Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“MANAJEMEN STRES”

OLEH

KELOMPOK 2
Nama anggota kelompok :
1. Alfina Nila Taebenu
2. Astuti Marini Miha Lena
3. Beatrice V. Ndajong
4. Christine M. Lobo Huky

Dosen pembimbing : Trifonia Sri Surwela.,S.Kep.,Ns.,M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan berkat dan anugerah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan tentang “Manajemen Stres”.
Dalam proses penyusunan makalah ini, tentu saja kami mengalami banyak
permasalahan. Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya
laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Trifonia Sri Surwela.,S.Kep.,Ns.,M.Kes yang
telah membimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi maupun
sistematika penulisannya, oleh karena itu dengan tangan terbuka kami sangat
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata, kami berharap laporan ini dapat memberikan manfaat dan dapat
menjadi sumber pengetahuan kepada pembaca.

Kupang, 06 September 2022

 Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................5
1.3 Tujuan...................................................................................................................5
BAB II............................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
2.1 Konsep Dasar Stress.............................................................................................6
2.2 Psikofisiologi Stress..............................................................................................7
2.4 Jenis-Jenis Manajemen Stress.............................................................................14
2.5 Tujuan dan Manfaat Manjemen Stress...............................................................17
BAB III.........................................................................................................................18
PENUTUP....................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................18
3.2 Saran...................................................................................................................18
DAFTAR ISI................................................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bertemu orang yang mengalami
stres. Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial-ekonominya saja tetapi
juga dalam bekerja. Pekerjaan yang terlalu sulit serta keadaan sekitar yang penat
juga akan dapat menyebabkan stres dalam bekerja. Stres merupakan sebuah
bentuk respon tubuh seseorang yang memiliki beban pekerjaan berlebihan. Jika
seseorang tersebut tidak sanggup mengatasinya, maka orang tersebut dapat
mengalami gangguan dalam menjalankan pekerjaan.
Seorang yang menderita stress, selalu terwujud dalam berbagai
macam penyakit, dapat pula memalui ketikmampuannya untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, sehingga menderita gangguan kecemasan, depresi dan
gangguan psikomatik. Penderitaan fisik dan atau psikik menyebabkan orang tak
dapat berfungsi dengan wajar, tak mampu berprestasi tinggi dan sering menjadi
masalah bagi lingkungannya yang merupakan akibat dari stress berkelanjutan.
Pada saat mengalami stres, tanpa kita sadari tubuh selalu melakukan
manajemen stres. Manajemen dalam menghadapi stres ini merupakan cara yang
dilakukan agar kekebalan dirinya terhadap stres dapat ditingkatkan. Manajemen
stres yang efektif akan menghasilkan adaptasi yang menetap sehingga
menimbulkan kebiasaan baru atau perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan
manajemen stres yang tidak efektif akan berakhir dengan maladaptif yaitu
perilaku yang menyimpang dan merugikan diri sendiri, orang lain ataupun
lingkungan. Manajemen stres yang digunakan setiap individu bermacam-macam
antara lain dengan makan, banyak tidur, minum minuman keras/alkohol,
berdzikir, dan merokok. Merokok merupakan salah satu contoh dari strategi
manajemen yang tidak efektif namun banyak disukai. Meskipun semua orang
mengetahui akibat negatif dari merokok, tetapi jumlah perokok semakin
meningkat dan usia perokok semakin bertambah muda

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Konsep dasar stress
2. Psikofisiologi stress
3. Pengukuran stress
4. Jenis manajemen stress (relaksasi, relaksasi progresif, nafas dalam, guide
imagery, latihan fisik yoga)
5. Tujuan dan manfaat manajemen stress

