Anda di halaman 1dari 26

SISTEM MUSKULOSKELETAS

ASKEP REMATOID ATRITIS

KELOMPOK 2 :

1. ALI FAOJI 6. NUR SAFIRA


2. APRILIANA 7. TIARA
3. EKA 8. TUTI
4. KASMA 9. WAHYUDDIN
5. NUR RAHMA

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES NANI HASANUDDIN

REMATOID ATRITIS 1
2023

REMATOID ATRITIS 2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Askep Rematoid
Atritis”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah “Askep Rematoid Atritis” ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

REMATOID ATRITIS 3
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 4

A. Latar Belakang .............................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................................... 5

BAB II KONSEP TEORI .......................................................................................... 6

A. Definisi .......................................................................................................... 6
B. Anatomi dan Fisiologi ................................................................................... 6
C. Klasifikasi ...................................................................................................... 10
D. Etiologi .......................................................................................................... 12
E. Patofosiologi .................................................................................................. 13
F. Manifestasi Klinis .......................................................................................... 14
G. Komplikasi .................................................................................................... 15
H. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................. 15
I. Penatalaksanaan ............................................................................................. 15
J. Pathway ......................................................................................................... 17

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .................................................... 18

A. Pengkajian ..................................................................................................... 18
B. Diagnosa ........................................................................................................ 21
C. Intervensi ....................................................................................................... 22

BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 28

A. Kesimpulan ................................................................................................... 28
B. Saran .............................................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 29

REMATOID ATRITIS 4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit dengan nama arthritis reumatoid ini banyak diderita seiring dengan
bertambahnya usia yang disebabkan oleh adanya pengapuran sendi, sehingga orang
dengan jenis penyakit ini akan mengalami nyeri sendi dan keterbatasan gerak
(Meliny, 2018). Arthritis rheumatoid adalah penyakit autoimun yang disebabkan
karena adanya peradangan atau inflamasi yang dapat menyebabkan kerusakan sendi
dan nyeri (Nugraha, 2017).
Angka kejadian rheumatoid arthritis yang disampaikan oleh WHO adalah
mencapai 20% dari penduduk dunia, 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun
dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun (putri & priyanto, 2019). Menurut
Riskesdas (2018) jumlah penderita rheumatoid arthritis di Indonesia mencapai 7,30%.
Seiring bertambahnya jumlah penderita rheumatoid arthritis di Indonesia justru
tingkat kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini cukup tinggi. Keadaan
inilah menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia khususnya
penderita untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai penyakit ini.
Sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap remeh penyakit Rematik,
karena sifatnya yang seolah-olah tidak menimbulkan kematian padahal rasa nyeri
yang ditimbulkan sangat menghambat seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-
hari (Nurwulan, 2017). Timbulnya nyeri membuat penderita sering kali takut untuk
bergerak sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan dapat menurunkan
produktivitasnya (Padila, 2012).
Diperlukan adanya penatalaksanaan untuk masalah arthritis rheumatoid.
Penanganan nyeri pada rematik dapat dilakukan dengan dua metode yaitu dengan
farmakologi dan nonfarmakologi (Andri DKK, 2019). Dengan farmakologi bisa
menggunakan obat-obatan dan nonfarmakologi tidak menggunakan obat-obatan
seperti Pendidikan Kesehatan dan fisioterapi. Untuk itu penulis tertarik untuk
membantu mengatasi masalah Rematik dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan

REMATOID ATRITIS 5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis rematoid atritis ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan rematoid atritis ?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui konsep medis rematoid atritis ?
2. Dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan rematoid atritis ?

