Anda di halaman 1dari 35

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................1
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................2
KATA PENGANTAR............................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................5
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................6
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................6
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................7
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................7
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................7
2.1 Definisi......................................................................................................9
2.2 Etiologi......................................................................................................9
2.3 Klasifikasi..................................................................................................9
2.4 Manifestasi Klinis....................................................................................10
2.5 Patofisiologi.............................................................................................11
2.6 Pemeriksaan Diagostik............................................................................12
2.7 Komplikasi..............................................................................................13
2.8 Web Of Caution (WOC)..........................................................................14
2.9 Penatalaksanan........................................................................................15
2.10 Asuhan Keperawatan Teori.....................................................................16

BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................18


3.1 Pengkajian...............................................................................................18
3.2 Analisa Data Keperawatan......................................................................35
3.3 Rumusan Diagnosa Keperawatan............................................................36
3.4 Intervensi Keperawatan...........................................................................37
3.5 Implementasi...........................................................................................40
3.6 Evaluasi Keperawatan.............................................................................46
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................51
4.1 Pengkajian Keperawatan Gerontik......................................................51
4.2 Diagnosis Keperawatan Gerontik........................................................52
4.3 Intervensi Keperawatan Gerontik........................................................52
4.4 Implementasi Keperawatan Gerontik..................................................54
4.5 Evaluasi Keperawatan Gerontik..........................................................58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................60
5.1 Kesimpulan..........................................................................................60
5.2 Saran....................................................................................................60
Daftar Pustaka.....................................................................................................61
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Asam urat umumnya terjadi pada orang yang berumur diatas 40 tahun, yaitu
sekitar umur 60 tahun. Namun, kebiasaan pola makan dan pola hidup yang tidak sehat
menjadi penyebab banyak anak muda berumur 20 tahunan terkena asam urat. Penyakit
asam urat (arthritis gout) adalah penyakit yang sering ditemukan di seluruh dunia yang
ditandai dengan nyeri berulang-ulang disebabkan adanya endapan kristal monosodium
urat yang terkumpul didalam sendi sebagai akibat tingginya kadar asam urat darah. Asam
urat adalah suatu penyakit yang menyerang persendian dan jaringan tulang yang
disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat sehingga dapat menimbulkan peradangan
(Bumi Medika, 2019). Faktor penyebab terjadinya penyakit asam urat dapat dipengaruhi
oleh asupan tinggi purin yang didapat dari makanan, asam urat sendiri merupakan hasil
metabolisme dari purin, tubuh manusia sebenarnya telah mengandung purin sebesar 85%
sehingga purin yang boleh didapat dari luar tubuh (dari makanan) hanya sebesar 15%
(Bumi Medika, 2019). Pola makan yang baik dapat diterapkan untuk mencegah terjadinya
asam urat. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tentang pola makan pada
penderita asam urat. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar asam urat adalah
aktivitas fisik.

Pengetahuan masyarakat khususnya di daerah pedesaan masih sangat minim.


Baik mengenai gejala, upaya pencegahan atau maupun pengobatan asam urat. Pada daerah
pedesaan masih banyak di temukan gejala penyakit asam urat, akan tetapi masyarakat
pedesaan masih belum bisa membedakan mana gejala penyakit asam urat dan penyakit
sendi lainnya. Fenomena yang terjadi di masyarkat desa Sumorame adalah ketika mereka
mengalami linu-linu atau nyeri masyarakat percaya bahwa hanya dengan mengkonsumsi
jamu “cabepuyang” atau melakukan pemijatan rasa linu atau nyeri bisa hilang.
Berdasarkan data World Health Organization (2018), gout mengalami kenaikan dengan
jumlah 1370 (33,3%), prevalensi gout juga meningkat sebesar 3,2% dan amerika serikat
sebesar 3,9% (Kuo dkk, 2015). Di korea prevalensi asam urat meningkat dari 3,49% per
1000 orang tahun 2007 orang tahun menjadi 7,58% per 1000 orang pada tahun 2015 (Kim
dkk, 2017).

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan gout arthritis?


6
2) Apa etiologi dari gout arthritis?
3) Apa saja klasifikasi dari gout arthritis?
4) Bagaimana patofisiologi dari gout arthritis?
5) Bagaimana Web of Caution (WOC) dari gout arthritis?
6) Apa saja gejala klinis dari gout arthritis?
7) Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada gout arthritis?
8) Bagaimana penatalaksanaan gout arthritis?
9) Bagaimana komplikasi gout arthritis?
10) Bagaimana konsep teori dan asuhan keperawatan pada lansia dengan gout
arthritis?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan pada lansia dengan
gout arthritis.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengertian dari gout arthritis?


