Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Gout arthritis ialah menumpuknya asam urat yang diidentifikasi


suatu jenis penyakit dengan disertai rasa nyeri pada bagian tulang sendi,
hal ini kerap kali didapati pada area bawah kaki. Gout arthritis juga bisa
menyebabkan meningkatnya rasa sakit dan kematian akibat komplikasi
(Budiari et al., 2021). Gout arthritis merupakan peradangan pada sendi
yang diakibatkan asam urat berlebihan didalam darah, akibatnya kristal
asam urat akan menumpuk di persendian. Asam urat disebabkan oleh
faktor primer dan sekunder (Warijan, Wahyudi, & Alifah, 2020).
Hasil data Riskesdas Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
pada tahun 2018, penderita gout arthritis yang ada di Indonesia berkisar
7,3% dari jumlah penduduk yaitu yang tertinggi di daerah Aceh 13,26%,
disusul dengan Bengkulu 12,11%, lalu Bali 10,6%, dan Jawa tengah
6,78%. Sementara itu terdapat angka prevalensi gout arthritis 15,55% pada
lansia dari jumlah penduduk Indonesia. Pada kasus gout arthritis akan
meningkat seiring bertambahnya usia (RISKESDAS, 2018)
Kadar asam urat pada laki-laki cenderung lebih tinggi
dibandingkan pada perempuan. Pada dasarnya perempuan memiliki
hormon esterogen yang dapat mendorong asam urat keluar melalui urin.
Namun, asam urat pada perempuan akan meningkat setelah mengalami
menopause.

1
2

Menopause yaitu berakhirnya siklus menstruasi pada wanita yang berumur


45-50 tahun. Asam urat yang normal pada perempuan berkisar 2,4-6,0
mg/dl dan pada laki-laki 3,0-7,0 mg/dl. Kelebihan asam urat dapat
membuat seseorang mengalami hiperurisemia. Hiperurisemia merupakan
kenaikan asam urat melebihi normal. Penderita gout arthritis biasanya
akan mengalami nyeri pada malam hari. Nyeri akut ialah keadaaan tidak
nyaman yang berada di suatu bagian tubuh yang biasanya muncul secara
tiba-tiba. Bagian tubuh ini akan merasakan seperti ditusuk-tusuk, ditekan,
dan panas (Widiastuti & Aderita, 2022).
Ada beberapa cara mengurangi nyeri seperti senam ergonomis.
Senam ergonomis merupakan suatu kegiatan penting dengan menggerakan
persendian secara perlahan dan teratur untuk lansia (Budiari et al., 2021).
Pada saat melakukan senam ergonomis jantung akan merasakan sensasi
pijatan yang akan membuat diafragma naik turun, akibatnya aliran darah
ke jantung maupun ke seluruh tubuh akan lancar dan terhindar dari
sumbatan. Hal itulah yang akan mengurangi nyeri pada penderita gout
arthritis (Widiastuti & Aderita, 2022).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti sangat tertarik untuk mengambil
judul “Implementasi Senam Ergonomis Untuk Mengatasi Gout Arthritis
pada Ibu W di Keluarga Bapak S Desa Kalierang Brebes”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan data yang diperoleh dari lansia dengan penderita gout


arthritis, maka penulis merumuskan bagaimana “Implementasi Senam
Ergonomis Untuk Mengatasi Nyeri Gout Arthritis pada Ibu W di keluarga
Bapak S Desa kalierang Brebes”.

Politeknik Yakpermas
3

C. Tujuan studi kasus

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ada terdapat 2 tujuan yang


hendak dicapai yaitu:
1. Tujuan umum
Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh pengalaman dalam
memberikan “Implementasi Senam Ergonomis Untuk Mengatasi Gout
Arthritis pada Ibu W di Keluarga Bapak S Desa Kalierang Brebes”.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pasien gout arthritis
yang mengalami masalah nyeri dengan tindakan senam ergonomis
pada Ibu W di keluarga Bapak S Desa Kalierang Brebes.
b. Mampu menegakan diagnosa keperawatan pasien gout arthritis
yang mengalami masalah nyeri dengan tindakan senam ergonomis
pada Ibu W di keluarga Bapak S Desa Kalierang Brebes.
c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan pasien gout arthritis
yang mengalami masalah nyeri dengan tindakan senam ergonomis
pada Ibu W di keluarga Bapak S Desa Kalierang Brebes.
d. Mampu melakukan implemetasi keperawatan pasien gout arthritis
yang mengalami masalah nyeri dengan tindakan senam ergonomis
pada Ibu W di keluarga Bapak S Desa Kalierang Brebes.
e. Mampu melakukan evaluasi sesuai dengan rencana keperawatan
pasien gout arthritis yang mengalami masalah nyeri dengan
tindakan senam ergonomis pada Ibu W di keluarga Bapak S Desa
Kalierang Brebes.

Politeknik Yakpermas
4

D. Manfaat studi kasus

Manfaat dari hasil studi kasus ini, diharapkan dapat menjadi bahan
pengetahuan dan menambah wawasan dalam melakukan asuhan
keperawatan dengan kasus gout arthritis.
1. Manfaat teoritis
Menjadi tambahan ilmu dibidang keperawatan dalam mengembangkan
penelitian tentang senam ergonomis terhadap nyeri penderita gout
arthritis.
2. Manfaat praktis
a) Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan terhadap masyarakat tentang
pentingnya senam ergonomis untuk mengurangi nyeri pada
penderita gout arthritis.
b) Penulis
Mempunyai pengalaman dalam mengaplikasikan hasil senam
ergonomis pada penderita gout arthritis.