REMATOID ATRITIS 6
BAB II
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit autoimun sistemik kronik yang
menyebabkan inflamasi jaringan ikat, terutama di sendi. Rangkaian dan keparahan
beragam, dan rentang manifestasi luas. Manifestasi Rheumatoid Arthritis mungkin
minimal, dengan inflamasi ringan hanya beberapa sendi dan sedikit kerusakan struktural,
atau sedikit progresif, dengan sendi multiple yang mengalami inflamasi dan deformitas
nyata. Sebagian besar pasien menunjukkan pola keterlibatan simetrik sendi perifer
multiple dan periode remisi dan eksaserbasi (Priscilla, 2016).
Rheumatoid Arthritis adalah penyakit peradangan sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dengan manifestasi pada sendi perifer dengan pola simetris.
Konstitusi gejala, termasuk kelelahan, Malaise, dan kekakuan pada pagi hari. Pada
Rheumatoid Arthritis sering melibatkan organ ekstra artikular seperti kulit, jantung,
paruparu, dan mata. Rheumatoid Arthritis menyebabkan kerusakan sendi dan dengan
demikian sering menyebabkan morbiditas dan kematian yang cukup besar (Zairin, 2019).
B. Anatomi dan Fisiologi
Menurut (Roger,2002) sendi merupakan pertemuan antara dua tulang,akan tetapi tidak
semua pertemuan tersebut memungkinkan terjadinya pergerakan.
Macam-macam sendi :
a. Sendi fibrosa atau sendi mati terjadi bila batas dua buah tulang bertemu membentuk
cekungan yang akurat dan hanya dipusahkan oleh lapisan tipis jaringan fibrosa.
Sendi seperti ini terdapat di antara tulang-tulang kranium.
b. Sendi kartilaginosa atau sendi yang bergerak sedikit (sendi tulang rawan). Sendi
tulang rawan terjadi bila dua permukaan tulang dilapisis tulang rawan hialin dan dan
dihubungkan oleh sebuah bantalan fibrokartilago dan igamen yang tidak membentuk
sebuah kapsul sempurna disekeliling sendi tersebut. Sendi tersebut terletak diantara
badan-badan vertebra dan diantara manubrium dan badan sternum.
c. Sendi sinovial atau sendi yang bergerak bebas terdiri dari dua atau lebih tulang yang
ujung-ujungnya dilapisi tulang rawan hialin sendi. Terdapat rogga sendi yang
mengandung cairan sinovial, yang memberi nutrisi pada tulang rawan sendi yang
tidak mengandung pembuluh darah keseluruhan sendi tersebut dikelilingi kapsul

REMATOID ATRITIS 7
fibrosa yang dilapisi membran sinovial. Membran sinovial ini melapisi seluruh
interior sendi, kecuali ujung-ujung tulang, meniskus, dan diskus. Tulang-tulang
sendi sinovial juga dihubungkan oleh sejumlah ligamen dan sejumlah gerakan selalu
bisa dihasilkan pada sendi sinovial meskipun terbatas, misalnya gerak luncur
(gliding) antara sendi-sendi metakarpal.

Adapun jenis-jenis sendi Sinovial :

1) Sendi pelana (hinge) memungkinkan gerakan hanya pada satu arah, misalnya
sendi siku.
2) Sendi pivot memungkinkan putaran (rotasi), misalnya antara radius dan ulna
pada daerah siku dan antara vertebrata servikal I dan II yang memungkinkan
gerakan memutar pada pergelakan tangan dan kepala.
3) Sendi kondilar merupakan dua pasangan permukaan sendi yang memungkinkan
gerakan hanya pada satu arah, tetapi permukaan sendi bisa berada dalam satu
kapsul atau dalam kapsul yang berbeda, misalnya sendi lutut.
4) Sendi bola dan mangkuk (ball and socket) sendi ini dibentuk oleh sebuah kepala
hemisfer yang masuk ke dalam cekungan berbentuk mangkuk misalnya sendi
pinggul dan bahu.
d. Pergerakan sendi dibagi menjadi tiga macam yaitu:
1) Gerakan meluncur, seperti yang diimplikasikan namanya, tanpa gerakan
menyudut atau, memutar.
2) Gerakan menyudut menyebabkan peningkatan atau penurunan sudut diantara
tulang. Gerakan ini mencangkup fleksi (membengkok), ekstensi (lurus), abduksi
(menjauhi garis tengah) dan aduksi (mendekati garis tengah).
3) Gerakan memutar memungkinkan rotasi internal (memutar suatu bagian pada
porosnya mendekati garis tengah) dan rotasi eksterna (menjauhi garis tengah).
Sirkumduksi adalah gerakan ekstremitas yang membentuk suatu lingkaran.
Istilah supinasi dan pronasi merujuk pada gerakan memutar telapak tangan
keatas dan kebawah.

