Anda di halaman 1dari 14

BAB I

(PENDAHULUAN)

1. LATAR BELKANG

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan
lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia ada
yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang
dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri.

Ilmu psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal sebagai
psikologi olahraga. Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini adalah untuk
membantu agar bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan sebaik-
baiknya tanpa adanya hambatan dan factor-faktor yang ada dalam kepribadiannya. Dengan
kata lain, tujuan umum dari psikologi olahraga adalah untuk membantu seseorang agar dapat
menampilkan prestasi optimal, yang lebih baik dari sebelumnya.

Meningkatnya stres dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara negatif,
baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya menurun. Mereka
dapat menjadi tegang. denyut nadi meningkat, berkeringat dingin, cemas akan hasil
pertandingannya, dan mereka merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini seringkali
menyebabkan para atlet tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya. Para pelatih pun
menaruh minat terhadap bidang psikologi olahraga, khususnya dalam pengendalian stres.

Psikologi olahraga juga diperlukan agar atlet berpikir mengenai. mengapa mereka
berolahraga dan apa yang ingin mereka capai? Sekali tujuannya diketahui, latihan-latihan
ketrampilan psikologis dapat menolong tercapainya tujuan tersebut. Mental yang tegar, sama
halnya dengan teknik dan fisik, akan didapat melalui latihan yang terencana, teratur, dan
sistematis. Dalam membina aspek psikis atau mental atlet, pertama-tama perlu disadari
bahwa setiap atlet harus dipandang secara individual, yang satu berbeda dengan yang lainnya.
Untuk membantu mengenal profil setiap atlet, dapat dilakukan pemeriksaan psikologis, yang
biasa dikenal dengan “psikotes”, dengan bantuan psikometri.
Profil psikologis atlet biasanya berupa gambaran kepnbadian secara umum, potensi
intelektual. dan fungsi daya pikimya yang dihubungkan dengan olahraga. Profil atlet pada
umumnya tidak berubah banyak dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, orang sering
beranggapan bahwa calon atlet berbakat dapat ditelusun semata-mata dari profil
psikologisnya. Anggapan semacam ini keliru, karena gambaran psikologis seseorang tidak
menjamin keberhasilan atau kegagalannya dalam prestasi olahraga, karena banyak sekali
faktor lain yang mempengaruhinya. Beberapa aspek psikologis dapat diperbaiki melalui
latihan ketrampilan psikologis (diuraikan kemudian) yang terencana dan sistematis, yang
pelaksanaannya sangat tergantung dari komitmen si atlet terhadap program tersebut.

2. RUMUSAN MASALAH

Untuk mempermudah dalam pembahasan nanti maka perlu dirumuskan terlebih


dahulu masalah-masalah pokok yang akan dibahas kemudian. Adapun rumusan masalah
yang akan diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan emosi?

2. Apa yang dimaksud dengan olahraga ?

3. Apa pengaruh-pengaruh positif dan negatif dari emosi dalam kegiatan olahraga?

4. Bagaimana pengendalian emosi untuk meraih prestasi?

3. TUJUAN DAN MANFAAT

Sebagaimana kegiatan-kegiatan makalah yang lain, makalah ini memiliki tujuan-


tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dengan tujuan-tujuan tersebut maka hasil makalah akan
lebih terarah dan lebih sistematis. Dalam makalah ini, penulis ingin mencapai tujuan-tujuan
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahuiapa yang dimaksud dengan emosi.

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan olahraga.

3. Untuk mengetahui pengaruh-pengaruh positif dan negatif emosi dalam olahraga.


4. Untuk mengetahui bagaimana pengendalian emosi dalam meraih prestasi.

BAB II

(PEMBAHASAN)

A. PENGERTIAN EMOSI

Kata "emosi" diturunkan dari kata bahasa prancis émotion, dari émouvoir, 'kegembiraan'
dari bahasa latin emovere, dari e- (varian eks-) 'luar' dan movere 'bergerak'. Kebanyakan ahli
yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu daripada suasana hati. Sebagai contoh, bila seseorang
bersikap kasar, manusia akan merasa marah.Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin
datang dan pergi dengan cukup cepat tetapi ketika sedang dalam suasana hati yang buruk,
seseorang dapat merasa tidak enak untuk beberapa jam.

