Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

DENGAN DIAGNOSA DYSPEPSIA DI RUANG ASSYIFA

RSI BANJARNEGARA

Disusun:

ANANDA ISTIKOMAH

(14401.20.004)

PRODI D-III KEPERAWATAN

POLITEKNIK YAKPERMAS BANYUMAS

TAHUN AJARAN 2021/2022


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II DENGAN


DIAGNOSA MEDIS DYSPEPSIA DI RUANG ASSYIFA RSI BANJARNEGARA

( Diajukan Untuk memenuhi Tugas Praktek Klinik Keperawatan Medikal Bedah II Prodi D-

III Keperawatan Politeknik Yakpermas Banyumas )

DISAHKAN OLEH

Pembimbing Akademik Clinical Instructur

Mengetahui,

Kepala Ruang Assyifa

RSI Banjarnegara
A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian

Dyspepsia atau dispepsia adalah suatu penyakit saluran cerna yang disertai

dengan nyeri ulu hati (epigastrium), mual, muntah, kembung, rasa penuh atau rasa

cepat kenyang dan sendawa ( Kapita Selekta Kedokteran, 2017).

Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan

saluran makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual,

yang kadang-kadang disertai rasa panas di dada dan perut, lekas kenyang,

anoreksia, kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan gas asam dari mulut

(Hadi, 2018).

Dispepsia merupakan rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu hati. Kondisi

ini dianggap gangguan di dalam tubuh yang diakibatkan reaksi tubuh terhadap

lingkungan sekeliling. Reaksi ini menimbulkan gangguan ketidakseimbangan

metabolisme dan seringkali menyerang individu usia produktif, yakni usia 30-50

tahun (Ida, 2018).

Dispepsia adalah suatu gejala yang ditandai dengan nyeri ulu hati, rasa mual

dan kembung. Gejala ini bisa berhubungan/ tidak ada hubungan dengan makanan

(Nugroho Taufan, 2017).

2. Klasifikasi

Pengelompokan mayor dispepsia terbagi atas dua yaitu:

a. Dispepsia Organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik

sebagai penyebabnya. Sindrom dyspepsia organik terdapat kelainan

yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (ulkuspeptikum),

gastritis, stomach cancer, gastroesophageal refluxdisease, hyperacidity.


b. Dispepsia Non Organik (DNU), atau dyspepsia fungsional, atau

Dispepsia Non Ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsia

fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ

berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan

endoskopi (Ida, 2018).

3. Etiologi

Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat organik

(struktual) dan fungsional. Penyakityang bersifat organik antara lain karena terjadinya

gangguan disaluran cerna atau disekitar saluran cerna, seperti pankreas, kandung

empedu dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang bersifat fungsional dapat dipicu

karena faktor psikologis dan factor intoleran terhadap obat-obatan dan jenis makanan

tertentu (Purnamasari, 2017).

Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat organik

dan fungsional. Penyakit yang bersifat organik antara lain karena terjadinya gangguan

di saluran cerna atau di sekitar saluran cerna, seperti pankreas, kandung empedu dan

lain-lain. Sedangkan penyakit yang bersifat fungsional dapat dipicu karena faktor

psikologis dan faktor intoleran terhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu.

Faktor-faktor yang menyebabkan dispepsia adalah:

a. Bakteri Helicobacter pylori. Bakteri tersebut hidup di bawah lapisan

selaput lendir sendiri adalah untuk melindungi kerusakan dinding lambung

akibat produksi asam lambung. Infeksi yang diakibatkan bakteri

helicobacter menyebakan peradangan pada dinding lambung.

b. Merokok Rokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena itu

orang yang merokok lebih sensitive terhadap dispepsia maupun ulser.


c. Stres Stres bisa menyebabkan terjadi perubahan hormonal di dalam tubuh.

Perubahan itu akan merangsang sel-sel dalam lambung yang kemudian

memproduksi asam secara berlebihan. Asam yang berlebihan ini membuat

lambung terasa nyeri, perih dan kembung.

d. Efek samping obat-obatan tertentu Konsumsi obat penghilang rasa nyeri

seperti obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) misalnya aspirin,

ibuproven yang terlalu sering dapat menyebabkan penyakit gastritis, baik

itu gastritis akut maupun kronis.

e. Mengkonsumsi obat-obatan tertentu Minum-minuman yang mengandung

alkohol dan kafein seperti kopi dapat meningkatkan produksi asam

lambung berlebihan hingga akhirnya terjadi iritasi dan menurunkan

kemampuan fungsi dinding lambung.

f. Alkohol Mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi dan mengikis

permukaan lambung.

g. Mengkonsumsi makanan terlalu pedas dan asam. Minum-minuman yang

mengandung alkohol dan cafein seperti kopi dan mengkonsumsi makanan

pedas dapat meningkatkan produksi asam lambung berlebihan hingga

akhirnya terjadi iritasi dan menurunkan kemampuan fungsi dinding

lambung.

