Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

EPIGASTRIK PAIN SYNDROM

I. KONSEP DASAR TEORI


A. DEFINISI
Epigastric pain syndrome (EPS) merupakan kumpulan keluhan/gejala
klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap
atau mengalami kekambuhan.
Epigastric pain syndrome (EPS) adalah suatu penyakit saluran cerna yang
disertai dengan nyeri ulu hati (epigastrium), mual, muntah, kembung, rasa penuh
atau rasa cepat kenyang dan sendawa. Epigastric pain syndrome (EPS) sering
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, keluhan ini sangat bervariasi, baik
dalam jenis gejala yang ada maupun intensitas gejala tersebut dari waktu-
kewaktu (Kapita Selekta Kedokteran,2018).

B. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan Epigastric pain syndrome (EPS) adalah :
a. Gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal dari saluran pencernaan
bagian atas (esofagus, lambung dan usus halus bagian atas).
b. Menelan terlalu banyak udara atau mempunyai kebiasaan makan salah
(mengunyah dengan mulut terbuka atau berbicara).
c. Menelan makanan tanpa dikunyah terlebih dahulu dapat membuat lambung
terasa penuh atau bersendawa terus.
d. Mengkonsumsi makanan/minuman yang bisa memicu timbulnya dispepsia,
seperti minuman beralkohol, bersoda (soft drink), kopi. Minuman jenis ini
dapat mengiritasi dan mengikis permukaan lambung.
e. Obat penghilang nyeri seperti Nonsteroid Anti Inflamatory Drugs (NSAID)
misalnya aspirin, Ibuprofen dan Naproven (Rani, 2017).
f. Pola makan Di pagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak sehingga
bila tidak sarapan, lambung akan lebih banyak memproduksi asam. Tuntutan
pekerjaan yang tinggi, padatnya lalu lintas, jarak tempuh rumah dan kantor
yang jauh dan persaingan yang tinggi sering menjadi alasan para profesional
untuk menunda makan
g. Faktor stres erat kaitannya dengan reaksi tubuh yang merugikan kesehatan.
Pada waktu stres akan menyebabkan otak mengaktifkan sistem hormon
untuk memicu sekresinya. Proses ini memicu terjadinya penyakit
psychosomatik dengan gejala dispepsia seperti mual, muntah, diare, pusing,
nyeri otot dan .

C. TANDA DAN GEJALA


Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan atau gejala yang dominan,
membagi dispepsia menjadi 3 tipe :
1. Epigastric pain syndrome (EPS) dan keluhan seperti ulkus (ulcus-like
dyspepsia), dengan gejala :
a. Nyeri epigastrium terlokalisasi.
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid.
c. Nyeri saat lapar.
d. Nyeri episodik.
2. Epigastric pain syndrome (EPS) dengan GFI seperti dismotilitas
(dysmotility-like dyspepsia), dengan gejala :
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal bloating
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan.
3. Epigastric pain syndrome (EPS) nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua
tipe diatas)

D. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan
makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung
dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding
lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCl
yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga
rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake
tidak adekuat baik makanan maupun cairan.

