Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DYSPEPSIA

I. Konsep Dasar Medis


A. Pengertian
Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan
keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan
regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dyspepsia. Pada seorang
penderita, keluhan tersebut dapat berganti atau bervariasi, baik dari segi jenis
keluhan maupun kualitas keluhan.Dyspepsia didefenisikan sebagai kesulitan
dalam mencerna yang ditandai oleh rasa nyeri atau terbakar di epigastrium yang
persisten atau berulang atau rasa tidak nyaman dari gejala yang berhubungan
dengan makan (rasa penuh setelah makan atau cepat kenyang, tidak mampu
menghabiskan makanan dalam porsi normal).
Dyspepsia merupakan istilah yang digunakan untuk suatu sindrom atau
kumpulan gejala/keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati,
kembung, mual, muntah,sendawa, rasa cepat kenyang perut rasa
penuh/begah( putri dkk,2017). Jadi dyspepsia bukanlah suatu penyakit yang harus
dicari penyebabnya (sofro dan anurogo,2017). Batasan dispepsia terbagi atas dua
yaitu:
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya.
b. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya.
Dyspepsia merupakan penyakit yang bersifat kronik, gejala yang berubah-ubah,
mempunyai riwayat gangguan psikiatrik, nyeri yang tidak responsive dengan
obat-obatan, dapat ditunjukkan letaknya oleh pasien, serta secara klinis pasien
tampak sehat, berbeda dengan dyspepsia organic.
B. Etiologi
Adapun etiologi dari pada dyspepsia yakni
a. Perubahan pola makan
b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang
lama
c. Alkohol dan nikotin rokok
d. Stres
e. Tumor atau kanker saluran pencernaan
C. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan
makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung
dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding
lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang
akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di
medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan.
D. Tanda dan Gejala
a. Nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Perut kembung
g. Rasa panas di dada dan perut
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
E. Penatalaksanaan Medik
1. Penatalaksanaan non farmakologis
a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
b. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-
obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stress
c. Atur pola makan
2. Penatalaksanaan farmakologis
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan
terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena
pross patofisiologinya pun masih belum jelas.Dilaporkan bahwa sampai 70 %
kasus DF reponsif terhadap placebo. Obat-obatan yang diberikan meliputi
antacid (menetralkan asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat
pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah).
F. Test Diagnostik
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya
pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala
dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk
memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain
pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi,
USG, dan lain-lain.
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan
untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik,
diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil
laboratorium dalam batas normal.
2. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di
saluran makan.Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis
terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras
ganda.
3. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran
endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
4. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin faatkan
untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini
tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada
kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan.
5. Waktu Pengosongan Lambung.
II. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang
dilakukan yaitu : Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa
data. Data fokus yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut,
rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa
lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar
cairan dari lambung secar tiba-tiba).pengkajian pada klien dengan dispepsia
adalah sebagai berikut:
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, dan
diagnose medic.
2. Keluhan Utama
Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian samping dada
depan epigastrium, mual, muntah dan tidak nafsu makan, kembung, rasa
kenyang.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress psikologis, riwayat
minum-minuman beralkohol.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakit
saluran pencernaan.
5. Pola aktivitas
Pola makan yaitu kebiasaan maakn yang tidak teratur, makan makanan
yang merangsang selaput mukosa lambung, berat badan sebelum dan sesudah
sakit.
6. Aspek Psikososial
Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman, adanya
masalah interpersonal yang bisa menyebabkan stress.
7. Aspek Ekonomi
Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat
tinggal, hal-hal dalam pekerjaan yang mempengaruhi stress psikologis dan
pola makan.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Kulit
Kulit tampak simetris, kebersihan kulit baik, kulit teraba agak lembab,
tidak terdapat lesi atau luka pada kulit, turor kulit kembali ± 2 detik, kulit
teraba hagat dengan suhu 38°C, warna kulit kuning langsat.
b. Kepala dan Leher
Tekstur kepala dan leher tampak simetris, kebersihan kulit kepala baik
tidak terapat ketombe, persebaran rambut merata, warna rambut hitam,
tidak ada benjolan pada kepala, pada leher tidak ada pembeasran kelenjar
tiroid dan kelenjar limfe, leher dapat digerakkan ke kanan dan ke kiri.
c. Penglihatan dan Mata
Struktur mata tampak simetris, kebersiahn mata baik (tidak ada secret
yang menempel paa mata), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
tidak ada kelainan pada mata seperti strabismus (juling), mata dapat
digerakan kesegala arah, tidak ada kelainan dalam penglihatan, kilen
tidak menggunakan alat bantu penglihatan seperti kacamata.
d. Penciuman dan Hidung
Struktur hidung tampak simetris, kebersihan hidnubg baik, tidak ada
secret didalam hidung, tidak ada peradangan, perdarahan, dan nyeri,
fungsi penciuman baik (dapat membedakan bau minyk kayu putih denga
alkohol) .
e. Pendengaran dan Telinga
Struktur telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan telinga baik, tidak
ada serumyang keluar, tidak ada peradangan, perdarahan, dan nyeri, klien
mengtakan telinganya tidak berdengun, fungsi pendengaran baik(kilen
dapat menjawab pertanyaan dengan bai tanpa harus mengulang
pertanyaan), klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
f. Mulut dan Gigi
Struktur mulut dan gigi tampak simetris, mukosa bibir tampak kering,
kebersihan mulut dan gigi cukup baik, tidak terapat peradangan dan
perdarahan pada gusi, lidah tapak bersih dan klien tidak meggunakan gigi
palsu.

g. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi


Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 20x/menit, tidak ada nyeri tekan
pada dada, klien bernafas melalui hidung, tidak ada terdengar bunyi nafas
tambahan seperti wheezing atau ronchi, CRT kembali ± 3 detik.
h. Abdomen
Struktur abdomen simetris, abdomen tampak datar(tidak ada benjolan),
saat diperkusi terdenagr bunyi hipertimpani.Klien mengatakan perutnya
terasa kembung, saat dipalpasi terdapat nyeri tekan, klien mengatakan
nyeri didaerah abdomen pada bagin atas. Klien mengatakn skala nyerinya
3 dan seperi disuk-tusuk, serta nyerinya bisa berjam-jam.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah
makan, anoreksia.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya mual, muntah
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


1. Nyeri akut berhubungan NOC: 1. Lakukan
dengan iritasi pada mukosa  Pain level penentuan
lambung.  Pain control intervensi nyeri
 Comfort level secara
Kriteria hasil: komprehensif
 Mampu termasuk lokasi,
mengotrol karakteristik,
nyeri( tahu durasi, frekuensi,
penyebab nyeri, kualitas dan faktor
mampu presipitasi.
menggunakan 2. Observasi reaksi
teknik nonverbal dari
nonfarmakologi ketidaknyamanan
unutk 3. Kontrol
mengurangi lingkungan yang
nyeri, mencari dapat
bantuan. mempengaruhi
 Melaporkan nyeri
bahwa nyeri 4. Ajarkan pasien
berkurang dengan tekhink non
menggunakan farmakologi.
manajemen nyeri. 5. Kolaborasi
 Mampu pemberian berikan
mengenali analgetik untuk
nyeri( skala, mengurangi nyeri
intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
 Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang

2. Resiko Nutrisi kurang dari NOC : 1. Kaji adanya alergi


kebutuhan berhubungan  Nutritional status makanan
dengan rasa tidak enak  Nutriotional 2. Monitor turgor
setelah makan, anoreksia. status:food and kulit, kekeringan,
Fluid intake rambut kusam
 Nutritional status: dan mudah patah
nutrient intake 3. Monitor mual dan
 Weight control. muntah
Kriteria Hasil : 4. Anjurkn paien
 Adanya untuk
peningkatan meningkatkan
berat badan intake Fe.
sesuai dengan 5. Anjurkan pasie
tujuan untuk
 Tidak ada meningkatkanprot
tandatanda mal ein dan vitamin C
nutrisi 6. Anjurkan pasien
untuk makan
 Meningktakan
dengan porsi
fungsi
sedkit tapi sering
pngecapan dari
7. Kolaborasi
menelan
dengan ahli gizi
 Tidak terjadi
untuk mentukan
penurunan berat
jumlah kalori dan
badan yang
nutrisi yang di
berarti
butuhkan pasien

3. Kekurangan volume cairan NOC 1. Monitor status


berhubungan dengan  Fluid balance hidrasi (kelembaban
adanya mual, muntah  Hydration membran mukosa,
 Nutritional Status: nadi adekuat,
Food and Fluid tekanan darah
Intake ortostatik ), jika
Kriteria Hasil : diperlukan
 Mempertahankan 2. Monitor vital sign
urine output sesuai 3. Monitor masukan
dengan usia dan cairan
BB, BJ urine 4. Kolaborasikan
normal, HT normal pemberian cairan IV
 Tekanan darah,
nadi, suhu tubuh
dalam batas normal
 Tidak ada tanda-
tanda dehidrasi,
Elastisitas turgor
kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada
rasa haus yang
berlebihan

4. Ansietas berhubungan NOC : 1. Identifikasi


dengan perubahan status  Anxiety level tingkat kecemasan
kesehatan Sosial  2. Dorong pasien
 Anxiety level untuk
mengungkapkan
Kriteria Hasil : perasaan
 Klien mampu
ketakutan
mengidentifikasi
dan 3. Intruksikan pasien
mengungkapkan untuk
gejala cemas menggunakan
 Mengidentifikasi, teknik relaksasi
mengungkapkan 4. Identifikasi teknik
dan menunjukkan untuk mengontrol
tehnik untuk cemas.
mengontrol cemas 5. Sediakan
 Vital sign dalam informasi factual
batas normal menyangkut
Postur tubuh,
diagnosis terapi
ekspresi wajah.
bahasa tubuh dan dan prognosis
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

D. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan yang telah dibuat.
1. Secara mandiri
Segala aktivitas klien dilakukan sendiri tanpa ada bantuan dari
keluarga maupun perawat.
2. Secara ketergantungan
Aktivitas klien tidak terlepas dari bantuan orang-orang terdekatnya dan
perawat rumah sakit.
E. Evaluasi
Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam Asuhan Keperawatan dapat
dilihat dari kondisi klien.
PATHWAY ( PENYIMPANGAN KDM )

Perubahan pola makan, pengaruh obat-obatan alkohol, nikotin, rokok,


tumor/kanker saluran pencernaan, stres

Erosi dan ulcerasi Peningkatan produksi Timbulnya tanda dan


mukosa lambung HCL gejala klinik gangguan
sistem cerna

Pelepasan mediator
Impuls ke fleksus
kimia( bradikinin,histamin, Perubahan status
meissner ke nervus
prostaglandin) kesehatan
vagus

nosiceptor
Merangsang medulla
oblongata Kurang informasi
Thalamus
Impuls kefleksus
miesenterikus pada dinding
Cortex serebri lambung
Stressor

Respon nyeri
ANSIETAS
Intake kurang
Muntah
NYERI

Anoreksia, RESIKO KEKURANGAN


Meningkatkan Mual VOLUME CAIRAN
RAS

REM Menurun RESIKO NUTRISI KURANG


DARI
KEBUTUHAN TUBUH

Klien Terjaga

GANGGUAN
POLA TIDUR

Sumber : KTI Asuhan Keperawatan pada Klien Dyspepsia


Oleh Adriana Muti, Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang

Anda mungkin juga menyukai