Anda di halaman 1dari 3

1.

Weinberg and Gould (1995) mengartikan Psikologi Olahraga sebagai studi khusus mengenai
manusia dan perilakunya dalam aktivitas olahraga dan latihan. Jadi, Psikologi Olahraga dapat
diartikan sebagai psikologi yang diterapkan dalam bidang olahraga, meliputi faktor-faktor
yang mempengaruhi secara langsung terhadap atlet dan faktor-faktor di luar atlet yang dapat
mempengaruhi penampilan (performance) atlet tersebut. Weinberg and Gould (1995)
mengemukakan bahwa Psikologi Olahraga : 1. Mempelajari bagaimana faktor psikologi
mempengaruhi performance fisik individu. 2. Memahami bagaimana partisipasi dalam
olahraga dan latihan mempengaruhi perkembangan individu termasuk kesehatan dan
kesejahteraan hidupnya. Di samping itu, mereka mengemukakan bahwa Psikologi Olahraga
secara spesifik diarahkan untuk : 1. Membantu para profesional dalam membantu atlet
bintang mencapai prestasi puncak. 2. Membantu anak-anak, penderita cacat dan orang tua
untuk bisa hidup lebih bugar. 3. Meneliti faktor psikologis dalam kegiatan latihan dan
olahraga. Seraganian (1993) serta Willis and Campbell (1992) secara lebih tegas
mengemukakan bahwa secara tradisional penelitian dan praktik Psikologi Olahraga diarahkan
pada hubungan psikofisiologis misalnya responsi somatik mempengaruhi kognisi, emosi dan
performance. Jelas bahwa Psikologi Olahraga lebih diarahkan pada kemampuan prestasi
pelakunya yang bersifat kompetitif; artinya, pelaku olahraga, khususnya atlet, mengarahkan
kegiatan olahraganya untuk mencapai prestasi tertentu dalam berkompetisi, 4 misalnya untuk
menang. Dengan kata lain, Psikologi Olahraga lebih terarah pada aspek sosial dengan
keberadaan lawan tanding.
2. a. Emosi adalah keadaan mental yang ditandai oleh perasaan yang kuat dan diikuti ekspresi
motorik yang berhubungan dengan suatu objek atau situasi eksternal. Tingkat emosi
seseorang atlet akan berubah dari waktu ke waktu dan sangat tergantung terhadap tekanan
mental yang dihadapi atlet pada saat itu. Ketidak stabilan emosi akan mengakibatkan
terjadinya psychological instability dan keadaan mental akan menjadi goyah, tidak stabil,
sering berubah pendirian dan pada waktu bertanding konsentrasinya seringkali kacau, dan
dampaknya prestasi tidak ada atau kalah dalam pertandingan. Ditandai dengan adanya
ketegangan (stres), takut, marah, gembira, muak, kecewa, sedih.
b. Agresivitas biasa juga disebut dengan giat atau keuletan adalah suatu tindakan yang
dilakukan atas motif dan motivasi yang tinggi dalam diri seseorang atau atlet\
Warchel dan Cooper membagi aspek agresivitas menjadi:
1. Agresivitas yang terkontrol
Agresivitas yang terkontrol dengan ketat akan
menunjukkan adanya kontrol yang ekstrem terhadap
tingkahlaku agresif dalam berbagai kondisi
2. Agresivitas yang tidak terkontrol.
Agresivitas yang tidak terkontrol menunjukkan
kurangnya larangan terhadap pengungkapan
tingkahlaku agresif dan kecenderungan untuk
mengadakan respons terhadap frustrasi dengan
tindakan-tindakan agresif.
c. Motivasi olahraga diartikan keseluruhan daya penggerak (motif-motif) di dalam diri
individu yang menimbulkan kegiatan berolahraga, menjamin kelangsungan latihan dan
memberi arah pada kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki (Gunarsa,
2004).