4. Patofisiologi

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat

seperti nikotin dan alcohol seta adanya kondisi kejiwaan stress, pemasukan

makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung

dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding

lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang


akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di

medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik

makanan maupun cairan.

5. Manifestasi Klinis

Adanya gas diperut, rasa penuh setelah makan, perut menonjol, cepat kenyang,

mual, tidak ada nafsu makan dan perut terasa panas. Rasa penuh, cepat keyang,

kembung setalah makan, mual muntah, sering bersendawa, tidak nafsu makan,

nyeri uluh hati dan dada atau regurgitas asam lambung ke mulut. Gejala dispepsia

akut dan kronis berdasarkan jangka waktu tiga bulan meliput: rasa sakit dan tidak

enak di ulu hati, perih, mual, berlangsung lama dan sering kambuh dan disertai

dengan ansietas dan depresi (Purnamasari, 2017).

Dispepsia Perubahan pada kesehatan ansietas dispepsia fungsional, dispepsia

organic, respon mukosa lambung, perangsangan saraf simpatis, kopi, alcohol,

stress, nyeri, kontak dengan mukosa gaster, vasodilatasi mukosa gaster, mual,

peningkatan produksi Hcl dilambung, muntah, kekurangan volume cairan,

pengelupasan, nyeri epigastrik berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung,

defisit pengetahuan.

6. Pemeriksaan Penunjang dan Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelainan

organik, pemeriksaan untuk dispepsia terbagi pada beberapa bagian yaitu:

a. Pemeriksaan laboratorium, biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang

lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urin. Jika ditemukan

leukosit dosis berarti tanda-tanda infeksi. Jika tampak cair berlendir atau

banyak mengandung lemak pada pemeriksaan tinja kemungkinan

menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dyspepsia ulkus


sebaiknya diperiksa derajat keasaman lambung. Jika diduga suatu

keganasan, dapat diperiksa tumormarker (dugaan karsinoma kolon), dan

(dugaan karsinoma pankreas).

b. Barium enema untuk memeriksa saluran cerna pada orang yang

mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau

mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan.

c. Endoskopi biasa digunakan untuk mendapatkan contoh jaringan dari

lapisan lambung melalui tindakan biopsi. Pemeriksaan nantinya di bahwa

mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi Helicobacter

pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan bakuemas, selain sebagai

diagnostik sekaligus terapeutik.

d. USG (ultrasonografi) merupakan diagnostik yang tidak invasive, akhir-

akhir ini makin banyak dimanfaatkan untuk membantuk menentukan

diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek

samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun

dapat dimanfaatkan.

e. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen, serologi H.

pylori, urea breath test, dan lain-lain dilakukan atas dasar indikasi (Ida,

2018).

7. Penatalaksanaan Medik/ Pengobatan

Non Farmakologi tindakan-tindakan keperawatan dalam perawatan pasien

dengan gangguan nyeri abdomen yaitu mengatur posisi pasien, hipnoterapi, terapi

relaksasi, manajemen nyeri dan terapi perilaku.

Farmakologis Pengobatan dyspepsia mengenal beberapa obat, yaitu: Antasida,

Pemberian antasida tidak dapat dilakukan terus-menerus, karena hanya bersifat


simtomatis untuk mengurangi nyeri. Obat yang termasuk 20 golongan ini adalah

simetidin, ranitidin, dan famotidine.

B. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan

yaitu: mengumpulkan data, mengelompokan data dan menganalisa data. Data

fokus yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih

di ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas

kenyang, perut kembung, rasa panas didada dan perut, regurgitasi (keluar cairan

dari lambung secara tiba-tiba) (Ida, 2018).

Adapun proses pengkajian yaitu pengkajian primer (primary assessment).

Primary Assessment dengan data subjektif yang didapatkan yaitu keluhan utama:

nyeri pada perut dan mengeluh mual muntah. Keluhan penyakit saat ini:

mekanisme terjadinya. Riwayat penyakit terdahulu: adanya penyakit saraf atau

riwayat cedera sebelumnya, kebiasaan minum alcohol, konsumsi medikasi

anticoagulant atau agen anti platelet, adanya alergi, dan status imunisasi (Ida,

2018).