Politeknik Yakpermas
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan keperawatan

1. Pengkajian
Menurut Widiastuti dan Aderita (2022), pengkajian merupakan tahap
awal dalam proses keperawatan. Melakukan kegiatan pengumpulan
dokumentasi atau memperoleh data yang valid agar dapat ditemukan
berbagai masalah.
a. Data Umum
1) Identitas keluarga
Identitas keluarga berisi nama kepala keluarga, anggota
keluarga, alamat, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan
dan silsilah keluarga. Pada pengkajian, usia, pekerjaan dan jenis
kelamin dilakukan agar mengetahui resiko gout arthritis
terhadap anggota keluarga lain.
2) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga.
3) Suku bangsa
Identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan dalam keluarga. Misalnya, mengkonsumsi makanan
yang mengandung banyak purin. Makanan yang mengandung
purin yaitu makanan yang kaya protein.

5
6

4) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat mempengaruhi kesehatan.
5) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya.
6) Aktivitas rekreasi
Mengkaji kebersamaan keluarga dalam waktu senggang, tidak
hanya saat keluarga pergi ke suatu tempat hiburan.

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Pada tahap ini ditentukan oleh anak tertua dalam keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan terkait tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala yang dialami.
3) Riwayat kesehatan keluarga inti
Menjelaskan riwayat kesehatan anggota keluarga inti mengenai
gout arthritis. Apa ada keturunan dalam keluarga yang juga
mengalami gout arthritis. Gout arthritis meningkat dua kali
lipat jika memiliki orang tua atau anak dengan gout arthritis
dan mencapai 8 kali lipat jika memiliki saudara kembar dengan
penyakit tersebut.
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Menjelaskan riwayat kesehatan keluarga terdahulu dan
bagaimana pengobatan dan pencegahan yang sudah dilakukan.

c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,
jumlah ruangan, tipe rumah, jumlah jendela, jarak septictank

Politeknik Yakpermas
7

dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta


dilengkapi dengan denah rumah.
2) Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Menjelaskan karakterik dari tetangga dan komunitas setempat.
Hal ini terkait dengan kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau
kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas Geografis Keluarga
Mobilitas geografis keluarga dilihat dengan kebiasaan
berpindah tempat.
4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Menjelaskan tentang waktu yang diperlukan keluarga untuk
berkumpul dan berinteraksi dengan masyarakat setempat.
5) Sistem Pendukung Keluarga
Menjelaskan tentang sistem pendukung keluarga dan jaminan
yang dimiliki keluarga.

d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan tentang cara keluarga berkomunikasi pada
kehidupan sehari-hari.
2) Struktur kekuasaan keluarga
Menjelaskan kekuasaan keluarga untuk mengambil suatu
keputusan.
3) Struktur dan peran keluarga
Peran anggota keluarga dalam formal maupun informal.
4) Nilai dan norma keluarga
Menjelaskan terkait nilai dan norma yang dianut keluarga.

e. Fungsi keluarga
1) Fungsi efektif

Politeknik Yakpermas
8

Gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan


dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga dengan anggota
keluarga lainnya.
2) Fungsi Sosialisasi
Menggambarkan bagaimana anggota keluarga mengajarkan
kedisiplinan dalam keluarga dan masyarakat.
3) Fungsi Reproduksi
Menanyakan berapa jumlah anak dan cara yang dipakai untuk
mengatasi jumlah anak.
4) Fungsi Ekonomi
Menjelaskan bagaimana anggota keluarga memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
5) Fungsi Perawatan Keluarga
Bagaimana keluarga melakukan perlindungan dan merawat
anggota keluarga yang sakit, serta pemahaman keluarga
mengenai sehat sakit.
6) Fungsi Perawatan Kesehatan
a) Kemampuan keluarga mengenal masalah
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
Sakit
d) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga
e) Keluarga dapat menggunakan fasilitas keluarga

f. Stress dan koping keluarga


1) Stressor jangka pendek
Stressor jangka pendek merupakan stressor yang dihadapi
keluarga dalam kurun waktu kurang dari 6 bulan.
2) Stressor jangka Panjang
Stressor jangka panjang merupakan stressor yang dihadapi
keluarga dalam kurun waktu lebih dari 6 bulan.

Politeknik Yakpermas
9

3) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah


Mengkaji kemampuan anggota keluarga saat dihadapi masalah
kesehatan.
4) Strategi koping yang digunakan
Mengkaji penyelesaian yang dilakukan keluarga dalam
menghadapi msalah kesehatan.
5) Strategi adaptasi disfungsional
Menjelaskan perilaku keluarga yang tidak bisa menyesuaikan
diri saat menghadapi masalah kesehatan.

g. Harapan Keluarga terhadap Pelayanan Kesehatan


Mengkaji harapan anggota keluarga terhadap pelayanan kesehatan
ketika berada di rumah sakit.

h. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan pada semua anggota keluarga,
pemeriksaan yang dilakukan ialah
1) Status kesehatan umum
Mencakup keadaan klien, kesadaran, tinggi badan, berat badan
dan tanda-tanda vital.
2) Pemeriksaan fisik
Dilakukan pada anggota keluarga yang ada di rumah. Metode
pemeriksaan head to toe yaitu sistem pernafasan, sistem
kardiovaskuler, sistem muskuloskeletal, sistem urinaria, sistem
neurologis dan sistem reproduksi.

2. Diagnosa
Tahap ini merupakan tahap dimana diambilnya sebuah keputusan
terhadap individu, keluarga, dan masyarakat yang menjadi dampak
dari masalah kesehatan (Widiastuti & Aderita, 2022).

