Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala karunia-Nya kami tim penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Tes Stress” tepat pada waktunya.
Makalah ini tim penulis susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Psikologi, selain itu untuk
mengetahui dan memahami tentang Stress adaptasi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun.

Bekasi, 26 Oktober 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stres dipahami sebagai keadaan yang melibatkan interaksi individu dengan situasi yang
dialaminya (Michie, 2002). Stres merupakan respon psikologis individu terhadap bahaya yang
mengancam atau jika seseorang dihadapkan dengan situasi yang mengancam kesehatan fisik
maupun psikologisnya (Carter, 2016; Pinel, 2009) yang melibatkan interaksi kompleks dari reaksi
saraf dan hormonal terhadap rangsangan internal dan eksternal (Piotrowski, & Hollar 2014).
Sebenarnya stres adalah kondisi alamiah yang dialami oleh setiap manusia ketika menghadapi
masalah yang mungkin belum dapat dipecahkannya (Desinta & Ramdhani, 2013) dan dinilai
membebani atau melebihi kekuatan dan mengancam kesehatan fisik maupun psikologisnya
(Folkman & Lazarus, 1985).
Tes stress

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Stres
Stres merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku yang tidak spesifik
terhadap suatu tekanan (stressor) atau ancaman (threatener) dan merupakan sebuah upaya
untuk melakukan adaptasi. Respon stres terhadap tekanan psikis, baik dari internal atau
eksternal, secara sederhana dikenal dengan istilah fight or flight response. Fight or flight
response dapat diartikan sebagai respon seorang individu terhadap sesuatu keadaan yang
dianggapnya membahayakan, sehingga timbul respon untuk ‘melawan’ atau ‘menghindar’
(Rice, 1998; Hardisman dan Pertiwi, 2014).
Stres adalah reaksi tubuh terhadap lingkungan yang dapat memproteksi diri kita
tetap hidup melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau di luar
batasan kemampuan mereka untuk memenuhi merupakan reaksi tertentu yang muncul
pada tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai tuntutan, misalnya ketika manusia
menghadapi tantangan-tantangan yang penting, ketika dihadapkan pada ancaman, atau
ketika harus berusaha mengatasi harapan-harapan yang tidak realistis dari
lingkungannya.(Patel,1996).

B. Penyebab Stres
Stresor adalah faktor –faktor dalam kehidupan manusia yang melibatka terjadinya
respons stress. Stresor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari komdisi
fisik,psikologis, maupun social dan juga muncul pada situasi kerja, di rumah, dalam
kehidupan social, dan lingkungan luar lainnya.( Patel,1996). Secara garis besar, Stresor
dikelompokkan menjadi dua.

1. Stres Mayor, yang berupa major live events yang meliputi peristiwa kematian
orang yang disayangi, masuk sekolah untuk pertama kali, dan perpisahan.
2. Stres Minor, yang biasanya berawal dari stimuls tentang masalah hidup sehari-
hari. Misalnya, ketidaksenangan emosional terhadap hal-hal tertentu sehingga
menyebaubkan munculnya stress (Brantley,dkk.,1988, dalam isnawarti,1996).

C. Jenis – Jenis Stres


Ada dua jenis stress, yaitu baik dan buruk. Stress melibatkan perubahan fisiologis yang
memungkinkan dapat dialami sebagai perasaan yang baik anxiousness (distress) atau
pleasure (eustress).
1. Eustres atau stres yang baik adalah sesuatu yang bersifat postif, sehat, dan
konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu
dan organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan
adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2. Distress atau stres yang buruk adalah hasil dari respon terhadap stress yang
bersifat negative, tidak sehat, dan destruktif (bersifat merusak).
Sementara itu, menurut Korchin dalam Isnawarti (1996) stress tidak hanya berupa
kondisi yang menekankan, baik dari keadaan fisik atau psikis seseorang, maupun reaksi –
reaksinya terhadap tekanan tersebut, melainkan keterkitan antara ketiga hal tersebut.
Terdapat empat jenis stress , antara lain sebagai berikut
1. Frustasi, Kondisi dimana seseorang merasa jalan yang ditempuh untuk meraih
tujuan dihambat.
2. Konflik, Kondisi ini muncul ketika dua atau lebih perilaku saling berbenturan. Di
mana masing – masing perilaku tersebut butuh untuk diekspresikan.
3. Perubahan, Kondisi yang tidak semesteinya serta membutuhkan adanya suatu
penyesuaian.
4. Tekanan, Kondisi suatu harapan atau tuntutan yang sangat besar terhadap
seseorang untuk melakukan tindakan tersebut.

