Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DYSPEPSIA
DI RUANG KH. ABDURRAHMAN WAHID
RSI NU DEMAK

Disusun Oleh :

Nama : Anis Fitriyana Dewi

NIM : 112019030159

Prodi : S1 Keperawatan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


Jl. GANESHA 01 PURWOSARI KUDUS
TAHUN AJARAN 2021 / 2022
DYSPEPSIA

A. Pengertian
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada
(heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia
(Mansjoer, 2010).
Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu:
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya
2. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya.

B. Etiologi
1. Perubahan pola makan
2. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu
yang lama
3. Alkohol dan nikotin rokok
4. Stres
5. Tumor atau kanker saluran pencernaan

C. Manifestasi Klinis
1. Nyeri perut (abdominal discomfort)
2. Rasa perih di ulu hati
3. Mual, kadang-kadang sampai muntah
4. Nafsu makan berkurang
5. Rasa lekas kenyang
6. Perut kembung
7. Rasa panas di dada dan perut
8. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
D. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,
zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan
antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam
pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls
muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.

E. Pathway
F. P
emeriksaan Penunjang
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama,
seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan
kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan
penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium,
radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan
untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis
kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya
hasil laboratorium dalam batas normal.
2. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit
di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan
radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya
menggunakan kontras ganda.
3. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran
endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
4. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin
faatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit,
apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap
saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan
5. Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak.
Pada dispepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 %
kasus.

G. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan non farmakologis
a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
b. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-
obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
c. Atur pola makan.
2. Penatalaksanaan farmakologis
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan
terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti
karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa
sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo. Obat-obatan yang
diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan
antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik
(mencegah terjadinya muntah).
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata klien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, status perkawinan, alamat, tanggal masuk RS,
No.RM, diagnose medis) dan biodata penanggungjawab (nama, umur,
jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan
dengan pasien).
b. Riwayat Kesehatan:
1) Keluhan utama (keluhan yang paling dirasakan oleh pasien dan
membahayakan diri pasien)
2) Riwayat penyakit sekarang (mulai pasien merasakan sakit
dirumah sampai dibawa ke RS, kemudian di UGD dilakukan
tindakan apa dan terapi yang diberikan sampai pasien dipindah ke
bangsal)
3) Riwayat penyakit dahulu (apakah pasien mempunyai riwayat
penyakit yang sama, kalau punya sejak kapan penyakit itu
diderita)
4) Riwayat penyakit keluarga (apakah ada anggota keluarga yang
mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan pasien)
5) Riwayat alergi (apakah klien/pasien mempunyai riwayat alergi
obat : seperti antibiotik, dll, alergi makanan, udara/angin, dll)
6) Genogram (gambarkan silsilah keluarga dengan 3 generasi (jika
ada riwayat penyakit keturunan seperti: hipertensi, asma, dll)
c. Pola Pengkajian
Meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Pola Nutrisi
Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan
pantangan dan nafsu makan, serta diet yang diberikan. Pada klien
dengan dyspepsia biasanya mengalami penurunan nafsu makan
karena nyeri.
2. Pola Eliminasi
Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien, pada BAK yang
dikaji mengenai frekuensi berkemih, jumlah, warna, bau serta
keluhan saat berkemih, sedangkan pada pola BAB yang dikaji
mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan bau serta keluhan-
keluhan yang dirasakan.
3. Pola Istirahat dan Tidur
Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur,
kebiasaan mengantar tidur serta kesulitan dalam hal tidur. Pada
klien post operasi biasanya mengalami gangguan pola istirahat
tidur karena adanya nyeri.
4. Pola Aktivitas
Dikaji perubahan pola aktivitas klien. Pada klien dengan
dyspepsia klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan
fisik gangguan karena adanya nyeri perut.
5. Pola Personal Hygiene
Dikaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan personal
hygiene (mandi, oral hygiene, gunting kuku, keramas). Pada klien
dengan dyspepsia biasanya ia jarang mandi karena adanya nyeri.
d. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
a) Rambut
Pada klien post operasi biasanya pemeriksaan pada rambut
akan terlihat sedikit berminyak karena klien belum mampu
mencuci rambut karena keterbatasan gerak klien.
b) Mata
Pada klien post operasi pada pemeriksaan mata, penglihatan
klien baik, mata simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterik.
3) Telinga
Pada klien post operasi tidak ada gangguan pendengaran,
tidak adanya serumen, telinga klien simetris, dan klien tidak
merasa nyeri ketika di palpasi.
4) Hidung
Klien post operasi biasanya pemeriksaan hidung simetris,
bersih, tidak ada sekret, tidak ada pembengkakan.
5) Mulut
Klien post operasi kebersihan mulut baik, mukosa bibir
kering.
2. Leher
Klien post operasi tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid.
3. Thorak
Paru-paru Inspeksi : Klien dyspepsia dadanya simetris kiri kanan.
Palpasi : Pada klien dyspepsia saat dilakuan palpasi tidak teraba
massa.
Perkusi : Pada klien dyspepsia saat diperkusi di atas lapang paru
bunyinya normal.
Auskultasi : klien dyspepsia suara nafasnya normal.
4. Jantung
Inspeksi : Klien dyspepsia ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Klien dyspepsia ictus cordis tidak teraba.
Perkusi : Suara jantung dengan kasus dyspepsia berbunyi normal.
Auskultasi : Reguler, apakah ada bunyi tambahan atau tidak.
5. Abdomen
Inspeksi : Klien dyspepsia abdomen tidak membesar atau
menonjol.
Auskultasi : Peristaltik normal.
Palpasi : Klien dyspepsia ada nyeri tekan.
Perkusi : Klien dyspepsia suara abdomennya normal (Timpani).
6. Ekstermitas
Klien dyspepsia biasanya ekstremitasnya lemah
7. Genitalia
Pada klien dyspepsia biasanya terpasang DC.
e. Data Psikologis
Konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu :
1. Citra tubuh
Sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai.
2. Ideal diri
Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran,
lingkungan dan terhadap penyakitnya.
3. Harga diri
Penilaian/ penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang
lain.
4. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien
terhadap status dan posisinya.
5. Peran
Seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarga dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas.
6. Data Sosial dan Budaya
Dikaji mengenai hubungan atau komunikasi klien dengan
keluarga, tetangga, masyarakat dan tim kesehatan termasuk gaya
hidup, faktor sosial kultural dan support sistem.
7. Stresor
Setiap faktor yang menentukan stress atau menganggu
keseimbangan. Seseorang yang mempunyai stresor akan
mempersulit dalam proses suatu penyembuhan penyakit.
8. Koping
Mekanisme Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi
atau menghilangkan stres yang dihadapi.
9. Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan
Perlu dikaji agar tim kesehatan dapat memberikan bantuan
dengan efisien.
10. Data Spiritual Pada data spiritual ini menyangkut masalah
keyakinan terhadap tuhan Yang Maha Esa, sumber kekuatan,
sumber kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan dan
I. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA pada tahun 2015 – 2017 diagnosa keperawatan yang
sering muncul pada pasien batu ginjal, adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (iritasi pada
mukosa lambung)
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak
setelah makan, anoreksia.
3. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
adanya mual, muntah
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
5. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit

J. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
agen injuri keperawatan selama .... 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
biologis diharapkan nyeri berkurang durasi, frekuensi, kualitas,
dengan KH : intensitas nyeri.
1. Klien mampu 2. Identifikasi skala nyeri.
melaporkan nyeri kepada 3. Identifikasi respon nyeri non
penyedia perawatan. verbal.
2. Klien akan mampu 4. Identifikasi faktor yang
menunjukan teknik memperberat dan meringankan
relaksasi individual yang nyeri.
efektif untuk mencapai
kenyamanan. Terapeutik
3. Klien mampu 1. Berikan teknik nonfarmakologi
menggunakan tindakan untuk mengurangi nyeri (mis.
mengurangi nyeri TENS, hipnosis, akupressur,
dengan analgesik dan terapi musik, biofeedback, terapi
non analgesik secara pijat, aromaterapi, teknik
tepat. imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain).
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan). Fasilitasi istirahat
dan tidur.
3. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.

Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurasi

Kolaborasi pemberian analgetik


2 Nutrisi kurang NOC: Nutrition management
dari kebutuhan 1. Nutritional status 1. Kaji adanya alergi makanan
b.d rasa tidak 2. Nutriotional status: food 2. Monitor turgor kulit,
enak setelah and fluid intake kekeringan, rambut kusam dan
makan, 3. Nutritional status: nutrient mudah patah
anoreksia. intake 3. Monitor mual dan muntah
4. Weight control 4. Anjurkn paien untuk
Kriteria hasil: meningkatkan intake Fe
1. Adanya peningkatan berat 5. Anjurkan pasie untuk
badan sesuai dengan meningkatkanprotein dan
tujuan vitamin C
2. Tidak ada tandatanda mal 6. Anjurkan pasien untuk makan
nutrisi dengan porsi sedkit tapi sering
3. Meningktakan fungsi 7. Kolaborasi dengan ahli gizi
pngecapan dari menelan untuk mentukan jumlah kalori
2. 4. Tidak terjadi penurunan dan nutrisi yang di butuhkan
berat badan yang berarti pasien
8. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
3 Perubahan NOC: Fluid management
keseimbangan 1. Fluid balance 1. Pertahankan catatan intake dan
cairan dan 2. Hydration output yang akurat
elektrolit b.d 3. Nutritional status: food 2. Monitor status
adanya mual, and fluid intake hidrasi(kelembapan membrane
muntah Kriteria hasil mukosa, nadi adekuat,
1. Mempertahankan urine 3. tekanan darah ortostatik)
2. output sesuai dengan usia 4. Monitor vital sign
dan BB 5. Monitor masukan makanan/
3. Tekanan darah, nadi, suhu cairan dan hitung intake kalori
tubuh dalam batas normal harian
4. Tidak ada tanda- tanda 6. Kolaborasikan pemberian cairan
dehidrasi, elastisitas turgor IV
kulit baik, membaran 7. Monitor status nutrisi
mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan
4 Kecemasan b.d NOC: 1. Temani pasien untuk memberikan
perubahan 1. Anxiety control keamanan dan mengurangi takut
status 2. Anxiety level 2. Identifikasi tingkat kecemasan
kesehatannya 3. Coping 3. Bantu pasien untuk mengenali
Kriteria hasil: situasi yang menimbulkan
1. Klien mampu kecemasan
mengidentifikasi dan 4. Dorong pasien untuk
mengungkapka n gejala mengungkapkan perasaan,
cemas ketakutan, persepsi
2. Mengidentifikasi, 5. Instrukikan pasien untuk
mengungkapkan dan menggunkan tekhnik relaksasi
menunjukan teknik untuk 6. Berikan obat untuk mengurangi
mengontrol cemas kecemasan
3. Vital sign dalam batas
normal
4. Postur tubuh, ekspresi
ajah, bahaa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukan berkurangnya
kecemasan
5 Kurang NOC: Teaching: disease process
pengetahuan 1. Knowledge: disease 1. Berikan penilaian tentang tingkat
tentang process pengetahuan pasien tentang
penatalaksanaan 2. Knowledge: health process penyakit yang spesifik
diet dan proses behavior 2. Jelaskan patofisiologi dari
penyakit Kriteria hasil: penyakit dan bagaimana hal ini
1. Pasien dan keluarga berhubungan dengan anatomi dan
mengatakan pemahaman fisiologi dengan cara yang tepat
tentang penyakit, kondisi, 3. Sediakan informasi pada pasien
prognosis dan program tentang kondisi, dengan cara yang
pengobatan tepat
2. Pasien dan keluarga 4. Instruksikan pasien mengenai
mampu melaksanakan tada dan gejala unutk melaporkan
prosedur yang dijelaskan pada pemberi perawatan
secara benar kesehatan dengan cara yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Ario Pratomo, Wahyu dan Hidayat, Paidi. 2012. Pedoman Praktis Penggunaan
Eviews dalam Ekonometrika. Cetakan pertama. Medan. USU Press.
Evelyn, CP. 2009. Anatomi dan Fisiologu Untuk Paramedis. Jakarta. Gramedia
Ganong, William, F. 2013. Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Handriadi, Winaga. 2016. Disfungsi ereksi / impoten.
http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2006/09/erectile-
dysfunctiondisfungsi-ereksi-impoten.
Harumi. 2013. Fisiologi Kedoktran penerbit buku kedokteran EGC, jakarta.
Lemone Prisila dkk. 2016. Buku Ajaran Keperawatan. Medikal bedah. Jakarta:
EGC.
Moore KL., Agur AMR. 2012. Anatomi Klinis Dasar. Hipokrates. Jakarta.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Nursalam. 2009. Proses dan dokumentasi keperawatan. Jakarta: salemba medika.
Sja’bani. 2006. ilmu penyak it dalam. jilid I Edisi 4. Jakarta: pusat penerbitan
Watson.R. 2012. Anatomi Fisiologi. Ed 10. Buku Kedokteran ECG. Jakarta.
Wibowo, Daniel S. 2021. Anatomi Tubuh Manusia, Jakarta : Grasindo.
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN
RSI NU DEMAK

Judul :
Yang disusun oleh
Nama : Anis Fitriyana Dewi
Nim : 112019030159
Prodi : S1 Keperawatan
Institusi : Universitas Muhammadiyah Kudus
Tanggal pengesahan

Demak,

Mahasiswa

(Anis Fitriyana Dewi)

Mengetahui

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai