Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN INDIVIDU

KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY “N” DENGAN MASALAH


REMATIK (REMATHOID ARTHRITIS PADA LANSIA) DI DUSUN
TEMBENG PUTIK TIMUK 1, DESA TEMBENG PUTIK

DISUSUN OLEH :

EKA SUSILAWATI, S.KEP


NIM. 113222012

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR

LOMBOK TIMUR

2023

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Porfesi Ners Asuhan Keperawatan Pada Ny “N”

Dengan Masalah Rematik (Rhematoid Athritis Pada Lansia) di Dusun Tembeng


Putik Timuk 1, Desa Tembeng Putik Kec. Wanasaba

Telah di sahkan dan disetujui pada

Hari :

Tangga :

Mahasiswa

(Eka Susilawati, S.Kep)

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Ahyar Rosyidi,M.Kep) (Ns. Syukrul Hamdi, S.Kep)

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah swt,berkat dan limpahan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan pendahuluan (LP) yang
berjudul REMATIK PADA LANSIA“
Dengan ridho dan kasih sayang serta petunjuk dariNya makalah
ini dapat terselesaikan . Kami membuat makalah ini bertujuan untuk
menyelasaikan tugas yang diberikan oleh dosen. Selain itu bertujuan menambah
pengetahuan dan wawasan kami.
Kiranya makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.
Meskipun begitu , penulis sadar bahwa makalah ini perlu untuk dilakukan
perbaikan dan penyempurnaan.Untuk itu , saran dan kritik yang membangun
dari pembaca sangat kami butuhkan sebagai penyempurnaan makalah ini.

Penyusun

Eka Susilawati,S.kep

PAGE \* MERGEFORMAT iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
D. Manfaat............................................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep dasar Lansia ......................................................................... 3
1. Pengertian Lansia ........................................................................... 3
2. Karakteristik lansia......................................................................... 3
3. Klasifikasi Lansia........................................................................... 4
4. Tipe lansia....................................................................................... 4
5. Tugas perkembangan lansia............................................................ 5
B. Konsep Dasar Rematik ...................................................................... 5
1. Pengertian Rematik......................................................................... 5
2. Jenis rematik................................................................................... 6
3. Etiologi........................................................................................... 7
4. Patofisiologi.................................................................................... 8
5. Pathway........................................................................................... 11
6. Manifiestasi klinik.......................................................................... 12
7. Komplikasi...................................................................................... 13
8. Pemeriksaan penunjang.................................................................. 13
9. Penatalaksanaan.............................................................................. 14
10. Proses keperawatan......................................................................... 15
BAB III TINJAUAN KASUS ....................................................................... 17
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16

PAGE \* MERGEFORMAT iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan
dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal
kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan
demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan
lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan
reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia
lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah
osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan
dengan meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya
dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna
mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot
dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau
menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai
sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu
sindrom dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma
reumatik cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan
ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat
terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada
tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa
kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan
sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak. (Soenarto, 2019)
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai
usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan
reumatik akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Wardoyo, 2020)

PAGE \* MERGEFORMAT iv
B. Rumusan Masalah
Bagaimana laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan lansia yang
mengalami masalah kesehatan yaitu Rematik (Remathoid Artritis)

C. Tujuan
Mengeksplorasi Asuhan Keperawatan pada Lansia yang mengalami
masalah kesehatan yaitu Remathoid Arthritis.

D. Manfaat
1. Bagi penulis
Memperoleh pengalaman dan pengetahuan serta dapat
mengaplikasikan teori laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan
tersebut pada lansia yang mengalami Remathoid Artritis.
2. Bagi partisipan
Sebagai sumber pengetahuan dan wawasan bagi partisipan
tentang rematik dan cara penanganannya
3. Bagi perawat
Sebagai acuan dalam menentukan strategi pengembangan
perawatan/penanganan lansia yang mengalami reumathoid arthritis.
4. Bagi institusi
Laporan ini dapat digunakan sebagai masukan untuk dapat
melakukan upaya – upaya dalam peningkatan pemberian pengetahuan
kepada mahasiswa dalam bidan kesehatan khususnya tentang penyakit
reumathoid arthritis pada lansia.

PAGE \* MERGEFORMAT iv
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR LANSIA


1. Pengertian Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara
usia 65-75 tahun (Potter, 2019). Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,
yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2018).
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat
dihindari, berjalan secara terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes
RI, 2019). Menurut Keliat (2019) dalam Maryam (2020), Usia lanjut
dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun
1998 Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2020). Penuaan
adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai
usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2019).
2. Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (2019) dalam Maryam (2020), lansia memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No.
13 tentang kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari
kondisi adaftif hingga kondisi maladaptif
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2020).

PAGE \* MERGEFORMAT iv
3. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
a. Pralansia (prasenilis), Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia, Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia Resiko Tinggi, Seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan (Depkes RI, 2019)
d. Lansia Potensial, Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,
2003).
e. Lansia Tidak Potensial, Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI,
2019).
4. Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan
bermacam-macam tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
a. Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai diri
dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan
menjadi panutan.
b. Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang
dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman
pergaulan, serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir
batin, menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan
kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,
status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
d. Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib
baik, mempunyai konsep habis (“habis gelap datang terang”),

PAGE \* MERGEFORMAT iv
mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja
dilakukan.
e. Tipe bingung, Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian,
mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh
(Nugroho, 2018).
5. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau
menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi
oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Adapun tugas
perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d. Mempersiapkan kehidupan baru.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat
secara santai.
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan
(Maryam, 2018).

B. KONSEP DASAR REUMATIK


1. Pengertian
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu
Bedah Orthopedi, hal. 165). Reumatoid arthritis adalah gangguan
autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi
(Lemone & Burke, 2019 : 1248).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai
dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan
keletihan (Diana C. Baughman, 2011).

PAGE \* MERGEFORMAT iv
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ
tubuh (Arif Mansjour, 2019)
2. Jenis Reumatik
Menurut Adelia, (2019) ada beberapa jenis reumatik yaitu:
a. Reumatik Sendi (Artikuler)
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik
sendi (reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang
paling sering ditemukan yaitu:
b. Artritis Reumatoid
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan
melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien
artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut
sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan
gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
c. Osteoatritis
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan
sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut.
Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi,
dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang
menanggung beban.
d. Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat
darah (hiperurisemia) . Reumatik gout merupakan jenis penyakit
yang pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout
juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat
kristal monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal
ini menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya
reumatik gout akut.

PAGE \* MERGEFORMAT iv
e. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai
jaringan lunak di luar sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut
juga reumatik luar sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis – jenis
reumatik yang sering ditemukan yaitu:
1) Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang
tubuh dan anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh
perempuan usia lanjut, penyebabnya adalah faktor kejiwaan
2) Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang
menimbulkan nyeri lokal di tempat perlekatannya.
3) Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada
tulang. Entesis ini dapat mengalami peradangan yang disebut
entesopati. Kejadian ini bisa timbul akibat menggunakan
lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.
4) Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan
tendon atau otot ke tulang. Peradangan bursa juga bisa
disebabkan oleh reumatik gout dan pseudogout.
5) Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan
proses degenerarif diskus intervertebralis, bertambahnya usia
dan pekerjaan fisik yang berat, atau sikap postur tubuh yang
salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab
lainnya bisa akibat proses peradangan sendi, tumor, kelainan
metabolik dan fraktur.
6) Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua
orang pernah mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang

PAGE \* MERGEFORMAT iv
kebawah (lumbosakral dan sakroiliaka) Yang dapat menjalar ke
tungkai dan kaki.
7) Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di
pangkal lengan atas yang bisa menjalar ke lengan atas bagian
depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila lengan diangkat
keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi
bahu menjadi terbatas.
3. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada
beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini,
antara lain:
a. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor
penuaan adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa
osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan
sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.
b. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi.
Sedangkan laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha,
pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45
tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki
dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi
osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-
masing suku bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan
pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital
dan pertumbuhan tulang.

PAGE \* MERGEFORMAT iv
d. Genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk
kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4
dengan AR seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko
relative 4 : 1 untuk menderita penyakit ini.
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan
meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita
maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan
osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang
terus menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis
tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang
berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
g. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan
timbulnya oateoartritis paha pada usia mudah
h. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan
resiko timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang
yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan
beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang
rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
4. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus,
atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub

PAGE \* MERGEFORMAT iv
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan
gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai
dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada
orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak
terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid
(seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang
progresif.

PAGE \* MERGEFORMAT iv
5. PATHWAY
Reaksi Faktor rematik dengan antibody, faktor metabolik, infeksi dengan
kecenderungan virus

Nyeri Reaksi peradangan

Sinovial menebal
Informasi tentang
proses penyakit
Pannus nodul Deformitas
Sendi

kurang pengetahuan
Infiltrasi Gangguan Body
Image
os. subcondria
kerusakan kartilago
dan tulang Hambtan nutrisi
pada kartilago
tendon & ligament melemah
kartilago nekrosis
Hilangnya Mudah luksasi
kekuatan otot dan sublukasi
Erosi kartilago

Adhesi pada permukaan sendi

Ankilosis fibrosa Ankilosis Tulang


Resiko Cidera

Kekuatan sendi terbatasnya gerakan


sendi

Gangguan mobilitas Defisit self care

PAGE \* MERGEFORMAT iv
6. Manifestasi klinis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-
lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang
berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi,
kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih
lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan,
antara lain;
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri
yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-
pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri
c. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah
immobilisasi, seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari
tidur.
d. Krepitas
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya
(lutut atau tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan
membesar
f. Perubahan gaya berjalan

PAGE \* MERGEFORMAT iv
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit,
lutut atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan
dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang
besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).
7. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah
yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
d. Terjadi splenomegali
Splenomegali merupakan pembesaran limfa, jika limfa
membesar kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya
jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan
menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
8. Pemeriksaan penunjang
a. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
b. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
c. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
d. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih
besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning
(respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi
SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
e. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.

