Disusun oleh:
Liviana Intan Dwi Setyawati
6103429063
B. SEJARAH
Sejarah Dunia
Pada awalnya, psikologi olahraga muncul di Amerika Utara pada
tahun 1898. Pada saat itu Norman Triplett, seorang psikolog dari Universitas
Indiana ingin mengetahui mengapa atlet balap sepeda akan mengendarai sepeda
lebih cepat saat bertanding dalam kelompok atau berpasangan, dibandingkan
ketika atlet-atlet tersebut bersepeda sendirian. Triplett pun menyimpulkan
adanya pengaruh psikologis tertentu pada penampilan atlet balap sepeda yang ia
sebut sebagai faktor keberadaan orang lain. Triplett juga melakukan
penelitian eksperimen terhadap anak-anak yang memancing. Ia menemukan
bahwa separuh dari jumlah anak dipengaruhi oleh keberadaan orang lain
sehingga ada pengaruh lingkungan sosial sebagai faktor munculnya sikap
kompetitif. Sehubungan dengan penelitian-penelitian yang dilakukan Triplett,
maka ia disebut sebagai orang pertama yang melakukan studi di bidang
Psikologi Olahraga
Sejarah Indonesia
Psikologi olahraga di Indonesia merupakan cabang psikologi yang sangat baru
meskipun pada praktiknya telah berlangsung kegiatan para psikolog dalam
berbagai cabang olahraga di Indonesia selama beberapa tahun Secara
resmi Ikatan Psikologi Olahraga di Indonesia baru dibentuk pada tanggal 3
Maret 1999 dan ditandatangani secara resmi pada tanggal 24 Juli 1999 dan
diketuai oleh Monty P. Satiadarma.
Akan tetapi, psikolog Singgih D. Gunarsa bersama dengan psikolog Sudirgo
Wibowo telah memelopori kegiatan psikologi di dalam cabang olahraga bulu
tangkis sejak tahun 1967 Sejak saat itu banyak atlet bulu tangkis nasional yang
memanfaatkan jasa psikolog dan ilmu psikologi dalam mencapai prestasi
puncak mereka baik nasional maupun internasional. Namun kesadaran
mengenai pentingnya faktor psikologis, faktor mental tidak disertai tersedianya
tenaga khusus yang telah mempelajari bidang psikologi olahraga secara
formal. Hanya beberapa orang yang secara pribadi menyadari bahwa psikologi
olahraga dapat dipelajari sendiri dari buku, kepustakaan, seminar dan
pertemuan-pertemuan internasional.. Tercatat beberapa nama seperti Saparinah
Sadli dan Suprapti Sumarmo yang pernah menangani persiapan atlet-atlet
bulu tangkis wanita untuk perebutan piala Uber tahun 1970. Nama lain yang
tercatat adalah Monty P. Satiadarma, Yohannes Rumeser, Myrna R.
Soekasah, Yoanita Nasution, Enoch Markum, Aryati
Prawoto, Wismaningsih, Surastuti Nurdadi, Rosa
Hertamina, Feisal, Wardhani, Gunawan, dan Latief.
Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia di
bawah Komisi Nasional Pendidikan Jasmani dan olahraga (Komnas
Penjasor) pada bulan Agustus 2007 telah mengambil inisiatif dengan
menyelenggarakan Workshop Kajian Disiplin Keilmuan Olahraga. Sub-disiplin
keilmuan olahraga yang dibahas adalah manajemen olahraga, kepelatihan
olahraga, filsafat olahraga, fisiologi olahraga, adaptive physical education, dan
psikologi olahraga. Dari hasil workshop dikukuhkan gagasan-gagasan dan
kesepakatan untuk mendirikan himpunan/ikatan keilmuan masing - masing,
yang akan menampung aspirasi dan kontribusi berbagai kalangan masyarakat
yang menaruh perhatian terhadap perkembangan, sosialisasi, dan perwujudan
keilmuan dari setiap bidang sub-disiplin. Tindak - lanjut kesepakatan tersebut
belum tampak hingga kini, meskipun setiap bidang telah diminta untuk
mengajukan kerangka program kegiatan masing-masing.
Bidang ilmu psikologi olahraga telah mencanangkan kerangka program satu
tahun ke depan di bawah nama himpunan yang sementara ditetapkan
sebagai Masyarakat Psikologi Olahraga Indonesia. Pada dasarnya himpunan ini
terbuka lebar bagi semua orang yang menaruh perhatian besar dan mau terlibat
dalam perkembangan psikologi olahraga di tanah air, baik secara teoretis
maupun praksis. Selanjutnya, setiap informasi yang diperoleh akan
disosialisasikan ke berbagai kalangan, baik di perguruan tinggi maupun di
kalangan para praktisi serta masyarakat olahraga pada umumnya. Permasalahan
di bidang psikologi olahraga yang mencuat adalah:
1. Masih kurang optimalnya pengembangan dan pengelolaan bidang kajian
keilmuannya di perguruan tinggi.