2. Mengetahui etiologi dari gout arthritis ?
3. Mengetahui klasifikasi dari gout arthritis?
4. Mengetahui patofisiologi dari gout arthritis?
5. Mengetahui Web of Caution (WOC) dari gout arthritis?
6. Mengetahui gejala klinis dari gout arthritis?
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada gout arthritis?
8. Mengetahui penatalaksanaan gout arthritis?
9. Mengetahui komplikasi gout arthritis?
10. Mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan pada lansia dengan
gout arthritis?

1.4. Manfaat Penulisan


Berdasarkan latar belakang, rumusan maslaah, tujuan umum, serta tujuan khusus
yang hendak kami capai, maka adapun manfaat dari makalah ini yaitu:

1. Bagi Mahasiswa
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakkan untuk meningkatkan
pengetahuan serta skills dalam memahami konsep teori dan asuhan keperawatan pada

7
lansia dengan gout arthritis.

2. Bagi Perawat/Rumah Sakit


Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi tenaga
kesehatan, khususnya perawat dan juga panti lansia agar memperkaya ilmu dari konsep
teori serta asuhan keperawatan pada lansia dengan gout arthritis, dan mampu
menerapkan asuhan keperawatannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat
diaplikasikan pada pelayanan kesehatan.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat meningkatkan dan memperkaya
pengetahuan, serta sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Lansia
1. Definisi Lansia atau menua (menjadi tua)
Adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang menyebabkan penyakit degenerative misal, hipertensi,
arterioklerosis, diabetes mellitus dan kanker (Nurrahmani, 2012).
2. Batasan Lansia
Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia meliputi :
1) Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.
3) Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun
4) Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun
3. Klasifikasi Lansia
Depkes RI (2003) mengklasifikasi lansia dalam kategori berikut :
1) Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59 tahun
2) Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih
3) Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau
seseorang lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki masalah
kesehatan
4) Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
melakukan kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa
5) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa mencari nafkah
sehingga dalam kehidupannya bergantung pada orang lain
4. Kebutuhan sekunder, yaitu :
1) Kebutuhan dalam melakukan aktivitas
2) Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi
3) Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informai dan pengetahuan
9
4) Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan hukum,
partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan di masyarakat dan Negara atau
pemerintah
5) Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami makna akan
keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal yang tidak diketahui/
diluar kehidupan termasuk kematian.
5. Gout pada lansia Pada usia lanjut
Penyakit asam urat disebut pula dengan gout arthritis atau pirai dan termasuk
bagian dari penyakit rematik. Penyakit ini akan muncul saat terjadi penumpukan
kristal asam urat (monosodium urat) pada sendi akibat kadar asam urat yang terlalu
berlebihan di dalam darah. Jika kadar asam urat di dalam darah terlalu berlebihan
maka ginjal tidak mampu lagi mengatur kestabilanya. Uric acid atau asam urat
merupakan produk akhir dari proses katabolisme purin. Dalam kadar yang normal,
purin sangat bermanfaat bagi tubuh kita. Jika kadarnya berlebihan, maka akan
menyebabkan terbentuknya kristal asam urat, terjadi saat kita sering
mengkonsumsi makanan yang berkadar purin tinggi.Penyakit asam urat adalah
masalah kesehatan umum yang banyak dialami mereka yang sudah 60 tahun
keatas. Gejala asam urat yang dapat dirasakan yaitu kesemutan, nyeri pada malam
hari atau pagi hari saat bangun tidur.
B. Konsep Dasar Gout Arthritis
I. Definisi

Gout adalah gangguan metabolisme dimana protein berbasis purin tidak


dapat dimetabolisme tubuh dengan baik. Sebagai hasilnya, ada peningkatan jumlah
asam urat, yang adalah hasil akhir metabolisme purin. Sebagai hasil dari
hiperurisemia, kristal asam urat berkumpul di dalam sendi, yang paling umum
ibu jari kaki (podagra), menyebabkan sakit ketika sendi bergerak. Asam urat
dibersihkan dari tubuh melalui ginjal. Pasien dapat juga dapat berpotensi ke arah
penyakit batu ginjal ketika asam urat mengkristal di dalam ginjal. Menurut
Amerikan Collage of Rheumatology (2017), gout adalah suatu penyakit dan
potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama,
gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri inflamasi satu sendi.

Gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain
termasuk kaki, pergelangan kaki lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan
10
kadang di jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi
pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat
mempengaruhi beberapa sendi. Gout merupakan istilah yang dipakai untuk
sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh mningkatnya konsentrasi
asam urat. Penyakit gout merupakan penyakit akibat penimbunan kristal
monosodium urat di dalam tubuh sehingga menyebabkan nyeri sendi disebut gout
artritris. Jadi dapat disimpulkan gout adalah suatu penyakit gangguan metabolik
dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukkan
asam urat yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau nyeri pada tulang dan sendi.
II. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, penyakit gout digolongkan menjadi 2, yaitu:
1) Gout Primer
Penyebab kebanyakan belum diketahui (idiopatik). Hal ini di duga berkaitan
dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan
metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatkan produksi gout. Heperurisemia
atau berkurangnya gout primer. Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular yang
masih belum jelas diketahui. Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus adalah
gout dan hiperurisemia primer. Gout primer yang merupakan akibat dari
hiperurisemia primer, terdiri dari hiperirusemia karena penurunan ekskresi (80 – 90
%) dan karena produksi yang berlebih (10 – 20 %).
2) Gout Sekunder
Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelainan yang
menyebabkan peningkatan biosintesis denovo, kelainan yang menyebabkan
peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang
menyebabkan sekresi menurun. Hiperurisemia sekunder karena peningkatan
biosintesis denovo terdiri dari kelainan karena kekurangan menyeluruh enzim HPRT
pada syndromeLesh-Nyhan, kekurangan enzim glukosa – 6 phosphate pada
glycogenstoragedisease dan kelainan karena kekurangan enzim fructose – 1 phosphate
aldolase melalui glikolisis anaerob. Hiperirusemia sekunder karena produksi berlebih
dapat disebabkan karena keadaan yang menyebabkan peningkatan pemecahan ATP
atau pemecahan asam nukleat dari intisel. Peningkatan pemecahan ATP akan
membentuk AMP dan berlanjut membentuk IMP atau purinenucleotide dalam
metabolisme purin, sedangkan hiperurisemia akibat penurunan ekskresi
dikelompokkan dalm beberapa kelompok yaitu karena penurunan masa ginjal,
11
penurunan filtrasi glomerulus, penurunan fractional uric acid clearence dan pemakaian
obat – obatan.
III. Klasifikasi
Ada 3 klasifikasi berdasarkan manifestasi klinik :
a. Gout Arthritis Stadium Akut
Radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat.pasien tidur tanpa ada
gejala apa – apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak dapat
berjalan. Biasanya bersifat monoartikular dengan keluhan utama berupa nyeri,
bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil
dan merasa lelah. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain
yaitu pergelangan tangan atau kaki, lutut, dan siku. faktor pencetus serangan
akut antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress,
pemakaian obat diuretic dan lain – lain.

b. Stadium Interkritikal

Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode


interkritik. Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan tanda- tanda radang
akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan Kristal urat. Hal ini menunjukkan
bahwa proses peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa keluhan
(Fatwa, 2014).