Berdasarkan biologis emosi, Semua emosi berasal dari system limbing otak yang kira-
kira berukuran sebesar sebuah kacang walnut dan terletak di batang otak. Orang-orang
cenderung merasa bahagia ketika sistem limbik mereka secara relatif tidak aktif Sistem
limbik orang tidaklah sama. Sistem limbik yang lebih aktif terdapat pada orang-orang
yangdepresi,, khususnya ketika mereka memperoleh informasi negatif.

Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi
adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian Emosi dapat ditunjukkan ketika
merasa senang mengenai sesuatu marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.

B. PENGERTIAN OLAHRAGA

Pengertian olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yangterdapat di dalam


permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangkamemperoleh relevansi
kemenangan dan prestasi optimal.Menpora Maladi Olahraga mencakup segala kegiatan
manusia yangditujukan untuk melaksanakan misi hidupnya dan cita-cita hidupnya, cita-
citanasional politik, sosial, ekonomi, kultural dan sebagainya.

Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atauusaha yang dapat
mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang
sebagai perorangan atauanggotamasyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/
pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan,
dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya
yang berkualitas berdasarkan Pancasila.

Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencanauntuk memelihara
gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkankemampuan gerak (meningkatkan kualitas
hidup). Seperti halnya makan,Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya periodik;
artinyaOlahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak
dapatditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan
dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial.

Struktur anatomis-anthropometrisdan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan


kecerdasan intelektualnyamaupun kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya nyata
lebihunggul pada siswa-siswa yang aktif mengikuti kegiatan Penjas-Or dari padasiswa-siswa
yang tidak aktif mengikuti Penjas-Or (Renstrom & Roux 1988,dalam A.S.Watson : Children in Sport
dalam Bloomfield,J, Fricker P.A. andFitch,K.D., 1992).

Makna olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badanyang dilakukan oleh
satu orang atau lebih yang merupakan regu ataurombongan. Sedangkan dalam Webster¶s
New Collegiate Dictonary (1980)yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik untuk mendapatkan
kesenangan, danaktivitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan
(athleticgames di Amerika Serikat).Menurut Cholik Mutohir olahraga adalah proses
sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan,dan membina
potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota
masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam
pembentukan manusiaIndonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.

Untuk penjelasan pengertian olahraga menurut Edward (1973)olahraga harus bergerak dari
konsep bermain, games, dan sport. Ruanglingkup bermain mempunyai karakteristik antara
lain; a. Terpisah darirutinitas, b. Bebas, c. Tidak produktif, d. Menggunakan peraturan yang
tidak baku. Ruang lingkup pada games mempunyai karakteristik; a. ada kompetisi, b. hasil
ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi, kesempatan.Seperti dikemukakan oleh para ahli
lainnya (Pieron, Cheffers, danBarette (1994; dalam Naul, 1994) pedagogi olahraga
merupakan sebuahdisiplin yang terpadu dalam struktur ilmu keolahragaan.

Paradigma ini telahdiadopsi di Indonesia dalam pengembangan pedagogi olahraga di


FIK/FPOK/JPOK dengan kedudukan bahwa pedagogi olahraga dianggap sebagai"induk"
yang berpotensi untuk memadukan konsep/teori terkait dari relevandari beberapa subdisiplin
ilmu keolahragaan lainnya terutama dalam konteks pembinaan dalam arti luas dan paradigma
interdisiplin (Matveyev, dalam Rushutan, 1988) Pandangan ini tak berbeda dengan tradisi di
Jerman yangmenempatkan pedagogi olahraga dalam kedudukan sentral dalam struktur ilmu
keolahragaan (Wasmund, 1973). Dalam model yang dikembangkan diUniversitas Olahraga Moskow,
pedagogi olahraga ditempatkan sebagai"pusat" yang berpotensi untuk memadukan beberapa
subdisiplin ilmu dalamtaksonomi ilmu keolahragaan, sementara para ahli meletakkan sport,
medicineyang mencakup aspek keselamatan (safety) dan kesehatan sebagai landasan bagi
pedagogi olahraga (Rushutan, 1998; dalam laporan hasil The SecondAsia Pacific Congress of
Sport and Physical, Education University President).Widmer (1972) menjelaskan objek
formal pedagogy olahraga yaitu"fenomena olahraga dari fenomena pendidikan, tatkala
manusia dirangsangagar mampu berolahraga.

