Oleh :
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang
mempelajari mengenai perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah. Para praktisi
dalam bidang psikologi disebut para psikolog. Para psikolog berusaha mempelajari peran
fungsi mental dalam perilaku individu maupun kelompok, selain juga mempelajari
tentang
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari Yunani Kuno: Psychē yang berarti jiwa
dan –logia/logos yang artinya ilmu, sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan
jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi
membatasi
pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan
lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia
ada
2
yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku yang ditampilkan
seseorang
Ilmu psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal sebagai
Psikologi Olahraga. Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini adalah untuk
membantu agar bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan
sebaikbaiknya tanpa adanya hambatan dan faktor-faktor yang ada dalam
kepribadiannya. Dengan
kata lain, tujuan umum dari Psikologi Olahraga adalah untuk membantu seseorang agar
Beberapa definisi yang lain antara lain : Psikologi Olahraga adalah studi tentang
tingkah laku manusia dalam situasi olahraga, fokus kajiannya adalah pada belajar dan
performa, dan memperhitungkan baik pelaku maupun penonton. Weinberg and Gould
(1995) mengartikan Psikologi Olahraga sebagai studi khusus mengenai manusia dan
perilakunya dalam aktivitas olahraga dan latihan. Jadi, Psikologi Olahraga dapat diartikan
sebagai psikologi yang diterapkan dalam bidang olahraga, meliputi faktor-faktor yang
mempengaruhi secara langsung terhadap atlet dan faktor-faktor di luar atlet yang dapat
individu.
diarahkan untuk :
3
puncak.
2. Membantu anak-anak, penderita cacat dan orang tua untuk bisa hidup lebih
bugar.
Seraganian (1993) serta Willis and Campbell (1992) secara lebih tegas
emosi dan performance. Jelas bahwa Psikologi Olahraga lebih diarahkan pada
kemampuan
prestasi pelakunya yang bersifat kompetitif; artinya, pelaku olahraga, khususnya atlet,
misalnya untuk menang. Dengan kata lain, Psikologi Olahraga lebih terarah pada aspek
Salah satu studi pendahuluan dalam Psikologi Olahraga telah dilakukan oleh George
W. Fitz yang menyelidiki waktu reaksi (reaction time) yang tercantum dalam
“Psychological
Review“ tahun 1895. Fitz adalah Kepala Departemen Anatomi, Psikologi, dan Latihan
Fisik
pada Harvard’s Lawrence Scientific School sejak 1891 sampai 1899, dan sebagai
Utara. Fitz telah menciptakan alat-alat untuk mengukur kecepatan dan ketepatan
seseorang
menyentuh objek yang dihadapi tiba-tiba dan dalam posisi yang tak terduga.
4
American Association for Health, Physical Education, Recreation and Dance (AAHPERD).
Psikologi Olahraga pertama kali dikenalkan oleh Norman Triplett pada tahun 1898.
Triplett menemukan bahwa waktu tempuh pembalap sepeda menjadi lebih cepat jika
mereka membalap di dalam sebuah tim atau berpasangan dibanding jika membalap
sendiri.
Triplett menyimpulkan adanya pengaruh psikologis tertentu yang ia sebut sebagai faktor
keberadaan orang lain atau presence of others. Triplett juga melakukan penelitian
terhadap
dipengaruhi oleh keberadaan anak lain. Jadi ada pengaruh lingkungan sosial sebagai
faktor
Triplett dianggap sebagai orang pertama yang melakukan studi dalam Psikologi
Olahraga.
Tahun 1918, Coleman Robert Griffith melakukan studi terhadap atlet football dan
antara latihan dan pertandingan. Ada tiga bidang perhatiannya dalam melakukan
penelitian
yaitu psychomotor learning, skilled performance, dan kepribadian. Ia menulis dua buku
yang
sangat terkenal yaitu The Psychology of Coaching tahun 1926 dan The Psychology of
Athletics tahun 1928. Griffith juga menulis 25 artikel ilmiah dari hasil penelitiannya
dalam
5
psikomotor, proses belajar, dan variabel-variabel kepribadian. Sehubungan dengan itu
Menjelang Perang Dunia I, Psikologi Olahraga di dunia sudah cukup eksis. Sementara
itu, di berbagai belahan dunia lain, Psikologi Olahraga mulai berkembang dan mendapat
tempatnya sendiri. Di Jepang, riset mengenai Psikologi Olahraga dan aktivitas fisik atau
Psychology of Physical Activity and Sport dilakukan tahun 1920 oleh Mitsuo Matsui.
