Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP STRESS DAN ADAPTASI


DOSEN PENGAMPU : Dr. Rosmaria BR. Manik , S.Pd, SST, Bdn, M.Keb

Kelompok 12 :
Eni Rahmawati PO.71241230159
Kurniawati PO.71241230155
Rahmayani PO.71241230156
Sumaryani PO.71241230157
Widyah Octaviani PO.71241230158

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN
JAMBI
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "
Konsep Stress Dan Adaptasi”.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini
memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………......... ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………... 1
Latar Belakang………………………………………………………….
Rumusan Masalah………………………………………………………
Tujuan…………………………………………………………………..
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Cara Mengatasi Perubahan
Mekanisme Pertahanan Diri
BAB III PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………………..
Saran…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata stres telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, stress
merupakansalah satu gejala psikologis yang dapat menyerang setiap orang.
Stres dapat timbul karena adanya konflik dan frustrasi. Sebagian besar orang
beranggapan bahwa yang dimaksud stres adalah sesuatu yang tidak
menyenangkan dan membuat orang tersebut merasa tidak nyaman,
bingung,mudah marah, tekanan darah meningkat, detak jantung lebih cepat,
gangguan pencernaan, dsb. Sebagian besar stres dapat dipicu karena pengaruh
eksternal dan ada pula yang dipengaruhi oleh faktor internal individu tersebut.
Stres sebenarnya dapat dicegah dan diatasi dengan cara-cara tertentu. Tapi
melihat hal-hal tersebut,tampaknya tidak banyak orang yang mengetahui
tentang stres, bagaimana mencegahnya, mengatasi, ataupun memanfaatkan
stres tersebut sebagai salah satu bagiandari hidup kita. Pemahaman yang baik
terhadap stres akan membantu kita dalam menghadapi stres ketika stres
tersebut menyerang kita, melalui penanganan yang tepat dengan adanya
pemahaman yang baik mengenai stres, maka individu tidak akan terkena
dampak negatif dari stres tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang termasuk ke dalam konsep stres tersebut ?
2. Apakah manifstasi stress?
3. Apa factor-faktor yang mempengaruhi stress?
4. Apakah yang disebut adaptasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep stress
2. Untuk mengetahui manifestasi stress
3. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi stress
4. Untuk mengetahui adaptasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Stres
1. Pengertian Stres
Clonninger (1996) menyatakan stres adalah keadaan yang membuat tegang
yang terjadi ketika seseorang mendapatkan masalah atau tantangan dan belum
mempunyai jalan keluarnya atau banyak pikiran yang menganggu seseorang
tehadap sesuatu yang akan dilakukannya. Kendall dan Hammen (1998)
mengemukakan strester jadi pada individu ketika terdapat ketidak seimbangan
antara situasi yang menuntut dengan perasaan individu atas kemampuannya untuk
bertemu dengan tuntutan-tuntutan tersebut. Situasi yang menuntut tersebut
dipandang sebagai beban atau melebihi kemampuan individu untuk
mengatasinya.
Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri yang dapat
mengganggu keseimbangan seseorang (Maramis,2005). Dari berbagai definisi di
atas, dapat dinyatakan bahwa stres itu adalah ketegangan, setiap ketegangan yang
dirasakan oleh seseorang akan mengganggu dan dapat menimbulkan reaksi
fisiologis, emosi, kognitif, maupun perilaku. Stres tidak bisa dihindari
sepenuhnya, tapi dapat dikurangi dengan mengabaikan hal-hal yang tidak begitu
penting. Setiap hari kita mengalami berbagai macam stimulasi yang menimbulkan
stres, diantaranya kemacetan, lingkungan yang panas, polusi udara, kebisingan,
dan tekanan waktu.
Dari berbagai definisi diatas, dapat dinyatakan bahwa stress itu adalah
ketegangan. Setiap ketegangan yang dirasakan oleh seseorang akan mengganggu
dan dapat menimbulkan reaksi fisiologis, emosi, kognitif, maupun perilaku.
Stress tidak bisa di hindari sepenuhnya, tapi dapat dikurangi dengan mengabaikan
hal-hal yang tidak begitu penting. Setiap hari kita mengalami berbagai macam
stimulasi yang menimbulkan stress, diantaranya kemacetan, lingkungan yang
panas, polusi udara, dan tekanan waktu.

