PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dispepsia merupakan istilah yang umum dipakai untuk suatu sindrom atau
kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman pada ulu hati, mual,
muntah, kembung cepat kenyang, rasa perut penuh. Keluhan tersebut dapat secara
bergantian dirasakan pasien atau bervariasi baik dari segi jenis keluhan ataupun
kualitasnya (Yuriko, 2017).
Diperkirakan sekitar 15-40 populasi di dunia memiliki keluhan dispepsia kronis
atau berulang: sepertiganya merupakan dispepsia organik (struktural). Etiologi
terbanyak dispepsia organik yaitu ulkus peptikus lambung atau duodenum, penyakit
refluks gastroesofagus, dan kanker lambung (Purnamasari, 2017).
Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada praktek umum dan 60% pada praktek
gastroenterologist merupakan kasus dispepsia. Berdasarkan penelitian pada populasi
umum didapatkan bahwa 15-30% orang dewasa pernah mengalami hal ini dalam
beberapa hari dari data pustaka negara barat didapatkan angka prevelensinya berkisar
7-14%, tapi hanya 10-20% yang mencari pertolongan medis (Yuriko, 2017).
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan definisi dispepsia?
2. Menjelaskan etiologi dispepsia?
3. Menjelaskan patofisiologi dispepsia?
4. Menjelaskan manifestasi klinik dispepsia?
5. Menjelaskan komplikasi dispepsia?
6. Menjelaskanpemeriksaan atau test diagnostikdispepsia?
7. Menjelaskan penatalaksanaan medik dispepsia?
8. Menjelaskankonsep asuhan keperawatan dispepsia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari dispepsia
2. Untuk mengetahui etiologi dari dispepsia
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari dispepsia
1
4. Untuk mengetahui maniefestasi klinik daridispepsia
5. Untuk mengetahui komplikasi dari dispepsia
6. Untuk mengetahui test diagnostic dari dispepsia
7. Untukmengetahui penatalaksanaan medic daridispepsia
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari dispepsia
2
BAB II
PEMBAHASAN
I. KONSEP MEDIK
A. Definisi
Dispepsia merupakan gangguan yang terjadi didaerah perut bagian
tengah. Gangguan ini bisa memunculkan sekumpulan gejala berupa rasa
nyeri pada ulu hati, kembung, mual dan muntah, dan sebagainya. nyeri ini
dapat hilang timbul, tetapi biasanya terjadi secara terus- menerus (Haag dkk,
2019).
Dispepsia merupakan rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu hati.
Kondisi ini dianggap gangguan di dalam tubuh yang diakibatkan reaksi
tubuh terhadap lingkungan sekeliling. Reaksi ini menimbulkan gangguan
ketidakseimbangan metabolisme dan seringkali menyerang individu usia
produktif, yakni usia 30-50 tahun (Ida, 2016).
Dispepsia berasal dari bahasa yunani yang berarti pencernaan yang
abnormal atau adanya gangguan pada sistem pencernaan, biasanya dikenal
sebagai sakit perut. keluhan pada saluran pencernaan merupakan penyakit
yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari (Harimurti, 2019).
B. Etiologi
Seringnya dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid
reflu2. Asam lambung terdorong ke atas menuju esophagus (saluran
muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam lambung). hal
ini menyebabkan nyeri di dada. beberapa obat-obatan seperti obat anti-
inflamatory dapat menyebabkan dyspepsia. terkadang penyebab dyspepsia
antara lain, perubahan pola makan,pengaruh obat-obatan yang dimakan
secara berlebihan dalam waktu yang lama, alcohol dan nikotin
rokok,stress,kecemasan dan depresi,tumor atau kanker saluran
pencernaan,iritasi lambung (Purnamasari, 2017).
3
C. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas
zat-zat seperti nikotin dan alcohol serta adanya kondisi stress pemasukan
makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding
lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi
yang akan meransang terjadinya kondisi asam pada lambung sehingga
rangsangan di medullaoblongta impuls muntah sehingga intake tidak
adekuat baik makanan maupun cairan (Corwin, 2018).
D. Manifestasi Klinik
Tanda dan Gejala menurut Purnamasari,(2017).
1. Adanya gasdi perut, rasa penuh setelah makan, perut menonjol, cepat
kenyang, mual, tidak nafsu makan, dan perut terasa panas.
2. Rasa penuh, cepat kenyang, kembung setelah makan, mual, muntah,
sering bersendawa, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan dada atau
regurgitasi asam lambung kemulut
Gejala dispepsia akut dan kronis berdasarkan jangka waktu tiga bulan
meliputi :
a. Rasa sakit dan tidak enak di ulu hati.
b. Perih, mual, sering bersendawa, dan regurgitasi
c. Keluhan dirasakan terutama berhubungan dengan timbulnya stress.
d. Berlangsung lama dan sering kembung
e. Sering disertai ansietas dan depresi
E. Komplikasi
Komplikasi yang sering muncul pada dispepsia antara lain
1. Pendarahan gastrointestinal
2. Stenosis pilorus dan
3. Perforasi (Corwin,2018).
4
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu
adanya komplikasi yang tidak ringan. Komplikasi yang dapat terjadi antara
lain, pendarahan, kanker lambung, muntah darah dan terjadinya ulkus
peptikus (Purnamasari, 2017).
F. Test Diagnostik
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelainan
organik, pemeriksaan untuk dispepsia terbagi pada beberapa bagian yaitu:
Pemeriksaan laboratorium, biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang
lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urin. Jika ditemukan
leukosit dosis berarti tanda-tanda infeksi. Jika tampak cair berlendir atau
banyak mengandung lemak pada pemeriksaan tinja kemungkinan menderita
malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dyspepsia ulkus sebaiknya
diperiksa derajat keasaman lambung. Jika diduga suatu keganasan, dapat
diperiksa tumormarker (dugaan karsinoma kolon), dan (dugaan karsinoma
pankreas). Barium enema untuk memeriksa saluran cerna pada orang yang
mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau
mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan.
