OLEH
KELOMPOK 1
Jurusan Keperawatan
2020
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Pernafasan (Tonsilitis)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Diperlukan pengkajian
yang cermat untuk mengenali masalah klien, agar dapat memberikan arah pada tindakan
keperawatan.
Pengkajian data merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi data-data dari klien yang
meliputi biopsikososial spiritual yang komprehensif. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber.
Data utama adalah pasien. Data-data tambahan yang dibutuhkan dapat diperoleh dari sumber lain,
misal : keluarga, tenaga kesehatan lain, catatan-catatan oleh tenaga kesehatan yang tercatat dalam
dokumentasi medis pasien dan hasil pemeriksaan penunjang.
c. Pengkajian fisik
1. Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi
pasien, kesadaran yang dapat meliputi penilaian secara kualitas.
2. Tanda-tanda vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu tubuh.
Biasanya klien tonsilitis mengalami kesulitan bernapas karena ada pembesaran pada tonsil
dan mengalami penitngakatan suhu tubuh.
3. Pemeriksaan mulut dan tenggorok
-Berbicara kurang jelas
-Suara serak dan parau
-Warna lidah merah
-Palatum simetreis
-Uvula simetris
-Napas bau
-Pembengkakan tonsil
4.Pemeriksaan dada
Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung, secara umum bentuk dada, keadaan paru
yang meliputi simetris atau tidaknya, pergerakan nafas, ada tidaknya femitus suara, krepitasi
serta dapat dilihat batas ada saat perkusi didaatkan. Pada pemeriksaan jantung dapat diperiksa
tentag denyut apeks dan bunyi jantung.
5. Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan abdomen meliputi bentuk perut, dinding perut, bsing usus, adanya ketegangan
dinding perut atau adanya nyeri tekan serta dilakukan palpasi pada orgna hati, limfa, gijal,
kandung kemih, yang ditentukan ada tidaknya nyeri pada pembesaran pada organ tersebut.
6. Pemeriksaan anggota gerak
Rentang gerak, keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan, otot kaki, dan lainnya.
d.Pola fungsi kesehatan
a) Nutrisi : susah untuk menelan, nafsu makan berkurang, mengeluh sakit ketika menelan,
anoreksi, menolak untuk makan dan minum.
b) Aktivitas/ istirahat : kelelahan dan kelemahanletargi, dan iritabel.
c) Tidur dan istirahat : pasien mengalami gangguan pola tidaur karena nyeri.
d) Sensor dan kognitif : berkurangnya kemampuan mendengar
e) Persepsi diri dan konsep diri : penurunan harga diri, perubahan konsep diri.
f) Aman dan nyaman : pasien cemas saat akan dilakukan tindakan tonsilektomi
2.Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologi.
2. Hipertermi b.d proses inflamasi pada tonsil.
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
4. Ansietas b.d akan dilakukan tindakan tonsilektomi
5. Risiko perubahan kebuthan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat.
6. Pola nafas tidak efektif b.d nyeri atau rasa sakitt pada jaringan tonsil.
7. Risiko tidak efektif bersihan jalan napas b.d penumpukan sekret (post tonsilektomi).
8. Risiko infeksi b.d prosedur invasif (post tonsilektomi).
3.Intervensi
a. Nyeri akut b.d agen cedera biologi.
Kriteria hasil: mengenali kadar dan kakrakteristik nyeri, mengenali faktor-faktor penyebab
nyeri, mengenali gejala nyeri, mencoba metode nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri,
pasien mengungkapkan perasaan nyaman berkurangnya nyeri.
Intervensi dan rasional
1. Kaji jenis dan tingkat nyeri pasien. Menentukan intervensi selanjutnya.
2. Berikan tindakan nyaman dan aktivitas hiburan.meningkatkan relaksasi dan membantu
pasien memfokuskan pasa sesuatu di samping ketidaknyamanan.
3. Berikan obat yang dianjurkan utnuk mengurangi nyeri. Membantu mengurangi derajat
nyeri yang dirasakan pasien.
4. Bantu pasien untuk mendapatkan posisis yang nyaman. Untuk menurunkan ketegangan dan
membuat pasien merasa lebih nyaman.
5. Anjurkan pasien untuk menggunakan aktivitas pengalihan relaksional. Untuk mengalihkan
pikiran pasen terhadap nyeri yang dialaminya.
6. Selidiki perubahan karakeristik nyeri,periksa mulut,tenggorokan. Dapat menunjukkan
terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi lanjutan.
b.Hipertermi b.d proses inflamasi pada tonsil.
Kriteria hasil : suhu tubuh normal, pasien tidak merasa panas.
Intervensi dan rasional
a. Pantau suhu pasien (derajad dan pola) perhatikan menggigil/diaphoresis. Suhu 38,9-41,1
menunjukkan proses penyakit infeksius.
b. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahan linen tempat tidur sesuai indikasi. Suhu ruangan
harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
c. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alcohol. Dapat membantu mengurangi
demam
d. Kolaborasi pemberian antipiretik. Gunakan untuk mengurangi demam dengan aksi
sentralnya pada hipotalamus meskipun demam mungkin dapat berguna dalam mengatasi
pertumbuhan organism dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.
4. Implementasi
Merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat terhadap pasien. Beberapa
petunjuk pada implementasi adalah sebagai berikut :
a.Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi.
b.Dokumenyasi intervensi dan respon klien.
5. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan dan menentukan sejauh mana tujuan dapat
dicapai.
Evaluasi dilakukan dengan memakai criteria evaluasi, dengan melibatkan klien, keluarga dan
anggota tim kesehatan lain.Evaluasi dikatakan berhasil apabila masalah sudah dapat diatasi
dengan kata lain tujuan sudah tercapai sesuai dengan rencana tujuan yang telah ditetapkan.