Bagi Grupe & Kruger (1994), pedagogi olahragamencakup dua hal utama: (1)
tindakan pendidikan praktis dalam bermain danolahraga, dan karena itu ada landasan teoretis
bagi kegiatan olahraga yangmengandung maksud mendidik tersebut; dan (2) praktik yang
dimaksud berbeda dengan praktik dan konsep lama dalam pendidikan jasmani
yangmengutamakan latihan gaya militer dan drill di beberapa negara, khsusnya diJerman;
praktik baru itu disertai konsep teoretis pendidikan jasmani, kontrolterhadap badan, dan
disiplin, yang menyatu dengan gerak fisik, ability, danketerampilan di bawah
pengendalianjiwa dan kemauan.

C. PENGARUH POSITIF DAN NEGATIF DARI EMOSI DALAM KEGIATAN OLAHRAGA

Menurut beberapa ahli sifat dan fungsi emosi antara lain dijelaskan sebagai berikut:
1. Emosi memegang peranan penting bagi kehidupan sehat, ekspresi diri, kepemimpinan, dan

perkembangan nilai-nilai.

2. Emosi memperkaya dan mengisi arti kehidupan bagiindividu. Tetapi kalau emosi terlalu

menguasai individu akan berakibat tampaknya tingkah laku yang irrasional, yang akan

menyebabkan penganalisaan yang tidak teliti.

3. Emosi mempengaruhi cara kerja kelenjar-kelenjar yang akibatnya seluruh pribadi dapat

terpengaruh baik yang menyangkut cara-cara berfikir, bertindak dalam mengambil suatu

keputusan, dan juga sikap mental.

4. Emosi dapat dirasakan tanpa diketahui dimana tempatnya.

Kalau kita pelajari fungsi dan sifat emosi tersebut di atas, maka tidak mengherankan kalau

tindakan seseorang itu juga diwarnai oleh emosi di samping oleh pertimbangan-

pertimbangan pikir dan akalnya. Yang menjadi persoalan sekarang adalah sampai beberpa

jauh emosi itu dapat memberikan pengaruh-pengaruh positif dan negatif?

1. PENGARUH POSITIF

Dampak positif emosi ini sangat tergantung kepada pribadi dan pengalaman-
pengalaman seseorang. Pengalaman akan banyak mempengaruhi perkembangan emosi baik
yang bersifat memupuk, menghambat, dan mematikan. Semakain banyak pengalaman
seseorang didasari oleh pengertian dan kemauan untuk mempelajari pengalaman-pengalaman
yang dialami. Jelas akan memberikan pengaruh yang positif terhadap tindakan-tindakan
berikutnya, mereka akan lebih mampu mengendalikan emosi dalam batas-batas yang
diinginkan. Mereka akan dapat memanfaatkan dorongan emosi tanpa menggangu
pelaksanaan suatu tindakan. Begitu pula dalam dunia olahraga, pengendalian emosi sangat
menentukan dalam pencapaian prestasi.Di dalam dunia olahraga cukup banyak rangsangan-
rangsangan yang dapat memacu perkembangan emosi.

Sarat mutlak tergeraknya emosi adalah adanya rangsangan.Sedangkan rangsangan-


rangsangan dapat menimbulkan emosi kalau rangasangan dapat menggerakkan dorongan-
dorongan individu.Beberapa jauh efek rangsangan tersebut terhadap emosi sangat tergantung
paa sifat dan tempramen serta keadaan individu itu sendiri, di samping juga bergantung pada
keteraturan dan kekuatan rangsangan yang memacu emosi tersebut.Pengertian dan
pengalaman terhadap situasi sesaat ikut menentukan pula.