REMATOID ATRITIS 8
C. Klasifikasi
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
a) Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
b) Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
c) Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
d) Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3
bulan
D. Etiologi
Penyebab Rheumatoid Arthritis belum diketahui dengan pasti. Namun kejadiannya
dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan
(Suarjana, 2009).
a) Genetik, berupa hubungan dengan HLH-DRBI dan faktor ini memiliki angka
kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% (Suarjana, 2009).
b) Hormon sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Plasental
kortikotraonim Releasing Hormone yang mensekresi dehidropiandrosteron
(DHEA), yang merupakan substrat penting dalam sintesis esterogen plasenta. Dan
stimulasi esterogen dan proggesteron pada respon imun humoral (TH2) dan
menghambat respon imun selular (TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan
sehingga estrogen dan progresteron mempunyai efek yang berlawanan terhadap
perkembangan penyakit ini (Suarjana, 2009).
c) Faktor infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa seinduk semang (host) dan
merubah reakrifitas atau respon sel T sehingga muncul timbulnya penyakit RA
(Suarjana, 2009).
d) HeatShockProtein (HSP) Merupakan protein yang diproduksi sebagai respon
terhadap stress. Protein ini mengandung untaian (sequence) asam amino homolog.
Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul dimana antibodi dan sel T mengenali

REMATOID ATRITIS 9
epitok HSP Pada agen infeksi dan sel Host. Sehingga bisa mencetuskan terjadinya
reaksi silang Limposit dengan sel Host sehingga mencetuskan reaksi imunologis
(Suarjana,2009).

E. Patofosiologi
Dipercaya bahwa pajanan terhadap antigen yang tidak teridentifikasi (misal virus)
menyebabkan respon imun menyimpang pada pejamu yang rentan secara genetik.
Sebagai akibatnya, antibodi normal (imunoglobulin) menjadi autoantibodi dan
menyerang jaringan pejamu. Antibodi yang berubah ini, biasanya terdapat pada orang
yang mengalami RA, disebut faktor reumatoid (reumatoid faktor,RF). Antibodi yang
dihasilkan sendiri berikatan dengan antigen target mereka dalam darah dan membran
sinovial, membentuk kompleks imun. Komplemen diaktivasi oleh kompleks imun,
memicu respon inflamasi pada jaringan sinovial. Leukosit tertarik ke membran sinovial
dari sirkulasi, tempat neutrofil dan makrofag mengingesti kompleks imun dan
melepaskan enzim yang mendegradasi jaringan sinovial dan kartilago artikular. Aktivitas
limfosit B dan T menyebabkan peningkatan produksi faktor reumatoid dan enzim yang
meningkatkan dan melanjutkan proses inflamasi. Membran sinovial rusak akibat proses
inflamasi dan imun. Membran sinovial membengkak akibat infiltrasi leukosit dan
menebal karena sel berproliferasi dan membesar secara abnormal. Prostaglandin memicu
vasodilatasi, dan sel sinovial dan jaringan menjadi hiperaktif. Pembuluh darah baru
tumbuh untuk menyokong hiperplasia synovial, membentuk jaringan granulasi vaskuler
disebut pannus.
Kerusakan sendi yang terjadi pada RA merupakan hasil dari minimal 3 proses:
1) Pannus inflamasi menyebar untuk menutupi kartilago sendi dan menghasilkan
enzim seperti kolagen dan dan protease lain yang memicu kerusakan jaringan.
2) Sitokin, khususnya interleukin 1 (IL-1) dan faktor nekrosis tumor Alfa
(TNFalpha), mengaktivasi kondrosit untuk menyerang kartilago sendi.
3) Sitokin ini, bersama dengan IL-6, juga mengaktivasi osteoklas, menyebabkan
resorpsi dan demineralisasi tulang yang menyertai.

Kompleks imun yang bersirkulasi dan sitokin IL-1, TNF, dan IL-6 terhitung untuk
gambaran sistemik RA, termasuk Malaise, keletihan, dan vasculitis (Pricilla, 2016).