2. Sumber Stress
Terdapat banyak sumber stres, yang secara luas dapat diklasifikasikan
sebagai stressor internal atau eksternal / stressor perkembangan atau situasional :
a. Stressor Internal (stres bersumber dari diri sendiri)
Tuntutan pekerjaan / beban terlalu berat, kondisi keuangan, ketidak puasan
dengan fisik tubuh, penyakit yang dialami, masa pubertas, karakteristik atau
sifat yang dimiliki.
b. Stressor Eksternal (stres yang bersumber dari luar diri sendiri)
Stres yang berasal dari keluarga disebabkan oleh perselisihan dalam keluarga,
berpisahan orang tua, adanya anggota keluarga yang mengalami kecanduan
narkoba.Stres yang berasal dari masyarakat dan lingkungan pekerjaan,
lingkungan sosial, lingkungan fisik. Contoh adanya atasan yang tidak pernah
puas di tempat kerja, iri terhadap teman yang status sosialnya lebih tinggi.
tressor perkembangan

c. Stressor Perkembangan
terjadi pada waktu yang dapat diperkirakan sepanjang hidup individu. Ada
setiap tahap perkembangan, tugastertentu harus dicapai untuk mencegah atau
mengurangi stres.
d. Stressor Situasional
Tidak dapat diperkirakan dan dapat terjadi kapan pun sepanjang hidup. Stres
situasional dapat bersifat positif dan negatif. Contoh stressor situasional
sebagai berikut :
 Kematian anggota keluarga
 Pernikahan atau perceraian
 Kelahiran anak
 Pekerjaan baru
 Penyakit

3. Faktor-faktor penyebab stress


Terdapat beberapa faktor-faktor penyebab stres. Setiap situasi, peristiwa
ataupun objek yang memaksa tubuh dan menyebabkan timbulnya ”physiological
reaction” disebut dengan stressor. Stressor dapat berupa stimulus yang berasal
dari lingkungan fisik dan situasi social. Rice (1992) dalam bukunya yang berjudul
Stress and Health, mengemukakan tentang hal-hal yang dapat menjasi sumber
stres pada setiap orang. Lazarus dan Falkman (1984) menemukan respon terhadap
segala bentuk stressor sangat ditentukan oleh fungsi fisiologis, kepribadian dan
karakteristik perilaku seseorang. Faktor yang mempengaruhi respon seseorang
terhadap stressor adalah:
1. Intensitas
Pada dasarnya tubuh atau jiwa manusia mempunyai ketahanan atau
kekuatan yang berasal dari dalam dirinya. Tingkat kekuatan ini dinilai sebagai
kunci kepribadian dalam menghadapi stres. Kepribadian ini memungkinkan
seseorang untuk menjadikan stresor sebagai suatu yang positif sehingga
memberikan respon yang positif pula terhadap stresor tertentu. Suatu stresor
yang bersifat negatif dan menjadikan stres bagi seseorang dapat merupakan
sumber kekuatan bagi orang lain. Selain itu stresor juga dapat memberikan
mekanisme untuk memperingatkan seseorang agar dapat mengumpulkan
seluruh kekuatan yang dimilikinya dalam rangka melawan stres itu sendiri.
2. Durasi
Lamanya atau jangka waktu berlangsungnya pemaparan stresor atau
kejadian dari stresor sampai menjadikan seseorang mengalami stres. Frekuensi
perubahan-perubahan dari suatu kejadian yang pada akhirnya mempengaruhi
seseorang hingga merasakan stres.
3. Jumlah dan sifat dari stresor
Jumlah mengandung pengertian stresor yang harus dihadapi dalam satu
waktu. Banyaknya perubahan-perubahan dan kejadian yang dialami seseorang
dalam suatu periode waktu tertentu lebih sering menyebabkan
perkembangannya stres yang pada akhirnya dapat menyebabkan kesakitan.
Lazarus dan Falkman (1984) lebih lanjut menyatakan seseorang dapat saja
mencerap intensitas atau besarnya stresor sebagai sesuatu yang minimal,
sedang atau berat. Makin besar stresor makin besar respon stress yang
ditimbulkan. Sama halnya cakupan dari stresor dapat digambarkan sebagai
sesuatu yang terbatas, sedang atau luas. Pada umumnya makin besar cakupan
stresor maka makin besar respon seseorang pada stresor tersebut.