1.3 Tujuan
Setelah menyajikan pokok masalah dalam bentuk pertanyaan, maka penulisan
makalah ini bertujuan untuk :
1.1.1 Tujuan Umum
Agar setiap mahasiswa/i dapat mengerti dan memahami tentang manajemen
stress
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa/I mampu mengetahui dan memahami Konsep dasar stress
2. Mahasiswa/I mampu mengetahui dan memahami Psikofisiologi stress
3. Mahasiswa/I mampu mengetahui dan memahami Pengukuran stress
4. Mahasiswa/I mampu mengetahui dan memahami jenis manajemen stress
(relaksasi, relaksasi progresif, nafas dalam, guide imagery, latihan fisik yoga)
5. Mahasiswa/I mampu mengetahui dan memahami tujuan dan manfaat
manajemen stress

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Stress
Stress diawali dengan adanya ketidakseimbangan antara tuntutan dan sumber
daya yang dimiliki individu, semakin tinggi kesenjangan terjadi semakin tinggi
pula tingkat stress yang dialami individu, dan akan merasa terancam. Berbagai
pendekatan mengenai stress yang telah dikemukakan oleh para ahli tentang stress.
1. Pengertian Stress
Stress merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin stingere" yang
berarti "keras" (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan
perkembangan pene laahan yang berlanjut dari waktu ke waktu dari straise,
strest, stresce, dan stress. Abad ke-17 istilah stress diartikan sebagai
kesukaran, kesusahan, kesulitan, atau pende ritaan. Pada abad ke-18 istilah
ini digunakan dengan lebih menunjukkan kekuatan, tekanan, ketegangan,
atau usaha yang keras berpusat pada benda dan manusia, "terutama kekuatan
mental manusia.
Mc Nerney dalam Grenberg (1984), menyebutkan stress sebagai reaksi
fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan,
mengejutkan, membi ngungkan, membahayakan, dan merisaukan seseorang.
Menurut Hardjana (1994) stress sebagai keadaan atau kondisi yang
tercipta bila transaksi seseorang yang mengalami stress dan hal yang
dianggap menda tangkan stress membuat orang yang bersangkutan melihat
ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya
biologis, psikologis, dan sosial yang ada padanya.
Definisi stress yang diberikan oleh Selye (1982) adalah tubuh akan
memberikan reaksi tertentu terhadap berbagai tantangan yang dijumpai
dalam hidup kita berda sarkan adanya perubahan biologi dan kimia dalam
tubuh.
Stress adalah tanggapan/reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau
beba atasnya yang bersifat non spesifik. Namun, di samping itu stress dapat
juga merupaka faktor pencetus, penyebab sekaligus akibat dari suatu

6
gangguan atau penyakit Faktor-faktor psikososial cukup mempunyai arti bagi
terjadinya stress pada d seseorang. Manakala tuntutan pada diri seseorang itu
melampauinya, maka keadaan demikian disebut distress. Stress dalam
kehidupan adalah suatu hal yang tidak dap dihindari. Masalahnya adalah
bagaimana manusia hidup dengan stress tanpa hanya mengalami distress.

2.2 Psikofisiologi Stress


Menurut Selye (1982) stress merupakan tanggapan non spesifik terhadap
setiap tuntutan yang diberikan pada suatu organisme dan digambarkan sebagal
Konsep ini menunjukkan reaksi stress dalam tiga fase, yaitu fase sinyal (alarm),
fase perlawanan (resistance), dan fase keletihan (exhaustion).

Tahap sinyal adalah mobilisasi awal dimana badan menemui tantangan yang
diberikan oleh penyebab stress. Ketika penyebab stress ditemukan, otak mengirim
kan suatu pesan biokimia kepada semua sistem tubuh. Pernafasan meningkat
tekanan darah naik, anak mata membesar, ketegangan otot naik, dan seterusnya
Jika penyebab stress terus aktif, GAS beralih ke tahap perlawanan. Tanda-tanda
masuk nya tahap perlawanan termasuk keletihan, ketakutan, dan ketegangan.
Pribadi yang mengalami tahap tersebut selanjutnya melawan penyebab stress
Sementara perlawanan terhadap suatu penyebab stress khusus mungkin tingg
selama tahap ini, perlawanan terhadap stress lainnya mungkin rendah; seseorang
hanya memiliki sumber energi terbatas, konsentransi dan kemampuan untuk
menahan penyebab-penyebab stress. Individu-individu sering lebih mudah sakit
selama periode stress ketimbang pada waktu lainnya.
Tahap terakhir GAS adalah keletihan. Perlawanan pada penyebab stress yang
sama dalam jangka panjang dan terus menerus mungkin akhirnya menaikkan