2. Sangat terbatasnya penelitian dalam bidang psikologi olahraga.
3. Keterbatasan SDM psikologi olahraga dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan kajian keilmuannya di lapangan/kancah olahraga
prestasi.
4. Peran dan kontribusi psikologi olahraga belum dipahami dengan baik dan
benar oleh masyarakat olahraga pada umumnya, bahkan oleh sebagian
besar para pelatih olahraga di tanah air.
5. Keberadaan dan potensi SDM yang mendalami psikologi olahraga belum
sepenuhnya diberdayakan di dalam pembinaan olahraga nasional.
b. PELATIH
b. Psikologi Kepribadian
Penelitian mengenai hubungan antara kepribadian dengan penampilan dalam
olahraga telah banyak dilakukan. Studi tersebut muncul sejak tahun 1960 yang
menyebabkan timbulnya sport personology atau ilmu mengenai kepribadian
dalam kaitannya dengan olahraga. Aspek kepribadian yang cukup dominan
dalam penampilan atlet ialah motivasi, emosi, dan kognisi.
Motivasi
Motivasi mengacu pada faktor-faktor dan proses-proses yang bertujuan
mendorong orang untuk bertindak atau tidak bertindak dalam berbagai
situasi. Ditinjau dari fungsinya, motivasi terdiri dari motivasi ekstrinsik
dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinisik berfungsi karena ada
rangsangan dari luar diri seseorang. Misalnya seseorang terdorong untuk
berusaha atau berprestasi sebaik-baiknya karena mendapat iming-iming
hadiah, akan dipuja orang dan dapat terkenal. Sedangkan motivasi
intrinsik adalah motivasi yang muncul karena ada dorongan-dorongan
yang berasal dari dalam diri individu sendiri. Misalnya atlet selalu
berusaha untuk semakin meningkatkan keterampilannya karena akan
memberi kepuasan dalam dirinya.
Emosi
Bagi para atlet, emosi ketegangan adalah sesuatu yang ditakuti karena
pengaruhnya besar terhadap penampilan dan prestasinya. Ketegangan dan
kecemasan dirasakan sangat menekan sebelum bermain atau
betanding. Reaksi-reaksi emosi tersebut dapat berkurang atau menghilang
setelah memasuki pertandingan dan dapat timbul emosi lain yang
berkaitan dengan penampilan itu sendiri. Kurang mampu menguasai
emosi dapat menyebabkan seorang atlet harus membayar mahal karena
tidak bisa melanjutkan pertandingan.Tekanan pada atlet terjadi pada saat
mereka memiliki keinginan untuk menang yang tinggi dan tidak ingin
mengecewakan berbagai pihak. Hal ini memengaruhi tingkat stres
mereka. Psikologi olahraga dibutuhkan untuk membantu menurunkan
tingkat stres para atlet ini.
Kognisi
Aspek ketiga dalam kepribadian yang tidak banyak dibicarakan oleh para
psikolog olahraga adala aspek kognitif atau inteligensi. Beberapa cabang
olahraga membutuhkan kemampuan kognisi yang lebih besar dalam
bentuk taktik dan strategi seperti tenis, bulu tangkis, basket, balap sepeda
dan tinju. Dalam suatu pertandingan, seorang atlet memerlukan
inteligensi yang memungkinkan tindakan cepat dan tepat, banyak inisatif
dan kreasi. Fungsi inteligensi diperlukan untuk menyusun strategi
bermain, untuk memahami kekuatan dan kelemahan lawan dan dirinya
sendiri, untuk memahami pola permainan yang akan dilakukan agar
memenangkan pertandingan.
Sebelum hari pertandingan yang dapat dilakukan oleh psikolog olahraga
adalah mengumpulkan informasi mengenai kekuatan dan kelemahan
lawan, membantu atlet menyusun strategi yang efektif dan penerapannya,
memantau perkembangan atlet dari segi fisik, mental, konsentrasi, sikap,
dan ketepatan waktu.Selain itu tentu yang tidak ketinggalan sebagai
seorang psikolog adalah memantau kecemasan atlet dari tingkah laku
yang dimunculkan seperti ekspresi wajah, suasana hati dan faktor
penghambat missal kondisi badan yang sakit akibat pelatihan yang terlalu
berlebihan. Membantu memberikan suasana yang santai dan
menyenangkan kepada atlet, memastikan atlet mendapatkan tidur yang
cukup dan berkualitas. Hingga memberikan latihan ringan sebelum
pertandingan. Hal ini dilakukan untuk mencegah atlet menjadi terlalu
letih.
c. Psikologi Sosial
Pada dasarnya atlet tidak bisa dilepaskan dari lingkungannya. Bentuk
keterikatan seseorang dengan lingkungan sosial tercermin dari kenyataan bahwa
seseorang tidak mungkin melangsungkan kehidupannya sendiri tanpa adanya
bantuan dari orang lain. Ada unsur ketergantungan, kebutuhan, dukungan, kerja
sama antara seseorang sebagai individu dan sebagai suatu kelompok. Salah satu
faktor terpenting dalam menciptkan kelompok yang diharapkan adalah adanya
kesediaan setiap anggota kelompok untuk saling menyesuaikan diri. Meskipun
demikian, tidak menutup kemungkinan munculnya faktor kompetisi di antara
anggota kelompok. Kompetisi yang dimaksud adalah persaingan dalam satu
kelompok, yang dapat mempengaruhi kepaduan kelompok.
Kemajuan olahraga suatu bangsa dewasa ini sudah menjadi tolok ukur
kemajuan bangsa tersebut dalam bidang lainnya. Dalam kerangka ini maka
tidak heran berbagai negara berusaha menunjukkan kemampuan yang optimal
dalam olahraga multievent seperti Olympiade, Asian Games, dan Sea Games.
Ketika Indonesia terpuruk di posisi ke lima Sea Games Manila tahun 2005,
maka Presiden Susilo Bambang Yudoyono langsung menyampaikan
kekecawaannya dan mengintruksikan kepada Menteri Negara Pemuda dan
Olahraga dan KONI untuk segera melakukan evaluasi. Sangat wajar
kekecewaan ini muncul karena hasil Sea Games tahun 2005 merupakan prestasi
terburuk dalam sejarah keikutsertaan Indonesia di Sea Games. Menghadapi
kegagalan dalam olahraga prestasi kita harus segera melakukan instrospeksi diri
dan sesegera mungkin melakukan evaluasi itu.
Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh terhadap elemen-elemen
pendukung olahraga prestasi. Setama ini pemerintah dan para praktisi olahraga
belum menyadari pentingnya pendekatan ilmu keolahragaan termasuk Psikologi
Olahraga dalam pembinaan olahraga prestasi. Ber bagai teori dan kajian
sebagaimana yang dipapark.an di alas menunjukkan betapa penting dan
strategisnya Psikologi Olahraga sebagai bagian dari ilmu keolahragaan untuk
olahraga prestasi., namun di slsl lain kondisi perkembangan Psikologi Otahraga
itu sendiri di I ndonesia kurang beg l t u menggembirakan. Lantas langkah apa
yang dapat ditakukan untuk mencari jalan keluar atas permasatahan tersebut di
atas. Setidaknya ada dua upaya bisa di lakukan diantaranya:
a. Menumbuhkan kesadaran kepada seluruh komponen yang tertibat
baik langsung maupun tidak langsung dalam pembinaan olahraga
prestasi tentang pentingnya kajian dan aplikasi Psikologi Olahraga
dalam pembinaan olahraga prestasi di Indonesia.
Cara yang dapat ditempuh untuk mewujudkan hal ini melalui
desiminasi hasil-hasit penetitian baik yang dilakukan di dalam
negeri maupun di luar negeri, juga melalui kajian-kajian ilmiah
lainnya yang dapat menyakinkan masyarakat terlibat dalam
olahraga prestasi.
b. Meningkatkan sumber daya manusia dalam bidang ilmu
keolahragaan termasuk Psikologi Olahraga. Hal lni bisa dilakukan
dengan cara menger.ibangkan SOM yang berada di lembaga
Pendidikan Tinggi Keolahragaan untuk mengambil program master
atau doktor dalam bidang sport science (sport psychology) di
negara-negara rnaju, juga dengan membuka dan mengembangkan
program studi Psikologi Olahraga pada Perguruan Tinggi negeri
maupun swasta yang mengelola dan mengembangkan ilmu
Psikologi.
Daftar Pustaka
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Psikologi_olahraga
https://dosenpsikologi.com/psikologi-olahraga
https://himpsi.or.id/blog/makalah-3/post/psikologi-olahraga-psikologi-latihan-
24