4. Sifat stres
Sheridan dan Radmacher (1992) mengemukakan bahwa berdasarkan respons
seseorang terhadap stresor yang mengenainya atau yang menimpanya ada tiga
sifat stres yaitu :
1. Eustress
Mengalami proses stres sebenarnya dapat memiliki efekpositif yang lazim
disebut sebagai eustress atau “stres yang baik”. Mengikuti ujian, test dan
menyelesaikan tugas dalam waktu terbatas merupakan stresor yang serius
tetapi memiliki dampak positif bagi yang bersangkutan. Menyelesaikan tugas
dalam waktu yang terbatas merupakan stresor yang bermakna bagi kebanyakan
mahasiswa, karena dapat mengembangkan kemampuan menulis dan
mengumpulkan informasi dari referensiyang ada. Pernikahan, menunggu
kelahiran anak, naik jabatan,dapat hadiah adalah contoh lain dari eustress.
2. Distress
Istilah distress digunakan untuk menjelaskan respons pengaruh negatif
yang dapat diakibatkan dari stresor yang menimpanya. Kata distress atau
menyusahkan yang digunakan disini mempunyai makna yang sama dengan
sebutan stres bagi banyak orang. Dalam pergaulan, berinteraksi dengan
masyarakat ketika mereka mengalami kesusahan maka istilah yang lazim
digunakan adalah dengan menyebutnya sebagai stres. Sebagian masyarakat
banyak mengistilahkan stres itu menyangkut tentang kesusahan yang
dialaminya seperti kehilangan, konflik, kemarahan, dan penolakan. Padahal
istilah yang tepat digunakan adalah distress. Banyak mahasiswa menyebutnya
ujian akhir sebagai stresor yang signifikan dan mengetahui diri mereka
bereaksi terhadap stresor ujian akhir tersebut. Detak jantung dan tekanan
darahnya meningkat, mulutnya kering, tangan-tangan mereka dingin dan
berkeringat.Tubuh mereka siap untuk menghadapi (fight) atau melarikan diri
(flight), akan tetapi satu diantaranya dari ke dua reaksi akan dapat
menimbulkan banyak masalah.
3. Neutral effects
Banyak stresor yang dihadapi setiap hari ditangani dengan satu cara atau
cara lain tanpa mempengaruhi dirinya atau efeknya netral. Dohrenwend
(dalam Sheridan dan Radmacher,1992) menyatakan ada berbagai peristiwa
yang menekan dapat ditanggulangi tanpa pengaruh apapun yang dirasakan
oleh individu bersangkutan. Hal demikian bisa terjadi karena tuntutan-tuntutan
yang dibuat oleh stresor adalah demikian kecil atau sumber daya yang dimiliki
untuk memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut adalah sedemikian besar sehingga
stresor itu jarangdapat dirasakan.

4. Tingkatan Stress
Stress yang menimpa seseorang tidak sama antara satu dengan yang lainnya
walaupun factor penyebabnya boleh jadi sama. Seseorang bisa mengalami stress
ringan, sedang dan berat (stress kronis). Menurut amberg, gangguan stress
biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan mulainya dan sering kali kita
tidak menyadarinya. Berikut adalah keenam tingkatan stress :
1. Tahap Pertama
Tahap ini merupakan tahap yang paling ringan,dan biasanya ditandai dengan
munculnya semangat yang berkelebihan, pengelihatan lebih tajam dari
biasanya mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya (namun tanpa
disadari cadangan energi dihabiskan, dan timbulnya rasa gugup yang
berlebihan).
2. Tahap Dua
Tahap ini dampak stres yang semula menyenangkan mulai menghilang dan
timbul keluhan–keluhan karena habisnya cadangan energi, keluhan yang
sering timbul, merasa letih sewaktu bangun pagi dalam kondisi normal, mudah
leleh setelah makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh
lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar-debar, otot perut dan
tengkuk terasa tegang, dan tidak bisa santai.
3. Tahap tiga
Jika tahap stres sebelumnya tidak ditanggapi dengan memadai, maka keluhan
akan semakin nyata, seperti gangguan lambung dan usus (gas triti atau
maag,diare) ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan
pola tidur (sulit untuk mulai tidur, terbangun tengah malam, dan sukar kembali
tidur, atau bangun terlalu pagi, dan tidak dapat tidur kembali) tubuh terasa
lemah seperti tidak bertenaga.
4. Tahap empat
Setelah memeriksakan diri ke dokter sering kali dinyatakan tidak sakit, karena
tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik terhadap organ tubuhnya, namun pada
kondisi berkelanjutan, akan muncul gejala seperti gejala ketidak mampuan
untuk melakukan aktifitas rutin karena perasan bosan, kehilangan semangat,
terlalu lelah karena gangguan polah tidur, kemampuan mengingat dan
konsentrasi menurun serta muncul rasa takut dan cemas yang tidak jelas
penyebabnya.
5. Tahap lima
Tahap ini ditandai dengan kelelahan fisik yang sangat tidak mampu
menyelesaikan pekerjaan ringan dan sederhana, gangguan pada sistem
pencernaan semakin berat, semakin meningkatnya rasa takut dan cemas
6. Tahap enam
Tahap ini merupakan tahap puncak, biasanya ditandai dengan timbul rasa
panik dan takut mati yang menyebabkan jantung berdetak semakin cepat,
kesulitan untuk bernapas tubuh gemetar dan berkeringat dan adanya
kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan.