D. Pengertian Tes Stres


Kalo ga nemu apus aj !!!
E. Tujuan Tes Stres
F. Manfaat Tes Stres
G. Langkah – Langkah Tes Stres
1. Berikan orientasi kepada klien untuk mela
2.
H. Macam – macam Tes Stres
1. DASS ( Depression Anxiety Stress Scale )
Skala Pengukuran Dass (Depression Anxiety Stress Scale) yang di pelopori oleh lovibond (1995)
merupakan alat uji instrumen yang telah baku dan tidak perlu di uji validitasnya lagi. DASS terdiri
dari 42 item pertanyaan yang menggambarkan tingkat stress dan kecemasan. (lovibond,1995:2)

DASS adalah satu set tiga laporan diri skala yang dirancang untuk mengukur keadaan emosional
negatif dari depresi, kecemasan dan stres. Para DASS dibangun tidak hanya sebagai satu set
timbangan untuk mengukur keadaan emosional konvensional didefinisikan, tetapi untuk
memajukan proses mendefinisikan, memahami, dan mengukur keadaan emosional di mana-mana
dan klinis signifikan biasanya digambarkan sebagai depresi, kecemasan dan stres.

2. Life Events Scales


Pada tahun 1967, Thomas Holmes dan Richard Rahe mengembangkan Social
Readjustment Rating scale (SRRS). Kemudian Holmes dan rahe mengembangkan skala
mereka dengan menganggap bahwa stres berasal dari peristiwa pengalaman seseorang dan
merubah kehidupan seseorang (Brannon dan Feist, 2000). Dalam Skala Holmes terdapat
36 butir berbagai pengalaman dalam kehidupan seseorang, yang masing-masing diberi
skor.

I. Alat yang digunakan


1. Ukuran Fisiologis

Salah satu metode pengukuran stres adalah dengan menggunakan berbagai ukuran
fisiologis dan biokimia. Indeks fisiologis termasuk tekanan darah, denyut jantung, galvanic
skin respon, dan kecepatan pernapasan. Sedangkan ukuran biokimia termasuk peningkatan
sekresi glukokortikoid seperti kortisol dan katekolamin seperti epinephrin. Ukuran-ukuran
ini memiliki keuntungan yaitu dilakukan langsung, reliabilitasnya tinggi, dan mudah diukur
(Brannon dan Feist, 2000).

2. DASS ( Depression Anxiety Stress Scale )

Skala Pengukuran Dass (Depression Anxiety Stress Scale) yang di pelopori oleh lovibond (1995)
merupakan alat uji instrumen yang telah baku dan tidak perlu di uji validitasnya lagi. DASS terdiri
dari 42 item pertanyaan yang menggambarkan tingkat stress dan kecemasan. (lovibond,1995:2)

TES DASS
Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan pengalaman
Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat empat pilihan
jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:
0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.
1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.
2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan sering.
3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.
Selanjutnya, Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda
silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman Bapak/Ibu/Saudara
selama satu minggu belakangan ini. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu
isilah sesuai dengan keadaan diri Bapak/Ibu/Saudara yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan
jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran Bapak/Ibu/ Saudara.
No PERNYATAAN 0 1 2 3

Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal


1
sepele.
2 Saya merasa bibir saya sering kering.
3 Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif.
Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali
4 terengah-engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak
melakukan aktivitas fisik sebelumnya).
Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu
5
kegiatan.
6 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.
7 Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau ’copot’).
8 Saya merasa sulit untuk bersantai.
Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang
9 membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa
sangat lega jika semua ini berakhir.
Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa
10
depan.
11 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.
Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk
12
merasa cemas.
13 Saya merasa sedih dan tertekan.
Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika
14 mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas,
menunggu sesuatu).
15 Saya merasa lemas seperti mau pingsan.
16 Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal.
Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang
17
manusia.
18 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.
Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan
19 berkeringat), padahal temperatur tidak panas atau tidak
melakukan aktivitas fisik sebelumnya.
20 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas.
21 Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat.
22 Saya merasa sulit untuk beristirahat.
23 Saya mengalami kesulitan dalam menelan.
Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal
24
yang saya lakukan.
Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak
25 sehabis melakukan aktivitas fisik (misalnya: merasa detak
jantung meningkat atau melemah).
26 Saya merasa putus asa dan sedih.
27 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.
28 Saya merasa saya hampir panik.
Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat
29
saya kesal.
Saya takut bahwa saya akan ‘terhambat’ oleh tugas-tugas
30
sepele yang tidak biasa saya lakukan.
31 Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun.
Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap
32
hal yang sedang saya lakukan.
33 Saya sedang merasa gelisah.
34 Saya merasa bahwa saya tidak berharga.
Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi
35
saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan.
36 Saya merasa sangat ketakutan.
37 Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan.
38 Saya merasa bahwa hidup tidak berarti.
39 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.
Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin
40
menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri.
41 Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan).
Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam
42
melakukan sesuatu.