Di dalam kegiatan olahraga, pengalaman bertanding sangat menentukan bagi


perkembangan emosi.Dengan bertanding olahraga para olahragawan selalu dapat rangsangan-
rangsangan emosi yangb beraneka ragam, baik yang datang dari penonton, lawan bertanding
ataupun wasit, dan sebagainya. Kadang rangsangan-rangsangan ini terlalu kuat bagi
olahragawan yang lain. Adalah paling baik apabila rangsangan tersebut mampu merangsang
emosi setinggi-tingginya tanpa menimbulkan gejala-gejala over stimulus, sehingga
olahragawan tersebut dapat bertindak dengan semangat yang tinngi tanpa kehilangan
pertimbangan pemikiran dan akalnya.Hal inilah yang harus diusahakan oleh seorang pelatih
meskipun agak sulit. Kepekaan emosi tidaklah sama. Setiap olahragawan mempunyai
kepekaan emosi yang berbeda-beda tergantung pada kekayaan pengalaman, pengertian,
pengetahuan terhadap situasi sesaat dan masih banyak lagi hal-hal yang ikut
mempengaruhinya.

2. PENGARUH NEGATIF

Dalam kondisi-kondisi tertentu dalam suatu pertandingan atau perlombaan dalam


olahraga seperti rasa lelah, ejekan penonton, angka lawan di atas kita dan lainya. Mungkin
olahragawan akan mudah sekali menjadi tersinggung, marah-marah, kesal, dan tidak bisa
berfikir lagi dengan tenang. Akhirnya tindakan-tindakannya didominasi oleh emosi
kemarahannya dibandingankan dengan pertimbangan-pertimbangan akal dan pikirannya.
Emosi yang dapat memberikan pengaruh-pengaruh negatif dalam olahraga antara lain adalah
sebagai berikut :

a. Gelisah

Gelisa adalah gejala takut atau dapat pula dikatakan saraf takut yang masih ringan.
Biasanya rasa gelisah ini terjadi pada saat-saat menjelang pertandingan akan dimulai. Rasa
gelisah akan terjadi apabila seseorang itu belum mengalami apa yang akan dilakukanya atau
dapat pula terjadi oleh misalnya ketidak mampuan terhadap apa saja yang akan dikerjakan
atau mungkin adanya rasa “sentiment”, kebingungan atau ketidak pastian. Rasa gelisa akan
berubah menjadi menggembirakan manakala penyebab rasa gelisah (pertandingan akan
dimainkan) tertunda pelaksanaannya.

Bagaimana cara untuk menghindari atau mengurangi timbulnya kegelisahan? Cara


yang baik adalah dengan jalan merasionalisasi emosi, yaitu segala hal yang negative
dianggap positif. Hal-hal demikian dapat dilatihkan, yaitu dengan membiasakan untuk:

1. Merumuskan persoalan-persoalan yang sebenarnya merupakan sebab kegelisahan secara jelas.

2. Memperhitungkan segala kemungkinan yang menjadi akibatnya sejak yang paling ringan
sampai pada yang paling berat atau paling jelek.

3. Membuat persiapan untuk menghadapi setiap kemungkinan yang biasanya terjadidengan


segala rumus pemecahanya baik oleh diri sendiri maupun dengan orang lain.

4. Menghadapi persoalan-persoalan dengan rasa siap dan tabah dan serta percaya pada
kemampuan diri sendiri.

Dengan cara-cara tersebut di atas dapat diharapkan kegelisahan yang menjangkiti para
olahragawan sedikit demi sedikit bisa dikurangi atau bahkan dapat dihilangkan.

b. Takut

Hampir semua orang mempunyai pengalaman-pengalaman yang menentukan. Takut


biasanya berakar pada pengalaman sebelumnya atau pada masa-masa lampau yang
pengaruhnya pada tingkah laku dan kepribadian seseorang yang membekas sepanjang
hidupnya. Takut banyak macam-macamnya, misalnya takut pada binatang, takut sendirian
takut jika berada di depan orang banyak, takut pada timbulnya cidera dan sebagainya.