Politeknik Yakpermas
1

Pembuatan diagnosis keperawatan keluarga dapat diperlukan pada


individu atau keluarga. Bagian diagnosis keperawatan keluarga di
rumuskan berdasarkan data yang didapat pada pengkajian.
Diagnosa pada pasien gout arthritis yang mungkin muncul yaitu:
a. Nyeri akut
Batasan karakteristik:
1) Mengekspresikan perilaku nyeri (misalnya, gelisah, merintih,
dan menangis)
2) Laporan tentang perilaku nyeri atau perubahan aktivitas
(misalnya, anggota keluarga, dan pemberi asuhan)
3) Perubahan pada parameter fisiologis (misalnya, tekanan darah,
frekuensi jantung, dan frekuensi pernapasan)
b. Gangguan mobilitas fisik
Batasan karakteristik:
1) Gerakan lambat
2) Ketidaknyamanan
3) Gangguan sikap berjalan
4) Keterbatasan rentang gerak
c. Defisiensi pengetahuan
Batasan karakteristik:
1) Kurang pengetahuan
2) Ketidakakuratan mengikuti perintah
3) Perilaku tidak tepat
Pada diagnosa keperawatan mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
d. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga
e. Keluarga tidak dapat menggunakan fasilitas keluarga

Politeknik Yakpermas
1

Skoring prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga


Menurut Maglaya (2009) skoring prioritas masalah asuhan keperawatan
keluarga sebagai berikut:

Tabel 2. 1. Skoring Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga

Kriteria Nilai Bobot


Sifat masalah:
- Akut 3
- Resiko 2 1
- Potensial 1

Kemungkinan masalah yang dapat


diubah:
- Mudah 2
- Sebagian 1 2
- Tidak dapat 0

Potensial masalah untuk dicegah:


- Tinggi 3
- Cukup 2 1
- Rendah 1

Menonjolnya masalah:
- Segera 2
- Tidak perlu 1 1
- Tidak dirasakan 0

Jumlah skor
Sumber: Maglaya (2009)

Perhitungan skoring prioritas masalah asuhan keperawatan

1) Tentukan jumlah skor untuk setiap kriteria


2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot
3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria
4) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

Politeknik Yakpermas
1

3. Intervensi
Intervensi keperawatan ialah sebuah metode penyusun berbagai
rencana keperawatan yang diperlukan untuk menghindari, mengurangi
atau menurunkan kejadian pada klien (Widiastuti & Aderita, 2022).
Perencanaan pada diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada
penderita gout arthritis yaitu:
Tabel 2. 2. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Luaran Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
(Tim Pokja (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
SDKI DPP 2018) 2018)
PPNI,
2018)
Nyeri akut Keluarga mampu mengenal masalah Edukasi Manajemen Nyeri
kesehatan nyeri pada Ny.W dengan (I.12391)
kriteria hasil: Tindakan :
Obsevasi
Kontrol nyeri (L.08063) - Identifikasi kesiapan dan
Kriteria awal akhir kemampuan menerima
Melaporkan nyeri 1 5 informasi
terkontrol Terpeutik
Kemampuan 1 5 - Jadwalkan Pendidikan
mengenali kesehatan sesuai
penyebab nyeri kesepakatan
Kemampuan 1 5 - Berikan kesempatan untuk
menggunakan bertanya
teknik Edukasi
non farmakologis - Jelaskan penyebab, periode,
dan strategi meredakan
Keterangan: nyeri
1 : Meningkat - Anjurkan memonitor nyeri
2 : Cukup secara mandiri
meningkat 3 : - Ajarkan teknik
Sedang nonfarmakologi untuk
4 : Cukup menurun mengurangi rasa nyeri
5 : Menurun

Keluarga mampu mengambil Promosi Latihan Fisik (I.05183)


keputusan motivasi, dengan Tindakan :
kriteria hasil: Observasi:
- Identifikasi keyakinan
kesehatan tentang latihan
fisik.
- Identifikasi pengalaman
Motivasi (L.09080) olahraga sebelumnya.
Kriteria awal akhir - Identifikasi motivasi
individu untuk memulai
Upaya menyusun 1 5 atau melanjutkan program
rencana tindakan olahraga.

Politeknik Yakpermas
1

Upaya mencari 1 5 -
Identifikasi hambatan untuk
dukungan sesuai berolahraga.
kebutuhan - Monitor kepatuhan
menjalankan program
Harga diri positif 1 5 latihan.
Keyakinan positif 1 5 - Monitor respons terhadap
program latihan.
Terapeutik:
Keteranngan : - Motivasi mengungkapkan
1 : Menurun perasaan tentang olahraga
2 : Cukup kebutuhan berolahraga.
menurun 3 : - Motivasi memulai atau
Sedang melanjutkan olahraga.
4 : Cukup meningkat - Fasilitasi dalam menetapkan
5 : Meningkat tujuan jangka pendek dan
panjang program latihan
- Berikan umpan balik positif
terhadap setiap upaya yang
dijalankan pasien
Edukasi :
- Jelaskan manfaat kesehatan
dan efek fisiologis olahraga.
- Jelaskan jenis latihan yang
sesuai dengan kondisi
kesehatan.
- Ajrakan teknik menghindari
cedera pada saat
berolahraga.
- Ajarkan teknik pernapasan
yang tepat untuk
memaksimalkan penyerapan
oksigen selama latihan fisik.
Dukungan mobilisasi (I.05173)
Keluarga mampu merawat Tindakan :
pergerakan sendi, dengan kriteria Observasi:
hasil: - Identifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik lainnya.
Koordinasi
Kriteria pergerakan (L.05041)
awal akhir
- Monitor frekuensi jantung
Kekuatan otot 1 5 dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi.
Keterangan: - Monitor kondisi umum
1 : Menurun selama melakukan
2 : Cukup mobilisasi.
menurun 3 : Terapeutik
Sedang - Fasilitasi aktivitas
4 : Cukup mobilisasi dengan alat bantu
meningkat 5 : (misalnya, pagar tempat
Meningkat tidur)
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan.
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi.

Politeknik Yakpermas
1

- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini.