7
peng gunaan energi penyesuaian yang bisa dipakai, dan sistem menyerang
penyebab stress menjadi letih.
Menurut Fortuna (1984) seperti halnya dengan gangguan fisik, respon
terhadap ancaman juga mempunyai risiko terhadap emosi dan kognitif (Abraham
dan Sha ley, 1997), orang mengalami stress akan menunjukkan penurunan
konsentrasi perhatian, dan kemunduran memori. Keadaan ini akan menyebabkan
kesalahan dalam memecahkan masalah dan penurunan kemampuan dalam
merencanakan tindakan. Dampak lain mengakibatkan semakin banyak tuntutan
pada orang yang mengalami stress, kondisi ini menyebabkan ketindakmampuan
menjalin hubungan dengan orang lain, dalam menghadapi stress individu lebih
sensitif dan cepat marah. Mereka juga sulit untuk rileks, merasa tidak berdaya,
depresi, dan cenderung hipo kondria.
Pengaruh pada kognitif dan emosi ini mendorong terjadinya perubahan
perilaku pada orang yang mengalami stress berkepanjangan. Perubahan ini
meliputi penurunan minat dan aktivitas, penurunan energi, tidak masuk atau
terlambat kerja. cenderung mengekpresikan pandangan sinis pada orang lain atau
rekan kerja serta melemahkan tanggungjawab.
Fase keletihan terjadi bila fungsi fisik dan psikologis seseorang telah sangat
lemah sebagai akibat kerusakan selama fase perlawanan. Bila reaksi ini berlanjut
tanpa adanya pemulihan, akan memacu terjadinya penyakit karena ketidakmam
puan dalam mengatasi tuntutan lingkungan yang dirasakan. Fase keletihan ini
merupakan tahap kepayahan dimana seseorang dapat dikatakan telah mempunyai
masalah kesehatan yang serius.
1. Penyebab Stress dan Stressor Psikososial
Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang (anak, remaja, atau
dewasa), sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau
menanggulangi stressor yang timbul. Namun, tidak semua mampu
mengadakan adaptasi dan mampu menanggulanginya, sehingga timbulah
keluhan-keluhan kejiwaan, antara lain depresi. Pada umumnya jenis stressor
psikososial dapat digolongkan sebagai berikut:
a) Perkawinan
Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber stress
yang dialami seseorang, misalnya pertengkaran, perpisahan

8
(separation), perceraian, kematian salah satu pasangan,
ketidaksetiaan, dan lain sebagainya. Stressor perkawinan ini
dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam depresi dan
kecemasan.
b) Problem Orangtua
Permasalahan yang dihadapi orangtua, misalnya tidak punya
anak, kebanyakan anak, kenakalan anak, anak sakit; hubungan
yang tidak baik dengan mertua, ipar, besan, dan lain sebagainya.
Permasalahan tersebut di atas merupakan sumber stress yang
pada gilirannya seseorang dapat jatuh dalam depresi dan
kecemasan.
c) Hubungan Interpersonal (Antar pribadi)
Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat yang
mengalami konflik, konflik dengan kekasih, antara atasan dan
bawahan, dan lain sebagainya Konflik hubungan interpersonal ini
dapat merupakan sumber stress bagi sese orang, dan yang
bersangkutan dapat mengalami depresi dan kecemasan karenanya
d) Pekerjaan
Masalah pekerjaan merupakan sumber stress kedua setelah
mesalah perka winan Banyak orang menderita depresi dan
kecemasan karena masalah peker jaan ini, misalnya pekerjaan
terlalu banyak pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan kenaikan
pangkat, pensiun, kehilangan pekerjaan (PHK), dan lain
sebagainya
e) Lingkungan Hidup
Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi
kesehatan seseorang misalnya soal perumahan, pindah tempat
tinggal, penggusuran, hidup dalam lingkungan yang rawan
(kriminalitas) dan lain sebagainya. Rasa tercekam dan tidak
merasa aman ini amat mengganggu ketenangan dan ketenteraman
hidup, sehingga tidak jarang orang jatuh ke dalam depresi dan
kecemasan.
f) Keuangan