c. Gout Arthritis Stadium Kronik

Stadium ini umumnya terdapat pada pasien yang mampu mengobati dirinya
sendiri (self medication). Secara umum penanganan gout arthritis adalah
memberikan edukasi pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan.
Pengobatan dilakukan dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun
komplikasi lainnya.
IV. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa
kurang dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila konsentrasi
asam urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan
kristal monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhuban dengan peningkatan
atau penurunan secara mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam
urat mengendap dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan dengan
terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang – ulang,
12
penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi akan mengendap
dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Akibat penumpukan
Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan di sertai penyakit ginjal kronis (Yusuf,
2021).
Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium
urat dari depositnya dalam tofi (crystalshedding). Pada beberapa pasien gout atau
dengan hiperurisemia simptomatik kristal urat ditemukan pada sendi
metatarsofalangeal dan patella yang sebelumnya tidak pernah mendapat serangan
akut. Dengan demikian, gout dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Terdapat
peranan temperatur, pH, dan kelarutan urat untuk timbul serangan gout.
Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperatur lebih rendah dari sendi perifer
seperti kaki dan tangan, dapat menjelaskan mengapa kristal monosodium urat di
endapakan kepada kedua tempat tersebut. Predileksi untuk pengendapan kristal
monosodium urat pada metatarsofalangeal – 1 (MTP – 1) berhubungan juga
dengan trauma ringan yang berulang – ulang pada daerah tersebut.
V. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Naga (2014) dan (Karmiatun & Zudaini, 2015)
sebagai berikut :
1. Hiperurisemia
2. Artritis pirai atau gout akut, bersifat eksplosif, nyeri hebat, bengkak, merah,
teraba panas pada persendian, dan akan sangat terasa pada waktu bangun tidur di
pagi hari.
3. Terdapat kristal urat yang khas dalam cairan sendi
4. Terdapat tofi dengan pemeriksaan kimiawi.
5. Telah terjadi lebih dari satu serangan akut.
6. Adanya serangan pada satu sendi, terutama pada sendi ibu jari kaki.
7. Sendi terlihat kemerahan.
8. Kesemutan
9. Terjadi pembengkakan asimetris pada satu sendi.
10. Tidak ditemukan bakteri pada saat serangan dan inflamasi.
11. Kista subkortikal tanpa erosi (radiologi).
12. Kultur mikroorganisme negatif pada cairan sendi.
VI. Komplikasi
Menurut Rotschild (2018) komplikasi dari gout meliputi severe degenerative
13
arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi. Setokin, kemokin,
protease, dan oksigen yang berperan dalam proses inflamasi akut juga berperan
pada proses inflamasi kronis, dekstruksi kartilago, dan erosi tulang. Kristal
monosodium urat dapat mengaktifkan kondrosit untuk mengeluarkan Interleukin –
1, merangsang sintesis nitricoxide dan matriks metaloproteinase yang nantinya
menyebabkan dekstruksi kartilago. Kristal monosodium urat mengaktivasi
osteoblas sehingga mengeluarkan sitokin dan menurunkan fungsi anabolik yang
nantinya berkontribusi terhadap kerusakan juxtaartikular tulang. Gout telah lama
diasosiasikan dengan peningkatan resiko terjadinya batu ginjal. Penderita dengan
gout membentuk batu ginjal karena urin memiliki pH rendah yang mendukung
terjadinya asam urat yang tidak terlarut.
VII. Pemeriksaan Penunjang
1. Di dapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu : > 6 mg %
normalnya pada pria 8 mg % dan pada wanita 7 mg %.
2. Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnose yaitu
cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
3. Pemeriksaan darah lengkap.
4. Pemeriksaan ureum dan kreatinin :
a) Kadar ureum darah normal : 5 -20 mg/dl
b) Kadar kreatinin darah normal : 0,5 – 1 mg/dl.

14
VIII. WOC

IX. Penatalaksanaan

Secara umum, penanganan gout adalah memberikan edukasi, pengaturan


diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara dini agar tidak
terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain. Pengobatan gout arthritis akut
bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan peradangan dengan obat – obat,
15
antara lain : kolkisin, obat antiinflamasinonsteroid (OAINS), kortikosteroid atau
hormon ACTH. Obat penurun gout seperti alupurinol atau obat urikosurik tidak
dapat diberikan pada stadium akut. Namun, pada pasien yang secara rutin telah
mengkonsumsi obat penurun gout, sebaiknya tetpa diberikan. Pada stadium
interkritik dan menahun, tujuan pengobatan adalah menurunkan kadar asam urat,
sampai kadar normal, guna mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam urat
dilakukan dengan pemberian diet rendah purin dan pemakaian obat alupurinol
bersama obat urikosurik yang lain (Yusuf, 2021).

3.7. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA LANSIA DENGAN GOUT


ARTHRITIS
I. Pengkajian
Data Subyektif
a. Identitas
Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian diambil) dan identitas
penanggung jawab (nama, umur, pendidikan, agama, suku, hubungan dengan klien,
pekerjaan, alamat).
b. Keluhan utama
Adapun keluhan utama yang sering dijumpai pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan
terjadi peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari nyerinya umumnya
seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan nyeri yang dirasakan terus menerus atau
pada saat bergerak, terdapat kekakuan sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan
sampai menggangu pergerakan dan pada Gout Arthritis Kronis didapakan benjolan
atau Tofi pada sendi atau jaringan sekitar.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat keluarga dengan Gout.

e. Riwayat Kesehatan Klien dan Pengobatan Sebelumnya

Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit Gout Arthritis
sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan sebelumnya dan umumnya
klien Gout Arthritis disertai dengan Hipertensi.
f. Riwayat Nutrisi
16
Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang mengandung
tinggi Purin (jeroan, daging, ikan, dll).
Data obyektif
1) Pemeriksaan fisik pada Lansia
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut
hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi dilakukan dengan
inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati daerah keluhan klien
seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat bergerak dan saat diam. Palpasi
yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan dan
merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan klien melakukan pergerakan yaitu klien
melakukan beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah
gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal.
2) Pemeriksaan Diagnosis
a) Asam urat meningkat dalam darah dan urin
b) Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut)
c) Pada aspirasi cairan sendi ditemukan kristal urat
d) Pemeriksaan radiologi.
II. Diagnosa
Diagnosa yang dapat muncul pada klien Gout Arthritis yang telah disesuaikan
dengan SDKI (2017) adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054)
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (D.0074)