Data objektif: Pengkajian sekunder terdiri dari keluhan utama yaitu, adanya

mual muntah-curigai apendisitis atau obstruksi usus, nyeri epigastrium yang kolik,

curigai gastritis atau gastroenteritis, anoreksia dengan diare. Riwayat sosial dan

medis yaitu, riwayat pengunaan dan penyalagunaan alkohol. Curigai penyakit hati,

penyalah gunaan obat intra 21 vena, gejala putus obat, pembedahan abdomen

sebelumnya, curigai adanya obstruksi usus, penyakit hati atau gastritis. Alasan

mencari pengobatan yaitu, identifikasi perubahan pada gejala: identifikasi kontak


dengan pemberi perawatan kesehatan lainnya untuk penyakit ini. Pengobatan

sebelum masuk rumah sakit yaitu mengidentifikasi pengunaan obat-obatan buatan

rumah, perubahan pada diet, pengunaan obat yang dijual bebas. Nyeri yaitu catat

riwayat dan durasi nyeri dan gunakan metode pengkajian nyeri yaitu Provocate,:

Quality, Region, Severe, dan Time. PQRST (Pamela, 2017).

2. Pathways

3. Diagnosa Keperawatan

Menurut (Ida, 2018)diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada klien dengan

dispepsia yaitu:

a. Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi

1) Definisi

Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak


atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang

dari 3 bulan.

2) Batasan karakteristik

 Gejala dan Tanda Mayor

 Subjektif

a) Mengeluh nyeri

 Objektif

a) Tampak meringis

b) Bersikap protektif (mis.waspada, posisi menghindari nyeri)

c) Gelisah

d) Frekuensi nadi meningkat

e) Sulit tidur

 Gejala dan Tanda Minor

 Subjektif (tidak tersedia)

 Objektif

a) Tekanan darah meningkat

b) Pola napas berubah

c) Nafsu makan berubah

d) Proses berpikir terganggu

e) Menarik diri

f) Berfokus pada diri sendiri

g) Diaphoresis

3) Faktor yang berhubungan

a) Kondisi pembedahan

b) Cedera traumatis
c) Infeksi

d) Sindrom koroner akut

e) Glaukoma

b. Risiko ketidakseimbangan cairan

1) Definisi

Berisiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan perpindahan

cairan dari intravaskuler, interstial atau intraselular.

2) Faktor risiko

a) Prosedur/pembedahan mayor

b) Trauma/perdarahan

c) Luka bakarAferesis

d) Asites

e) Obstruksi intestinal

f) Peradangan pancreas

g) Penyakit ginjal dan kelenjar

h) Disfungsi intestinal

3) Faktor yang berhubungan

a) Prosedur pembedahan mayor

b) Penyakit ginjal dan kelenjar

c) Perdarahan

d) Luka bakar

c. Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan pasien

1) Definisi

Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek

yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang


memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi

ancaman.

2) Batasan karakteristik

 Gejala dan Tanda Mayor

 Subjektif

a) Merasa bingung

b) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi

c) Sulit berkonsentrasi

 Objektif

a) Tampak gelisah

b) Tampak tegang

c) Sulit tidur

 Gejala dan Tanda Minor

 Subjektif

a) Mengeluh pusing

b) Anoreksia

c) Palpitasi

d) Merasa tidak berdaya

 Objektif

a) Frekuensi napas meningkat

b) Frekuensi nadi meningkat

c) Tekanan darah meningkat

d) Diaforesis

e) Tremor

f) Muka tampak pucat


g) Suara bergetar

h) Kontak mata buruk

i) Sering berkemih

j) Berorientasi pada masa lalu

3) Faktor yang berhubungan

a) Penyakit kronis progresif (mis.kanker, penyakit autoimun)

b) Penyakit akut

c) Hospitalisasi

d) Rencana operasi

e) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas

f) Penyakit neurologi

g) Tahap tumbuh kembang

4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi

Keperawatan

1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)

(D.0077) asuhan keperawatan Observasi

selama 2x24 jam, 1) Identifikasi lokasi, karakteristik,

masalah nyeri akut durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

membaik dengan nyeri

kriteria hasil : 2) Identifikasi skala nyeri

- Keluhan nyeri 3) Identifikasi skala nyeri nonverbal

menurun (5) 4) Identifikasi faktor yang memperberat

- Meringis dan meringankan nyeri

menurun (5) 5) Identifikasi pengetahuan dan


- Gelisah keyakinan tentang nyeri

menurun (5) 6) Monitor efek samping penggunaan

- Muntah analgetik

menurun (5) Terapeutik

- Mual menurun 1) Berikan teknik nonfarmakologis

(5) untuk mengurangi rasa nyeri

- Frekuensi nadi 2) Kontrol lingkungan yang

membaik (5) memperberat nyeri

- Tekanan darah 3) Fasilitasi istirahat dan tidur

membaik (5) Edukasi

- Nafsu makan 1) Jelaskan penyebab, periode yang

membaik (5) memicu nyeri

2) Jelaskan strategi yang meredakan

nyeri

3) Ajarkan teknik non farmakologis

untuk mengurangi nyeri

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian analgetik,jika

perlu.

