DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
B. Tujuan Masalah
C. Manfaat
BAB II : PEMBAHASAN
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Boleh dikata setiap atlet atau pemain ingin mencapai yang terbaik dan
sendiri. Setiap atlet memiliki sumber daya untuk mencapai suatu prestasi.Sumber
menentukan dalam pencapaian prestasi. Disamping itu terdapat faktor lain diluar
diri atlet yang juga dapat mempengaruhi prestasi, misalnya cuaca (temperatur),
teknis dan psikis. Dengan kata lain, seorang atlet harus dibekali keterampilan
maksimal.
keadaan semacam ini justru dapat menjadi suatu tantangan untuk menguji
kemampuan diri, namun tidak sedikit pula yang mengalami hal yang sebaliknya,
atlet menjadi putus asa dan keadaan semacam ini membuat seorang atlet tidak
hanya akan gagal menguasai keadaan tetapi akan meningkat timbulnya emosi
yang negatif. Dalam pertandingan, wajar saja kalau atlet merasa tengang,
bimbang, cemas, terutama menghadapi lawan yang lebih kuat atau seimbang dan
macam yaitu yang menunjang dan yang menganggu penampilan atau prestasi.
1. Motivasi tinggi
2. Aspirasi kuat
3. Ketahanan mental
4. Kematangan kpribadian
prestasi diantaranya :
1. Ketegangan / kecemasan
2. Motivasi rendah
3. Obsesi
4. Gangguan emosional
5. Keraguan / takut
Berikut ini disajikan pembahasan tentang salah satu kondisi psikologis yang
B. Tujuan
Dari latar belakang diatas maka kami merumuskan tujuan yaitu sebagai
berikut:
tugasnya, dalam hal ini pemain atau atlet waktu menghadapi dan
C. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat kami ambil dalam penulisan makalah ini yaitu
sebagai berikut :
Psikologi Olahraga.
2. Sebagai media menambah pengetahuan kami selaku penulis tentang
atlet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Stress
Berbagai defenisi mengenai Stress telah dikemukakan oleh para ahli dengan
sebagai the nonspesific response of the body to any demand, sedangkan Lazarus
(1976) mendefinisikan stress occurs where there are demands on the person
which tax or exceed his adjustive resources (Golberger & Breznitz, 1982, hal.
39). Dari kedua defenisi diatas tampak bahwa Stress lebih dianggap sebagai
dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu tuntutan internal yang timbul sebagai
tuntutan fisiologis dan tuntutan eksternal yang muncul dalam bentuk fisik dan
social. Hans Selye (1950) juga menambahkan bahwa tidak ada aspek tunggal dari
stimulus lingkungan yang dapat mengakibatkan stress, tetapi semua itu tergabung
pertahanan diri berangsur-angsur akan melemah, sehingga organ tubuh tidak dapat
beroperasi secara adekuat. Jika reaksi-reaksi tubuh kurang dapat berfungsi dengan
sebagai berikut :
Stage of Alarm
stimulus tersebut.
Stage of Appraisals
tersebut.
tuntutan lingkungan dan tuntutan int internal serta mengelolah konflik antara
stresor (sumber stress) akan menurun jika individu memiliki antisipasi tentang
strategi coping yang tepat. Strategi yang akan digunakan ini dipengaruhi oleh
pengalaman atau informasi yang dimiliki individu serta konteks situasi dimana
otonom bekerja terlalu aktif. Reaksi-reaksi seperti ini timbul akibat adanya
membedakan istilah istilah harm-loss, threat, dan challenge. Harm-loss dan threat
antisipasi terhadap suatu situasi. Baik stress akibat harm-loss maupun threat pada
2. Kecemasan
mengandung arti kecemasan meliputi panik, khawatir, tegang, sesak nafas, gugup,
kecemasan diperlukan bagi penampilan individu untuk suatu tugas atau keperluan
lain, karena disamping emosi dasar yang lain dalam keadaan moderat kecemasan
disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan ini dapat terjadi atau menyertai berbagai
kondisi/ situasi kehidupan, berbagai gangguan fisik atau mental. Pada umumnya
Biasanya dengan berjalannya waktu, keadaan tersebut akan teratasi sendiri. Akan
tetapi ada kecemasan yang berkepanjangan, bahkan tidak jelas kaitannya dengan
suatu faktor penyebab atau pencetus tertentu. Hal tersebut pada umumnya sudah
waktu yang lainnya, yang sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang
terjadi saat kini. Jadi, sekalipun seorang individu memiliki derajat kecemasan
ia akan mengalami kecemasan sesaat lebih tinggi dari pada jika ia sedang
3. Frustasi
Fustasi timbul dikarenakan merasa gagal tidak dapat mencapai suatu yang
diinginkan.Setiap atlet menginginkan kepuasan yaitu itu menang; dan apabila itu
Frustasi dapat terjadi pada atlet yang mempunyai sifat pesimis maupun pada
atlet yang memiliki sifat optimis yang sangat tinggi. Atlet yang mempunyai sifat
pesimis dapat dikatakan kalah sebelum berperang karena atlet yang memiliki
sifat pesimis ini mudah terkena frustasi sehingga mengalami kegagalan sedikit
Sedangkan apabila atlet memiliki sifat optimis yang sangat tinggi (over
emosi.