5. Respon stress fisiologis


Umumnya respon stress yang ada atau perubahan-perubahan yang terjadi
akibat dari respon stress terhadap stressor yang dihadapi meliputi berbagai aspek
yang ada di dalam diri seseorang. Hawari (2002) mengemukakan respon tubuh
terhadap stress, meliputi:
 Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan
warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Rambut memutih sebelum
waktunya dan rambut mengalami kerontokan.
 Mata
Ketajaman mata sering kali terganggu sehingga tidak jelas jika membaca dan
sering kali kabur, hal ini diakibatkan oleh otot-otot bola mata mengalami
kekenduran atau sebaliknya sehingga dapat mempengaruhi fokus lensa mata.
 Telinga
Pendengaran sering kali menjadi terganggu dengan suara berdenging
(tinnitus).
 Daya pikir
Kemampuan berpikir, mengingat dan konsentrasi menjadi menurun. Orang
menjadi pelupa dan sering kali mengeluh sakit kepala atau pusing.
 Ekspresi wajah
Wajahnya nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai,
bicara berat, sukar untuk tersenyum atau tertawa dan kulit muka kedutan.
 Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga ia sering minum,pada tenggorokan
dirasakan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar menelan, hal ini bisa
terjadi akibat otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme
(musclecramps) sehingga serasa tercekik.
 Kulit
Reaksi orang yang mengalami stress pada kulitnya beraneka jenis bisa
merasakan panas pada sebagian kulit tubuhnya, dingin atau keluar keringat
yang berlebihan.Kelembaban kuit berubah, kulit menjadi lebih
kering.Perubahan kulit lainnya merupakan penyakit kulit seperti munculnya
eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan berjerawat berlebihan pada kulit
muka, sering juga dijumpai berkeringat atau basah pada telapak tangan dan
kaki.
 Sistem pernafasan
Nafas terasa berat dan sesak akibat adanya penyempitan saluran pernafasan
mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada yang mengalami
spasme. Stress juga dapat menjadi pemicu timbulnya penyakit asma (asthma
bronchiale) karena otot-otot pada saluran nafas paru-paru juga mengalami
spasme.
 Sistem kardiovascular
Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau dapat menyempit
sehingga yang bersangkutan Nampak mukanya pucat atau mukanya merah.
Pembuluh darah tepi terutama dibagian ujung jari-jari tangan dan kaki juga
menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan.

 Sistem pencernaan
Orang yang mengalami stress sering kali mengalami gangguan pada sistem
pencernaannya. Lambung terasa kembung, mual dan pedih, akibat produksi
asam lambung yang berlebihan. Dapat juga terjadi gangguan pada usus
sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas,sukar buang air besar
atau sebaliknya diare.
 Sistem perkemihan
Paling sering dijumpai gangguan pada sistem perkemihan adalah frekuensi
buang air kecil lebih sering dari biasanya walaupun ia bukan penderita kencing
manis.
 Sistem musculoskletal
Orang yang mengalami stress sering mengeluhkan ototnya terasa sakit seperti
ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Merasa ngilu pada persendiannya dan merasa
kaku bila menggerakkan anggota tubuhnya. Keluhan tersebut dikenal dengan
pegal-linu.
 Sistem endokrin
Gula darah seseorang yang terkena stress bisa meningkat dan bila
berkepanjangan yang bersangkutan bisa mengalami penyakit kencing manis.
Pada wanita mengalami gangguan menstruasi berupa menstruasi tidak teratur
dan adanya rasa sakit saat menstruasi (dysmenorrhoe).

