Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
NIM : 152111913170
LA-1B
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
A. EMOSI
Emosi adalah suatu kondisi psikologis dan fisiologis untuk bertindak karena adanya
stimulus yang diterima oleh indera. Emosi juga dapat dikatakan sebagai hasil dari suatu
penggambaran pikiran yang terjadi karena adanya rangsangan emosional yang diterima dari
dalam dan bisa juga dari luar tubuh (Schachter and Singer, 1962; Charland, 1995). Emosi
juga sering dikaitkan sebagai hal yang identik dan berhubungan erat dengan perasaan
(Whiting, 2011). Secara umum emosi dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu emosi positif :
bahagia, excitement, kasih sayang, dan terkejut atau heran (wonder); dan emosi negatif yang
terdiri dari marah, sedih, takut (Yudari and Budisetyani, 2013).
Peran atau keadaan emosi positif dalam diri seseorang dapat berpengaruh dalam
tindakan atau aktifitas yang dilakukan oleh seseorang dan menghasilkan sesuatu yang lebih
baik (Fredrickson, 2001), misalnya dalam aktifitas belajar seseorang, keadaan emosi positif
sebelum belajar dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik dalam hal memamahami
pelajaran tersebut (Park, Knörzer, Plass and Brünken, 2015).
Definisi emosi melibatkan 3 komponen utama yaitu perubahan fisiologis pada wajah, otak
dan tubuh, proses kognitif interpretasi peristiwa, pengaruh budaya ekspresi emosi. Suatu
stimulasi yang melibatkan perubahan pada tubuh dan wajah, aktivasi pada otak, penilaian
kognitif, perasaan subjektif, dan kecenderungan melakukan suatu tindakan, yang dibentuk
seluruhnya oleh peraturan-peraturan yang terdapat di suatu budaya
B. STRESS
Istilah stress diperkenalkan oleh Selye pada tahun 1930 dalam bidang psikologi dan
kedokteran. Ia mendefinisikan stress sebagai reaksi dari organisme terhadap situasi yang
membebani atau mengancam jiwanya.“Hubungan khusus seseorang dengan lingkungannya
yang dianggap melampaui kemampuannya dan membahayakan kesejahteraannya”, Lazarus
& Folkman (1984). Pengalaman emosional yang negatif yang terjadi ketika tuntutan pada
seseorang lebih besar daripada kapasitas responnya (Kaplan, 1999).
Dua jenis stress (Soewondo, 2010), yang pertama yaitu distress yang memberikan dampak
buruk atau negatif yang memicu timbulnya stress. Kedua, Eustress yaitu stress yang baik
yang memberikan dampak positif bagi individu. Stressor :Pengalaman atau situasi yang
penuh dengan tekanan yang dapat menimbulkan stress. Contohnya seperti masalah pekerjaan,
kebisingan, duka dan kehilangan, kemiskinnan, ketidakberdayaan, status sosial rendah, dan
lain – lain.
Seseorang yang mengalami intense stress akan lebih rentan terhadap penyakit. Stress
tidak hanya datang dari peristiwa negatif atau yang tidak diinginkan tetapi juga perubahan –
perubahan yang terjadi dalam keseharian. Holmes dan Rahe (dalam Atwater, 1983)
membangun skala terkait stres disebut dengan social-rating scale. Skala ini memberikan
indeks pada berbagai peristiwa kehidupan yang menimbulkan stress. Holmes dan Rahe
menemukan bahwa peristiwa yang menimbulkan stres tidak selalu peristiwa negatif, namun
peristiwa positif dalam kehidupan juga dapat menjadi stresor. Contohnya adalah menghadapi
pernikahan, promosi jabatan, dan peristiwa kelahiran anak. Selye (dalam Taylor, 2009)
memberikan dasar pemikiran terkait dengan bagaimana kondisi stres berpengaruh pada HPA.
Selye dengan teorinya terkait general adaptation syndrome (Atwater, 1983) mengungkapkan
bahwa terdapat tiga tahapan progresif saat individu berhadapan dengan stres.
Ada empat tipe stres psikologi, yakni tekanan, frustrasi, konflik, dan kecemasan
(Atwater, 1983). Tekanan biasanya datang dari luar dan dalam diri individu. Seseorang
merasakan tekanan karena persaingan tuntutan sosial, dan ambisi pribadi. Frustrasi hadir
ketika individu merasakan hambatan dalam pencapaian tujuannya. Frustrasi adalah predictor
bagi kemarahan dan agresi. Konflik timbul ketika individu diminta untuk berespon secara
simultan terhadap sejumlah stimulus tertentu. Kecemasan adalah bentuk ketakutan individu
akan sesuatu yang belum tentu terjadi saat ini. Lebih kepada ketakutan akan sesuatu yang
baru akan terjadi di masa depan. Stres memiliki dua komponen, yakni fisik dan psikologis.
Komponen fisik melibatkan fisik dan tubuh, kemudian komponen psikologi melibatkan
bagaimana individu memaknai kenyataan dan keadaan yang ada di dalam kehidupannya
(Lovallo, 1998). Stres terjadi ketika lingkungan eskternal menghadirkan tekanan, konflik,
rasa cemas, dan frustrasi pada individu. Stres juga bisa terjadi dalam jangka waktu yang lama
yang disebut dengan prolonged stress atau long standing stress contohnya adalah pada saat
seseorang menjadi caregiver dari pasangan yang mengalami penyakit kronis bertahun-tahun.
C. ADAPTASI
Adaptasi adalah proses penyesuaian diri terhadap beban lingkungan agar organisme dapat
bertahan hidup (Sarafino, 2005). Sedangkan menurut Gerungan (2006) menyebutkan bahwa
adapatasi atau penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan,
tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Tujuan adaptasi:
Macam-macam adaptasi:
1. Adaptasi Fisiologis
yaitu respon tubuh terhadap stressor untuk mempertahankan fungsi kehidupan yang
dirangsang oleh faktor eksternal dan internal. Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi
melalui umpan balik negative, yaitu suatu proses dimana mekanisme kontrol merasakan suatu
keadaan abnormal seperti penurunan suhu tubuh dan membuat suatu respon adaptif, seperti
mulai menggigil untuk membangkitkan panas tubuh. Mekanisme utama yang digunakan
tubuh dalam menghadapi stressor dikontrol oleh medula oblongata, formasi retikuler, dan
hipofisis.
2. Adaptasi Psikologi
Atwater, E. (1983). Psychology of Adjustment. 2nd ed. New Jersey: Prentice Hall. Inc.
http://e-journal.uajy.ac.id
https://ocw.upj.ac.id/files/Slide-PSI-103-Psikologi-Umum-II-Emosi.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-marisalael-7626-3-babii.pdf