Keluarga mampu Manajemen keselamatan


memodifikasi lingkungan, lingkungan (I.14513)
Status kenyamanan dengan Tindakan :
kriteria hasil: Observasi:
- Identifikasi kebutuhan
Status kenyamanan (L.08064) keselamatan (misalnya,
Kriteria awal akhir kondisi fisik, fungsi kognitif
dan riwayat perilaku)
Kesejahteraan 1 5 - Monitor perubahan status
fisik keselamatan lingkungan
Terapeutik
Kesejahteraan 1 5 - Sediakan alat bantu
psikologis keamanan lingkungan
(misalnya, kursi toilet dan
Dukungan sosial 1 5 pegangan tangan)
dari keluarga
- Gunakan perangkat
Perawatan sesuai 1 5 pelindung (misalnya,
kebutuhan pengekangan fisik, rel
samping, pintu terkunci, dan
pagar)
Keterangan : Edukasi
Keterangan: - Ajarkan individu, keluarga
1 : Menurun dan kelompok risiko tinggi
2 : Cukup bahaya lingkungan
menurun 3 :
Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : meningkat

Keluarga mampu Rujukan (I.12473)


memanfaatkan fasilitas Tindakan:
kesehatan Observasi:
Proses informasi, dengan kriteria hasil: - Identifikasi indikasi rujukan
(misalnya, kebutuhan
Proses informasi (L.10100) penanganan lanjut, fasilitas
Kriteria awal akhir tidak tersedia permintaan
pasien atau keluarga sendiri)
Proses pikir 1 5 - Periksa kondisi pasien
teratur sebelum dirujuk (misalnya
kondisi umum, tanda vital,
Proses pikir logis 1 5 dan kesadaran).
Terapeutik:
- Dapatkan persetujuan pasien
dan atau keluarga (informed
Keterangan: consent)
1 : Menurun - Hubungi layanan kesehatan
2 : Cukup yang menjadi tujuan rujukan
menurun 3 : yang akan menerima pasien
Sedang - Pastikan informasi tentang
4 : Cukup meningkat pasien telah diketahui dan
5 : Meningkat dicatat oleh tenaga
kesehatan di layanan
kesehatan tujuan rujukan.

Politeknik Yakpermas
1

Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan
prosedur rujukan
- Informasikan rencana
merujuk kepada pasien
dan
keluarga.

4. Implementasi
Implementasi dilakukan dengan indikator perencanaan yang sudah
diputuskan sebelumnya. Implementasi keperawatan yang dilakukan
sesuai dengan intervensi yang diambil, akan tetapi akan ada tindakan
yang tidak dilakukan seluruhnya (Gusmiarti, Novitasari, & Maryoto,
2021). Dalam hal ini peneliti akan melakukan pemberian senam
ergonomis dan memberikan pengetahuan mengenai gout arthritis pada
lansia, karena dapat menurunkan nyeri bagi penderita gout arthritis.

Tabel 2. 3. Implementasi Asuhan Keperawatan

Diagnosa Implementasi
Nyeri akut - Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
- Menjadwalkan Pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
- Memberikan kesempatan untuk bertanya
- Menjelaskan penyebab, periode, dan strategi
meredakan nyeri
- Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
- Mengidentifikasi keyakinan kesehatan tentang
15atihan fisik.
- Mengidentifikasi pengalaman olahraga
sebelumnya.
- Mengidentifikasi motivasi individu untuk
memulai atau melanjutkan program olahraga.
- Mengidentifikasi hambatan untuk berolahraga.
- Memonitor kepatuhan menjalankan program
latihan.
- Memonitor respons terhadap program latihan.
- Memotivasi mengungkapkan perasaan tentang
olahraga kebutuhan berolahraga.
- Memotivasi memulai atau melanjutkan olahraga.

Politeknik Yakpermas
1

- Memfasilitasi dalam menetapkan tujuan jangka


pendek dan latihan program latihan
- Memberikan umpan balik positif terhadap setiap
upaya yang dijalankan pasien
- Menjelaskan manfaat kesehatan dan efek
fisiologis olahraga.
- Memjelaskan jenis latihan yang sesuai dengan
kondisi kesehatan.
- Mengajarkan teknik menghindari cedera pada
saat berolahraga.
- Mengajarkan teknik pernapasan yang tepat
untuk memaksimalkan penyerapan oksigen
selama latihan fisik.

Senam ergonomis yang akan dilakukan dimulai dari:

a. Gerakan berdiri tegak


b. Gerakan lapang dada
c. Gerakan tunduk syukur
d. Gerakan duduk perkasa
e. Gerakan berbaring pasrah
f. Gerakan putaran energi inti

5. Evaluasi
Proses keperawatan dengan upaya melaksanakan intervensi sampai
sejauh mana hasil yang akan dicapai dan merupakan langkah terakhir
(Widiastuti & Aderita, 2022).
Setelah dilakukan senam ergonomis diharapkan dapat mengatasi nyeri
akut yang terjadi pada ibu W. Gangguan mobilitas fisik dapat teratasi,
dan keluarga mengetahui secara umum mengenai gout arthritis.
Evaluasi dilakukan dengan memakai SOAP (subjective, objective,
assessment, planning).
Tabel 2. 4. Evaluasi Asuhan Keperawatan

Diagnosa Evaluasi
Nyeri akut - Diharapkan nyeri pada klien berkurang
- Diharakan klien mengetahui penyakit yang
dialami dan mengetahui penyebab, periode,

Politeknik Yakpermas
1

strategi meredakan nyeri serta dapat memonitor


nyeri secara mandiri
- Diharapkan klien mampu melakukan senam
ergonomis secara mandiri dan mengetahui cara
agar terhindar dari resiko cidera.
- Diharapkan klien mengetahui manfaat dan efek
fisiologis dari senam ergonomis.

B. Gout Arthritis

1. Definisi
Gout arthritis yaitu penyakit yang menyerang sendi dapat ditandai
dengan menumpuknya kristal monosodium di sekitar sendi.
Hiperurisemia dan supersaturasi jaringan tubuh merupakan hal yang
dapat mempengaruhi penumpukan kristal urat (Zahara, 2013).
Gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh
tingginya asam urat yang ada dalam darah. Hal ini yang dapat
membuat sendi sakit, nyeri dan meradang pada persendian (Susanto,
2015).
Gout arthritis adalah penyakit yang diakibatkan gangguan
metabolisme purin yang ditandai dengan hiperurisemi dan serangan
sinopitis akut berulang. Pria usia pertengahan sampai lanjut usia dan
wanita pasca menopause biasanya lebih rentan terkena penyakit ini
(Nurarif, 2015).
2. Etiologi
Menurut Rahmatul (2015) Etiologi dari gout arthritis meliputi usia,
riwayat penggunaan obat, jenis kelamin, obesitas, konsumsi purin dan
alkohol.
a. Usia
Bertambahnya usia dapat menimbulkan banyak faktor resiko
seperti meningkatnya kadar asam urat serum. Penurunan fungsi
ginjal adalah penyebab kadar asam urat meningkat.
b. Riwayat penggunaan obat

Politeknik Yakpermas
1

Penggunaan obat diuretik biasanya dapat menyebabkan


peningkatan mekanisme tubuh untuk menyerap kembali zat yang
diperlukan tubuh oleh ginjal, hal ini biasanya disebut
hiperurisemia. Dosis aspirin yang rendah juga dapat menambah
sedikit asam urat pada lanjut usia.
c. Jenis kelamin
Pada usia kurang dari 30 tahun, gout arthritis lebih banyak
menyerang pria karena wanita memiliki hormon estrogen. Wanita
akan rentan terkena gout arthritis pada saat pasca menopause.
d. Obesitas
Obesitas secara signifikan berperan dalam resiko gout arthritis.
Gout arthritis akan meningkat 3 kali lipat pada pria dengan indeks
massa tubuh 35 ataupun lebih.
e. Konsumsi purin
Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar Asam
Urat di dalam darah. Hal ini dikarenakan tubuh sudah menyediakan
85% purin didalam tubuh dan hanya membutuhkan sekitar 15%
purin yang dikonsumsi.
f. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol berlebih dapat meningkatkan asam urat
dalam tubuh.

3. Patofisiologi
Gout Artritis adalah bentuk dari pemecahan metabolisme purin.
Metabolisme purin tersebut akan keluar melalui feses dan juga ginjal.
Kadar asam urat serum pada pria sekitar 3,5-7,2 mg/dL dan pada
wanita yaitu 2,6-6,0 mg/dL. Pada saat terjadi peningkatan zat, resiko
pembentukan kristal monosodium urat akan tercipta dari plasma yang
sudah tersupersaturasi. Sekitar 10% individu akan mengalami produksi
berlebih yang terjadi dalam hiperurisemia. Hiperurisemia terjadi
karena ginjal kurang mengsekresi asam urat yang ada dalam tubuh.

Politeknik Yakpermas
1

Hiperurisemia dan nyeri pada sendi akan menyebabkan resiko gout


arthritis. Penimbunan kristal urat monohidratmonosedium terbentuk
dalam cairan sendi. Asam urat akan mengalami pengurangan kelarutan
pada suhu yang lebih rendah. Kristal ini mendorong proses inflamasi,
selama sel darah putih berespons dengan intake Kristal. Hal ini akan
mengakibatkan erosi pada tulang rawan yang membuat nyeri pada
bagian sendi. Ketidakstabilan asam urat yang ada dalam sendi juga
menimbulkan terjadinya tofus. Terbentuknya tofus serta fibrosis dan
ankilosis pada tulang akan mengakibatkan perubahan bentuk tubuh
pada tulang dan sendi. (Nurarif, 2015).

4. Manifestasi klinis
Tanda gejala yang biasanya terjadi pada penderita gout arthritis yaitu:
a. Nyeri pada bagian persendian terutama pada malam hari dan saat
bangun tidur
b. Kesemutan dan linu
c. Sendi yang terkena gout arthritis terlihat bengkak dan berwarna
merah
d. Awalnya hanya menyerang satu sendi dan akan terjadi selama
beberapa hari, sendi akan kembali berfungsi secara bertahap dan
gejala tidak akan muncul kembali sampai serangan berikutnya
e. Akan ada benjolan kristal asam urat di daun telinga.
f. Sendi yang terkena gout arthritis akan terasa nyeri dalam beberapa
hari dan akan hilang dalam waktu sekitar satu minggu.

5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan yaitu
pemeriksaan hematologi lengkap untuk mengetahui komponen
dalam darah.

Politeknik Yakpermas
2

 Pemeriksaan kadar asam urat agar mengetahui tingkat asam


urat. Tingkat asam urat yang tinggi tidak selalu berarti gout,
tetapi terdapat risiko untuk mengalami gout.
b. Pemeriksaan cairan sendi
 Pemeriksaan cairan sendi dilakukan dengan mengambil cairan
yang ada dalam sendi. Cairan akan diambil dengan jarum dan
diamati menggunakan mikroskop untuk memeriksa banyaknya
kristal dalam sendi.
c. Pemeriksaan Radiologis
 Pemeriksaan dengan menggunakan X-ray, sendi akan terlihat
dengan jelas.
 Pada pemeriksaan USG kristal asam urat akan tampak dalam
bentuk agregat dan double contour pada permukaan kartilago.

6. Penatalaksanaan
Terapi non farmakologi
a. Diet
Diet yang dapat dilakukan pada penderita gout arthritis yaitu
berupa pembatasan makanan yang banyak mengandung purin,
membatasi kalori yang masuk dalam tubuh disesuaikan dengan
indeks masa tubuh, memakan makanan yang tinggi karbohidrat,
mengkonsumsi makanan rendah protein dan rendah lemak.
b. Tinggi cairan
Mengkonsumsi cairan yang cukup akan mengeluarkan asam urat
dalam tubuh melalui urin. Pada penderita gout arthritis disarankan
untuk meminum cairan sebanyak 10 gelas perhari.
c. Latihan fisik
Olahraga memiliki banyak manfaat untuk tubuh manusia, salah
satunya untuk penderita asam urat. Pada penderita gout arthritis,
latihan fisik berguna untuk mengatasi nyeri yang terjadi karena
gout arthritis. Senam merupakan salah satu olahraga yang
dapat

Politeknik Yakpermas
2

mengurangi nyeri ketika gout arthritis menyerang persendian.


Senam yang mudah dilakukan yaitu senam ergonomis. Senam
ergonomis dilakukan dengan gerakan yang ringan dan ditambah
teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri. Melakukan
senam ergonomis baik dilakukan sesuai dengan kemampuan tubuh
lansia.
Terapi farmakologis
a. Pada serangan akut
Pemberian NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs),
merupakan terapi lini pertama dalam penanganan gout arthritis
akut. Dengan menggunakan Indometasin 200 mg/hari atau
Diklofenak 150 mg/hari, asalkan tidak ada kontra indikasi
terhadap NSAID (Nurarif, 2015).
b. Serangan kronis
Allopurinol merupakan Obat Hipourisemik. Selain itu
Probenesid (500mg-1g 2x/hari) dan Sulfinpirazon (100mg 3-4
kali/hari) merupakan alternative dari Allopurinol.

7. Komplikasi
Komplikasi yang akan muncul jika gout arthritis tidak ditangani:
a. Munculnya benjolan (tofus)
Tofus akan terasa nyeri dan terjadi pembengkakan. Benjolan keras
dapat muncul di sekitar tubuh, hal ini terjadi akibat menumpuknya
kristal asam urat di bawah kulit. Area tubuh yang sering terdapat
benjolan yaitu jari tangan, siku, kaki dan sekitar mata kaki.
b. Kerusakan sendi permanen
Gout arthritis bisa saja menyerang dalam beberapa kali dalam
setahun. Apabila tidak ditangani kondisi tersebut akan
menyebabkan kerusakan pada sendi dan pengeroposan.

Politeknik Yakpermas
2

c. Penyakit batu ginjal


Pada penderita asam urat akan lebih berpotensi mengalami batu
ginjal. Jika tidak diobati asam urat bisa mengkristal di dalam
ginjal.

8. Pathway

Politeknik Yakpermas
2

C. Senam ergonomis

1. Pengertian
Senam ergonomis ialah suatu teknik yang dapat menjaga kesehatan
tubuh. Gerakan senam ergonomis sangat efektif dan efisien dan
susunan gerakannya merupakan gerak yang dapat dilakukan oleh
semua orang. Gerak senam ergonomis dibentuk dengan kreasi tubuh
dan merupakan gerak yang terinspirasi dari gerak dalam sholat. Sistem
tubuh seperti sistem kardiovaskuler, reproduksi dan kemih akan
langsung terbuka dan aktif saat melakukan senam ergonomis
(Wratsongko, 2015).
2. Tujuan senam ergonomis
Senam ergonomis bertujuan mengembalikan sistem tubuh dan aliran
darah serta mampu menjaga kesegaran tubuh, mengatasi nyeri pada
persendian dan membuang energi negatif yang ada pada tubuh.
3. Manfaat senam ergonomis
Manfaat dari senam ergonomis yaitu untuk perawatan kesehatan dan
pencegahan penyakit.
4. Gerakan senam ergonomis
a. Gerakan
pembuka Berdiri
tegak
Gerakan dimulai dengan berdiri tegak dengan kedua telapak kaki
menapak keseluruh lantai. Tarik nafas dalam dan telapak tangan
kanan dan kiri menyatu kedepan dada. Tahan nafas selama 3 detik,
lepaskan kedua tangan kesamping dan menghembuskan nafas
melalui mulut (Wratsongko, 2015).

Politeknik Yakpermas
2

Gambar 2. 1. Gambar Gerakan Pembuka

Sumber: Wratsongko (2015)

b. Gerakan pertama
Gerakan lapang dada
Kedua lengan di atas kepala, jari kaki jinjit kemudian turunkan
lengan sampai sejajar dengan bahu. Pada saat lengan turun, telapak
kaki menapak ke lantai. Semaksimal mungkin agar rileks dan
merasakan udara yang masuk keluar dalam tubuh. Gerakan ini
memiliki manfaat mengoptimalkan fungsi saraf, jantung, ginjal,
lambung dan usus sehingga metabolisme berjalan dengan baik.
Putaran pada bahu dapat menstimulus tarikan pada cabang besar
saraf bahu. Gerak pada kaki dijinjit dapat menstimulus sensor
saraf (Wratsongko, 2015).

Politeknik Yakpermas
2

Gambar 2. 2. Gerakan Lapang Dada

Sumber: Wratsongko (2015)

c. Gerakan kedua
Gerakan tunduk syukur
Gerakan ini merupakan gerakan yang ada pada gerak sholat yaitu
rukuk. Pada saat melakukan gerakan tunduk syukur lakukan
dengan sebisanya. Menahan nafas saat membungkukkan badan
dan tangan berpegangan pada pergelangan kaki. Punggung akan
merasakan tertarik dan terenggang. Kemudian wajah menghadap
ke arah depan dan melepaskan nafas secara perlahan. Gerakan ini
menguatkan struktur fungsi otot, ligament dan tulang belakang.
Manfaat gerakan tunduk syukur yaitu pada saat membungkuk
dapat menghindari risiko jepitan syaraf. Pada saat wajah
menghadap atas mengoptimalkan oksigenisasi otak dan
meningkatkan suplai darah. Gerakan tunduk syukur juga memiliki
fungsi untuk melonggarkan otot punggung bagian bawah dan perut
(Wratsongko, 2015).