9
Masalah keuangan (kondisi sosial-ekonomi) yang tidak sehat,
misalnya penda patan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat
utang, kebangkrutan usaha, soal warisan, dan lain sebagainya.
Problem keuangan amat berpengaruh pada kesehatan jiwa
seseorang dan seringkali masalah keuangan ini merupakan faktor
yang membuat seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.
g) Hukum
Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum dapat merupakan
sumber stress pula, misalnya tuntutan hukum, pengadilan,
penjara, dan lain sebagainya. Stress di bidang hukum ini dapat
menyebabkan seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.
h) Perkembangan
Yang dimaksud di sini adalah masalah perkembangan baik fisik
maupun mental seseorang, misalnya masa remaja, masa dewasa,
menopause, usia lanjut, dan lain sebagainya. Kondisi setiap
perubahan fase-fase tersebut di atas, untuk sebagian individu
dapat menyebabkan depresi dan kecemasan: terutama pada
mereka yang mengalami menopause atau usia lanjut.
i) Penyakit Fisik atau Cidera
Sumber stress yang dapat menimbulkan depresi dan kecemasan
di sini antara lain: penyakit, kecelakaan, operasi/pembedahan,
aborsi, dan lain sebagainya. Dalam hal penyakit yang banyak
menimbulkan depresi dan kecemasan adalah penyakit kronis,
jantung, kanker, dan sebagainya.
j) Faktor Keluarga
Yang dimaksud di sini adalah faktor stress yang dialami oleh
anak dan remaja yang disebabkan karena kondisi keluarga yang
tidak baik (yaitu sikap orangtua), misalnya:
1. Hubungan kedua orangtua yang dingin, atau penuh
ketegangan, atau acuh tak acuh.
2. Kedua orangtua jarang di rumah dan tidak ada waktu
untuk bersama dengan anak-anak.
3. Komunikasi antara orangtua dan anak yang tidak baik.
4. Kedua orangtua berpisah atau bercerai.