Endoskopi biasa digunakan untuk mendapatkan contoh jaringan dari lapisan
lambung melalui tindakan biopsi. Pemeriksaan nantinya di bahwa
mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi Helicobacter
pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan bakuemas, selain sebagai
diagnostik sekaligus terapeutik. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto
polos abdomen, serologi H. pylori, urea breath test, dan lain-lain dilakukan
atas dasar indikasi (Ida, 2016).
G. Penatalaksanaan Medik
Non Farmakologi tindakan-tindakan keperawatan dalam perawatan
pasien dengan gangguan nyeri abdomen yaitu mengatur posisi pasien,
hipnoterapi, terapi relaksasi, manajemen nyeri dan terapi perilaku.
Farmakologis Pengobatan dyspepsia mengenal beberapa obat, yaitu:
Antasida, Pemberian antasida tidak dapat dilakukan terus-menerus, karena
5
hanya bersifat simtomatis untuk mengurangi nyeri. Obat yang termasuk 20
golongan ini adalah simetidin, ranitidin, dan famotidine. Pemasangan cairan
pariental, pemasagan Naso Gastrik Tube (NGT) jika diperlukan (Amelia,
2018).
6
muntah dan anoreksia, pasien terasa sakit perut dan diare, pasien
mengeluh nyeri otot.
4. Riwayat kesehatan dulu
Kaji adanya riwayat penyakit lain/ pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya
5. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama
6. Riwayat psikososial
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis
yang terorganisasi, dan meliputi empat aktivitas dasar atau elemen dari
pengkajian yaitu pengumpulan data secara sistematis, memvalidasi data,
memilah, dan mengatur data dan mendokumentasikan data dalam format.
7
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan atau diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian
klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial.
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan.Diagnosis keperawatan merupakan bagian viral/pentingdalam
menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien
mencapai kesehatan yang optimal.Mengingat pentingnya diagnosis
keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan, maka dibutuhkan
standar diagnosis keperawatan yang dapat diterapakan secara rasional di
Indonesia dengan mengacu pada standar diagnosis internasional yang telah
dilakukan sebelumnya (SDKI DPP, PPNI. 2018).Tipe diagnosa keperawatan
meliputi :
1. Aktual
2. Resti atau risiko tinggi
3. Kemungkinan
4. Sejahtera
Menurut (SDKI, 2018) diagnosa keperawatan yang sering muncul pada
pasien dengan kasus dispepsiaantara lain:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengann kelemahan
4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
5. Defisit pesngetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
6. Resiko defisit nutrisi
8
C. Penyimpangan KDM
Resiko
defisit
nutrisi
Lelah
Intoleransi
Hipovolemia
Aktivitas
9
D. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan atau perencanaan keperawatan adalah perumusan
tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien
berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan
klien dapat diatasi (Nurarif, Amin Huda & Kusuma, 2018).
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penelitian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI, 2018).
10
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
11
4.Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
12
6. Resiko defisit nutrisi
13
E. ImplementasiKeperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan (Potter, P.& Perry, 2018). Implementasi merupakan tahap
keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan
melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini
perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat
waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi
prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan,
memantau dan mencatat respons klien terhadap setiap intervensi dan
mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan
lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan
merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya
(Wilkinson.M.J, 2019).4 komponen tahap implementasi :
1. Tindakan keperawatan mandiri.
2. Tindakan keperawatan edukatif.
3. Tindakan keperawatan kolaboratif.
4. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan.
F. EvaluasiKeperawatan
Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan
keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Terdapat dua jenis evaluasi:
1. Evaluasi Formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah
14
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.Perumusan
evaluasi formatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP :
S (subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien
yang afasia.
O (objektif) : Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh
perawat.
A (analisis) : Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis
atau dikaji dari data subjektif dan data objektif.
P (perencanaan) : Perencanaan kembali tentang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang
dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien.
2. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas
proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan.
Ada 3 kemungkinan evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan
keperawatan yaitu:
1. Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan perubahan
sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau klien
masih dalam proses pencapaian tujuan jika klien menunjukkan
perubahan pada sebagian kriteria yang telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya
menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali.
15
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala yang terdiri dari nyeri
rasa tidak nyaman di epigastrum, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau
cepat kenyang dan sering bersendawa. Boiasanya berhubungan dengan pola
makan yang tidak teratur, makan makanan yang pedas, asam, minuman bersoda,
kopi, obat-obatan tertentu, ataupun kondisi emosional tertentu misalnya stress.
Dengan pola makan yang teratur dan memilih makanan yang seimbang
dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak
mengkomsumsi makanan yang berkadar tinggi, cabai, alcohol dan pantang
merokok. Bila harus makan obat karna sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala
maka minum obat secara wajar dan tidak menggangu fungsi lambung.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Dalam melaksanakan praktek diharapkan menguasai konsep dasar materi
yang dibahas dan menyesuaikan dengan keadaan di lapangan praktek
sehingga dapat memperkaya wawasan berpikir penulis tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan dispepsia.
2. Bagi Institusi
Diharapkan dapat memperbanyak fasilitas dalam proses pendidikan dan
melengkapi perpustakaan dengan buku-buku keperawatan khususnya buku
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan dispepsia.
3. Bagi Rumah Sakit
Untuk pihak rumah sakit khususnya perawat, dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan dispepsia diharapkan dapat melakukan
setiap tindakan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan
16
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
17