3. Proses pikiran/psikologis dan tubuh ini terjadi dua arah. Faktor pikiran dapat
memengaruhi risiko penyakit fisik. Sebaliknya, penyakit fisik juga dapat memengaruhi risiko
psikologis. Sebagai contoh, pada saat kita memiliki sebuah pikiran yang negatif maka tubuh
akan bereaksi negatif pula — otot sekitar wajah tegang, kepala terasa pusing, suhu tubuh
meningkat, dan sebagainya. Sebaliknya, bila kondisi tubuh sedang tidak baik akan
memengaruhi pikiran bahkan stabilitas emosi kita — mudah tersinggung, berprasangka
buruk, mudah marah, dan lainnya. (Hamilton-West, 2011)
4. Manajemen stres adalah suatu keterampi-lan yang menjadikan atlet mampu mengelola stres
yang dirasakannya (Smith dalam Marhendrawati, 2016). Keterampilan tersebut tidak serta
merta dimiliki oleh atlet sebagai bakat yang diwariskan, namun merupakan kemampuan yang
diajarkan atau dilatihkan. Manajemen stres dapat berupa latihan-latihan fisik, teknik, taktik,
ataupun kognitif. Akan tetapi, teknik latihan mental juga penting untuk dilakukan; terutama
saat atlet cenderung menggunakan jenis coping stres berupa emotion-focused coping.
Terdapat beberapa teknik latihan mental yang dapat digunakan untuk memanajemen stres
yang dirasakan oleh atlet (Rumbold, Fletcher, Daniels, 2012; Jarvis, 2006). Di antaranya
sebagai berikut:
Relaksasi
Latihan relaksasi memiliki manfaat untuk mengurangi ketegangan fisiologis dan fisik atlet
yang pada akhirnya turut meminimalkan ketegangan mental yang atlet rasakan. Pada
dasarnya, sebelum memulai melakukan jenis-jenis latihan mental lainnya, atlet terlebih
dahulu harus melakukan relaksasi agar tubuh dan pikirannya dapat tenang dan fokus untuk
menjalankan prosedur latihan mental tersebut dengan baik. Setidaknya terdapat dua jenis
teknik latihan relaksasi yang sering digunakan dalam latihan mental, khususnya untuk
manajemen stres. Pertama adalah progressive muscle relaxation, sedangkan yang kedua
adalah autogenic training (Jannah, 2016).
Hipnosis
Pada dasarnya, hipnosis merupakan teknik latihan mental yang dalam prosedurnya terdapat
pemberian sugesti saat atlet berada dalam kondisi alfa. Sama seperti hipnosis pada umumnya,
selfhypnosis juga menekankan pemberian sugesti dan pencapaian kondisi alfa dalam tiap
prosedurnya. Self-hypnosis merupakan tindakan melakukan prosedur hipnosis tanpa
melibatkan orang lain sebagai hypnotist (Stevenson, 2009; Jannah, 2016).
Imagery Training
Imagery adalah keterampilan memvisualisasikan suatu pengalaman di dalam pikiran
(Setyawati, 2014; Komarudin, 2013).
Self-talk adalah verbalisasi atau dialog internal yang dilakukan dan ditujukan kepada diri
sendiri (Smith & Kays, 2010; Hardy & Hall, 2006).
Meditasi merupakan teknik latihan yang digunakan untuk meregulasi emosi dan fokus
(Gunaratana, 2002).
oal setting adalah suatu keterampilan merumuskan tujuan- tujuan yang ingin dicapai dalam
periode waktu tertentu (Weinberg, 2004; Komarudin, 2013).

5. Nesti (2004) mengemukakan bahwa tantangan yang dihadapi


oleh psikolog olahraga yang bekerja pada level olahraga elit yang
profesional seringkali berbeda dengan tantangan yang dihadapi pada
level yang lebih rendah dan dalam lingkungan olahraga tim non-profesionalEubank dan
rekanrekannya
(2014) menegaskan tantangan-tantangan ini, yang
mencakup: membangun hubungan dan membangun kredibilitas
dengan sejumlah individu dan kelompok yang berbeda (misalnya,
atlet, pelatih, staf spesialis dan pakar teknis, serta profesional
manajemen dan kepemimpinan) ), menangani tantangan etika dan
masalah kerahasiaan yang berkaitan dengan pembagian informasi
dan bekerja dengan banyak klien, menangani masalah dan konflik
komunikasi antardepartemen, memahami dan bekerja dalam budaya
yang sering kali tidak stabil dan tidak dapat diprediksi sambil menolak
tekanan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan budaya, melakukan
peran yang melibatkan pekerjaan psikologi organisasi dan praktik
pembentukan budaya, dan tekanan untuk terus membuktikan kemanjuran dukungan.

6. Refleksi diri:
Berdasarkan materi yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi olahraga
sangat penting dipahami oleh atlet. Sesuai dengan hubungan pikiran dan tubuh, setiap
pergerakkan tubuh sangat dipengaruhi oleh pikiran sehingga pikiran harus positi dan dalam
keadaan baik untuk memberikan reaksi gerakan yang baik seperti yang diinginkan. Dengan
demikian dalam latihan ataupu perlombaan perlu lah diperhatikan psikologi atlet, agar dapat
dilakukan secara optimal atau mendapatkan prestasi yang baik dalam perlombaan.

Rujukan
Raglin JS. Psychological factors in sport performance: the Mental Health Model revisited. Sports
Med. 2001;31(12):875-90. doi: 10.2165/00007256-200131120-00004. PMID: 11665914.
Mcdougall, Michael & Nesti, Mark & Richardson, David. (2015). The Challenges of Sport
Psychology Delivery in Elite and Professional Sport: Reflections From Experienced Sport
Psychologists. The Sport Psychologist. 29. 10.1123/tsp.2014-0081.

Anda mungkin juga menyukai