kegelishan yang menjngkit pada atlit dapat berubah menjadi ketakutan apabila tidak
mendapat penyelesaian yang sebaik-baiknya. Rasa takut dapat member pengaruh yang
negative atau positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Dlam batas-batas yang
masih normal rasa takut akan member pengruh yang positif, karena dengan rasa takut tersebut
seseorang akan lebih berhati-hati terhadap apa yang ditakutinya, misalnya saja dia jadi lebih
siap atau sebaiknya mungkin dia lebih baik menghindari.
Rasa takut lebih baik jangan dihindari sama sekali, tetapi dikendalikan.misalnya
seorang atlit yangtidak memiliki ketakutan terhadap kekalahap keklahan dalam pertandingan
yang akan diikuti. Ia akan berbuat apa yang dikehenakiny, akhirnya ia akan tersesat oleh
perasaan “kalah ya biar”.usaha yang kira-kira dirasa terlalu berat untuk meraih keunggulan
nilai, cenderung untuk tidak dilaksanakan, karena dipandang terlalu menghabiskan tenaga
disamping juga sikap berhati-hati juga menjadi berkurang. Konsentrasi menjadi buyar dan
usaha-usaha untuk mencari kelemahan- kelemahan lawan tidak ada lagi.

Contoh lain dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang anak yang sama sekali tidak takut
jatuh dari pohon, maka sikap hati-hati waktu memanjat pohon akan berurang kalau
dibandingkan dengan anak-anak yang takut jatuh. Begitu pula anak yang tidk takut jatuh dri
sepeda motor, akan lebih berani dan terlalu berani sewaktu mengendarai sepeda motor
dengan kecepatan tinggi yang kadang-kadang tidak memikirkan kemungkinan adadanya
kecelakaan yang dapat ditimbulkan akaibat perbuatannya.

Rasa takut juga tidak boleh ditanamkan sehingga menyebabkan orang sama sekali
tidak berani mengambil resiko, akhirnya orang tersebut terlalu berhati-hati, terlalu banyak
perhitungan yang kadang-kadang yang tidak diperlukan.akibatnya orang tersebut tidak pernah
mau mencoba dan berusaha untuk mengatasi ketakutannya yang timbul.

Yang paling baik adalah kalau takut dikendalikan, artinya tidak ditahan, tetapi juga
tidak dihilangkan sama sekali. Hal ini memang sulit sampai seberapa jauh takut itu harus
dikendalikan, karena kalau salah cepat menjadi hobi.

Dalam dunia olahraga rasa takut kalah di dalam batas-batas normal adalah baik,
karena dengan demikian seseorang akan mempersiapkan diri untuk menghindari kekalahan.
Melatih diri, berusaha mencari kelemahan-kelemahan lawan, penghematan tenaga /
penghematan penghamburan tenaga yang tidak perlu dan sebagainya. Jadi sekali-sekali
jangan menartikan pengendalian rasa takut sama dengan menanamkan rasa takut.

c. Marah
Marah adalah emosi yang sering timbul juga dalam dunia olahraga, dan marah ini
pernyataanya selalu dijunjukan pada benda-benda atau orang-orang di sekitarnya dalam
bentuk-bentuk yang bersifat agresif dan spontan.

Manifestasi marah bentuknya bermacam-macam bergantung pada taraf pendidikan,


kebisaan, umur, dan sebagainya. Marah juga dapat menimbulkan tenaga yang luar biasa yang
tidak mungkin dapat diperbuat oleh orang tersebut dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada
saat-saat dia tak marah.