17
PENGKAJIAN LANSIA
JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

Nama wisma (Panti) : Griya Werdha Tanggal Pengkajian : 16 Juni 2023

1. IDENTITAS :
KLIEN
Nama : Tn. S
Umur : 69 Tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Rungkut Menanggal , Surabaya
Tanggal datang : 30 Agustus 2022 (Lama Tinggal di Panti 10 bulan)
2. DATA :
KELUARGA
Nama : Ny. S
Hubungan : Petugas Liponsos Keputih
Pekerjaan : Perawat
Alamat : Medokan 4/47 Telp : 0881xxxxxxx95
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
- Keluhan utama : Klien mengatakan kaki terasa kaku, jari tangan kanan kaku namun jari
tangan kiri tidak kaku, kadang timbul nyeri seperi berdenyut. Tn. S mengatakan
keluhan muncul sejak 5 bulan yang lalu. Hal tersebut membuat Tn. S kesulitan
melakukan ibadah karena kaki tidak dapat ditekuk sehingga Tn. S sholat dalam posisi
duduk. TD : 151/93 mmHg , RR : 20x/menit , SpO2 : 99% Nadi : 89x/menit
P : Nyeri bertambah ketika klien melakukan aktivitas lebih dan mencoba menekuk

18
lutut, Q : nyeri seperti berdenyut, R : Dibagian kaki (punggung kaki, telapak kaki, jari
kaki), S : 3 (Ringan), T : Nyeri hilang timbul (paling sering timbul keteika bangun
tidur)
- Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan : Klien mengatakan
bahwa sudah melakukan pola hidup sehat, tidur teratur, dan makan teratur, dan
sebelumnya tidak pernah sakit pada persendian.

4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) :

FUNGSI FISIOLOGIS

4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : √

19
Pusing :

Gatal pada kulit :



kepala
KETERANGAN : Tidak ada sakit kepala/pusing, tidak gatal pada kulit kepala.

5. Mata
Ya Tidak
Perubahan :

penglihatan
Pakai kacamata : √
Kekeringan mata : √
Nyeri : √
Gatal : √
Photobobia : √
Diplopia : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Tidak ada nyeri, tidak ada gatal pada bagian mata, klien mampu
melihat dengan jelas, tidak menggunakan kacamata

6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : √
Discharge : √
Tinitus : √
Vertigo : √
Alat bantu dengar : √
Riwayat infeksi : √
Kebiasaan membersihkan telinga : √
Dampak pada ADL : Klien bisa berinteraksi dengan lansia lainya
KETERANGAN : Klien tidak mengalami penurunan pendengaran dan
bisa mendengar dengan jelas. Dan keadaan telinga
klien bersih.

20
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : √
Discharge : √
Epistaksis : √
Obstruksi : √
Snoring : √
Alergi : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada hidung, dan tidak memiliki alergi
maupun riwayat infeksi

8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : √
Kesulitan menelan : √
Lesi : √
Perdarahan gusi : √
Caries : √
Perubahan rasa : √
Gigi palsu : √
Riwayat Infeksi : √
Pola sikat gigi : Klien gosok gigi setiap mandi 2-3 kali sehari
KETERANGAN : Klien tidak ada masalah pada mulut, tidak ada nyeri telan,
tidak ada lesi, tidak menggunakan gigi palsu, tidak
memiliki riwayat infeksi. Pada gigi klien tampak terdapat
karang gigi

9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : √
Nyeri tekan : √
Massa : √
KETERANGAN : Leher tidak kaku, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.

21
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : √
Nafas pendek : √
Hemoptisis : √
Wheezing : √
Asma : √
KETERANGAN : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak sesak, tidak
batuk, pernapasan normal, tidak ada suara nafas tambahan.
SpO2 : 99% RR : 20x/menit

11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : √
Palpitasi : √
Dipsnoe : √
Paroximal nocturnal : √
Orthopnea : √
Murmur : √
Asma : √
KETERANGAN : Tidak ada nyeri dada, tidak ada dispnea.
Nadi : 89x/menit TD : 151/93 mmHg

12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : √
Nausea / vomiting : √
Hemateemesis : √
Perubahan nafsu makan : √
Massa : √
Jaundice : √
Perubahan pola BAB : √
Melena : √
Hemorrhoid : √
Pola BAB : Klien BAB 1-2 kali sehari