10
5. Salah satu orang tua menderita gangguan
jiwa/kepribadian,
6. Orangtua dalam pendidikan anak kurang sabar, pemarah,
keras, dan otoriter, dan lain sebagainya.
k) Lain-lain
Stressor kehidupan lainnya juga dapat menimbulkan depresi dan
kecemasan adalah antara lain, bencana alam, kebakaran,
perkosaan, kehamilan di luar nikah, dan lain sebagainya.
Kebanyakan pekerjaan dengan waktu yang sangat sempit ditambah lagi
dengan tuntutan harus serba cepat dan tepat membuat orang hidup dalam
keadaan kete gangan (stress). Suatu penelitian di kalangan karyawan
Amerika yang tergolong white collar employees, menyebutkan bahwa 44%
dari mereka termasuk yang dibebani pekerjaan yang terlampau berat (over
lood). Mereka menunjukkan berbagai kelainan yang dapat dikelompokkan
dalam impairment of behavior atau emotional disturbances. Dalam pada itu
para pemimpin perusahaan dikejutkan oleh besamya ongkos yang
dikeluarkan untuk biaya pengobatan/perawatan dan kehilangan jam kerja.
Dalam suatu penelitian nasional yang dilakukan, dikemukakan bahwa
kerugian dari sektor ini saja diperkirakan meliputi jumlah antara 50 hingga
75 miliyar dollar setahunnya. Hal ini berarti lebih dari 750 dollar Amerika
untuk setiap rata-rata karyawan Amerika
Pengangguran membawa pengaruh bagi kesehatan jiwa. Sumber stress
terpenting bukanlah hakikat kehilangan pekerjaan itu sendiri, tetapi lebih
bersifat perubahan-perubahan domestik dan psikologis yang berjalan secara
perlahan perlahan. Hal ini lambat laun membahayakan kesehatan individu
yang bersangkutan.
Perubahan-perubahan serba cepat di bidang perdagangan, sosial, politik,
dan lain-lain, membuat para eksekutif sering terkena tekanan (stress).
Dengan menjadi berlipatgandanya tuntutan, baik dalam kehidupan
perorangan/perkawinan maupun perusahaan, maka dalam upaya melayani
seseorang yang melampaui batas kemam puan fisik dan mentalnya.
Tantangan-tantangan yang pernah dihadapinya meru pakan pendorong dan
motivasi, kini mengancam ketepatgunaannya selaku pimpinan dan pengambil
keputusan semata-mata karena jumlahnya yang banyak. Ole karena itu

11
tidaklah mengherankan kalau 80% dari mereka terkena stress, kecemasan dan
depresi dengan berbagai komplikasi di bidang penyakit fisik lainnya.
2.3 Pengukuran Stress
Alat ukur tingkat stres adalah kuesioner dengan sistem scoring yang akan diisi
oleh responden dalam suatu penelitian. Ada beberapa kuesioner yang sering
dipakai untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa antara lain:
1. Kessler Psychological Distress Scale
Kessler Psychological Distress Scale terdiri dari 10 pertanyaan yang
diajukan kepada responden dengan skor 1 untuk jawaban dimana
responden tidak pernah mengalami stres, 2 untuk jawaban dimana
responden jarang mengalami stres, 3 untuk jawaban dimana responden
Universitas Sumatera Utara kadang-kadang mengalami stres, 4 untuk
jawaban dimana responden sering mengalami stres, dan 5 untuk
jawaban dimana responden selalu mengalami stres dalam 30 hari
terakhir. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal.
Tingkat stres dikategorikan sebagai berikut:
a. Skor di bawah 20 : tidak mengalami stres
b. Skor 20-24 : stres ringan
c. Skor 25-29 : stres sedang
d. Skor 30 dan di atas 30 : stres berat
2. Perceived Stress Scale
(PSS-10) merupakan self report questionnaire yang terdiri dari 10
pertanyaan dan dapat mengevaluasi tingkat stres beberapa bulan yang
lalu dalam kehidupan subjek penelitian. Skor PSS diperoleh dengan
reversing responses (sebagai contoh, 0=4, 1=3, 2=2, 3=1, 4=0)
terhadap empat soal yang bersifat positif (pertanyaan 4, 5, 7 & 8) dan
menjumlahkan skor jawaban masing-masing. Soal dalam Perceived
Stress Scale ini akan menanyakan tentang perasaan dan pikiran
responden dalam satu bulan terakhir ini. Anda akan diminta untuk
mengindikasikan seberapa sering perasaan ataupun pikiran dengan
membulatkan jawaban atas pertanyaan.
1) Tidak pernah diberi skor 0
2) Hampir tidak pernah diberi skor 1
3) Kadang-kadang diberi skor 2

12
4) Cukup sering skor 3
5) Sangat sering diberi skor 4

Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan tingkatan


stres sebagai berikut:

 Stres ringan (total skor 1-14)