Karena marah juga termasuk emosi, maka seseorang yang sedang marah sudah jelas
akan kehilangan pertimbangan-pertimbangan akalnya sehingga orang yang sedang marah itu
tidak mungkin lagi untuk mengerjakan hal-hal yang rumit yang membutuhkan ketelitian.
Begitu pula dalam kehidupan berolahraga, terutama dalam pertandingan-pertandingan,
banyak sekali rangsangan-rangsangan yang memancing kemarahan para olahragawan yang
sedang bertanding, sehingga mengakibatkan tindakan-tindakan bagi yang sedang marah itu
menjadi lebih agresif, spontan, kurang perhitungan sehingga ketelitiannya juga berkurang.
Karena ketelitiannya hanya menyalurka kemarahan untuk hal-hal yang dapat mencelakakan
atau merugikanlawannya. Misalnya saja kalau dalam bermain bola volley keinginannya juga
hanya bermain keras saja artinya dia ingin men-smash bola sekeras-kerasnya, syukur-syukur
kalau tangan yang men-block itu cidera karena akibat dari kerasnya smash yang dilakukan,
misalnya jari tangan lawan itu dapat tergilir atau sobek. Dia tidak lagi ingin placing bola
kearah tempat-tempat yang kosong. Makin dia gagal makin bertambah marahnya. Selama dia
belum merasa puas dalam meyalurkan kemarahannya, selama itu pula tindakan-tindakannya
atau usaha-usaha hanya akan lebih banyak dikendalikan emosi amarahnya dan jauh dari
pertandingan akalnya.

Karena sifat marah memerlukan spontanitas dan ditunjukkan dalam bentuk-bentuk


agresifitas, maka jalan paling baik adalah jika atlit-atlit tersebut dapat dapat menghambat
spontanitasnya dan mengurangi sikap agresifitasnya. Artinya menanggapi kemarahan itu
dengan sikap-sikap yang baik atau positif. Kalau dalam olahraga yang ada time-out, lebih
baik diambil time-out terlebih dahulu agar spontanitas kemarahan itu tertunda pelaksanaanya.
Meskipun hanya beberapa detik, biasanya sudah cukup untuk mengurangi derajat
kemarahannya. Kadang-kadang seseorang yang marah dapat mengatasi kemarahanya dengan
cara mengambil nafas dalam-dalam beberapa kali dengan menghitung sampai beberapa puluh
atau menghadapi kemarahan itu dengan senyum untuk mengurangi kemarahan tersebut.

Manfaat tenaga itu untuk usaha-usaha yang produktif. Untuk mengurangi akibat-
akibat negatif yang dapat ditimbulkan oleh kemarahan perlu dicari bagaimana jalan
meredahkan kemarahan yang terjadi. Hal ini dapat diusahakan antara lain dengan cara:

1. Menghambat spontanitas tindakan kemarahan

2. Mengurangi agresifitas tindakan kemarahan.

3. Menanggapi kemarahan dengan tindakan-tindakan atau usaha yang positif.

4. Melupakan atau menghilangkan/menghindari sumber kemarahan.

D. PENGENDALIAN EMOSI KUNCI MERAIH KESUKSESAN

Anthony Dio Martin penulis buku Emotional Quality Managament (2003) dan Audio
Book Emotional Power (2004), mengungkapkan bahwa kesuksesan itu ditentukan oleh visi,
imajinasi, aksi dan emosi. Emosi berperan penting, karena manusia saling berhubungan satu
dengan yang lain.

Seringkali kita menganggap bahwa emosi adalah hal yang begitu saja terjadi dalam hidup
kita. Kita menganggap bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias,
bosan, dan sebagainya adalah akibat dari atau hanya sekedar respon kita terhadap berbagai
peristiwa yang terjadi pada kita.

Daniel Goleman dalam bukunya, Emotional Intelligence, mendivinisikan emosi merujuk


pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Sedangkan Anthony Robbins dalam Awaken the
Giant Within menunjuk emosi sebagai sinyal untuk melakukan suatu tindakan.
Di sini ia melihat bahwa emosi bukan akibat atau sekadar respon, tetapi justru sinyal
untuk kita melakukan sesuatu. Jadi dalam hal ini ada unsur proaktif, yaitu kita melakukan
tindakan atas dorongan emosi yang kita miliki. Bukannya kita bereaksi atau merasakan
perasaan hati atau emosi karena kejadian yang terjadi pada kita. Padahal sesungguhnya
kemampuan kita dalam mengendalikan dan mengelola emosi kita merupakan faktor penentu
penting keberhasilan atau kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan kita.

Sejak diperkenalkan Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence - EQ) oleh Daniel


Goleman pada 1995 tersebut, perhatian masyarakat mulai beralih dari kecerdasan intelektual
(IQ) semata kepada kecerdasan emosional. Dan tahukah anda bahwa kesuksesan seseorang
itu 80% ditentukan oleh EQ ketimbang IQ.