22
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada sistem gastrointestinal

13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : √
Frekuensi : 5-6 kali dalam sehari
Hesitancy : √
Urgency : √
Hematuria : √
Poliuria : √
Oliguria : √
Nocturia : √
Inkontinensia : √
Nyeri berkemih : √
Pola BAK : Pola BAK normal 5-6 kali dalam sehari
KETERANGAN : Tidak ada nyeri berkemih, tidak ada gangguan pada sistem
perkemihan

14. Reproduksi (laki-laki)


Ya Tidak
Lesi : √
Disharge : √
Testiculer pain : √
Testiculer massa : √
Perubahan gairah sex : √
Impotensi : √
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada
sistem reproduksi

Reproduksi (perempuan)
Lesi :
Discharge :
Postcoital bleeding :
Nyeri pelvis :
Prolap :
Riwayat menstruasi :

23
Aktifitas seksual :
Pap smear :
KETERANGAN :

15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : √
Bengkak : √
Kaku sendi : √
Deformitas : √
Spasme : √
Kram : √
Kelemahan otot : √
Masalah gaya berjalan : √
Nyeri punggung : √
Pola Latihan : Klien selalu mengikuti kegiatan senam
Dampak ADL : Karena adanya kekakuan otot menyebabkan klien mengalami
kesulitan untuk melakukan pergerakan, dan adanya kelemahan
otot sehingga terjadi penurunan kecepatan klien dalam berjalan.
Nyeri sendi yang muncul juga mengganggu aktivitas klien.
KETERANGAN : Gaya berjalanya tidak membungkuk namun tampak kaku. Namun
kecepatan berjalan menurun, kemudian kaki tidak dapat menekuk
karena kaku, klien biasanya melakukan ibadah (sholat) dengan
posisi duduk.
5 5
4 4

16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : √
Seizures : √
Syncope : √
Tic/tremor : √
Paralysis : √
Paresis : √
Masalah memori : Klien tidak mengalami gangguan pada memorinya. Klien mampu

24
KETERANGAN mengingat masa lalu dari kehidupan

5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


Psikososial YA Tidak
Cemas : √
Depresi : √
Ketakutan : √
Insomnia : √
Kesulitan dalam mengambil :

keputusan :
Kesulitan konsentrasi : √
Mekanisme koping : Tn. S mengatakan selalu berdoa dan beribadah
ketika hati dan pikirannya tidak tenang.
Persepsi tentang kematian : klien berpasarah diri kepada tuhan YME
Dampak pada ADL : klien mampu berbaur dengan teman sekitar.
Spiritual
 Aktivitas ibadah : klien mengatakan selalu beribadah namun sholatnya dengan
posisi duduk
 Hambatan : kaki klien kaku kesulitan untuk menekuk kaki
KETERANGAN : Klien mampu menjalankan mekanisme koping

6. LINGKUNGAN :
 Kamar : lingkungan kamar pasien rapi bersih, terdapat 13 tempat tidur
- Penerangan : terdapat penerangan berupa jendela ± 0,5 meter dari arah sebelah
kanan tempat tidur Tn. S pada malam hari penerangan di kamar
- Ruang Melati cukup terang dengan adanya di bantu oleh lampu yang terdapat
pada setiap lorong dan kamar
- Lantai : pada kamar Tn.S terdapat lantai keramik berwarna putih dan tidak
licin untuk tekstur lantainya
- Pengamanan di luar ruangan: Tn. S bertempat tinggal di ruang melatiyang
berisikan lansia tingkat kemandirian total tanpa bantuan.
- Kondisi ruangan : kondisi ruang melati cukup lebar dan luas dan terdapat
kamar mandi luar dan semua tempat di ruang melati cukup bersih dan rapi

25
- Ventilasi : terdapat beberapa jendela kaca dengan ditambahkan jaring
didalamnya pada ruang melati dan terdapat pintu yang mengarah pada lorong.
 Dalam rumah.wisma : dalam panti nampak bersih dan tertata dengan rapi.
 Luar rumah : bagian luar panti tampak ada taman yang terawat dan rapi

7. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES


1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Kriteria DenganB Mandi Skor
antuan ri Yang
Didapat
1 Makan 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda 5- 15 15
ke tempat tidur, atau sebaliknya 10
3 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, 0 5 5
gosok
gigi)
4 Keluar masuk toilet (mencuci 5 10 10
pakaian,
menyeka tubuh, menyiram)

5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan di permukaan datar (jika tidak 0 5 5
bisa,
dengan kursiroda )
7 Naik turun tangga 5 10 10
8 Mengenakan pakaian 5 10 10
9 Kontrol bowel (BAB) 5 10 10
10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 10