1.2 Adaptasi
1. Pengertian Adaptasi
Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh karena
belajar dari pengalaman untuk mengatasi stres. Folkam dan Lazarus (1984)
mengemukakan adaptasi adalah usaha kognitif dan usaha perilaku untuk menangani
permintaan eksternal dan internal yang dinilai melampui atau mengganggu sumbe-
sumber daya yang dimiliki oleh orang tersebut. Jadi, adaptasi adalah proses penyesuaian
secara psikologis dengan cara melakukan mekanisme pertahanan diri yang bertujuan
untuk melindungi atau bertahan dari serangan atau hal yang tidak menyenangkan.
A. Tujuan adaptasi
a. Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar.
b. Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik.
c. Menghadapi tuntutan keadaan secara obyektif.
d. menghadapi tuntutan keadaan secara rasional.
B. Dimensi adaptasi
Ada banyak dimensi adaptasi diantaranya adaptasi fisiologis yang
memungkinkan homeostatis fisiologi dan terjadi juga proses serupa pada dimensi
lainnya (Potter dan Perry, 1997). Potter dan Perry (1997) mengemukakan stres dapat
memepengaruhi dimensi adaptasi fisik, perkembangan,emosional, intelektual, sosial,
dan spiritual.
1. Fisik
Dimensi adaptif fisik meliputi sindrom adaptasi lokal dan sindrom adaptasi umum.
Contoh sakit tenggorokan, kemudian demam, jika tidak berhasil diatasi dapat
mengakibatkan kematian, sebaliknya jika berhasil maka infeksi dapat teratasi dan
pulih kembali.
2. Perkembangan
Dimensi adaptif perkembangan meliputi koping yang berhasil dalam tugas atau
tahap perkembangan sebelumnya dan adaptasi yang berhasil terhadap stresor
sebelumnya.
3. Emosional
Dimensi adaptif emosional adalah mekanisme pertahanan psikologis dan kekuatan
kepribadian individu. Contoh stresor perkosaan, jika tidak berhasil beradaptasi
maka ia mengalami ketakutan yang tidak rasional terhadap seorang pria.
4. Intelektual
Dimensi adaptif intelektual diantaranya pendidikan formal,kemampuan untuk
menyelesaikan masalah, ketrampilan berkomunikasi, persepsi realistik, mobilisasi
kesadaran terhadap strategi koping positif masa lalu. Contoh stresor seseorang di
diagnosis menderita kanker, adaptasi yang gagal adalah menyangkal adanya kanker
dan mengabaikan semua pengobatan. Adaptasi yang berhasil adalah menggunakan
pendekatan penyelesaian masalah yang aktif untuk mengambil keputusan tentang
pengobatan dan perawatannya.
5. Sosial
Dimensi adaptif sosial meliputi jaringan sosial yang memberikan dukungan dan
orang lain yang memberikan dukungan dapat mengarahkan individu kepada
sumber yang dibutuhkan. Pecandu alkohol dalam keluarga merupakan contoh
stresor, jika gagal beradaptasi maka individu menarik diri dari keluarga dan kontak
sosial lainnya, sebaliknya adaptasi berhasil adalah partisipasi aktif dari semua
anggota keluarga dalam kelompok pendukung ( Alcoholic Anonymous).
6.Spiritual
Kelompok pendoa dan dukungan dari rohani awan merupakan dimensi adaptif
spiritual. Contoh stresor anggota keluarga yang sakit merasa bahwa Tuhan telah
meninggalkannya, adaptasi yang gagal adalah menarik diri dengan tidak pergi ke
tempat ibadah, tidak berbicara dengan pemimpin agama/kerohanian.
C. Jenis adaptasi
Pada umumnya jenis adaptasi ada dua, yaitu:
1. Adaptasi fisiologis
Adua adaptasi fisiologis yang berhubungan dengan stres yaitu Local Adaptation
Syndrom (LAS) dan General Adaptation Syndrom (GAS) yang secara rinci dapat
diuraikan sebagai berikut.
a. LAS
Sindrom adaptasi setempat ini termasuk diantaranyapembekuan darah,
penyembuhan luka, akomodasi mataterhadapt tekanan. Sebagai contoh LAS ada
dua respons yang sering dihada pioleh seseorang atau tenaga kesehatan
khususnya dokter dan perawat, diantaranya.
● Respons refleks
Merupakan respons setempat dari sistem saraf pusat terhadap nyeri untuk
melindungi jaringan dari kerusakan lebih lanjut.Melibatkan respons sensoris,
safat sensoris yang menyebar ke medula spinalis, neuron penghubung dalam
medula spinalis, saraf motorik yang menjalar dari medula ke spinalis.
● Respons inflamasi
Respons ini distimulasi oleh trauma atau keadaan infeksi, yang memusatkan
inflamasi sehingga menghambat penyebaran inflamasi dan meningkatkan
penyembuhan. Respons inflamasi terjadi dalam tigafase.Fase pertama
meliputi perubahan sel-sel dan sistem sirkulasi. Fase kedua ditandai oleh
adanya pelepasan eksudat dari luka.Eksudat merupakan kombinasi cairan,
sel-sel dan bahan lainnya yang dihasilkan di tempat cidera. Fase ke tiga
adalah perbaikan jaringan dengan regenerasi atau pembentukan jaringan
parut.
b. GAS
