Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DISPEPSIA

DISUSUN OLEH:
Almas Musyaffa
P1337420218050

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2020
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti
pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan
refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam
lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488).
Dyspepsia merupakan kumpulan/gejala klini yang terdiri dari rasa tidak enak / sakit
di perut bagian atas yang menetap / mengalami kekambuhan (arif,2000).Dispepsia
merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri uluhati, mual, muntah,
kembung, rasa penuh, atau cepat kenyang dan sendawa. (dahrmika,2001).
Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu
hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa (Dharmika, 2001).
Sedangkan menurut Aziz (1997), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang
sudah dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh, serta
mual-mual.Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu:
1.1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya. Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan yang nyata
terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari,
radang pancreas, radang empedu, dan lain – lain.
1.2. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. . Dyspepsia fungsional tanpa disertai
kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis,
laboratorium, radiologi, endoskopi ( teropong saluran pencernaan).

2. Etiologi
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux, asam
lambung terdorong ke atas menuju esofagus (saluran muskulo membranosa yang
membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada.
Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia.
Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab dispepsia antara lain:
a. Perubahan pola makan
b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan
dalam waktu yang lama
c. Alkohol dan nikotin rokok
d. Stres,kecemasan dan depresi
e. Tumor atau kanker saluran pencernaan
f. Iritasi lambung

3. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
4. Pathways
5. Manifestasi Klinik
a. Nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Nyeri saat lapar
g. Perut kembung
h. Rasa panas di dada dan perut
i. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

6. Test Diagnostik
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya
pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan
penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan
penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani,
juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
5.1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus,
dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas
normal.
5.2. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan.
Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan
bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
5.3. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya
normal atau sangat tidak spesifik.
5.4. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan
untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak
menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang
beratpun dapat dimanfaatkan
5.5. Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia
fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.

7. Penatalaksanaan Medik
6.1. Penatalaksanaan non farmakologis
1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang
berlebihan, nikotin rokok, dan stres
3) Atur pola makan
6.2. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam
mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya
pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap
placebo.Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung),
golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik
(mencegah terjadinya muntah).

8. Komplikasi
Penderita syndrome dyspepsia selama bertahun- tahun dapat memicu adanya komplikasi
yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dyspepsia adalah sebagai berikut:
7.1. Pendarahan
7.2. Kanker lambung
7.3. Muntah darah
7.4. Ulkus peptikum
9. Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan
dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar asam
tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit,
misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
Menurut Tucker (1998), pengkajian pada klien dengan dispepsia adalah sebagai berikut:
1.1. Biodata
a. Identitas Pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pekerjaan,
pendidikan, alamat.
b. Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
hubungan dengan pasien, alamat.
1.2. Keluhan Utama
Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian samping dada depan
epigastrium, mual, muntah dan tidak nafsu makan, kembung, rasa kenyang
1.3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress psikologis, riwayat
minumminuman beralkohol
1.4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakit saluran
pencernaan
1.5. Pola aktivitas
Pola makan yaitu kebiasaan maakn yang tidak teratur, makan makanan yang
merangsang selaput mukosa lambung, berat badan sebelum dan sesudah sakit.
1.6. Aspek Psikososial
Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman, adanya masalah interpersonal
yang bisa menyebabkan stress
1.7. Aspek Ekonomi
Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat tinggal, hal-hal dalam
pekerjaan yang mempengaruhi stress psikologis dan pola makan
1.8. Pengkajian fisik
1.8.1. Keadaan umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan lainlain.
1.8.2. Data sistemik
1) Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan, pengecap/penghidu,
peraba, dan lain-lain
2) Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan mata, alis,
kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, reflek, pupil, respon cahaya,
dan lain-lain.
3) Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan jalan napas,
dan lain-lain.
4) Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi jantung,
kekuatan, pengisian kapiler, edema, dan lain-lain.
5) Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu, orientasi
tempat, orientasi orang, dan lain-lain.
6) Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan, keluhan,
bibir, mual dan tenggorokan, kemampuan mengunyah, kemampuan
menelan, perut, kolon dan rektum, rectal toucher, dan lain-lain.
7) Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan cara jalan,
kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari, genggaman tangan, otot
kaki, akral, fraktur, dan lain-lain.
8) Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar, kemerahan, dan
lainlain.
9) Sistem reproduksi: infertil, masalah menstruasi, skrotum, testis,
prostat, payudara, dan lain-lain.
10)Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, dan pancaran), BAK,
vesika urinaria.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada
klien dengan dispepsia.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah
makan, anoreksia.
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya
mual, muntah
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien melaporkan
terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri, beratnya 1. Berguna dalam
(skala 0 – 10) pengawasan kefektifan
2. Berikan istirahat dengan obat, kemajuan
posisi semifowler penyembuhan
3. Anjurkan klien untuk 2. Dengan posisi semi-
menghindari makanan fowler dapat
yang dapat meningkatkan menghilangkan
kerja asam lambung tegangan abdomen yang
4. Anjurkan klien untuk tetap bertambah dengan
mengatur waktu posisi telentang
makannya 3. dapat menghilangkan
5. Observasi TTV tiap 24 jam nyeri akut/hebat dan
6. Diskusikan dan ajarkan menurunkan aktivitas
teknik relaksasi peristaltik
7. Kolaborasi dengan 4. mencegah terjadinya
pemberian obat analgesik perih pada ulu
hati/epigastrium
5. sebagai indikator untuk
melanjutkan intervensi
berikutnya
6. Mengurangi rasa nyeri
atau dapat terkontrol
7. Menghilangkan rasa nyeri
dan mempermudah
kerjasama dengan
intervensi terapi lain

B. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah
makan, anoreksia.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan
individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau dan dokumentasikan 1. Untuk mengidentifikasi
dan haluaran tiap jam indikasi/perkembangan
secara adekuat dari hasil yang
2. Timbang BB klien diharapkan
3. Berikan makanan sedikit 2. Membantu menentukan
tapi sering keseimbangan cairan
4. Catat status nutrisi paasien: yang tepat
turgor kulit, timbang berat 3. meminimalkan anoreksia,
badan, integritas mukosa dan mengurangi iritasi
mulut, kemampuan gaster
menelan, adanya bising 4. Berguna dalam
usus, riwayat mendefinisikan derajat
mual/rnuntah atau diare. masalah dan intervensi
5. Kaji pola diet klien yang yang tepat Berguna
disukai/tidak disukai. dalam pengawasan
6. Monitor intake dan output kefektifan obat,
secara periodik. kemajuan penyembuhan
7. Catat adanya anoreksia, 5. Membantu intervensi
mual, muntah, dan kebutuhan yang spesifik,
tetapkan jika ada meningkatkan intake
hubungannya dengan diet klien.
medikasi.Awasi frekuensi, 6. Mengukur keefektifan
volume, konsistensi Buang nutrisi dan cairan
Air Besar (BAB). 7. Dapat menentukan jenis
diet dan
mengidentifikasi
pemecahan masalah
untuk meningkatkan
intake nutrisi.

C. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual,


muntah
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk
memperbaiki defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan
perubaan keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab,
turgor kulit baik.
INTERVENSI RASIONAL
1. Awasi tekanan darah dan nadi, 1. Indikator keadekuatan
pengisian kapiler, status volume sirkulasi
membran mukosa, turgor kulit perifer dan hidrasi
2. Awasi jumlah dan tipe masukan seluler
cairan, ukur haluaran urine 2. Klien tidak
dengan akurat mengkomsumsi cairan
3. Diskusikan strategi untuk sama sekali
menghentikan muntah dan mengakibatkan
penggunaan laksatif/diuretik dehidrasi atau
4. Identifikasi rencana untuk mengganti cairan untuk
meningkatkan/mempertahankan masukan kalori yang
keseimbangan cairan optimal berdampak pada
misalnya : jadwal masukan cairan keseimbangan
5. Berikan/awasi hiperalimentasi IV elektrolit
3. Membantu klien
menerima perasaan
bahwa akibat muntah
dan atau penggunaan
laksatif/diuretik
mencegah kehilangan
cairan lanjut
4. Melibatkan klien dalam
rencana untuk
memperbaiki
keseimbangan untuk
berhasil
5. Tindakan daruat untuk
memperbaiki ketidak
seimbangan cairan
elektroli

D. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya


Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan
kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat kecemasan 1. Mengetahui sejauh mana
2. Berikan dorongan dan tingkat kecemasan yang
berikan waktu untuk dirasakan oleh klien
mengungkapkan pikiran sehingga memudahkan
dan dengarkan semua dlam tindakan
keluhannya selanjutnya
3. Jelaskan semua prosedur 2. Klien merasa ada yang
dan pengobatan memperhatikan
4. Berikan dorongan spiritual sehingga klien merasa
aman dalam segala hal
tundakan yang diberikan
3. Klien memahami dan
mengerti tentang
prosedur sehingga mau
bekejasama dalam
perawatannya.
4. Bahwa segala tindakan
yang diberikan untuk
proses penyembuhan
penyakitnya, masih ada
yang berkuasa
menyembuhkannya
yaitu Tuhan Yang Maha
Esa.

A. EVALUASI
1. Nyeri berkurang atau hilang, dengan criteria :
 Klien tidak mengeluah nyeri
 Wajah klien ceria
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi. Dengan criteria :
 Nafsu makan baik
 Menunjukkan berat badan stabil/ideal
3. Kebutuhan cairan klien terpenuhi, dengan criteria :
 Klien tidak merasa mual/muntah lagi
4. Kecemasan berkurang atau hilang, dengan criteria hasil :
 Ekspresi wajah Nampak tenang
 Tidak sering bertanya tentang penyakitnya
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Kumar.2013.Dasar- dasar patofisiologi penyakit.jakarta.Binarupa Aksara

Guyton.2010. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit edisi revisi III. Jakarta.EGC

Marya R. K. 2013 . Buku Ajar Patofisiologi Mekanisme Terjadinya Penyakit.


Tanggerang Selatan : Binapura Aksara Publiser

Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarka diagnosa


medis & Nanda Nic Noc .Edisi revisi jilid 1 & 2. Yogyakarta :
MediAction

Price, S. A dan Wilson, L. M, 1995, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Wilkinson, Judith. M, Ahern Nancy R. 2011. Buku saku Diagnosis Keperawatan :


Diagnosis,
NANDA Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta :EGC

https://www.academia.edu/35902673/LAPORAN_PENDAHULUAN_DISPEPSIA Diakses
pada tanggal 15/01/2020

https://www.academia.edu/33840059/LP_DISPEPSIA.docx Diakses pada tanggal


15/01/2020

https://www.academia.edu/8326776/LAPORAN_PENDAHULUAN_DISPEPSIA Diakses
pada tanggal 16/01/2020

Anda mungkin juga menyukai