DISUSUN OLEH:
Almas Musyaffa
P1337420218050
2. Etiologi
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux, asam
lambung terdorong ke atas menuju esofagus (saluran muskulo membranosa yang
membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada.
Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia.
Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab dispepsia antara lain:
a. Perubahan pola makan
b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan
dalam waktu yang lama
c. Alkohol dan nikotin rokok
d. Stres,kecemasan dan depresi
e. Tumor atau kanker saluran pencernaan
f. Iritasi lambung
3. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
4. Pathways
5. Manifestasi Klinik
a. Nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Nyeri saat lapar
g. Perut kembung
h. Rasa panas di dada dan perut
i. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
6. Test Diagnostik
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya
pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan
penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan
penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani,
juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
5.1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus,
dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas
normal.
5.2. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan.
Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan
bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
5.3. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya
normal atau sangat tidak spesifik.
5.4. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan
untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak
menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang
beratpun dapat dimanfaatkan
5.5. Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia
fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.
7. Penatalaksanaan Medik
6.1. Penatalaksanaan non farmakologis
1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang
berlebihan, nikotin rokok, dan stres
3) Atur pola makan
6.2. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam
mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya
pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap
placebo.Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung),
golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik
(mencegah terjadinya muntah).
8. Komplikasi
Penderita syndrome dyspepsia selama bertahun- tahun dapat memicu adanya komplikasi
yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dyspepsia adalah sebagai berikut:
7.1. Pendarahan
7.2. Kanker lambung
7.3. Muntah darah
7.4. Ulkus peptikum
9. Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan
dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar asam
tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit,
misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada
klien dengan dispepsia.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah
makan, anoreksia.
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya
mual, muntah
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien melaporkan
terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri, beratnya 1. Berguna dalam
(skala 0 – 10) pengawasan kefektifan
2. Berikan istirahat dengan obat, kemajuan
posisi semifowler penyembuhan
3. Anjurkan klien untuk 2. Dengan posisi semi-
menghindari makanan fowler dapat
yang dapat meningkatkan menghilangkan
kerja asam lambung tegangan abdomen yang
4. Anjurkan klien untuk tetap bertambah dengan
mengatur waktu posisi telentang
makannya 3. dapat menghilangkan
5. Observasi TTV tiap 24 jam nyeri akut/hebat dan
6. Diskusikan dan ajarkan menurunkan aktivitas
teknik relaksasi peristaltik
7. Kolaborasi dengan 4. mencegah terjadinya
pemberian obat analgesik perih pada ulu
hati/epigastrium
5. sebagai indikator untuk
melanjutkan intervensi
berikutnya
6. Mengurangi rasa nyeri
atau dapat terkontrol
7. Menghilangkan rasa nyeri
dan mempermudah
kerjasama dengan
intervensi terapi lain
B. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah
makan, anoreksia.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan
individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau dan dokumentasikan 1. Untuk mengidentifikasi
dan haluaran tiap jam indikasi/perkembangan
secara adekuat dari hasil yang
2. Timbang BB klien diharapkan
3. Berikan makanan sedikit 2. Membantu menentukan
tapi sering keseimbangan cairan
4. Catat status nutrisi paasien: yang tepat
turgor kulit, timbang berat 3. meminimalkan anoreksia,
badan, integritas mukosa dan mengurangi iritasi
mulut, kemampuan gaster
menelan, adanya bising 4. Berguna dalam
usus, riwayat mendefinisikan derajat
mual/rnuntah atau diare. masalah dan intervensi
5. Kaji pola diet klien yang yang tepat Berguna
disukai/tidak disukai. dalam pengawasan
6. Monitor intake dan output kefektifan obat,
secara periodik. kemajuan penyembuhan
7. Catat adanya anoreksia, 5. Membantu intervensi
mual, muntah, dan kebutuhan yang spesifik,
tetapkan jika ada meningkatkan intake
hubungannya dengan diet klien.
medikasi.Awasi frekuensi, 6. Mengukur keefektifan
volume, konsistensi Buang nutrisi dan cairan
Air Besar (BAB). 7. Dapat menentukan jenis
diet dan
mengidentifikasi
pemecahan masalah
untuk meningkatkan
intake nutrisi.
A. EVALUASI
1. Nyeri berkurang atau hilang, dengan criteria :
Klien tidak mengeluah nyeri
Wajah klien ceria
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi. Dengan criteria :
Nafsu makan baik
Menunjukkan berat badan stabil/ideal
3. Kebutuhan cairan klien terpenuhi, dengan criteria :
Klien tidak merasa mual/muntah lagi
4. Kecemasan berkurang atau hilang, dengan criteria hasil :
Ekspresi wajah Nampak tenang
Tidak sering bertanya tentang penyakitnya
DAFTAR PUSTAKA
Guyton.2010. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit edisi revisi III. Jakarta.EGC
https://www.academia.edu/35902673/LAPORAN_PENDAHULUAN_DISPEPSIA Diakses
pada tanggal 15/01/2020
https://www.academia.edu/8326776/LAPORAN_PENDAHULUAN_DISPEPSIA Diakses
pada tanggal 16/01/2020