 Stres sedang (total skor 15-26)
 Stres berat (total skor>26)
3. Depression Anxiety Stress Scale (DASS)
DASS adalah set dari 3 skala self-report yang dirancang untuk
mengukur keadaan emosional dari depresi, kecemasan, dan stres. Dass
dibua bukan hanya sebagai skala biasa untuk mengukur kondisi
emosional secara konvensional, tetapi juga lebih jauh sebagai proses
untuk mengidentifikasi, mengerti, dan mengukur keadaan emosional
secara klinis yang sedang dialami, yang biasanya disebut sebagai
depresi, kecemasan, dan stres.
Tiap-tiap dari 3 skala DASS memiliki hal, dibagi menjadi 2-5
subskala dengan isi yang sama. Skala depresi melihat adanya disforia,
keputusasaan, devaluasi hidup, celaan diri sendiri, kurangnya minat /
keikutsertaan, anhedonia, dan inersia. Skala kecemasan melihat adanya
gairah otonom, efek otot lurik, kecemasan situasional, dan pengalaman
subjektif dari pengaruh kecemasan. Skala stres sensitive terhadap
tingkatan dari gairah kronik non spesifik. Skala tersebut melihat
adanya kesulitan relaks, gairah saraf, dan mudah menjadi sedih /
agitasi, iritabel / over-reaktif, dan tidak sabaran. Subjek diminta untuk
mengisi 4 poin dari skala keparahan / frekuensi untuk menilai apakah
mereka pernah mengalami tiap keadaan tersebut selama minggu-
minggu terakhir. Skor untuk depresi, kecemasan, dan stres dihitung
dengan menjumlahkan skor-skor dari hal-hal relevan tersebut.
Adapula tambahan dari DASS dasar, versi pendeknya, yang disebut
sebagai DASS21 dan terdiri dari 7 hal per skala. Karakteristik dari nilai
tinggi pada tiap skala DASS:
a. Skala depresi

13
 Meremehkan diri sendiri
 Hilangnya gairah hidup, suram, murung
 Percaya bahwa hidup tidak memiliki arti atau nilai
 Pesimis mengenai masa depan
 Tidak bisa merasakan kesenangan atau kepuasan
 Tidak bisa menjadi tertarik atau terlibat
 Lambat, tidak berinisiatif
b. Skala kecemasan
 Gelisah, panik
 Malu, gemetaran
 Berhati-hati terhadap kekeringan pada mulut,
memiliki kesulitan bernapas, berdebar-debar,
telapak tangan yang berkeringat Khawatir
terhadap penampilan dan kemungkinan lepas
kendali
c. Skala stres
 Terlalu bergairah, tegang
 Sulit untuk relaks
 Mudah tersinggung dan sedih
 Mudah terusik
 Gugup
 Intoleran terhadap gangguan atau penundaan

2.4 Jenis-Jenis Manajemen Stress

Jenis-jenis manajemen stress sebagai berikut :

1) Relaksasi progresif
Relaksasi progresif adalah teknik yang digunakan untuk melatih
relaksasi otot dari sistem syaraf. Teknik ini dikembangkan oleh Edmund
Jacobson dan aslinya dirancang untuk pasien rumah sakit yang terlihat
tegang. Jacobson, sebagai dokter,mengobservasi bahwa pasien yang tegang,
yang dapat terlihat dari pergerakan ototkecilnya ( misal, mengerutkan dahi)
tidak sembuh dengan sempurna/baik.Teknik Relaksasi Otot merupakan satu