Hasil : Pasien melakukan ADL secara Total 90


mandiri
Keterangan :
1. 45-60: bantuan total
2. 61-75: bantuan parsial
3. 76-90: mandiri

2. Aspek Kognitif

MMSE (Mini Mental Status Exam)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :

26
Tahun : 2023
Hari : Rabu
Musim : Kemarau
Bulan : Juni
Tanggal : 14
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara : Indonesia
Panti : Wreda
Propinsi : Jawa Timur
Wisma : Griya Wreda
Kabupaten/kota : Surabaya

3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,


meja, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab :
1) Kursi 2). Meja 3).
Kertas
4 Perhatiandankalkulasi 5 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100
kemudia kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72
5). 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke- 3 (tiap poin nilai 1)
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
6 Bahasa 9 8 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1). Klien dapat menjawab dengan benar
yaitu bantal
2). Klien dapat menyebutkan dengan
benar yaitu botol minum
3). Minta klien untuk mengulangi kata
berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab : tidak ada, dan, jika,
27
atau tetapi”

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut
(bila aktifitas sesuai perintah nilai satu
poin.
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan (klien menulis,
namun tulisan kurang jelas)
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang
saling bertumpuk (klien tidak bisa
menyalin gambar yang diberikan)

Total nilai 30 29
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : Tidak Ada Gangguan kognitif

3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1 14 Juni 2023 (Pukul 13.00 WIB) 12 detik
2 16 juni 2023 (Pukul 07.00 WIB) 12 detik
3 18 juni 2023 (Pukul 09.00 WIB) 11,5 detik

28
Rata-rata Waktu TUG 12 detik

Interpretasi hasil Tidak ada resiko jatuh

Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6
bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam
mobilisasi dan melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet:
2007: Podsiadlo & Richardson:1991)
4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 0
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 0
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 1
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 1
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0
Jumlah 3
Interpretasi : Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
Kesimpulan : Klien tidak mengalami depresi

29
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological
Nursing, 2006)
5. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

No Indikators score Pemeriksaan

1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan jumlah 2 0


dan jenis makanan yang dikonsumsi

2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0

3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 1

4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman beralkohol 2 0


setiap harinya

5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga tidak dapat 2 0


makan makanan yang keras

6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan 4 0

7. Lebih sering makan sendirian 1 0

8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali atau lebih 1 0


setiap harinya

9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan terakhir 2 0

10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk belanja, 2 0
memasak atau makan sendiri

Total score 1

Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6≥ : High nutritional risk

(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory
Gerontological Nursing, 2001)

6. Hasil pemeriksaan Diagnostik

No Jenis pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan Hasil


Diagnostik
30
1. Tekanan Darah 14 juni 2023 151/93 mmHg

7. Fungsi sosial lansia

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia

NO URAIAN FUNGSI SKORE

1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-teman) ADAPTATION 1
saya untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya

2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya PARTNERSHIP 1


membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah
dengan saya

3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya menerima dan GROWTH 2
mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas / arah baru

4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya AFFECTION 1


mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/mencintai

5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya meneyediakan RESOLVE 2
waktu bersama-sama

Kategori Skor: TOTAL 7


Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1) Selalu : skore 2
2) Kadang-kadang : skore 1
3) Hampir tidak pernah : skore 0

Intepretasi :
31
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik

Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005

8. Kuesioner Distres Spritual


No Pernyataan Sangat Setuju (4) Ragu Tidak Sangat
Setuju (5) (3) setuju (2) tidak setuju
(1)

Keyakinan Individu

1. Saya percaya ada 5


Tuhan yang
menciptakan umat
manusia dan
memlihara
semua makhluk

2. Saya merasa 5
damai bersama Tuhan

3. Saya yakin bahwa 5


Tuhan selalu ada
bersama saya

4. Saya menemukan 5
kekuatan dan
kenyamanan
dari keyakinan saya
akan Tuhan

5. Saya percaya bahwa 5


Tuhan selalu
menjaga
saya

32
6. Saya percaya 5
Tuhan punya
rencana indah
untuk saya di
masa depan
7. Keyakinan akan 4
Tuhan membuat saya
memandang
semua orang adalah
keluarga

Praktik Keagamaan
8. Menjadi bagian dari 5
Tuhan adalah bagian
penting dalam
hidup saya

9 Saya merasa 5
dikuatkan ketika
berdoa
10 Saya aktif menghadiri 4
kegiatan keagamaan
juga bekerja sukarela
atau bersikap
baik kepada
orang lain