1
REMATOID ATRITIS
0
F. Manifestasi Klinis
Pada setiap orang gejala Rematik yang dirasakan berbeda-beda, berikut adalah
beberapa tanda dan gejala umum yang dirasakan dari penyakit rematik :
1) Kekakuan pada dan seputar sendi yang berlangsung sekitar 30 – 60 menit dipagi
hari.
2) Bengkak pada beberapa sendi pada saat yang bersamaan.
3) Bengkak dari nyeri pada umumnya terjadi pada sendi-sendi tangan.
4) Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada sedi
yang sama dikedua sisi tubuh) dan umumnya menyerang sendi pergelangan
tangan.
5) Sakit atau radang dan terkadang bengkak dibagian persendian pergelangan jari
tangan, kaki, bahu, lutut, pinggung, punggung dan sekitar leher.
6) Sakit rematik dapat berpindah-pindah tempat dan bergantian bahkan sekaligus
diberbagai persendian.
7) Sakit rematik kambuh biasanya pada saat cuaca mendung saat mau hujan setelah
mengkonsumsi makanan pantangan seperti, sayur bayam, kangkung, kelapa,
santan, dan lain-lain (Haryono & Setianingsih, 2013).
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi apabila arthritis tidak
ditangani dengan serius. Terdapat dua macam komplikasi yaitu :
a. Komplikasi akut berupa, osteonecrosis, ruptur baker cyst, bursitis.
b. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang disignifikasi, yang terparah ialah
terjadi kelumpuhan (Azizah, 2019).
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien Rheumatoid Arthritis menurut (Asikin, 2013)
a. Pemeriksaan laboratorium tes darah Setelah menanyakan gejala, akan dilanjutkan
pemeriksaan dengan tes darah. Tes ini dilakukan untuk mengetahui penyebab

1
REMATOID ATRITIS
1
radang sendi. Pasalnya, gangguan sendi ini bisa disebabkan oleh infeksi atau
penyakit autoimun.
b. Radiologi X-ray Dapat ditemukan osteofit, penyempitan ruang sendi, sklerosis
subkondral, kista tulang subkondral MRI: dapat ditemukan penyempitan ruang
sendi, perubahan subkondral, osteofit, efusi, kerusakan meniskus, tendon, dan
otot. Artrosentesis (analisa cairan sinovial): pada OA ditemukan leukosit < 2000
u/L dengan dominasi mononuklear, tidak terdapat deposit kristal, tidak ditemukan
patogen [1,21]
c. Pemeriksaan cairan sendi Kondisi sendi juga bisa dicek melalui analisis cairan
sendi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi peradangan
atau infeksi pada sendi.
I. Penatalaksanaan
Perawatan yang optimal pasien dengan rheumatoid arthritis membutuhkan pendekatan
yang terpadu dalam terapi farmakologis dan non farmakologis.
Farmakologi menurut (Hidayatus sya’diyah, 2018) dan (Asikin, 2013)
a. DMARD (disease-modifing anti-rheumatic drugs) adalah perawataan awal yang
diberikan untuk menghambat dan meredakan gejala rheumatoid arthritis, serta
mencegah kerusakan permanen pada persendian dan jaringan lainnya. Beberapa
DMARSs yang biasa digunakan adalah hydroxychloroquine, methotrexate,
sulfasazine, dan leflunomide.
b. Glukokortikoid adalah obat antiinflamasi manjur dan biasanya digunakan pada
pasien dengan rheumatoid arthritis untuk menjembatani waktu sampai DMARD
efektif. Dosis prednisone 10 mg perhari biasanya digunakan, namun beberapa
pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi. Pengurangan dosis tept
waktu dan penghentian obat merupkan hal penting terkait dengan efek samping
penggunaan steroid jangka panjang.
c. NSAID mengganggu sintesis prostaglandin melaui penghambatan enzim
siklooksigenase (COX) sehingga mengurangi pembengkakan dan rasa sakit.
Namun, mereka tidak menghambat kerusakan sendi dan oleh karena itu tidak
cukup untuk mengobati rheumatoid arthritis ketika digunakan sendiri. Serupa
dengan glukokortikoid, mereka dapat dikurangi dalam dosis atau dihentikan
dengan terapi DMARDs sukses.