4. Agresivitas
Agresivitas berasal dari kata agresi yang diartikan sebagai perilaku melukai
atau maksud seseorang untuk melukai, Sears (dalam Minarni, 2006:8). Pendapat
ini sejalan dengan Berkowitz (1995) yang menyatakan bahwa agresi sebagai
tingkah laku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik
Robert Baron (2005:7) menyatakan bahwa agresi adalah tingkah laku individu
yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak
menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Definisi dari Baron ini mencakup
empat faktor tingkah laku yaitu, tujuan untuk melukai atau mencelakakan,
individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi korban, dan ketidakinginan
mendorong terjadinya perilaku agresif. Perilaku ini dalam kadar yang sesuai
pertandingan, misalnya dalam tinju, karate, sepak bola dll., tetapi jika
tidak fair play, bahkan dapat berakibat fatal. Tindakan agresif tidak sama
membahayakan dan mencederai orang lain, Dolard dan Sear, Baron (dalam
sangat berbeda dari segi maknawi dengan istilah asertif atau agresif sebagai
tindakan yang sering muncul pada praktik olahraga disisi yang lain, yang
bermaksud melukai orang lain atau kawan bertanding. Lebih lanjut Cox
maupun jenis agresi yang diinginkan untuk penampilan yang optimal dapat
ditempatkan pada suatu skala. Pada umumnya, pada tingkat pertandingan yang
lebih tinggi perilaku agresif yang lebih ekstrim justru diperlukan dan dianggap
semakin jelas didorong secara aktif oleh para olahragawan muda dan kurang
terampil.
selama mencapai tujuan tersebut adalah suatu kebetulan. Dalam tingakah laku
menjadi jenis agresi yang efektif dan yang diperlukan dalam olahraga dimana
keberhasilan.
tujuan. Dalam olahraga, agresi yang bermotivasi semangat itu sangat penting
dan dianggap penting Buss dan Duquette (dalam Russel R. Pate 1993:130).
itu tidak sama peluangnya pada setiap cabang olahraga dan setiap atlet.
Tingkah laku agresif erat kaitannya dengan sifat olahraganya, sifat olahraga
bisa dibagi tiga yaitu, 1) olahraga dengan adu kekuatan, pada olahraga ini
ini dimana sentuhan badan, kontak bagian tubuh diperbolehkan dalam batas-
batas tertentu, sehingga tingkah laku agresif yang ringan masih bisa
ditoleransi. Pada cabang olahraga kontak, gerakan dan sentuhan yang secara
sadar ataupun tidak dapat menggangu permainan lawan. Olahraga ini memberi
peluang lebih besar akan timbulnya tingkah laku agresif, misalnya pada
olahraga ini hampir tidak ada kesempatan untuk bersentuhan kontak dengan
atlet lainnya, maka tidak ada peluang bagi tingkah laku agresif misalnya pada
1. Sumber Intrinsik
semua hal ini berasal dari diri atlet itu sendiri, yaitu;
menguntungkan bagi dirnya, misalnya menghadapi lawan yang ulet dan cermat
sehingga lawan itu mampu mengantisipasi setiap serangan yang akan ia lakukan.
Akibatnya atlet tersebut akan merasa terpepet dan selanjutnya tidak mampu lagi
Bila perasaan ini menghinggapi atlet, maka akan menjadi pertanda mulai
timbul sesuatu yang menekan pada dirinya. Perasaan ini memberikan beban
mental pada dirinya. Demikian juga perasaan yang sebaiknya, yang seakan-akan
atlet itu telah memvonis diri sendiri bahwa ia tidak akan mencapai sukses.
Dicemooh atau dimarahi akan menimbulkan reaksi pada diri atlet. Reaksi yang
tugas.