14
seri latihan yang mengharapkan kita untukmenegangkan bagian otot terlebih
dahulu, kemudian melepaskan otot tersebut,bergerak (progresif) dari satu
kelompok otot kepada kelompok otot lainnya.
Tujuan dari kontraksi atau justru di tegangkan di awal adalah untuk
mengajarkan oranguntuk menyadari bagaimana sebenarnya rasanya ketika
otot tegang. Sekilas,kegiatan menegangkan otot terlebih dahulu seperti tidak
perlu dilakukan tetapiindividu perlu tahu tegang otot itu seperti apa sebelum
bisa melepaskan ketegangan yang ada.Relaksasi otot kadang disebut
neuromuscular relaxation atau Jacobsonianrelaxation, berkaitan dari
tekniknya yang menggunakan kontrol dari syaraf kepadaotot dan nama
penciptanya,Relaksasi otot mulai dari otot paling jauh, distal muscle group
(kaki dan betis) danbergerak kepada otot paling dekat, proximal muscle
group (kepala dan badan).Relaksasi otot bermaksud untuk merelaksasi
pikiran dengan pertama-tamamembuat tubuh relaks. Namun, relaksasi otot
ini tidak menciptakan kondisi hipnosis.Kegiatan ini harus dilakukan secara
teratur untuk akhirnya dapat dilakukan secaralebih mahir.Keuntungan
Relaksasi Otot Progresif.
2) Relaksasi Nafas Dalam
Relaksasi nafas dalam adalah pernafasan abdomen dengan frekuensi
lambat atau perlahan, berirama, dan nyaman yang dilakukan dengan
memejamkan mata.
Manfaat Terapi Relaksai Napas Dalam, Pasien mendapatkan perasaan
yang tenang dan nyaman, Pasien tidak mengalami stress, Mengurangi
kecemasan yang memperburuk persepsi nyeri, teknik relaksasi nafas dalam
dijabarkan seperti berikut :

1) Klien menarik nafas dalam dan mengisi paru dengan udara,


dalam 3 hitungan (hirup, dua,tiga).

2) Udara dihembuskan perlahan-lahan sambil membiarkan tubuh


menjadi rileks dan nyaman. Lakukan penghitungan bersama klien
(hembuskan, dua, tiga).

3) Klien bernafas beberapa kali dengan irama normal.

15
4) Ulangi kegiatan menarik nafas dalam dan menghembuskannya.
Biarkan hanya kaki dan telaopak kaki yang rilaks. Perawat
meminta klien mengonsentrasikan pikiran pada kakinya yang
terasa ringan dan hangat.

5) Klien mengulangi langkah keempat dan mengonsentrasikan


pikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot yang
lain.

6) Setelah seluruh tubuh klien rileks, ajarkan untuk bernafas secara


perlahan-lahan. Bila nyeri bertambah hebat, klien dapat bernafas
secara dangkal dan cepat.

3) Yoga
Yoga merupakan pendekatan terhadap kesehatan yang bertujuan untuk
membantu semua komponen tubuh agar bekerja sama dalam harmoni.
Yoga menjadi efektif untuk mengurangi stress dengan melakukan
berbagai gerakan fisik yang bertujuan sebagai pelonggaran otot,
pernafasan, meditasi dan pelemasan, dan menyeimbangkan setiap bagian
tubuh dengan sepenuhnya. Gerakan fisik dilakukan dalam postur tubuh yang
selaras dengan pernafasan agar otot-otot yang tengah aktif memperoleh
cukup oksigen. Gerakan fisik dalam yoga tidak hanya mempengaruhi sendi
dan otot, tetapi juga organ-organ, kelenjar dan struktur tubuh lain.
Manfaat lainnya, gerakan fisik yoga mengajarkan kepada kita untuk
bekerja sesuai dengan kemampuan, karena cara-cara yang tidak memaksa.
Dalam yoga diketahui ada tiga langkah terpadu untuk mempertahankan
kesehatan optimum:
1. Melatih sikap mental yang benar melalui latihan dan teknik
pernafasan dan pelemasan (pranayama).
2. Mempersiapkan kembali sistem saraf dan otot serta kelenjar.
Pengaruhnya kepada seluruh tubuh untuk mengatasi stress dan
rasa sakit. Hal ini dapat dicapai dengan memadukan latihan
fisik (asanas) dan pernafasan (pranayama).