Emosinya merupakan sumber kekuatan yang sangat dahsyat maka sebenarnya


kelemahannya merupakan kekuatannya, tentu dengan catatan jika dia dapat mengelolanya
dengan baik.Lantas timbul satu pertanyaan, bagaimana mengelola emosi? Dr. Patricia Patton
dalam bukunya Emotional Quotient mengungkapkan bahwa untuk mampu mengatur emosi
adalah dengan cara belajar.

1. Belajar mengidentifikasikan apa saja yang bisa memicu emosi kita dan respon apa yang
biasa kita berikan.

2. Belajar dari kesalahan, belajar membedakan segala hal di sekitar kita yang dapat
memberikan pengaruh dan yang tak dapat memberikan pengaruh pada diri kita.

3. Belajar selalu bertanggung jawab pada setiap tindakan kita.

4. Belajar mencari kebenaran, belajar memanfaatkan waktu secara maksimal untuk


menyelesaikan masalah.

5. Belajar menggunakan kekuatan sekaligus kerendahan hati.


Kelima hal inilah yang apabila kita pelajari akan memudahkan diri kita dalam menjalin
hubungan dengan orang lain.

BAB III

(PENUTUP)

A. KESIMPULAN
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Emosi dapat diartikan sebagai
suatu tindakan/respon dari rangsangan luar ataupun dalam dimana keadaan fisiologis dan
psikologis tidak dalam keadaan seimbang.Sebagai contoh emosi gembira mendorong
perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih
mendorong seseorang berperilaku menangis.

Pengaruh posifif dari emosi adalah memiliki semangat yang tinggi, energi lebih untuk
beraktifitas dan motivasi diri.Semua hal tersebut sangat berpengaruh tergantung pada
kekayaan pengalaman, pengertian, pengetahuan terhadap situasi sesaat.Pengaruh negatif dari
emosi adalah gelisah, takut, dan marah.

Anthony Dio Martin penulis buku Emotional Quality Managament (2003) dan Audio
Book Emotional Power (2004), mengungkapkan bahwa kesuksesan itu ditentukan oleh visi,
imajinasi, aksi dan emosi. Emosi berperan penting, karena manusia saling berhubungan satu
dengan yang lain. Menurut Daniel Goleman pada 1995 mengemukakan bahwa kesuksesan
seseorang itu 80% ditentukan oleh EQ ketimbang IQ. Adapun cara untuk mengelola emosi
adalah sebagai berikut :

1. Belajar mengidentifikasikan apa saja yang bisa memicu emosi kita dan respon apa yang
biasa kita berikan.

2. Belajar dari kesalahan, belajar membedakan segala hal di sekitar kita yang dapat
memberikan pengaruh dan yang tak dapat memberikan pengaruh pada diri kita.

3. Belajar selalu bertanggung jawab pada setiap tindakan kita.

4. Belajar mencari kebenaran, belajar memanfaatkan waktu secara maksimal untuk


menyelesaikan masalah.

5. Belajar menggunakan kekuatan sekaligus kerendahan hati.

B. SARAN

Membahas tentang emosi dalam olahraga serta pengendaliannya maka ada beberapa saran
yang dapat digaris bawahi dalam makalah ini antara lain :
1. Didalam memahami emosi dalam olahraga serta pengendaliannya diharapkan setiap
individu mampu dan memahami tentang emosi dalam olahraga serta pengendaliannya. Pada
hakikatnya setiap individu diharapkan mampu memahami emosi dalam olahraga serta
pengendaliannya ini, yakni keluarga pendidik dan penentu kebijakan yang berkepentingan
didalamnya sebagai tempat atau wadah pengembang pendidikan agar menjadi lebih luas
dalam perkembanganan pendidikan terutama perkembangan psikologi olahraga dalam
pendidikan jasmani dan olahraga.

Emosi dalam olahraga serta pengendaliannya tidak dapat dipisahkan karena ketiganya saling
mempengaruhi didalam meningkatkan dan mengembangkan prestasi atlet.

Anda mungkin juga menyukai