Merupakan respon fisiologi dari seluruh tubuh terhadap stres, yang melibatkan
berbagai sistem tubuh terutama sistem saraf otonom dan sistem endokrin. GAS
terdiri dari beberapa bagian, diantaranya:
● Reaksi alarm
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk
menghadapi stresor. Kadar hormon meningkat agar volume darah dapat
meningkat menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepaskan
untuk meningkatkan kadar glukosa darah persiapan energi untuk keperluan
adaptasi. Aktivitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk
melakukan respon melawan atau menghindar (fight or flight). Curah
jantung,pengambilan oksigen dan frekuensi pernapasan meningkat, dilatasi
pupil mata untuk menghasilkan bidang visual yang lebih besar, dan frekuensi
jantung meningkat untuk menghasilkan energi lebih banyak.Dengan
peningkatan kewaspadaan dan energimental ini seseorang disiapkan untuk
melawan atau menghindari stresor.Selama reaksi alarm individu dihadapkan
pada stresor spesifik. Stresor yang terus menetap setelah reaksi alarm
(peringatan) maka berlanjut ke fase kedua yaitu tahap resisten.
●Tahap Resisten
Tubuh kembali menjadi stabil, kadar hormon,frekuensi jantung, tekanan darah
dan curah jantung kembali ke tingkat normal. Individu berupaya untuk
beradaptasi terhadap stresor, jika stresor dapat diatasi, tubuh akan
memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Stresor yang terus menetap seperti
kehilangan darah terus menerus, penyakit yang melumpuhkan,kemudian tidak
mampu beradaptasi maka individu masuk tahap ketiga tahap kehabisan tenaga.
● Tahap Kehabisan
TenagaTerjadi ketika tubuh tidak dapat lagi melawan stresor dan energi yang
diperlukan semakin menipis.Respon fisiologis menghebat tetapi tingkat energi
individu terganggu dan adaptasi terhadap stresor hilang.Tubuh tidak mampu
lagi mempertahankan dirinya terhadap dampak stresor, regulasi fisiologis
menghilang dan jika stres terus berlangsung dapat mengakibatkan kematian.
2. Adaptasi psikologis
Perilaku adaptif psikologis individu membantu kemapuan seseorang untuk
menghadapi stressor. Perilaku adaptif psikologis dapat konstruktf atau destruktif.
Perilaku konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan
konflik. Perilaku desduktrif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan
penyelesaian masalah, kepribadian dan situasi yang sangat berat. Individu bisa
terlibat penyalah gunaan alkohol atau obat-obatan yangsecara subyektif dapat
dipandang sebagai perilaku adaptif,namun dalam kenyataannya hal demikian
malah meningkatkan stres dan bukan menyelesaikan massalah.
Perilaku adaptif psikologis disebut sebagai coping atau mekanisme coping.
merupakan strategi untuk memanajemen perilaku menuju penyelesaian masalah yang
paling sederhana dan realistis, serta berfungsi untuk membebaskan diri dari massalah
yang nyata maupun tidaknyata.
Coping mengubah hubungan menghasilkan dua tujuan, pertama individu antara
dirinya dengan lingkungannya agar menghasilkan dampak yang lebih baik.Tujuan
yang kedua yaitu individu biasanya berusaha untuk meredakan atau menghilangkan
beban emosional yang dirasakannya.
D. Manajemen stres
Merupakan upaya mengelolah stres dengan baik,bertujuan mencegah dan
mengatasi stres agar tidak sampai ketahap yang lebih berat.Beberapa manajemen stres
yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengatur diet dan nutrisi
Merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau mengatasi stres.Ini dapat
dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi sesuai porsi dan jadwal
yang teratur,menu juga sebaiknya bervariasi agar tidak timbul kebosanan.
2. Istirahat dan tidur
Merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena istirahat dan tidur yang
cukup akan memulihkan keletihan fisik dan kebugaran tubuh,tidur yang cukup juga
akan memperbaiki sel-sel yang telah rusak.
3. Olahraga teratur
Salah satu cara meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental.
Olahraga yang dilakukan tidak harus sulit olaraga yang dianjurkan seperti jalan
pagi, lari pagi dilakukan 1 minggu sekali tidak harus sampai berjam-jam, diamkan
biarkan badan berkeringat sejenak lalu mandi untuk memulihkan kesegarannya.
4. Berhenti merokok
Bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan status kesehatan
serta menjaga ketahanan dan kekebalan tubuh.
5. Menghindari minuman keras
Merupakan faktor pencetus terjadinya stres dengan menghindari minuman
keras,individu dapat terhindari dari berbagai macam penyakit yang disebabkan
oleh pengaruh minuman keras yang mengandung alkohol.

6. Mengatur berat badan


Berat badan yang tidak seimbang (terlalu gemuk atau terlalu kurus) merupakan
faktor dapat menyebabkan timbulnya stres.Keadaan tubuh yang tidak seimbang
akan menurunkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
7. Mengatur waktu
Merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi stres.dengan
mengatur waktu yang sebaik-baiknya pekerjaan yang dapat menimbulkan
kelelahan fisik dapat dihindari, hal ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan
waktu secara efektif dan efisien, misalnya tidak membiarkan waktu berlalu tanpa
menghasilkan hal yangbermanfaat.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Stres adalah ketegangan, setiap ketegangan yang dirasakan oleh seseorang akan
mengganggu dan dapat menimbulkan reaksi fisiologis, emosi, kognitif, maupun perilaku.
Sedangkan adaptasi adalah proses penyesuaian secara psikologis dengan cara melakukan
mekanisme pertahanan diri yang bertujuan untuk melindungi atau bertahan dari serangan
atau hal yang tidak menyenangkan. Stres dapat terjadi karena dua sumber, yaitu: berasal
dari sumber internal (diri sendiri) dan sumber eksternal (diluar diri sendiri/lingkungan).
Stres juga dipengaruhi oleh intensitas, durasi, jumlah, dan sifat dari stresor.
Ketika mengalami stres, orang menggunakan energi fisiologis,psikologis,sosial budaya
dan spiritual untuk beradaptasi.Tujuan dari adaptasi itu sendiri adalah menghadapi
tuntutan keadaan secara sadar, menghadapi tuntutan keadaan secara realistik, menghadapi
tuntutan keadaan secara obyektif, dan menghadapi tuntutan keadaan secara rasional. Stres
dapat dimanajemenkan dengan cara mengatur diet dan nutrisi, istirahat dan tidur, olahraga
yang teratur, tidak merokok, menghindari minuman keras, mengatur berat badan, dan
mengatur waktu.
2. Saran
Saran yang dapat disampaikan yaitu kita harus bisa menjaga diri sendiri agar terhindar dari
stres yang dapat mengganggu kegiatan lainnya, kita juga harus bisa beradaptasi dengan
baik agar dapat melindungi diri dan bertahan dari serangan yang tidak menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Candra, I Wayan. 2016. Psikologi Landasan Keilmuan Praktik Keperawatan Jiwa. Denpasar:
Politeknik KesehatanDenpasar.
Amiruddin. (2017). Analisis Faktor - Faktor Penyebab Tingkat Kejadian Stres pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Angkatan 2015. Universitas
Hasanuddin.
Acdiat, Agus. (2003). Teori dan Management Stres. Malang: Taroda.
Rasmun. Stress Koping dan Adaptasi. Jakarta: CV.Sagung Seto;2014

Anda mungkin juga menyukai