Oleh :
NUR SYIFA QOTHRUN NADA
1440120040
karena peradangan yang terjadi pada parenkim paru bersifat terlokalisir pada
dalam tabung bronkial kecil bronkiolus, dan tidak teratur menyebarke alveoli
B. Etiologi
tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas reflek glotisdan batuk, adanya
lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kumankeluar dari organ dan
lain :
terjadi peradangan bronkus dan alveolus. Inflamasi bronkus ini ditandai dengan
adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi
positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka
komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah
dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas (PDPI
C. Patofisiologi
Kuman berlebih di Bronkus Kuman Terbawa ke Saluran Cerna Infeksi Saluran Pernafasan Bawah
bronkopneumonia yaitu:
mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotic yang memiliki spectrum luas seperti
ampisilin, pengobatan ini diberikan sampai bebas demam 4-5 hari. Antibiotik
(Ridha, 2014)
b. Pemberian terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi O2, terapi cairan
dosis 1 respul/8 jam. Hal ini sudah sesuai dosis yang dianjurkan yaitu 0,5
pulmonary mast cell 9,11 Namun terapi nebulisasi bukan menjadi gold
2017)
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) untuk dapat menegakkandiagnosa
keperawatan dapat digunakan cara :
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil)
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan
dan dalam digunakan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk
mendeteksi agen infeksius.
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi danstatus
asam basa.
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia.
5) Sampel darah, sputum dan urine untuk tes imunologi untukmendeteksi
antigen mikroba
b. Pemeriksaan radiologi
1. Ronthenogram thoraks
Menunujukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkalidijumpai
pada infeksi stafilokokus dan haemofilus
2. Laringoskopi/bronskopi
Untuk menentukan apakah jalan nafas tesumbat oleh benda padat
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur karena
sesak nafas. Penampilan anak terlihat lemah, sering menguap, mata
merah, anak juga sering menangis pada malam hari karena
ketidaknyamanan tersebut (Riyadi, 2009)
k. Pola aktivitas-latihan
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kuran bersahabat, tidak
sukabermain, ketakutan terhadap orang lain meningkat (Riyadi, 2009)
n. Pola peran-hubungan
Anak tampak malas kalau diajak bicara baik dengan teman sebaya
maupun yang lebih besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama
dengan orang terdekat orang tua (Riyadi, 2009)
o. Pola seksualitas-reproduktif
Pada kondisi sakit dan anak kecilmasih sulit terkaji.Pada anak yang
sudah mengalami pubertas mungkin terjadi gangguan menstruasi pada
wanita tetapi bersifat sementara dan biasanya penundaan (Riyadi, 2009)
p. Pola toleransi stress-koping
Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah anak sering
menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang dominan adalah mudah
tersinggung dan suka marah (Riyadi, 2009)
q. Pola nilai-keyakinan
6) Kepala
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
Penyebab :
Fisiologis :
1) Spasme jalan napas
2) Hipersekresi jalan napas
3) Disfungsi neuromuscular
4) Benda asing dalam jalan napas
5) Adanya jalan napas buatan
6) Sekresi yang tertahan
7) Hiperplasia dinding jalan napas
8) Proses infeksi
9) Respon alergi
10) Efek agen farmakologis
Situasional
1) Merokok aktif
2) Merokok pasif
3) Terpajan polutan
3. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
Faktor risiko :
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorsi nutrient
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Faktor ekonomi
6) Faktor psikologis
Kondisi klinis terkait :
1) Stroke
2) Parkinson
3) Mobius syndrome
3. Rencana Intervensi
No. Diagnose Luaran dan Ekspetasi Intervensi
1. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Manajemen
b.d keperawatan selama 3 x 24 jam Hipertermia
peningkatan diharapkan masalah keperawatan (I.15506)
laju hipertermi dapat teratasi dengan Observasi
metabolisme kriteria hasil : -Identifikasi
Termogulasi (L.14134) penyebab
1. Menggigil menurun dengan hipertermia (mis.
skala 5 dehidrasi, terpapar
2. Suhu tubuh membaik dengan lingkungan panas,
skala 5 penggunaan
3. Suhu kulit membaik dengan inkubator)
skala 5 - Monitor suhu tubuh
-Monitor kadar
elektrolit
-Monitor haluaran
urine
-Monitor komplikasi
akibat hipertermia
Terapeutik
-Sediakan lingkungan
yang dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap
hari atau lebih sering
jika mengalami
hiperhidrosis
(keringat berlebih)
- Lakukan
pendinginan eksternal
(mis. selimut
hipotermia atau
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
- Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena,
jika perlu
Edukasi
- Anjurkan membuat
catatan harian tentang
perasaan dan situasi
pemicu pengeluaran
makanan (mis.
pengeluaran yang
disengaja, muntah,
aktivitas berlebihan)
- Ajarkan pengaturan
diet yang tepat
- Ajarkan
keterampilan koping
untuk penyelesaian
masalah perilaku
makan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
target berat badan,
kebutuhan kalori dan
pilihan makanan
DAFTAR PUSTAKA