Harap diperiksa kembali, jangan sampai ada yang terlewatkan. Terima kasih.

3. Life Events Scales

No Pengalaman Kehidupan Skor

1. Kematian suami/istri 100

2. Kematian keluarga deka 63


3. Perkawinan 50

4. Kehilangan jabatan 47

5. Pensiunan / pengasingan diri 45

6. Kehamilan istri 40

7. Kesulitan seks 39

8. Tambah anggota keluarga baru 39

9. Kematian kawat dekat 37

10. Konflik suami/istri 35

11. Menggadaikan rumah 31

12. Perubahan dalam tanggung jawab pekerjaan 29

13. Konflik dengan ipar, mertua, menantu 29

14. Perasaan tersinggung atau penyakit 53

15. Rujuk dalam perkawinan 45

16. Perubahan kesehatan seorang anggota keluarga 44

17. Perubahan dalam status keuangan 38

18. Perceraian 65

19. Peralihan jenis pekerjaan 36

20. Mencegah terjadinya penggadaian/pinjaman 30

21. Anak laki-laki/perempuan meninggalkan rumah 29

22. Prestasi pribadi yang luar biasa 28


23. Istri mulai atau berhenti bekerja 29

24. Kesulitan dengan atasan 23

25. Tukar tempat tinggal 20

26. Perubahan dalam hiburan 19

27. Pinjaman dengan rumah sebagai jaminan 17

28. Perubahan dalam jumlah pertemuan keluarga 15

29. Pelanggaran ringan 11

30. Menukar kebiasaan pribadi 24

31. Perubahan jam kerja 20

32. Tukar sekolah 20

33. Tukar kegiatan sekolah 18

34. Tukar kebiasaan tidur 16

35. Perubahan dalam kebiasaan makan 15

36. Berlibur 13

Catatan: Jika jumlah skor lebih dari 300 maka individu tersebut menunjukan gejala –gejala
stress (Hawari,2001)

Tabel 2. Hassles dan Uplifts Scales. Skala-skala dibawah ini dikembangkan untuk meneliti apakah
ada hubungan antara stres yang berasal dari sumber yang ringan dan kesehatan fisik, serta untuk
meneliti apakah kehidupan yang sedikit menyenangkan dapat bertindak sebagai buffer terhadap
stres (Kanner dkk., 1981 cit. Bootzin dkk., 1991)

Sampel Hassles Scale Sampel Uplifts Scale


Keparahan Seberapa sering
1. Ringan 1. Jarang
2. Moderat 2. Moderat
3. Sangat Parah 3. Sering
1. lupa meletakkan atau 1 2 3 1. melakukan hobi anda 1 2 3
kehilangan sesuatu 2. beruntung 1 2 3
2. mengganggu tetangga 1 2 3 3. menabung 1 2 3
3. kewajiban sosial 1 2 3 4. senang dengan teman sekerja 1 2 3
4. tidak memperhatikan 1 2 3 5. menggosip sukses dalam 1 2 33
kebiasaan merokok 6. bidang keuangan 1 2
5. berpikir tentang kematian 1 2 3 7. istirahat (berlibur) 1 2 3
6. kesehatan anggota keluarga 1 2 3 8. merasa sehat 1 2 3
7. tidak punya uang untuk 1 2 3 9. menemukan sesuatu yang 1 2 3
membeli baju telah hilang
8. mepunyai utang 1 2 3
Nasir, Abdul dan, Abdul, Muhith, (2011). Dasar dasar Keperawatan Jiwa Pengantar dan teori Jakarta:
Salemba Medika

VALIDITAS ALAT UKUR STRES

1 Dien Dinyati Agustina Fakultas Psikologi UIN Jakarta

Correlation of Stres According to The Scale of Social Readjustment Rating Scale and The Incident
of Sexual Dysfunction in Women Of Productive Age Couples in Puskesmas Kota Karang Teluk
Betung Bandar Lampung 2013

http://media.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf

http://repository.uin-suska.ac.id/5870/4/BAB%20III.pdf

Anda mungkin juga menyukai