Bila dalam diri atlet ada pikiran atau perasaan puas diri maka ia telah
menanamkan benih-benih ketegangan dalam diri sendiri. Atlet akan dituntut oleh
diri sendiri untuk mewujudkan suatu yang mungkin berada diluar kemampuannya.
Bila demikian keadaannya, sebenarnya atlet itu telah menerima tekanan yang
tidak disadari.
2. Sumber Ekstrisik
semua hal ini berasal dari diri atlet itu sendiri, yaitu;
official yang merasa berkompoten, baik atas koreksi, strategi atau tektik yang
harus dilakukan maupun petunjuk yang lain kepada atlet. Menerima beberapa
b. Pengaruh massa.
mental atlet.Penonton juga memainkan peranan yang sangat berarti dalam suasana
pertandingan. Salah satu cirri massa (penonton) adalah emosi yang labil. Begitu
agresif berupa cemoohan terhadap atlet. Disamping pengaruh yang merugikan itu
adapun pengaruh massa yang dapat membangkitkan semangat dan percaya diri,
sehingga dalam situasi yang kritis atlet merasa seakan-akan mendapat angin,
Pemain atau atlet yang mengetahui bahwa lawan yang akan dihadapi adalah
pemain peringkat diatasnya atau lebih unggul daripada dirinya, maka dalam hati
kecil atlet atau pemain tersebut telah timbul pengakuan akan ketidak mampuannya
pada diri sendiri. Setiap kali berbuat kesalahan, ia semakin menyalahkan diri
sendiri.
sangat menguntungkan bagi penampilan bagi atlet tersebut. Hal ini disebabkan
karena atlet merasa tidak ada orang yang dapat member dukungan pada saat-saat
yang ia perlukan. Dengan support tersebut atlet akan merasa mampu menghadapi
dan mengatasi situasi-situasi yang penting. Sebaliknya, ada atlet yang tidak
senang akan kehadiran pelatih selama ia bertanding. Dalam hal ini pelatih harus
diri atlet.
ataupun psikologis (Stewart : 1976). Dalam keadaan seperti ini ada orang akan
situasi lingkungan, yaitu arena pertandingan. Arena ini mempengaruhi mental atlet
tersebut. Bila pengaruhnya menekan dan atlet itu tidak bisa menyesuaikan diri,
maka keadaan ini akan menimbulkan stress, kecemasan dan frustasi. Hal ini
D. Cara Penanggulangan
1. Teknik Intervensi
a. Konsentrasi (Pemusatan perhatian)
atlet dan hanya memusatkan seluruh perhatian dan pikiran pada tugas yang sedang
sedang dihadapinya, namun tidak sedikit atlet yang begitu lama termakan oleh
gangguan pikirannya.
b. Pengaturan pernapasan
Pada orang yang mengalami ketegangan atau kecemasan serta respirasi akan
meninggi. Keadaan seperti ini dapat diatasi dengan pernapasan yang dalam dan
pelan, sehingga irama pernapasan yang semula cepat atau meninggi secara
menit. Bila otot-otot telah mencapai keadaan rileks yang sungguh-sungguh, maka
darah serta denyut nadi. Karenanya pada saat-saat tengan, orang sedapat mungkin
memusatkan perhatiannya pada relaksasi otot dengan cara seperti diatas (S.
horn;1986)
Disini peran pelatih besar sekali. Hubungan hati-kehati antara atlet dan pelatih
akan memungkinkan pelatih mengorek apa yang sebenarnya sedang dialami oleh
atlet. Demikian atlet juga akan dengan terbuka menceritakan apa yang sedang
dialami.
3. Pembiasan/berlatih
Cara ini dimaksudkan untuk melatih atlet menghadapi situasi-situasi yang bisa
ketengangan dalam batas-batas tertentu. Dengan cara ini atlet tidak lagi peka
permukaan tidak rata, licin, terbuat dari bahan sintetis dan sebagainya.
c. Berlatih dengan berbagai alat yang berbeda kualitasnya, misalnya berbagai
misalnya; didataran dengan lapisan udara yang tipis atau didataran tinggi,
sarat.
4. Teknik-teknik khusus.
memang diperlukan.