16
3. Mendorong digunakannya konsumsi makanan yang sehat dan
penguraian alami pada sampah-sampah yang terdapat dalam
tubuh.
4) Guide Imagery
Teknik ini digunakan dengan membayangkan hal-hal menyenangkan
yang akan membuat perasaan kembali gembira dan tertata. Teknik ini dimulai
dengan relaksasi selanjutnya pasien menutup mata dan fokus pada bayangan
dalam pikirannya.
Teknik ini bertujuan untuk merespon perubahan psikofisologis yang kuat
seperti peningkatan imunitas dan dapat mengaktifkan saraf parasimpatis.
Tingkat stres pada responden menurun walaupun penurunan tidak terjadi
dalam jumlah besar namun hal ini cukup efektif dan efisien untuk menekan
tingkat stres. Namun, sulit untuk membayangkan beberapa hal bersamaan.
Maka dari itu disarankan focus kepada satu hal menyenangkan dengan
imajinasi paling kuat untuk mengoptimalkan hasilnya. Guided Imagery bukan
hanya dapat mengurangi stres, namun juga dapat menghancurkan sel kanker,
mengurangi rasa nyeri, dan untuk menenangkan pikiran.

2.5 Tujuan dan Manfaat Manjemen Stress

Secara umum, tujuan manajemen stress adalah untuk memperbaiki kualitas


hidup individu agar menjadi lebih baik.

Tujuan manajemen stress dalam organisasi adalah untuk:

1. Mengantisipasi kemungkinan munculnya penyebab stress.


2. Mencegah terjadinya stress pada individu dan organisasi secara
keseluruhan.
3. Mengelola stress agar tidak menimbulkan akibat yang lebih buruk.
4. Memulihkan individu dan atau organisasi dari stress.

Biasanya stress dapat mempengaruhi emosi dan cara berpikir seseorang.


Apabila tekanan yang dialami seseorang terlalu besar, hal ini bisa mengancam
kemampuan seseorang dalam menghadapi situasi dan kondisi lingkungannya.

17
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap orang dimana hal tersebut dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan
sekitar mereka. Stres juga terjadi dalam kerja dimana stres tersebut dapat
bersumber dari empat hal yaitu tingkat individu, tingkat kelompok, tingkat
organisasi dan ekstraorganisasional. Keempat hal tersebut dapat menghasilkan
stres yang berbeda pada setiap individu tergantung bagaimana individu itu
merespon stressor tersebut. Setelah adanya respon barulah dapat ditentukan
bagaimana stres yang dialami seseorang tersebut.
Stres yang terjadi dapat berupa stres positif maupun negatif dimana stres itu
akan memberikan dampak tersendiri bagi orang yang mengalami stres. Stres-stres
yang dialami pekerja tersebut masih dapat diatasi atau dikurangi dengan banyak
metode sehingga diperlukannya suatu manajemen stres dalam pekerjaan suatu
organisasi. Serta adanya usaha dari pekerja tersebut untuk dapat mengurangi stres
yang mereka alami.
Pada dasarnya stres terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran seseorang
serta adanya tekanan yang membuat kurangnya konsentrasi. Namun semua itu
masih dapat dicegah bahkan dimanajemen untuk dapat mengurangi pengaruhnya
dalam bekerja.
3.2 Saran
Stres dalam bekerja sebaiknya dikurangi dengan berbagi teknik pengurangan
stres yang dapat digunakan serta menajemen stres tersebut dengan baik. Karena
hal tersebut mampu mencegah stres dalam bekerja serta meningkatkan efektifitas
dalam bekerja. Selain baik bagi karyawan/pekerja juga baik bagi organisasi.

18
DAFTAR ISI

Drs. Sunaryo, M. (2013). Psikologi Untuk Kesehatan. Jakarta: EGC.


iyus Yosep, S. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Suliswati, S. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai