D. Penyebab Gejala
• Stress
Menurut Lumongga (dalam Sukoco, 2014) jenis stres tersebut
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: distress dan eustress.
1) Distress merupakan jenis stress negatif yang sifatnya mengganggu
individu yang mengalaminya.
2) Eustress merupakan jenis stres yang sifatnya positif atau membangun.
Individu yang mengalami stres memiliki beberapa gejala atau
gambaran yang dapat diamati secara subjektif maupun objektif.
Menurut Hardjana (dalam Sukoco, 2014) mengemukakan bahwa
individu yang mengalami stres memiliki gejala sebagai berikut:
1) Gejala Fisikal, merupakan gejala stres yang berkaitan dengan kondisi
dan fungsi fisik atau tubuh dari seseorang.
2) Gejala Emosional merupakan gejala stres yang berkaitan dengan
keadaan psikis dan mental seseorang.
3) Gejala Intelektual merupakan gejala stres yang berkaitan dengan pola
pikir seseorang.
4) Gejala Interpersonal merupakan gejala stres yang mempengaruhi
hubungan dengan orang lain, baik di dalam maupun di luar rumah.
• Anxiety
Anxiety dapat berpengaruh terhadap diri seseorang baik berupa
gangguan fislologis maupun nonfislologis. Para ahli menjelaskan bahwa
kecemasan dapat mengakibatkan gangguan. Gejala anxiety bermacam-
macam dan kompleksitasnya, tetapi dapat dikenali. Berikut gejala-gejala
apabila anak didik/atlet mengalami anxiety.
1) Individu cenderung terus-menerus merasa khawatir akan keadaan
yang buruk, yang akan menimpa dirinya/orang lain yang dikenalnya
dengan baik.
2) Biasanya cenderung tidak sabar, mudah tersinggung, sering mengeluh,
sulit berkonsentrasi, dan mudah terganggu tidurnya atau mengalami
kesulitan tidur.
3) Sering berkeringat berlebihan walaupun udara tidak panas dan bukan
setelah berolahraga, jantung berdegup cepat, tangan dan kaki terasa
dingin, mengalami gangguan pencernaan, mulut dan tenggorokan
terasa kering, tampak pucat, sering buang air kecil melebihi batas
kewajaran, gemetar, berpeluh dingin, mulut menjadi kering,
membesarnya pupil mata, sesak napas, percepatan nadi dan detak
jantung, mual, muntah, murus atau diare.
4) Mengeluh sakit pada persendian, otot kaku, merasa cepat lelah, tidak
mampu rileks, sering terkejut, dan kadang disertai gerakan
wajah/anggota tubuh dengan intensitas dan frekuensi berlebihan.
Misalnya, pada saat duduk menggoyangkan kaki atau meregangkan
leher secara terus-menerus.
• Frustasi
Atlet atau individu yang mengalami gejala frustasi mempunyai ciri
khas yang berbeda, ciri khas tersebut diantaranya:
1) Kelelahan
2) Orang yang frustasi cenderung menyalahkan orang lain sebagai
penyebab kegagalannya atau ketidakmampuan dalam hidupnya.
3) Kondisi Emosi yang Negatife Kondisi emosi yang negatif seperti rasa
jengkel, tersinggung, marah, sakit hati, kaku, tegang, pesimis atau
kurang motivasi.
4) Tidak Merawat Diri
Orang yang frustasi enggan merawat dirinya, disebabkan karena tidak
ada motivasi dalam dirinya. Seperti enggan membersihkan diri,
enggan untuk berhias diri dan lain sebagainya.
E. Cara Menangani Gejala Anxiety
Anxiety yang berlebihan pada atlet, dapat menimbulkan gangguan
perasaan yang kurang menyenangkan sehingga kondisi fisik atlet berada
dalam keadaan yang kurang atau seimbang. Gangguan anxiety yang kompleks
pada atlet dapat membuat keadaan menjadi lebih buruk karena fokus perhatian
atlet menjadi terpecah-pecah pada saat yang bersamaan. Akibatnya, atlet
terpaksa memfokuskan energi psikofisiknya untuk mengembalikan kembali
kondisinya keadaan yang seimbang dan konsentrasi atlet untuk menghadapi
lawan menjadi berkurang. Penggunaan energi secara berlebihan dapat
menyebabkan atlet dengan cepat mengalami kelelahan sehingga kondisinya
dengan cepat akan menurun dan penampilannya menjadi buruk.
Menurut Gunarsa, dkk (1996: 43-44) anxiety dapat diatasi dengan
berbagai cara antara lain:
1) Menggunakan obat-obatan tergolong antianxiety drugs bagi anak didik
atau atlet yang memiliki trait anxiety. Penggunaan obat ini harus sesuai
dengan petunjuk seorang dokter ahli.
2) Menggunakan simulasi, yaitu dengan membuat suatu keadaan seolah-olah
sama dengan kondisi pertandingan yang sesungguhnya. Akan tetapi, cara
ini sulit dilakukan pada olahraga individu. Misalnya, sparing partner yang
dilakukan oleh sebuah tim sebelum mereka berkompetisi.
3) Menggunakan metode meditasi, yaitu metode relaksasi sederhana sampai
pada visualisasi untuk mengubah sikap. Keadaan relaks merupakan suatu
keadaan saat seorang atlet berada dalam kondisi emosi yang tenang, yaitu
tidak bergelora/tegang. Artinya, merendahnya gairah untuk bermain
melainkan dapat diatur atau dikendalikan dengan teori U- terbalik. Untuk
mencapai keadaan tersebut, diperlukan teknik-teknik tertentu melalui
berbagai prosedur baik aktif maupun pasif. Prosedur aktif, artinya kegiatan
dilakukan sendiri secara aktif, sedangkan prosedur pasif berarti seseorang
dapat mengendalikan munculnya emosi yang bergelora, atau dikenal
sebagai latihan autogenik. Latihan relaksasi mengurangi reaksi emosi yang
bergelora baik pada sistem saraf pusat maupun sistem saraf otonom.
Latihan ini dapat meningkatkan perasaan segar dan sehat. Metode ini juga
melakukan focusing, yaitu belajar untuk mengendalikan kondisi
psikofisik. Untuk dapat memusatkan perhatian sehingga seluruh energi
terarah pada satu sasaran tertentu.
4) Menggunakan pendekatan kognitif melalui konseling, yaitu atlet dibantu
untuk lebih menyadari akan kemampuan dirinya (motivasi verbal), belajar
berpikir positif, mengerti makna dan usaha, dan belajar menerima keadaan
yang harus dihadapinya.