E. KOMPLIKASI
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dispepsia antara lain:
1. Perdarahan
2. Kangker lambung
3. Muntah darah
4. Ulkus peptiku
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti
halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan
kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan
penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium,
radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets
mellitus, dan lainnya.
2. Radiologi
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di
saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis
terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras
ganda
PATHWAY
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Anamnesa.
a. Biodata : terdiri dari nama lengkap, jenis kelamin, umur, penanggung
jawab, pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, suku bangsa.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan masa lalu : Penyakit (masa kanak-kanak,
penyakit yang terjadi secara berulang-ulang, operasi yang pernah
dialami)
Alergi : Kebiasaan (merokok, minum kopi, dll).
4) Riwayat kesehatan keluarga Orang tua, Saudara kandung, Anggota
keluarga lain. Faktor resiko terhadap kesehatan (kanker hypertensi,
DM, penyakit jantung, TBC, Epilepsi, dll.
5) Keadaan psikologis Perilaku, Pola emosional, Konsep diri,
Penampilan intelektual, Pola pemecahan masalah, Daya ingat.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum.
b. Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Nadi, Respirasi.
c. Sistem Pencernaan
Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah,
kemampuan menelan, mengunyah, bentuk peut, BU, distensi abdomen,
dll.
d. Sistem Pernafasan
Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, bersin,
warna mukosa, perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada, kesimetrisan,
nyeri dada,frekwensi pernafasan, jenis pernafasan, bunyi nafas, dll.
e. Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi
jantung, tekanan darah, pembesaran jantung, Cyanosis, dll.
f. Sistem integumen
Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya,
integritas, perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut
(kebersihan, warna, dll.)
g. Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan, ketajaman
mata, pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek kornea, reflek pupil,
nervus 1 s.d. 12, kaku kuduk, dll.
h. Sistem endokrin
Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh,
ukuran kepala dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid, tremor
ekstremitas, dll.
i. Sistem muskuloskeletal
Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan otot,
deformitas, kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll.
j. Sistem reproduksi
Laki-laki: penis skrotum, testis, dll. Perempuan: pembengkakan
benjolan, nyeri, dll.
k. Sistem perkemihan
Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri pinggang,
inkontinensia, retensi urine, dll.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Rontgen
4. Therapi

B. DIAGNOSA
1. Nyeri akut
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Kecemasan/Ansietas
C. INTERVENSI
Dx 1 : Nyeri akut
Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil : - Nyeri berkurang atau nyeri hilang

- Klien Nampak rileks

Intervensi :

1. Kaji tingkat nyeri


Rasional : Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan

keefektifan analgesik atau dapat menyatakan terjadinya komplikasi.

2. Kaji tanda – tanda vital


Rasional : memudahkan intervensi selanjutnya

3. Ajarkan teknik relaksasi dengan cara nafas dalam


Rasional : teknik relaksasi dan nafas dalam dapat mengurangi nyeri
Dx 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi.
Kriteria Hasil : - Selera makan meningkat
- Porsi Makan dihabiskan
Intervensi :
a. Kaji pola makan klien
Rasional : Mengetahui sejauh mana perubahan pola makan klien
b. Ajurkan makan sedikit tapi sering
Rasional : makan sedikit tapi sering dapat membantu pemenuhan
kebutuhan nutrisi
c. Anjurkan keluarga klien untuk menyajikan makanan dalam bentuk
hangat dan menarik
Rasional : makanan hangat dan bentuk menarik dapat meningkatkan
nafsu makan
DX 3 : Ansietas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa cemas
berkurang atau hilang
Kriteria Hasil : - klien nampak rileks
Intervensi
a. Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional : membantu menentukan intervensi selanjutnya
b. Berikan informasi yang akurat tentang penyakitnya
Rasional : informasi yang akurat dapat menurunkan kecemasan klien
c. Jelaskan prosedur asuhan yang akan diberikan
Rasional : membantu mengembangkan kerja sama pasien dengan
rencana terapi
D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan tindakan atau intervensi yang sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah di buatdengan menerapkan rencana tersebut dalam tindakannya kepada pasien,

E. EVALUASI
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan rencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan ,dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Andra. (2006). Diabetes Mellitus. Pendekatan Invasif Dini atau Konservatif.


http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=197.
Diakses di Kendari, tanggal 30 April 2018: Jam 10.54 WITA 

Carpenito. (1998). Diagnosa Keperawata: Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi VI. Jakarta:
EGC 

Rilantono, dkk. (2015). Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI 

Wasid (2015). Tinjauan Pustaka Konsep Baru Penanganan Sindrom Koroner Akut.
http://nursingbrainriza.blogspot.com/2007/05/tinjauan-pustaka-konsep-baru
penanganan.html. Diaskes di Kendari, tanggal 30 April 2018: Jam 10.54
WITA 

Anda mungkin juga menyukai