“Deutsche Hochscule Fur Leibesubungen“ di Berlin pada tahun 1920. Di Rusia A. Z. Puni
Pasca Perang Dunia II, baik di Eropa maupun di AS dan Asia, perhatian terhadap
jasmani atau physical education. Tahun 1942, Wu Wenzhong dan Xiao Zhonguo menulis
buku mengenai Psikologi Olahraga yang berjudul The Psychology of Physical Education.
6
Warren R. Johnson pada tahun 1949 mengawali penelitian mengenai bermacammacam
elemen stres dan dampaknya terhadap penampilan atlet. Tujuan dari salah satu
pemain sepak bola dan pegulat. Johnson berkesimpulan bahwa emosi kuat sebagai
gejala
wajar dari rasa takut dan resah sebelum bertanding tidak tampak sebagai faktor utama
yang
istimewa dalam sepak bola, tetapi pada indikasi yang kuat bahwa ini merupakan sesuatu
Psychology (ISSP) oleh para ilmuwan dari penjuru Eropa. Kongres internasional pertama
nama North American Society for the Psychology of Sport and Physical Activity
(NASPSPA).
Jurnal pertama Psikologi Olahraga terbit tahun 1970 dengan nama The International
Journal
of Sport Psychology. Kemudian diikuti oleh Journal of Sport Psychology tahun 1979.
Psychology (AAASP) pada tahun 1985 dan lebih berfokus secara langsung pada psikologi
7
Perkembangan Psikologi Olahraga di RRC dilaporkan oleh: Ma Qiwei, dkk. pada
pertemuan Beijing Asian Games Scientific Congress, tanggal 16-20 September 1990,
sebagai
berikut:
1. Pada dekade 1956-1966, tulisan dan karangan mengenai Psikologi Olahraga dari luar
Psikologi Olahraga kini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kongres
ISSP di Yunani tahun 2000 telah dihadiri lebih dari 700 peserta yang berasal dari 70
negara.
sekalipun pada praktiknya kegiatan para psikolog di dalam berbagai cabang olahraga di
Indonesia telah berlangsung beberapa tahun lamanya. Secara resmi Ikatan Psikologi
(HIMPSI) baru dibentuk tanggal 3 Maret 1999 dan baru ditandatangani secara resmi
pada
8
Tetapi, psikolog Singgih D. Gunarsa (d/h Go Ge Siong) bersama dengan psikolog
Sudirgo Wibowo (d/h Ng Tjong Ping) telah mempelopori kegiatan Psikologi Olahraga
bulutangkis nasional yang memanfaatkan jasa psikolog dan ilmu psikologi dalam
mencapai
puncak prestasi mereka, baik nasional maupun internasional. Peran psikolog Singgih D.
air terus berlanjut selama kurang lebih dua dekade secara sendirian. Sekalipun ada
beberapa psikolog lain yang sesekali turut memberikan sumbangan ilmu kepada dunia
olahraga di tanah air, hanya Singgih D. Gunarsa lah yang secara resmi dan
di Indonesia.
tidak disertai dengan tersedianya tenaga khusus yang telah mempelajari bidang baru
tersebut secara formal. Pribadi-pribadi yang menyadari hal tersebut belajar sendiri dari
Kian tahun Psikologi Olahraga kian mengalami peningkatan kajian dan mengalami
perkembangan yang berarti. Seorang praktisi psikolog yang memiliki ijin praktik belum
tentu
memiliki cukup pengetahuan ilmu keolahragaan, di lain pihak, pakar keolahragaan tidak
dibekali pendidikan khusus psikoterapi dan konseling. Akibatnya, sampai saat ini masih
terjadi kerancuan akan siapa sesungguhnya yang berhak memberikan pelayanan sosial
dalam bidang Psikologi Olahraga. Idealnya adalah seorang konsultan atau psikoterapis
9
ia tetap berada di atas landasan profesinya dengan mengikuti panduan etika yang
berlaku,
dan di samping itu pengetahuan keolahragaannya juga cukup mendukung latar belakang
pendidikan formalnya.
Dalam upaya mengatasi masalah ini IPO sebagai asosiasi Psikologi Olahraga nasional
itu, IPO juga tengah berupaya menyusun kurikulum tambahan untuk program sertifikasi
bagi
para psikolog praktisi yang ingin memberikan pelayanan sosial dalam bidang Psikologi
meliputi:
4) Psikologi senam.
Masalah lain yang juga kerapkali timbul dalam penanganan aspek psikologi olahraga
adalah dalam menentukan klien utama. Sebagai contoh misalnya pengguna jasa psikolog
dapat seorang atlet, pelatih, atau pengurus. Kepada siapa psikolog harus memberikan
pelayanan utama jika terjadi kesenjangan misalnya antara atlet dan pengurus, padahal
psikolog dipekerjakan oleh pengurus untuk menangani atlet, dan atlet pada saat
tersebut
adalah pengguna jasa psikologi. Di satu pihak psikolog perlu menjaga kerahasiaan atlet,
di
lain pihak pengurus mungkin mendesak psikolog untuk menjabarkan kepribadian atlet
10
keterangan; namun demikian, jika atlet mengetahui bahwa pribadinya akan dijadikan
bahan
seorang psikolog harus dapat bertindak secara bijaksana dalam menangani masalah ini,
demikian pula, hendaknya seorang pelatih yang kerapkali bertindak selaku konsultan
bagi
atletnya kerap kali harus mampu melakukan pertimbangan untuk menghadapi masalah
yang
serupa.
Peranan Psikologi Olahraga pada hakekatnya tidak berbeda dengan peranan ilmu
penegtahuan pada umumnya, yaitu menurut Kerlinger (1975; dalam KONI Pusat, 1995)
bahwa ilmu pengetahuan berperan dan berfungsi untuk : (1) dapat menjelaskan dan
(prediction) dengan secara tepat, dan (3) untuk dapat mengawasi (control) dan
mengendalikan gejala.
a) Untuk dapat menjelaskan dan memahami tingkah laku atlet dan gejala-gejala
psikologi yang terjadi dalam olahraga pada umumnya. Ini sangat perlu dilakukan
karena tingkah laku manusia yang tampak (dapat dilihat) pada hakekatnya tidak
terlepas dari sikap (attitude) yang tidak tampak. Sikap individu dipengaruhi oleh
11
2) Untuk dapat meramalkan atau dapat membuat prediksi dengan tepat
kemungkinankemungkinan yang dapat terjadi pada atlet, berkaitan dengan
permasalahan
kemungkinan bakat yang ada pada diri atlet tersebut, sehingga dapat diarahkan
untuk menekuni cabang olahraga yang sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuannya.
3) Untuk dapat mengontrol dan mengendalikan gejala tingkah laku dalam olahraga.
kemampuan dan segi-segi positif yang dimiliki atlet. Misalnya atlet yang dihinggapi
rasa jemu berlatih (boredom) harus diberi perlakuan khusus dengan variasi latihan
yang menarik, bila atlet tersebut memiliki motif berprestasi tinggi maka perlu sering
Latihan
Anda!
Anda!
Anda!
12
BAB 2
2.2 Pengantar
Sejak lebih kurang setengah abad yang lalu adanya hubungan timbal balik antara
jiwa dan raga, atau antara gejala fisik dan psikis, telah menjadi bahan pembahasan para
ahli
psikologi. Ronge (1951) menyebutkan manusia sebagai suatu organisme, yang mengikuti
hukum-hukum biologi, hukum-hukum dalam pikir, rasa keadilan, dsb. Perasaan atau
emosi
Semua gejala emosional seperti : rasa takut, marah, cemas, stres, penuh harap, rasa
Sehubungan itu semua maka jelaslah bahwa gejala psikis akan mempengaruhi
penampilan dan prestasi atlet. Dalam hubungan ini pengaruh gangguan emosional perlu
atau keseimbangan psikis secara keseluruhan, dan ini berakibat besar terhadap
pencapaian
13
prestasi atlet.
Dalam melakukan kegiatan olahraga, lebih-lebih untuk dapat mencapai prestasi yang
prestasi yang tinggi dalam cabang olahraga panahan atau menembak, maka atlet harus
dapat memusatkan perhatian dengan baik, penuh percaya diri, tenang, dapat
Untuk menjadi peloncat indah atau peloncat menara yang berprestasi tinggi, atlet
yang bersangkutan harus memiliki rasa percaya diri, keberanian, daya konsentrasi,
kemauan
keras, koordinasi gerak yang baik, dan rasa keindahan ini semua akan dapat terganggu
Emosi atau perasaan atlet perlu mendapat perhatian khusus dalam olahraga, karena
emosi atlet disamping mempengaruhi aspek-aspek kejiwaan yang lain (akal dan
kehendak),
Menurut Alderman (1974), penampilan atlet dapat ditinjau dari empat dimensi :
1. Dimensi kesegaran jasmani, berkaitan dengan sistem pernapasan dan jantung atlet,
2. Dimensi ketrampilan yaitu koordinasi gerak, keindahan gerak, kelentukan, dan waktu
reaksi.
3. Dimensi pembawaan fisik, bisa dilihat dari segi-segi antropometri (tinggi dan berat
14
1. Fisik. Berkaitan dengan stamina, kekuatan, fleksibilitas dan koordinasi. Perlu proses
untuk membentuk suatu kondisi fisik menjadi seperti apa yang ditargetkan dan
dapat dicapai melalui suatu prosedur latihan yang baik, teratur, sistematis, dan
terencana. Ada kondisi fisik yang berkaitan dengan bakat yang merupakan faktor
bawaan sejak lahir atau faktor keturunan. Artinya ada faktor-faktor yang bisa
dapat melewati kerangka batas dan faktor keturunan sejak lahir. Misalnya, stamina
yang berkaitan dengan kapasitas vital paru-paru yang dimiliki menjadi sesuatu yang
khas bagi diri seorang atlet, yang membedakannya dengan atlet lain. Begitu pula
dengan kekuatan.
2. Teknik. Dipengaruhi oleh berbagai ketrampilan dasar, baik bakat yang diperoleh
Salah satu pertanyaan paling dasar yang dihadapi oleh psikologi adalah “Mengapa
kita semua berbeda?" Tentu saja, dalam beberapa hal, kita semua sama, seperti dalam
struktur otak dan mekanisme persepsi dan daya ingat. Namun, ada perbedaan besar di
antara kita yaitu cara-cara kita berpikir, merasa dan berperilaku dalam menanggapi
situasi
karakteristik dari orang untuk pola perilaku yang konsisten”. Secara umum, ada empat
faktor yang mempengaruhi bagaimana kita merespons suatu situasi tertentu yaitu :
genetik
yang menyusun kita, pengalaman masa lalu kita, sifat situasi di mana kita menemukan
diri
15
kita dan kehendak bebas kita. Masing-masing faktor ditekankan oleh satu atau lebih
teori
kepribadian.
2. Jenis olahraga.
3. Tingkatan pertandingan.
4. Ciri kepribadian.
Personality atau kepribadian berasal dari kata Persona, kata persona merujuk pada
topeng yang biasa digunakan para pemain sandiwara di Jaman Romawi. Secara umum
kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi
individu-individu lainnya.
14
George Kelly memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari individu
merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang
membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang
bersangkutan.
Menurut Allport, kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem
psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.
Allport
menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud menunjukkan bahwa jiwa dan
raga
16
manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
serta
diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan
istilah khas dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu
memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, karena
itu
Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga
sistem yaitu Id, Ego dan Superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain
merupakan
suatu struktur atau organisasi hipotesis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang
diorganisasi dan diintegrasikan oleh kepribadian. Atau dengan kata lain kepribadian
dipandang sebagai “organisasi” yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku kita.
individual. Dengan istilah “kepribadian”, keunikan dari setiap individu ternyatakan. Dan
melalui studi tentang kepribadian, sifat-sifat atau kumpulan sifat individu yang
membedakannya dengan individu lain diharapkan dapat menjadi jelas atau dapat
dipahami.
Teori kepribadian memandang kepribadian sebagai sesuatu yang unik dan atau khas
pada
diri setiap orang. Sebagian besar batasan menekankan pentingnya melihat kepribadian
dari
17
pengalaman-pengalaman sosial, dan perubahan lingkungan. Atau dengan kata lain,
corak
dan keunikan kepribadian individu itu dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan
lingkungan.
1939 pada umur 83 tahun. Ia adalah seorang Austria keturunan Yahudi dan pendiri
aliran
psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi. Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga
(unconscious). Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam
bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga
memberikan
pernyataan bahwa perilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas (eros) yang pada
Alam bawah sadar yang digambarkan Freud memiliki tiga unsur, yaitu Id, Ego dan
Superego.