1
REMATOID ATRITIS
2
d. Analgesik, seperti asetaminofen/ parasetamol, tramadol, kodein, opiate dan
berbagai macam obat analgesic lainnya juga dapat digunakan untuk mengurangi
rasa sakit. Agen ini tidak mengobati kerusakan bengkak atau sendi.
Tindakan Nonfarmakologi menurut (SIKI 2017)
a. Pendidikan kesehatan penting untuk membantu pasien untuk memahami penyakit
mereka dan belajar bagaimana cara mengatasi konsekuensinya.

b. Fisioterapi dan terapi fisik dimulai untuk membantu meningkatkan dan


mempertahankan berbagai gerakan, meningkatkan kekuatan otot, serta
mengurangi rasa sakit.
c. Terapi okupasi dimulai untuk membantu pasien untuk menggunakan sendi dan
tendon efisien tanpa menekankan struktur ini, membantu mengurangi ketegangan
pada sendi dengan splints dirancang khusus, serta menghadapi kehidupan sehari-
hari melalui adaptasi kepada pasien dengan lingkungan dan penggunaan alat bantu
yang berbeda (Noor Z, 2016).
d. Terapi kompres hangat menggunakan serei adalah terapi penghilang nyeri
nonfarmakologi biasanya mempunyai resiko lebih rendah. Meskipun tindakan
tersebut bukan merupakan pengganti untuk obat-obatan, tindakan tersebut
mungkin dapat mempersingkat episode nyeri. Salah satu tindakan untuk
menghilangkan nyeri secara nonfarmakologi yaitu dengan menghangatkan
persendian yang sakit (Hyulita, 2013).
e. Terapi Pijat Back Message
Back Massage adalah terapi non farmakologi dengan salah satu teknik
memberikan tindakan massage pada punggung belakang bagian torakal 1-10 dan
lumbal 1 dengan usapan menggunaan punggung tangan dari atas kebawah
kemudian memutar secara perlahan. Usapan dengan lotion atau balsem
memberikan sensai hangat dengan mengakibatkan dilatasi pada pembuluh darah
lokal. Vasodilatasi peredaran darah pada area yang diusap sehingga aktivitas sel
meningkat dan akan mengurangi rasa sakit serta menunjang proses penyembuhan
luka (Kusyati, 2006).
J. Pencegahan
1
REMATOID ATRITIS
3
Menurut (Asikin, 2013) Pencegahan pada nyeri sendi bergantung dari penyebabnya,
karena tiap jenis nyeri sendi memiliki teknik pencegahan yang berbeda-beda pada kasus
Rheumatoid Arthritis, penecgahannya seperti :
a. Menjaga berat badan tetap stabil.
b. Melatih otot kuadriseps pada paha dapat membantu mencegah timbulnya
Rheumatoid Arthritis
c. Menerapkan gaya hidup sehat
d. Menjauhi rokok dan alcohol

K. Pathway

Infeksi streptokokus hemotika dan streptokus non-


hemolitikus,,autoimun

Distruksi jaringan sendi

Resiko peradangan Pelepasan meditor kimia


tubuh (bradikinin)

Cairan di luar sel sinovial


bagian dalam sendi MK : nyeri kronis

Infiltrasi dalam os
subkondrial

Hambatan nutrisi pada


Kartilago nekrosis
kartilago artikularis

Erosi kartilago Kerusakan dan kartigo


tulang

Adhesi pada
permukaan sendi Tendon dan ligamen
melemah

1
REMATOID ATRITIS
4
Ankilosis fibrosa Hilangnya kekuatan otot MK : resiko jatuh

Kekuatan sendi MK : gangguan


Ankilosis tulang
melemah mobilitas fisik

Sumber: (Amin & Hardi, 2016)

1
REMATOID ATRITIS
5
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data klien mencangkup nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, suku,
agama, pekerjaan/ penghasilan, pendidikan terakhir
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama Pasien
Pada umunya yang dirasakan penderita Rheumatoid Arthritis adalah nyeri di
daerah persendian. Nyeri biasanya dirasakan pada saat malam hari atau bahkan
saat bangun tidur pagi hari. Selain nyeri, terjadi juga pembengkakan pada ibu jari
kaki. Kaji nyeri yang dirasakan klien menggunakan metode Provoking incident
atau penyebab dari nyeri biasanya karena beraktifitas fisik terlalu lama dan
kurang istirahat, Quality atau kualitas nyeri yang dirasakan pasien biasanya nyeri
berdenyut-denyut, Regional atau lokasi nyeri yang dirasakan pasien biasanya di
sendi lutut, punggung, pinggang, Scale atau skala nyeri yang di rasakan pasien
Rheumatoid Arthritis adalah dengan skala nyeri sedang 4-8, Time atau waktu
nyeri yang dirasakan pasien tergantung dari yang dirasakan pasiennya ada yang
nyeri berlangsung sebentar ada juga yang nyeri nya yang terus menerus.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya terjadi nyeri hebat pada sendi serta pembengkakan. Pada umumnya
akan mengalami pembengkakan pada sendi lutut, kulit berwarna merah,
permukaan sendi teraba panas, mudah lelah dan gangguan dalam beraktifitas.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apa sebelumnya klien pernah mengalami nyeri yang sama dalam beberapa
bulan terakhir. Selain itu perlu dikaji juga apakah klien menderita penyakit
hipertensi, diabetes melitus dan ginjal. Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah
apakah klien pernah dirawat dengan masalah yang sama. Kaji adanya pemakaian
alkohol yang berlebihan dan penggunaan obat diuretik. Biasanya Rheumatoid
Arthritis disebabkan oleh kerusakan tulang rawan atau kartilago, Kerusakan
kartilago ini bisa disebabkan oleh stress mekanik atau perubahan biokimia pada
tubuh.

1
REMATOID ATRITIS
6
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji apakah dalam keluarga ada anggota keluarga yang lain menderita penyakit
yang sama seperti yang di derita klien. Apakah klien mempunyai riwayat
penyakit keturunan.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
Dapat ditemukan klien dengan Rheumatoid arthtritis bisa mengalami hipertensi
atau tekanan darah tinggi dikarenakan meningkatnya resistensi dari pembuluh
darah perifer.
b. Sistem Integumen
Sering kali klien dengan Rheumatoid arthtritis mengalami turgor kulit menurun,
terdapat kemerahan pada kulit yang bengak
c. Sistem Pernapasan
Adanya klien dengan Rheumatoid arthtritis pernapasan cepat dan dalam,
frekuensi meningkat.
d. Sistem Kardiovaskuler
Sering kali klien dengan Rheumatoid arthtritis ketidakefektifan perfusi jaringan,
nadi perifer lemah takikardi/bradikardi.
e. Sistem Gastrointestinal
Sering kali klien dengan Rheumatoid arthtritis mengalami dehidrasi, perubahan
berat badan.
f. Sistem Perkemihan
Adanya klien dengan Rheumatoid arthtritis normal.
g. Sistem Muskuloskletal
Adanya klien dengan Rheumatoid arthtritis mengalami pembenggkakan pada
sendi, deformitas kerusakan dari struktur-struktur tulang, kekauan dipagi hari
dapat bersifat generalista terutama menyerang sendi-sendi. Disertai dengan
pemeriksaan PQRST:
P : provokes, palliative (penyebab) Apa yang menyebabkan rasa nyeri.
Q : quality (kualitas) Menjelaska rasa yeri seperti apa.
R : radiates (penyebaran) Apakah rasa sakitya meyebar atau berfokus pada satu
tempat.

1
REMATOID ATRITIS
7
S : saverety (keparahan) Seperti apa sakutya dinilai dalam skala nyeri dari 1-10.
T : time (waktu) kapan nyeri muncul.
B. Diagnosa
1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen pencedera fisik seperti terdapat inflamasi
ditandai dengan pasien tampak meringis (D.0078)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan intregritas tulang ditandai
dengan gerakan terbatas (D.0054)
3. Resiko jatuh ditandai dengan kekuatan otot menurun (D.0143)

1
REMATOID ATRITIS
8
C. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Nyeri kronis b.d agen Setelah dilakukan intervensi keperawatan, Manajemen Nyeri (I.08238)
pencedera fisik seperti maka tingkat nyeri menurun (L.08066), dengan Observasi
terdapat inflamasi d.d. kriteria hasil:  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
pasien tampak meringis 1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
(D.0078) (SDKI, 2017) 2. Perasaan depresi menurun  Identifikasi skala nyeri
3. Meringis menurun  Idenfitikasi respon nyeri non verbal
4. Gelisah menurun  Identifikasi faktor yang memperberat dan
5. Kemampuan menuntaskan aktivitas memperingan nyeri
meningkat  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan

REMATOID ATRITIS 19
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
 Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgesik secara
tepat
REMATOID ATRITIS 20
 Ajarkan Teknik farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan intervensi keperawatan  Intervensi Utama: Dukungan mobilitas
b.d kerusakan intregritas selama 3 x 24 jam, maka mobilitas fisik I.05173 Tindakan :
tulang d.d gerakan terbatas meningkat, dengan kriteria hasil:
Observasi
(D.0054) (SDKI, 2017) 1. Pergerakan ekstremitas meningkat
 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
2. Kekuatan otot meningkat
lainnya
3. Rentang gerak (ROM) meningkat  Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
 Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi
 Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik

 Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat


bantu (mis: pagar tempat tidur)
 Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi

 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi


 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
REMATOID ATRITIS 21
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk di tempat tidur,
duduk di sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)

3 Resiko jatuh ditandai Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa Pencegahan jatuh I.14540
dengan kekuatan otot tingkat jatuh menurun adalah: Tindakan yang dilakukan pada intervensi
menurun (D.0143) (SDKI, 1. Jatuh dari tempat tidur menurun pencegahan jatuh berdasarkan SIKI, antara lain:

2017) 2. Jatuh saat berdiri menurun Observasi


3. Jatuh saat duduk menurun  Identifikasi faktor jatuh (mis: usia > 65
4. Jatuh saat berjalan menurun tahun, penurunan tingkat kesadaran, defisit
kognitif, hipotensi ortostatik, gangguan
keseimbangan, gangguan penglihatan,
neuropati)
 Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali
setiap shift atau sesuai dengan kebijakan
institusi
 Identifikasi faktor lingkungan yang
meningkatkan risiko jatuh (mis: lantai licin,
penerangan kurang)
 Hitung risiko jatuh dengan menggunakan
skala (mis: fall morse scale, humpty
dumpty scale), jika perlu
 Monitor kemampuan berpindah dari tempat
tidur ke kursi roda dan sebaliknya
Terapeutik

 Orientasikan ruangan pada pasien dan


keluarga
REMATOID ATRITIS 22
 Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda
selalu dalam kondisi terkunci
 Pasang handrail tempat tidur
 Atur tempat tidur mekanis pada posisi
terendah
 Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh
dekat dengan pantauan perawat dari nurse
station
 Gunakan alat bantu berjalan (mis: kursi
roda, walker)
 Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan
pasien
Edukasi

 Anjurkan memanggil perawat jika


membutuhkan bantuan untuk berpindah
 Anjurkan menggunakan alas kaki yang
tidak licin
 Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh
 Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki
untuk meningkatkan keseimbangan saat
berdiri
 Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil
untuk memanggil perawat

REMATOID ATRITIS 23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit autoimun sistemik kronik yang

menyebabkan inflamasi jaringan ikat, terutama di sendi. Rangkaian dan keparahan

beragam, dan rentang manifestasi luas.

2. Rematoid atritis dibagi menjadi empat yaitu Rheumatoid arthritis klasik,

Rheumatoid arthritis deficit, Probable rheumatoid arthritis, Possible rheumatoid

arthritis.

3. Penyebab Rheumatoid Arthritis belum diketahui dengan pasti. Namun kejadiannya

dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan.

4. Adapun gejala yang ditimbulkan seperti Kekakuan, bengkak dan nyeri pada sendi

umumnya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada sedi yang sama dikedua sisi

tubuh).

5. Penatalaksanaan penyakit ini membutuhkan pendekatan yang terpadu dalam terapi

farmakologis dan non farmakologis

B. Saran
1. Bagi perawat

Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan rematoid atritis secara

holistik dengan pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit tersebut.

2. Bagi klien dan perawat

Hendaknya ikut berpartisipasi dalam penatalaksanaannya serta meningkatkan

pengetahuan tentang rematoid atritis yang dideritannya.

3. Bagi mahasiswa

REMATOID ATRITIS 24
Mahasiswa/i mampu memahami dan menerapkan serta mampu memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan rematoid atritis.

REMATOID ATRITIS 25
DAFTAR PUSTAKA

Asikin, M,. Nasir, M,. Podding, I Takko. (2016). Keperawatan Medikal Bedah: Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Amin & hardhi. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa
Nanda, Nic, Noc Dalam Berbagai Kasus Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. In 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standat Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standat Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PP

REMATOID ATRITIS 26

Anda mungkin juga menyukai