11 Saya mendapat 4
dukungan dari
teman atau anggota
keluarga yang
memiliki keyakinan
agama yang sama

12 Saya menerima 3
penghiburan dan
dukungan dari
keluarga dan
teman
13 Saya merasa lebih 5
dekat dengan
tuhan
saat berdoa

14 Saya sering membaca 5


atau memikirkan hal-
hal agama atau
spiritual

Praktik Keagamaan
15 Saya tidak percaya 5
akan
adanya Tuhan

33
16 Saya merasa 5
jauh dari Tuhan

17 Saya takut Tuhan 4


tidak
memenuhi keinginan
saya

18 Saya takut Tuhan 4


tidak akan
memaafkan hal
buruk yang saya
lakukan
19 Saya marah kepada 2
Tuhan karena telah
membiarkan hal
buruk terjadi kepada
saya
20 Saya merasa bahwa 1
Tuhan tidak
mencintai
saya

21 Saya merasa tidak 2


akan mendapat
pengampunan
dari Tuhan

ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah Keperawatan


1 DS : Klien Pengendapan Nyeri Akut
Kristal Urat (D.0077)
mengatakan kaki
timbul nyeri seperti
Mekanisme
berdenyut.
peradangan
DO : tampak klien
meringis, kaki tidak
melakukan banyak Sirkulasi darah
daerah radang
pergerakan, pada saat
berjalan tampak klien
kaku pada Vasodilatasi dari
pergerakannya kapiler
S:3

34
TD : 151/93 mmHg
Eritema
RR : 20 x/m
Asam urat :10,8

Nyeri
2 DS : klien mengatakan Pembentukan tukas Gangguan Mobilitas Fisik
pada sendi (D.0054)
kaki kaku dan
mengalami kesulitan
untuk menekuk kaki
Tofus-tofus
DO : tampak klien mengering
berjalan dengan kaku,
klien melakukan sholat
Membatasi
dengan posisi duduk.
pergerakan sendi
Skala kekuatan otot
5 5
4 4
Gangguan mobilitas
3 DS : klien mengatakan Gout Arthritis Defisit Pengetahuan
(D.0111)
selalu menjalani hidup
sehat dan tidak pernah
Kurangnya terpapar
sakit, klien
informasi
mengatakan tidak
punya asam urat
DO : klien tampak
bingung karena
Defisit pengetahuan
sebelumnya tidak
pernah sakit dan tidak
pernah melakukan
pemeriksaan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera biologis ditandai dengan
klien tampak meringis.
2. Gangguan mobilitas fisik (D.0054) berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
yang dibuktikan dengan Tn. S mengeluh kakinya kaku tidak bisa ditekuk dan tangan

35
kanannya kesulitan untuk menggenggam.
5 5
4 4
3. Defisit pengetahuan (D.0111) berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi,
ditandai dengan klien masih kebingungan terhadap penyakitnya.

36
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera
asuhan keperawatan 3 x 8 jam Observasi :
biologis (D.0077).
diharapkan nyeri hilang atau 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
terkontrol dengan kriteria intensitas nyeri
hasil (L.08066) : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Nyeri berkurang 3. identefikasi faktor yang memperberat nyeri
2. Ketegangan otot menurun Terapeutik :
3. Perilaku membaik 1. berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(kompres hangat)
2. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi :
1. Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
2. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi
berhubungan dengan Observasi :
Keperawatan 3 x 8 jam
gangguan persendian
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
(D.0054) diharapkan mobilitas fisik
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
pasien meningkat dengan
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
kriteria hasil :
37
a) rentang gerak meningkat
memulai mobilisasi
nyeri sendi menurun
4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik :
1. Fasilitasi melakukan pergerakan

2. Libatkan perawat untuk membantu pasien dalam


meningkatkan pergerakan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
3. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan
(D.0111) berhubungan keperawatan 2/ x 30 menit,
dengan kurangnya Observasi :
diharapakan
informasi penyakit
tingkat pengetahuan dan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
pemahaman lansia membaik
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi hidup bersih dan sehat
1. Perilaku sesuai anjuran
meningkat Terapeutik :

2. Perilaku sesuai dengan 3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan untuk
pengetahuan meningkat penyakit Asam Urat
3. Pertanyaan tentang masalah 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
yang dihadapi menurun
5. Berikan kesempatan untuk bertanya

38
Edukasi :
1. Ajarkan kepada klien tentang diet asam urat
https://jprokep.jurnal.centamaku.ac.id/index.php/jpk/article/view/116

39

Anda mungkin juga menyukai