PAGE \* MERGEFORMAT iv
f. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle
Aspiration) atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena
mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan
sendi yang normal.
9. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya
bersifat simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja
hanya sebagai analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu
menghentikan proses patologis
b. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan
pada sendi yang sakit.
c. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
d. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
e. Dukungan psikososial
f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program
latihan yang tepat
g. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya
keluhan
h. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat
nyeri
i. Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin
j. Diet rendah purin:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan
asam urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan
mempertahankannya dalam batas normal. Bahan makanan yang
boleh dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:
No. Golongan bahan Makanan yang boleh Makanan yang tidak
makanan diberikan boleh diberikan
1. Karbohidrat Semua --

2. Protein hewani Daging atau ayam, ikan Sardin, kerang, jantung,


tongkol, bandeng 50 gr/hari, hati, usus, limpa, paru-
telur, susu, keju paru, otak, ekstrak
daging/ kaldu, bebek,
angsa, burung

PAGE \* MERGEFORMAT iv
3. Protein nabati Kacang-kacangan kering 25 gr --
atau tahu, tempe, oncom

4. Lemak Minyak dalam jumlah --


terbatas.

5. Sayuran Semua sayuran sekehendak Asparagus, kacang


kecuali: asparagus, kacang polong, kacang buncis,
polong, kacang buncis, kembang kol, bayam,
kembang kol, bayam, jamur jamur maksimum 50 gr
maksimum 50 gr sehari sehari
6. Buah-buahan Semua macam buah --

7. Minuman Teh, kopi, minuman yang Alkohol


mengandung soda
8. Bumbu, dll Semua macam bumbu Ragi

10. Proses Keperawatan


A. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
 Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan atau pada
tungkai
 Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode / waktu
sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya
perubahan pada sendi.
2. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing – masing sisi
(bilateral), amati warna kulit,ukuran, lembut tidaknya kulit,
dan pembengkakan.
 Lakukan pengukuran passive range of motion pada sendi –
sendi sinovial
 Catat bila ada devisi (keterbatasan gerak sendi)
 Catat bila ada krepitasi
 Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
 Lakukan inspeksi dal palpasi otot – otot sekelet secara
bilateral
 Catat bila ada atrofi, tonus yang berkurang
 Ukur kekuatan otot

PAGE \* MERGEFORMAT iv
 Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
 Kaji aktivitas / kegiatan sehari – hari
3. Riwayat Psiko Sosial
Pasien mungkin merasakan adanya kecemasan, apalagi
pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean
ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan
merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya
aspek body image dan harga diri klien.

PAGE \* MERGEFORMAT iv
B. Intervensi
No diagnosa Keriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1. Nyeri sendi b/d Pasien dapat istirahat / tidur 1. Kaji nyeri, catat lokasi, 1. panas meningkatkan letak sisi
penurunan fungsi dengan tenang, pasien karakteristik derajat (skala 0 – otak dan mobilitas,
tulang tampak rileks. 10) menurunkan rasa sakit.

2. Anjurkan klien untuk kompres 2. Panas meningkatkan letak sisi


dan mandi air panas otak dan mobilitas,
menurunkan rasa sakit.
3. Berikan klien posisi yang
nyaman pada waktu tidur / 3. Tirah baring mungkin
duduk di kursi. diperlukan untuk membatasi
4. berikan masase yang lembut nyeri/ cedera sendi
4. Menaikkan relaksasi atau
5. berikan obat sesuai indikasi. regangan otot
5. Menaikkan relaksasai dan
sebagai terapi pengobatan
2. Kurang pengetahuan Ny. H mengatakan paham 1. Kaji tingkat pengetahuan klien 1. Menambah pengetahuan
tentang rematik b.d mengenai penyakitnya 2. Berikan pendidikan kesehatan pasien tentang penyakit yang
keterbatasan kognitif tentang cara mencegah dan dideritanya
mengatasi rematik 2. Mengetahui sejauh mana klien
3. Evaluasi tingkat pengetahuan memahami tentang penyakit
klien yang dideritanya
4. Memudahkan dalam
menentukan intervensi
selajutnya

PAGE \* MERGEFORMAT iv
DAFTAR PUSTAKA

Adelia. (2018). Libas Rematik dan Nyeri Otot Dari Hidup Anda. Yogyakarta: Briliant
Books.

Azizah,Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta.


2019

Diana, S. (2018). Osteoartritis, Artritis Reumathoid, dan Penyakit Sendi. Puskesmas


Tamalanrea Jaya Kota , 1014.

Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta.
2020

LeMone, Burke, & Bauldoff, (2019). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa.Jakarta:
EGC

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W. 2020. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius

Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi.


Salemba Medika. Jakarta. 2020

Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti, Sari
Kurnianingsih. Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2019

Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan


Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. 2020

PAGE \* MERGEFORMAT iv

Anda mungkin juga menyukai