Politeknik Yakpermas
2

Gambar 2. 3. Gerakan Tunduk Syukur

Sumber: Wratsongko (2015)

d. Gerakan ketiga
Gerakan duduk perkasa
Tahapan gerakan ini dimulai dari posisi duduk jari kaki sebagai
tumpuan. Apabila kaki tidak bisa ditekuk, kaki bisa diluruskan.
Kemudian, menarik nafas dalam dan membungkukan badan ke
depan sampai pantat menungging, tangan berada di atas paha,
wajah menghadap lurus kedepan. Gerakan ini bermanfaat
meningkatkan tekanan dalam rongga dada, sirkulasi dan
oksigenasi otak, dan jari kaki sebagai tumpuan memberikan
stimulator akan fungsi vital tubuh (Wratsongko, 2015).

Politeknik Yakpermas
2

Gambar 2. 4. Gerakan Duduk Perkasa

Sumber: Wratsongko (2015)

e. Gerakan keempat
Gerakan berbaring pasrah
Tahapan gerakan ini dilakukan dengan posisi duduk lalu berbaring
ke lantai. Pada saat berbaring dilantai dan kaki tidak dapat ditekuk,
kaki diluruskan. Kedua lengan berada diatas kepala dengan lurus,
atur nafas agar tetap rileks. Manfaatnya memberikan relaksasi
saraf tulang belakang dan dapat mengatur fungsi optimal organ
dalam (Wratsongko, 2015).

Gambar 2. 5. Gerakan Berbaring Pasrah

Politeknik Yakpermas
2

Sumber: Wratsongko (2015)

f. Gerakan keenam
Gerakan putaran energi inti
Pada saat melakukan gerakan ini, tahapan dimulai dengan duduk
dan punggung kaki sebagai alas. Kaki bisa diluruskan dalam
gerakan ini, kedua lengan lurus kedepan dan diputar kebelakang
sampai atas kepala sebanyak 10 kali. Pada saat berakhirnya
putaran tarik nafas dalam dan menahan nafas. Badan
membungkuk ke depan, kemudian menahan lengan kebelakang,
wajah menghadap ke arah depan, dan hembuskan napas dengan
perlahan. Gerakan putaran energi memiliki manfaat meningkatkan
tekanan pada saluran saraf tulang belakang dan memaksimalkan
suplai darah serta fungsi organ dalam tubuh (Wratsongko, 2015).

Gambar 2. 6. Gerakan Putaran Inti

Sumber: Wratsongko (2015)

D. Keluarga

Politeknik Yakpermas
2

1. Konsep keluarga
Konsep keluarga masa kini dibentuk berdasarkan ikatan perasaan yang
dibangun antar anggota dalam keluarga itu tanpa mewajibkan
kehadiran fisik mereka pada tempat dan waktu yang sama.
2. Pengertian keluarga
Keluarga merupakan kumpulan orang yang mempunyai ikatan dalam
perkawinan dan kelahiran, dalam setiap anggota keluarga memiliki
tujuan untuk menciptakan dan meningkatkan perkembangan
psikologis, emosional dan sosialnya (Yahya. S, 2021).
3. Fungsi keluarga
Menurut Setyowati dan Murwani (2018) terdapat 5 fungsi dasar dalam
keluarga yaitu:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi emosional yang dimana keluarga
memberikan kasih sayang dan saling memberikan cinta agar
kebutuhan psikososial terpenuhi dengan baik. Terwujudnya fungsi
emosional dilihat dari kebahagiaan dan kegembiraan dalam setiap
anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi dimulai dari manusia lahir dan keluarga yang menjadi
tempat untuk belajar bersosialisasi di sekitarnya. Keberhasilan
perkembangan manusia diperoleh dari hubungan dari keluarganya.
c. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi bertujuan untuk melanjutkan generasi penerus
dalam keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi dalam keluarga mencangkup semua kebutuhan
yang dibutuhkan dalam setiap anggota keluarga.
e. Fungsi perawatan keluarga
Keluarga saling menjaga kesehatan anggota keluarganya dan
mengurus masalah kesehatan yang dialami. Pada saat ada anggota

Politeknik Yakpermas
3

keluarga yang sakit, maka kemampuan keluarga yaitu dengan


menyediakan pelayanan kesehatan untuk membantu mencapai
kesehatan.

4. Peran keluarga
Peran keluarga untuk membimbing dan membina anggota keluarganya
untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik maupun lingkungan budaya
yang berada disekitarnya. Peran keluarga berkaitan erat dengan
perkembangan setiap individu dalam keluarga.

Politeknik Yakpermas
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis/Desain/Rancangan Studi Kasus

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan


studi kasus. Tujuan penelitian ini adalah mengekplorasi masalah
implementasi senam ergonomis untuk mengatasi nyeri gout arthritis pada
Ibu W di keluarga Bapak S Desa Kalierang Brebes.

B. Subyek studi kasus

1. Kriteria inklusi
a. Usia lansia lebih dari 60 tahun
b. Klien dengan diagnosa medis gout arthritis
c. Klien tidak dengan masa perawatan di rumah sakit
d. Klien tidak dengan komplikasi penyakit lain
e. Klien wanita yang sudah menopause
2. Kriteria eksklusi
a. Klien dengan indikasi penyakit jantung
b. Klien dalam masa perawatan dirumah sakit
c. Klien saat gout arthritis menyerang
d. Klien yang tidak kooperatif

3
3

C. Fokus studi

Fokus studi dalam penelitian ini adalah Implementasi Senam


Ergonomis Untuk Mengatasi Nyeri Gout Arthritis Pada Ibu W di Keluarga
Bapak S Desa Kalierang Brebes.

