan yang telah dibuat tersebut. Jadi, hindarilah untuk
memberlakukan suatu sanksi yang belum pernah diberitahukan sebelumnya. Misalnya,
seorang atlet minum Coca Cola dalam latihan, lalu dihukum oleh pelatih. Atlet tersebut
bingung dan bertanya-tanya mengapa ia dihukum karena ia tidak pernah dijelaskan
sebelumnya oleh pelatih bahwa dalam latihan dilarang minum minuman bersoda.
Demikian pula dalam hal pelaksanaanya. Peraturan yang sudah dibuat, haruslah
dijalankan secara konsekuen. Artinya, jika seorang atlet dihukum karena melanggar
peraturan tertentu, maka jika ada atlet lain yang melanggar peraturan yang sama ia pun
harus mendapat hukuman yang sama. Demikian pula jika atlet yang sama melakukannya
lagi di kemudian hari.
Pelatih pun perlu bersikap objektif dan berpikir positif. Bersikap objektif maksudnya
adalah bersikap sesuai dengan kenyataan atau fakta apa adanya tanpa menyangkutpautkan
dengan hal lain. Jika pelatih marah terhadap atlet karena misalnya si atlet datang
terlambat dalam latihan, maka hukumlah atlet itu hanya atas keterlambatannya, jangan
dihubungkan dengan hal-hal lain (ingat, hukuman tersebut harus sudah tertera dalam tata
tertib latihan).
8. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan suatu keadaan di mana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu
obyek tententu dalam waktu tertentu. Makin baik konsentrasi seseorang, maka makin
lama ia dapat melakukan konsentrasi. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting
peranannya. Dengan berkurangnya atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan,
apalagi pertandingan, maka akan timbul berbagai masalah.
Dalam olahraga, masalah yang paling sering timbul akibat terganggunya konsentrasi
adalah berkurangnya akurasi lemparan, pukulan, tendangan & tembakan sehingga tidak
mengenai sasaran. Akibat lebih lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah
dipersiapkan menjadi tidak jalan, sehingga atlet akhimya kebingungan, tidak tahu harus
bermain bagaimana dan pasti kepercayan dirinya pun akan berkurang. Untuk menghindari
keadaan tersebut, perlu dilakukan latihan berkonsentrasi.
9. Evaluasi Diri
Evaluasi diri dimaksudkan sebagai usaha atlet untuk mengenali keadaan yang terjadi pada
dirinya sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar atlet dapat mengetahui kelemahan dan
kelebihan dirinya pada saat yang lalu maupun saat ini. Dengan bekal pengetahuan akan
keadaan dirinya ini maka pemain dapat memasang target latihan maupun target
pertandingan dan cara mengukurnya. Kegunaan lainnya adalah untuk mengevaluasi hal-
hal yang telah dilakukannya, sehingga memungkinkan untuk mengulangi penampilan
terbaik dan mencegah terulangnya penampilan buruk.
Oleh karena itu, pelatih perlu menginstruksikan atletnya untuk memiliki buku catatan
harian mengenai latihan dan pertandingan. Minta pemain untuk menuliskan kelemahan
dan kelebihan diri sendiri, baik dalam segi fisik, teknik, maupun mental. Kemudian
koreksilah jika menurut Anda sebagai pelatih ada hal-hal yang tidak sesuai atau ada yang
kurang.
Biasakan agar atlet mengisi buku tersebut secara teratur. Ajak atlet untuk menuliskan di
dalam bukunya hal-hal yang intinya sebagai berikut:
1) Target jangka panjang, menengah, dan jangka pendek dalam latihan dan
pertandingan.
2) Sesuatu yang dilakukan dan dipikirkan sebelum latihan atau pertandingan.
3) Suatu gerakan atau penampilan mengesankan.
4) Catatan mengenai kelemahan dan kelebihan lawan yang akan dihadapi dan
strategi menghadapinya.
5) Hasil dan jalannya pertandingan.
6) Hal yang mengganggu emosi atau membuat penampilan jadi buruk.
7) Penghargaan yang didapat atas suatu keberhasilan.
Pastikan bahwa buku tersebut diisi secara teratur oleh setiap atlet. Namun perlu
diingat bahwa pelatih jangan terlalu memaksa untuk membaca buku harian atlet.
Biarkan itu menjadi bagian dan rahasia pribadi mereka. Yang perlu dipantau oleh
pelatih adalah bahwa atlet mempunyai bahan bagi dirinya sendiri untuk
melakukan evaluasi.
Teori Psikologi Olahraga Menurut Para Ahli
KESIMPULAN
Psikologi olahraga adalah psikologi yang diterapkan dalam bidang olahraga, meliputi faktor-
faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap atlet dan faktor- faktor di luar atlet yang
dapat memengaruhi penampilan (performance) atlet tersebut
Lingkup Psikologi Olahraga meliputi, evaluasi Psikologi Olahraga, kepribadian dan prestasi
olahraga, kecemasan, motivasi, agresi dalam olahraga, dinamika kelompok, dan latihan
aspek-aspek kejiwaan dalam olahraga.
DAFTAR PUSTAKA
https://dosenpsikologi.com/teori-psikologis-olahraga-menurut-para-ahli
https://fik.um.ac.id/wp-content/uploads/2021/10/eBook-Psikologi-Olahraga.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_olahraga
https://www.academia.edu/37985753/MAKALAH_PSIKOLOGI_OLAHRAGA
https://www.google.com/search?q=psikologi+olahraga&oq=p&gs_lcrp=EgZja
HJvbWUqCwgAEEUYJxg7GIoFMgsIABBFGCcYOxiKBTILCAEQRRgnGDs
YigUyDwgCEEUYOxiDARixAxiABDIGCAMQRRhAMgYIBBBFGDkyBgg
FEEUYPDIGCAYQRRg8MgYIBxBFGDzSAQgyNzcxajBqMagCALACAA&
sourceid=chrome&ie=UTF-8