1. Id
yang lain yaitu Ego dan Superego. Id terdiri dari dorongan-dorongan biologis dasar
seperti
kebutuhan makan, minum dan seks. Di dalam Id terdapat dua jenis energi yang
kehidupan dan insting kematian. Insting kehidupan ini disebut libido. Dorongan-
dorongan
18
dalam Id selalu ingin dipuaskan dan dalam pemuasannya Id selalu berupaya
menghindari
2. Ego
Ego merupakan energi yang mendorong untuk mengikuti prinsip kenyataan (reality
principle), dan beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan prinsip sekunder ini adalah
mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukannya suatu objek yang cocok untuk
pemuasan dorongan Id itu bersifat realistis dan sesuai dengan kenyataan. Dengan kata
lain
kenyataan.
3. Superego
Superego adalah suatu gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan moral masyarakat
yang ditanamkan oleh adat istiadat, agama, orang tua, guru dan orang- orang lain pada
anak. Karena itu pada dasarnya Superego adalah hati nurani (concenience) seseorang
yang
menilai benar atau salahnya suatu tindakan seseorang. Itu berarti Superego mewakili
nilainilai ideal dan selau berorientasi pada kesempurnaan. Cita-cita individu juga
diarahkan pada
nilai-nilai ideal tersebut, sehingga setiap individu memiliki gambaran tentang dirinya
yang
19
yang baik dan buruk.
Hans J. Eysenck lahir di Jerman pada tanggal 4 Maret 1916. Dia menerima gelar
doktor di bidang psikologi dari University of London tahun 1940. Selama Perang Dunia II,
dia
bekerja sebagai psikolog di bagian gawat darurat perang. Teori kepribadian Eysenck
Menurut Eysenck kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun
potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Pola
tingkah laku itu berasal dan dikembangkan melalui interaksi fungsional dari empat
sektor
utama yang mengorganisir tingkah laku; sektor kognitif (intelligence), sektor konatif
Kepribadian menurut Eysenck memiliki empat tingkatan hirarkis, mulai dari hirarki
yang tinggi ke hirarki yang rendah : tipe – traits – habit – respon spesifik.
2. Hirarki kedua : Trait, kumpulan kegiatan, kumpulan respon yang saling berkaitan
4. Hirarki terendah : Spesific Response, tingkah laku yang dapat diamati, yang
20
(Sumber : allpsych.com, 2015)
Ada tiga dimensi kepribadian menurut Eysenck, yaitu Extraversion (E), Neuroticism
(N), dan Psychoticism (P). Menurutnya Neurotisisme dan Psikotisisme itu bukan sifat
patologis. Tiga dimensi itu adalah bagian normal dari struktur kepribadian. Semuanya
Psychoticism-Impulse Control. Orang yang memiliki skor tinggi pada tiga dimensi
tersebut
bipolar yang mengikuti kurva normal, artinya sebagian besar orang berada di tengah-
tengah
EXTRAVERSION (E)
ventureso
21
Tidak sosial, pasif, ragu, pendiam, banyak
keterangsangan korteks (CAL = Cortical Arousal Level), kondisi fisiologis yang sebagian
besar
bersifat keturunan. CAL rendah artinya korteks tidak peka, reaksinya lemah. Sebaliknya
CAL
NEUROTICISM (N)
Trait dari neurotisisme adalah: anxious, depressed, guild feeling, low self esteem,
tension, irrational, shy, moody, emotional. Dasar biologis dari Neuroticism adalah
kepekaan
reaksi sistem saraf otonom (ANS = Autonomic Nervous System). Orang yang kepekaan
ANSnya tinggi, pada kondisi lingkungan wajar sekalipun sudah merespon secara
emosional
dalam hubungan CAL dan ANS, dan dalam bentuk garis absis ordinat. Kedudukan setiap
orang pada bidang dua dimensi itu tergantung kepada tingkat ekstraversi dan
neurotisismenya.
PSYCHOTICISM (P)
22
dan sabar
besar. Secara keseluruhan tiga dimensi kepribadian itu 75% bersifat herediter, dan
hanya
25% yang menjadi fungsi lingkungan. Dan pria memiliki skor yang lebih besar dibanding
wanita dalam dimensi psikotisisme karena hormon progesteron pria lebih besar
daripada
wanita.
Eysenck (1952; dalam Jarvis, 2006) awalnya mengusulkan bahwa kepribadian bisa
benar-benar dijelaskan dengan hanya dua sifat, extraversion dan neuroticism. Ekstravert
timbul adalah Mengapa bisa tiga karakteristik yang berbeda seperti keaktifan, sosialisasi
dan
impulsif dikelompokkan bersama sebagai satu sifat. Jawabannya adalah bahwa, melalui
proses matematis yang disebut analisis faktor, Eysenck menemukan bahwa dalam
banyak
kasus, orang yang sama cenderung menjadi hidup, impulsif dan bersosialisasi. Ketika
mengatakan bahwa mereka membentuk satu sifat. Ekstravert dan neurotisisme dapat
diukur dengan tes kepribadian yang disebut Eysenck Personality Inventory (EPI).
Beberapa
YA TIDAK
23
3. Apakah Anda biasanya riang? [ ] [ ]
5. Apakah Anda berhenti dan berpikir hal-hal di atas sebelum melakukan apapun? [ ] [ ]
pertanyaan 2 dan 4 merupakan bagian dari skala neurotisisme (N). Skala E dan N
masingmasing ditandai dengan skor 24. Skor tinggi pada skala E akan menunjukkan
bahwa Anda
sangat ekstravert sementara skor rendah akan menunjukkan bahwa Anda sangat
intravert,
yaitu, tenang, soliter, dan sama sekali tidak impulsif. Skor tinggi pada skala N akan
menunjukkan bahwa Anda sangat neurotik, yaitu, emosi tidak stabil, sedangkan nilai
yang
sangat rendah akan menunjukkan bahwa Anda adalah seorang yang sangat stabil, orang
Skor EPI
Intravert 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 skala E 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Ekstravert
Kebanyakan orang punya skor antara 5 dan 20 pada setiap skala. Dalam versi yang
lebih baru dari teorinya, Eysenck (1975) menambahkan ciri kepribadian ketiga, yaitu
psychoticism, ukuran seberapa lembut atau keras hati seorang individu. Faktor ini
kemudian
dimasukkan ke dalam skala ketiga dalam tes kepribadian Eysenck, Eysenck Personality
Questionnaire (EPQ). Dengan melihat salah satu dari empat tipe kepribadian seseorang,
24
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Cattell tidak setuju dengan pandangan Eysenck bahwa kepribadian bisa dipahami
dengan melihat hanya tiga dimensi kepribadian. Sebaliknya ia berpendapat bahwa perlu
untuk melihat jumlah sifat yang jauh lebih besar untuk mendapatkan gambaran lengkap
dari
faktor untuk melihat jenis perilaku apa yang cenderung dikelompokkan bersama-sama
pada
Cattell menghasilkan tes kepribadian mirip dengan EPI yang masing-masing diukur dari
16
25
sifat. Tes itu disebut 16PF, memiliki total 160 pertanyaan, 10 pertanyaan yang
berhubungan
dengan masing-masing faktor kepribadian. Contoh empat item dari skala kekuatan-ego
Eysenck menyatakan bahwa 16 faktor Cattell itu akan cocok dengan tiga miliknya.
semua diwakili oleh sifat Eysenck neurotisisme. Argumen antara Eysenck dan Cattell
benarbenar hanya matematika. Untuk psikolog olahraga, yang penting terutama bukan
siapa yang
benar, tetapi tes mana yang lebih berguna dalam memahami performance olahraga.
(a) Pada dasarnya ingin menjadi sama ATAU (b) Merencanakannya sangat berbeda
3. Apakah suasana hati Anda kadang-kadang tampak tidak masuk akal bagi Anda?
4. Apakah Anda merasa lelah ketika Anda telah melakukan apa-apa untuk membenarkan
itu?
lingkungan. Dimana perkembangan kepribadian individu ditentukan oleh dua hal, yaitu :
1. Faktor intern, terdiri atas bawaan dan potensi psikologis. Potensi psikologis individu
26
aturan/stimulus lingkungan yang hendak mengembangkan dirinya.
diantaranya adalah :
1. Observasi
2. Wawancara
Ada hubungan positif antara kepribadian dan beberapa aspek penampilan atlet.
Menurut Ogilvie, ada delapan sifat khusus yang sangat erat berhubungan dengan
penampilan atlet antara lain: emosi stabil, ulet, cermat, tertib diri, yakin diri, ketegangan
kecil, percaya diri, dan terbuka. Sementara dari hasil penelitian pada 10 orang atlet
Indonesia yang memiliki prestasi tingkat dunia disebutkan bahwa terdapat tujuh ciri
kepribadian yang menunjang prestasi atlet yaitu : komitmen, ambisi prestatif, gigih,
kerja
keras, mandiri, cerdas, swakendali (Maksum, 2015). Ketujuh ciri kepribadian tersebut
telah
diuji secara empirik dan terbukti merupakan prediktor keberhasilan atlet meraih prestasi
tinggi. Lingkungan keluarga dan lingkungan olahraga memiliki pengaruh besar pada
yang memiliki pengaruh besar adalah orang tua, terutama ayah. Di lingkungan olahraga,
a) Selama proses latihan dan pertandingan hubungan pelatih dan atlet membawa
27
b) Semakin dekat hubungan pelatih dan atlet semakin besar atlet meniru kepribadian
pelatih.
c) Pelatih yang mengerti atlet dapat membantu atlet yang mengalami konflik. Konflik
atlet biasanya terjadi karena : ada perbedaan antara keinginan dengan tujuan,
regu.
Latihan
2. Menurut Anda, petinju Mike Tyson tergolong tipe kepribadian manakah bila dilihat
28
BAB 3
a) Motivasi berasal dari kata latin Movere yang berarti bergerak atau berpindah.
bertingkah laku.
1974).
Motivasi mengandung tiga komponen penting yang saling berkaitan erat, yaitu :
29
dimiliki dengan apa yang menurut persepsi si-individu harus dimiliki).
2004) :
2. Hasil penampilan
berharga.
2. Motivasi untuk melakukan olahraga dapat datang dari diri sendiri, dikenal dengan
motivasi intrinsik, dapat pula datang dari lingkungan, atau disebutmotivasi ekstrinsik.
Di dalam proses pembinaan olahraga ada beberapa bentuk motivasi yang dibedakan
30
yaitu :
1. Motivasi secara umum, artinya motivasi seseorang untuk melibatkan diri di dalam
dengan itu ia merasa bangga (Gill, 1986). Achievement motivation ini merupakan
salah satu karakteristik yang menentukan kesuksesan atlet untuk meraih prestasi
Jenis-jenis motivasi :
1. Motivasi Intrinsik
Adalah motivasi yang datang dari dalam diri individu dan sedikit dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan sekitar. Penting bagi seorang atlet karena setiap individu mempunyai
individual differences yang membedakan dengan orang lain. Individual differences ini
kerentanan, dsbnya. Lebih ampuh untuk bisa memunculkan sebuah perilaku tertentu
karena motivasi ini berasal dari dalam diri sehingga mempunyai kecenderungan yang
lebih kuat dan tahan lama. Berbeda dengan motivasi ekstrinsik, ketika sumber motivasi
sudah hilang atau berkurang nilainya, maka perilaku yang diharapkan tidak akan muncul
belajar. Dalam konteks olahraga, motivasi ini penting dalam proses latihan untuk
memastikan bahwa mereka selalu terlibat dalam proses latihan dengan baik. Pelatih
harus selalu kreatif menciptakan metode latihan yang selalu memberi sesuatu yang
31
b. Motivasi intrinsik yang berkaitan dengan pencapaian (accomplishment)
sendiri. Artinya ada keinginan untuk lebih dan lebih. Seorang pelatih bisa
menciptakan ini dengan membawa unsur kompetisi dalam proses latihan. Para
pemain harus selalu mengikuti kompetisi yang kompetitif dengan jenjang yang selalu
meningkat. Selain untuk mengevaluasi kemampuan, tapi juga agar selalu terfasilitasi
berhasil mendapatkan medali emas olimpiade, pasti luar biasa. Untuk itu atlet
2. Motivasi Ekstrinsik
Adalah motivasi yang datang dari luar individu. Dengan kata lain, motivasi yang
dimiliki seseorang tersebut dikendalikan oleh objek-objek yang berasal dari luar
individu. Seperti: hadiah, trofi, uang, pujian. Tidak selamanya bersifat sementara,
tapi dengan penanganan yang tepat, motivasi ini bisa memberi kekuatan yang tidak
Jenisnya:
a. External regulation
32
yang bersifat eksternal (medali, trofi) dan dalam rangka menghindari tekanan
(tekanan sosial). Contoh: “Saya akan pergi berlatih hari ini karena saya tidak ingin
b. Introjected regulation
sesuatu yang berasal dari dalam diri sendiri. Contoh: “Saya berlatih karena saya akan
Pada fase ini, muncul perilaku-perilaku yang dinilai dan menjadi pilihan untuk
dilakukan. Pemain sudah bisa mengidentifikasi perilaku yang harus diambil. Contoh:
“Saya memilih untuk berlatih karena berlatih akan membantu saya tampil lebih baik
d. Integrated regulation
Pemain sudah memilih sebuah perilaku untuk dikerjakan yang bergerak dari motivasi
eksternal ke tindakan yang terpilih. Ada pilihan-pilihan aktivitas lain yang muncul
bersamaan dengan aktivitas yang seharusnya dilakukan oleh seorang pemain. Pada
tahap ini motivasi eksternal mencapai titik efektifnya karena sudah menjadi
pengatur perilaku atlet dan memberi kesadaran bagi atlet akan perilaku yang
seharusnya dilakukan. Contoh: “Lebih baik saya tinggal di rumah dibanding jalanjalan
dengan teman-teman. Jadi besok akan lebih siap saat bertanding.”
manusia (Alderman, 1974) dimana motif merupakan salah satu determinan yang sangat
penting pendorong perilaku manusia. Menurut Anshel (1977) bila dilihat dari sumbernya
33
pada diri individu yang bersangkutan.
Motivasi membuat seseorang mau berperilaku dan apabila suatu kebutuhan telah
dicapai
2. Alderfer
a. Existence
b. Relatedness
34
Yaitu keinginan untuk memuaskan hubungan antar personal.
c. Growth
berteman.
orang lain.
Mengemukakan suatu daftar dari 20-an kebutuhan yang pada umumnya mendorong
hasrat, kemauan, dorongan untuk dapat unggul, yaitu mengungguli prestasi yg pernah
dicapainya sendiri atau megungguli prestasi orang lain. Tercermin dari perilaku individu
yang selalu mengarah pada suatu standar keunggulan (standard of excellence). Suka
akan tugas-tugas yang menantang, tanggung jawab secara pribadi, terbuka akan umpan
balik.
35
Diberi penghargaan, pengakuan atas prestasi yang telah dicapai.
Teknik yang dapat digunakan oleh pelatih dalam meningkatkan motivasi atlet :
1. Motivasi verbal
3. Motivasi insentif
4. Supervisi
5. Gambar-gambar
6. Khayalan mental
Sementara menurut Anshel (1997) ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk
b) Terencana
d) Mengembangkan keterampilan
e) Memberikan penghargaan
latihan
36
n) Mengembangkan sikap kepemimpinan diantara kelompok atlet
o) Memberikan masukan yang wajar atas kekeliruan atlet, sebaliknya juga atas
keberhasilan
konkrit, dan jangan cenderung menyalahkan karena pelatih yang hanya berfokus
Membandingkan antar teman latihan cenderung akan merusak motivasi atlet. Hal ini
disebabkan oleh rasa ketidakpuasan dan munculnya rasa malu sehingga akan
menyebabkan timbulnya rasa frustrasi dari atlet tersebut. Ketika seorang atlet terlalu
penguasaan. Untuk itu proses latihan harus bervariasi sehingga atlet mempunyai
banyak pilihan. Pilihan inilah yang akan membuat atlet menyesuaikan diri dengan
4. Jangan merusak fokus intrinsik dengan pemberian reward yang tidak tepat
Pemberian reward (hadiah) yang tidak tepat sasaran akan merusak motivasi intrinsik
dari seorang atlet. Di dalam proses latihan, motivasi yang muncul dari para atlet
37
untuk mendapatkan sensasi dari teknik yang dijalankan. Bentuk reward akan
untuk semakin tahu dan semakin bisa akan muncul jika situasi latihan
menyenangkan.
Proses latihan pada dasarnya adalah aktivitas ang menyenangkan, tapi pelatih
berbagai macam penyebab. Penyebab yang paling umum adalah variasi latihan yang
bisa merangsang para atlet untuk selalu berusaha dan berkompetisi. Jika proses
latihan tidak banyak menuntut kerja atlet, maka proses latihan tersebut akan
Seseorang akan menjalani proses latihan dengan serius ketika mereka paham
dengan kebutuhan latihan mereka. Untuk itu proses latihan harus benar-benar
Latihan
1. Menurut Anda, perlukah seorang pelatih mengetahui motivasi dari atlet binaannya?
38
3. Menurut Anda, apakah pemberian reward (baik berupa hadiah, uang, mobil, rumah,
dll) kepada atlet berprestasi perlu diberikan terutama untuk meningkatkan motivasi
39