D. Definisi operasional fokus studi

Tabel 3. 1. Definisi Operasional Fokus Studi

Variabel Definisi Parameter Alat ukur


Operasional
Senam Senam ergonomis Alat ukur
ergonomis ialah suatu teknik waktu
yang dapat
mengurangi nyeri. Gerakan berdiri tegak (5 1 menit
Senam ergonomis kali)
dilakukan untuk Gerakan lapang dada (15 2 menit
menjaga kesehatan kali putaran)
tubuh. Gerakan senam Gerakan tunduk syukur (5 4 menit
ergonomis sangat kali)
efektif dan efisien. Gerakan duduk perkasa (5 4 menit
Susunan gerakan kali)
senam ergonomis Gerakan berbaring pasrah 2 menit
merupakan gerak (5 kali)
yang dapat dilakukan Gerakan putaran energi 2 menit
oleh semua orang. inti (5 kali)

Nyeri akut Nyeri akut ialah Skala Ciri-ciri Alat ukur


keadaaan tidak Skala nyeri
nyaman yang berada 0 Tidak
pada kaki yang terganggu
biasanya muncul oleh rasa
secara tiba-tiba. Kaki nyeri
akan merasakan
seperti ditusuk-tusuk, 1-3 Ada sedikit
ditekan dan panas. nyeri dan
rasa tidak
nyaman

4-6 Nyeri sedang

7-10 Nyeri yang


parah

Politeknik Yakpermas
3

1. Tidak ada nyeri


dengan skala 0
2. Nyeri ringan
dengan skala 1-3
3. Nyeri sedang
dengan skala 4-6
4. Nyeri berat
dengan skala 7-10

Lansia Lansia merupakan Batasan usia lansia Alat ukur


periode seseorang - Lansia (elderly) dengan
yang telah memasuki yaitu usia 55-66 Usia
usia lebih dari 60 tahun
tahun. Lansia - Lansia muda
mengalami penurunan (young old) yaitu
daya tahan tubuh 66-74 tahun
terhadap rangsangan - Lansia tua (old)
dari luar. yaitu 75-90
tahun
- Lansia sangat tua
(very old) yaitu
usia lebih dari 90
tahun
WHO (2013)

E. Instrumen studi kasus

Instrumen studi kasus yang akan digunakan yaitu:


1. Lembar pengkajian lansia di keluarga
Lembar pengkajian digunakan untuk mengetahui informasi dari klien
tentang kesehatan yang dialami.
2. Lembar observasi
Lembar observasi merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data melalui pengamatan di lapangan. Lembar
observasi adalah petunjuk terperinci yang berisi langkah-langkah
melakukan observasi. Merumuskan masalah dan kerangka teori untuk
menjabarkan perilaku yang akan diobservasi.

Politeknik Yakpermas
3

3. Lembar wawancara
Lembar wawancara merupakan alat yang digunakan untuk
melakukan tanya jawab dengan klien bertujuan untuk
mengetahui apa yang dirasakan klien saat ini.

F. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara subjektif dan objektif.


Penelitian ini juga disertai wawancara dan tanya jawab dengan klien
maupun keluarga klien mengenai masalah utama agar mendapatkan data
yang dapat melengkapi dan berguna untuk peneliti. Penelitian ini juga
akan menggunakan metode observasi dan pemeriksaan fisik dengan
pendekatan IPPA (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi) pada sistem
tubuh klien.

G. Lokasi dan waktu studi kasus

1. Lokasi
Pada studi kasus ini sasarannya adalah klien Ibu W di keluarga Bapak
S, hal ini membuat peneliti mengambil lokasi di rumah klien yaitu
Dukuh Karang Jati, Desa Kalierang, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten
Brebes.
2. Waktu
Pelaksanaan senam ergonomis akan di jadwalkan selama seminggu
dan dilakukan 3 kali. Satu implementasi dengan waktu 15 menit.

Politeknik Yakpermas
3

H. Analisis data dan penyajian data

Analisa data yang ada disampaikan dengan fakta, lalu


dibandingkan dengan teori yang ada dan kemudian dituang dalam opini
pembahasan. Teknik analisis yang digunakan secara observasi dan studi
dokumentasi yang mendapatkan data akan peneliti bandingkan dengan
teori yang ada sebagai subjek untuk memberikan evaluasi dalam intervensi
tersebut. Urutan dalam analisis data yaitu:

1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan teknik wawancara,
observasi dan dokumentasi.
2. Memilih data
Data dari hasil wawancara akan di jadikan rangkuman lalu
selanjutnya ditandai oleh peneliti yang memiliki arti tertentu sesuai
dengan topik penelitian.
3. Penyajian data
Penyajian data akan dilakukan dengan tabel dan teks naratif.
Kerahasiaan responden akan terjaga dengan baik dan aman.
4. Kesimpulan
Penarikan kesimpulan akan dilakukan dengan membuat pernyataan
yang diambil secara ringkas dari keseluruhan hasil pembahasan.

I. Etika studi kasus

1. Informed consent (Lembar persetujuan)


Informed consent merupakan suatu formulir persetujuan yang
diberikan untuk klien dengan tujuan agar memahami penelitian yang
akan dilakukan dan bentuk persetujuan klien untuk dilakukan bahan
penelitian.

Politeknik Yakpermas
3

2. Anonymity (Tanpa nama)


Saat kegiatan penelitian berlangsung, nama klien tidak akan
ditampilkan ataupun dicantumkann tetapi hanya menggunakan kode
partisipan pada lembar pengumpulan data dan hasil penelitian yang
akan ditunjukan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Peneliti harus menjaga rahasia klien dan menggunakan indentitas
untuk penelitian saja. Peneliti juga harus meyakinkan klien tentang
hasil yang akan dihubungkan dengan mereka dan cerita dari klien
akan dirahasiakan.

Politeknik Yakpermas

Anda mungkin juga menyukai