Menurut scanlan (1984) dalam tulisnya yang berjudil: kompetitif stress and
the child atlet yang dimuat dalam buku psikologikal foundation of sport
pertandingan merupakan reaksi emoasional yang negative pada anak apabila rasa
harga dirinya menrasa terancam. Hal seperti ini terjadi apabila atlet yunior
mengingat kemampuan penampilannya, dan dalam keadaan seperti ini atlet lebih
Stress selalu akan terjadi pada diri individu apabila sesuatu yang diharapkan
fisiologik.
dalam kumpulan karya ilmiah yang dihimpun oleh morgan berjudul sport
kompleks, dan proses ini pada umumnya terjadi dalam situasi yang mengandung
hal yang dapat merugikan, berbahaya, atau dapat menimbulkan frustasi (streesor).
yang secara objrktif ditandai dengan adanya tekanan fisik atau psikologi atau
bahaya dalam suatu tingkat tertentu. Situasi penuh stress akan ditemukan dalam
manusia.
berkaitan dengan persepsi dan penilaian individu terhadap situasi yang dihadapi
yang bersangkutan.
through.
3. Chronic stress may have adverse effect you upon the body particularly if
Mungkin sekali suatu situasi yang sama dapat dirasakan sebagai ancaman bagi
seorang atlet, tetapi hanya merupakan tantangan bagi atlet lain, dan mungkin
bahkan tidak berarti apa-apa bagi atlet lain. Jadi dari pengalaman-pengalaman
bersangkutan.
Namun jikalau hal itu tidak dapat segera diatas dan malah semakin
menggangu atlet itu sendiri maka apa yang dicemaskan akan menjadi nyata dan
sehingga orang lain dapat mengatahui hahwa atlet tersebut sedang mengalami
emosi. Namun demikan kadang-kadang ada atlet yang dapat mengontrol keadaan
dirinya sehingga emosi yang dialami tidak tercetus keluar dengan perubahan atau
dikemukakan oleh Ekman dan Friesen (Carrson ; 1987) yang dikenal dengan
Display rules. Menurut mereka adanya 3 rules yaitu Masking, modulation dan
simulation.
dikarenakan kehilangan gelar yang semsetinya dapat dia raih.Kesediahan itu dapat
diredam atau ditutupi, dan tidak ada gejala kejasmanian yang menyebabkan
tetapi tangisnya itu tidak begitu mencuat-cuat. Pada simulasi (simulation) orang
perhatian banyak orang, dan tidak membedakan lapiasan masyarakat. Untuk itu
kalaupun memakai syarat penonton hanya membeli tiket sehingga mereka dapat
masuk ke dalam satu arena yang relatif bebas untuk berperilaku. Melalui arena
sosial yang berupa cara-cara berhubungan antar individu atau kelompok untuk
kesayangannya.
kepemimpinan wasit, kontak badan, ucapan, dan perilaku lain yang disengaja
terjadinya kerusuhan antar pemain sudah semakin sedikit, sebab olahraga sudah
menjadi mata pencaharian para atlet. Para atlet sadar bahwa menciderai lawan
akan berakibat fatal bagi dirinya maupun lawannya, Bagi dirinya, karena atlet
akan kehilangan mata pencaharian, sedang bagi lawan jika terjadi cidera seumur
sistematika dan teknik latihan mental meliputi tahap awal dan tahap lanjutan. Pada
tahap awal menyiapkan atlet untuk mampu membuat citra/ image building serta
siap untuk latihan mental berikutnya. Bentuk-bentuk latihan pada tahap ini antara
seluruh unsur psikologis yang berhubungan denan aspek kognitif, konanif, dan
emosional.
antara lain : pemusatan perhatian, visualisai, kecepatan dan ketepatan reaksi, serta
contemplation. Sedang latihan mental untuk aspek afektif, emosional antara lain
sasaran program latihan mental yaitu :1). Mengontrol perhatian dalam arti atlet
mampu berkonsentrasi /perhatian secara penuh pada titik tertentu atau sesuatu
yang harus dilakukan. 2). Mengontrol emosi, dalam arti atlet sanggup menguasai
perasaan marah, benci, cemas, takut, sehingga dapat menguasai ketegangan dan
mampu beraktivitas dengan tenang. 3). Energisation usaha untuk pulih asal secara
psikis . 4). Body awarennes dalam arti pemahaman akan keadaan tubuhnya
mental imagery dalam arti atlet mampu membuat perencanaan gerak atau taktik
dalam arti atlet mampu mengubah pemikiran awal menjadi yang lebih positif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka kami menarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:
atlet untuk bertanding. Namun bila terlalu agresif akan membahayakan diri
atlet.
B. Saran
Dari pembahasan dan kesimpulan diatas maka kami memberikan saran yaitu
sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
http://pendidikankepelatihan.blogspot.com/2008/12/tugas-mahasiswa-
psikologi.html
http://chieraeray.blogspot.com/2012/08/kecemasan-pengertian-dan-
faktor.html