2. Risiko Setelah dilakukan Manajemen Cairan ( I.03098)

ketidakseimba asuhan keperawatan Observasi

ngan cairan selama 2x24 jam 1) Monitor status hidrasi (mis.frekuensi

masalah risiko nadi, tekanan nadi, akral, pengisian

ketidakseimbangan kapiler, kelembapan mukosa, turgor

cairan membaik dengan kulit, tekanan darah)


kriteria hasil : 2) Monitor berat badan harian

- Asupan cairan 3) Monitor berat badan sebelum dan

meningkat (5) sesudah dialysis

- Keluaran urin 4) Monitor hasil pemeriksaan

meningkat (5) laboratorium (misal hematocrit, Na, K,

- Dehidrasi Cl, berat jenis urinem, BUN)

menurun (5) 5) Monitor status hemodinamik (misal,

- Membrane MAP, CVP,PAP,PCWP jika tersedia)

mukosa Terapeutik

membaik (5) 1) Catat intake-output dan hitung balance

- Turgor kulit cairan 24 jam

membaik (5) 2) Berikan asupan cairan, sesuai

- Tekanan nadi kebutuhan

membaik (5) 3) Berikan caira intravena, jika perlu

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian diuretic, jika

perlu.

3. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I.09314)

berhubungan asuhan keperawatan Observasi

dengan kondisi selama 2x24 jam, 1) Identifikasi saat tingkat ansietas

kesehatan masalah ansietas berubah (misal kondisi, waktu,

pasien menurun dengan stressor)

( D.0080) kriteria hasil : 2) Identifikasi kemampuan mengambil

- Verbalisasi keputusan

kebingungan 3) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal


menurun (5) dan nonverbal)

- Verbalisasi Terapeutik

khawatir akibat 1) Ciptakan suasana terapeutik untuk

kondisi yang menumbuhkan kepercayaan

dihadapi 2) Temani pasien untuk mengurangi

menurun (5) kecemasan, jika memungkinkan

- Perilaku gelisah 3) Pahami situasi yang membuat ansietas

menurun (5) 4) Dengarkan dengan penuh perhatian

- Perilaku tegang 5) Gunakan pendekatan yang tenang dan

menurun (5) meyakinkan

6) Tempatkan barang pribadi yang

memberi kenyamanan

7) Motivasi mengidentifikasi situasi yang

memicu kecemasan

8) Diskusikan perencanaan realistis

tentang peristiwa yang akan datang

Edukasi

1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi

yang mungkin dialami

2) Informasikan secara faktual mengenai

diagnosis, pengobatan, dan prognosis

3) Anjurkan keluarga untuk tetap

bersama pasien, jika perlu

4) Anjurkan keluarga untuk tetap

bersama pasien, jika perlu


5) Anjurkan mengungkapkan perasaan

dan persepsi

6) Latih kegiatan pengalihan untuk

mengurangi ketegangan

7) Latih penggunaan mekanisme

pertahanan diri yang tepat

8) Latih teknik relaksasi

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian obat

antiansietas, jika perlu.


DAFTAR PUSTAKA

Ida, M. (2018). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem


pencernaan. Jakarta: Pustaka Baru Press.

Bulechek GM, Butcher HK, Dochterman JM, Wagner CM. 2017. Nursing
Interventions Classification. Edisi Keenam. Indonesia.

Dinoyo DS. 2017. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah: Sistem Pencernaan.
Jakarta: Prenada Media Group.

PPNI. 2016. Standar DiagnosaKeperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Moorhead S, Johnson M, Maas ML, Swanson E. 2016. Nursing Outcomes


Classification. Edisi Kelima. Indonesia.

....... 2018. Buku Register Ruang Kenanga RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang.

Purnamasari, L. (2017). Faktor risiko, klasifikasi, dan terapi sindrom dispepsia.


870.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Profil Kesehatan Indonesia.


Jakarta: Depkes RI

Price SA, Wilson LM. 2017.Patofisiologi. Edisi 6. Volume 2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai