Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ISTIRAHAT TIDUR DI RUANG BEDAH

Disusun oleh:

Raudanil Aziz, S.Kep

PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR
LOMBOK TIMUR - NTB
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

Gangguan Istirahat Tidur

Pendidikan Profesi Ners

Stase Keperawatan Dasar Profesi

Laporan Pendahuluan Kasus di Ruang Bedah

RSUD Dr. R. Soedjono Selong 2022

oleh

Nama : Raudanil Aziz, S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR

LOMBOK TIMUR - NTB

2022

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Profesi Ners dengan judul istirahat dan tidur


di Ruangn bedah RSUD Dr.R. Soedjono Selong tanggal 04 s/d 11 Maret 2022
telah di syahkan dan disetujui pada

Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

( RAUDANIL AZIZ )

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( Ns Ahyar Rosidi, M.kep. ) (Ns,M.suhayatna Ilhamdi, S,kep)

Kepala Ruangan

(NS, M . Suhayatna Ilhamdi S,Kep )

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I KAJIAN PUSTAKA............................................................................. 1
A. ISTIRAHAT TIDUR.................................................................................. 1
1. Pengertian Istirahat Tidur..................................................................... 1
2. Tanda dan Gejala.................................................................................. 7
3. Penatalaksanaan Medis......................................................................... 8
4. Pengkajian Keperawatan...................................................................... 10
5. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 12
6. Rencana Keperawatan.......................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 19

iv
BAB I
KAJIAN PUSTAKA

A. ISTIRAHAT TIDUR
1. Pengertian Istirahat Tidur
Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis
yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari
keterjagaan. Tidur adalah keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun
dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas (Keperawatan Dasar,
2011:203). Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh
ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-
ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah
yang berbeda (Tarwoto, 2006). Sedangkan Istirahat adalah relaksasi
seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh
tertentu (Keperawatan, Dasar, 2011:203). Istirahat adalah suatu keadaan di
mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih
segar (Tarwoto, 2006).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami
atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas
pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu
gaya hidup yang diinginkannya (Lynda Juall, 2012:522). Gangguan pola
tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal (NANDA NIC-NOC,2013:603).
Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang
menghambat fungsi. Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur
(“tidur ayam” yang periodic dan alami secara terus-menerus). Kesiapan
meningkatkan tidur adalah pola “tidur ayam” yang periodic dan alami,
yang memberi istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup yang
diinginkan dan dapat ditingkatkan (NANDA, 2012).
1. Fisiologi Tidur
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga.
Siklus tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam

1
dalam siklus siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi
dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima
tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan
gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan
berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan
tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang
biasanya mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah,
pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh
dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun
psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM-
Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan
meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM.
Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental
dan kesehatan emosi.
a. Non Rapid Eye Movement (NREM)
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur.
Terbagi menjadi empat tahapan yaitu:
1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi
tidur. Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak
menjadi lambat. Tahap I ini ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun. Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah

2
terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini
ditandai dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus /
detik yang disebut gelombang tidur.
3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini
berlangsung 15-30 menit. Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit.
Tahap ini ditandai dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada
jam bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan
frekwensi 1-2 siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta
enuresis (mengompol).
b. Rapid Eye Movement (REM)
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM
terjadi 20-25 % dari tidurnya.
1) Tahap REM ditandai dengan:

3
a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari
tahap-tahap sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur
dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan
pernapasan yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan
darah yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
g) Lebih sulit dibangunkan.
h) Sekresi ambung meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-
rata 20 menit.
2) Karakteristik tidur REM
a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar
immobilisasi.
c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi : Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi. 
f) Sekresi gaster : Meningkat.
g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik. 
h) Gelombang otak : EEG aktif.
i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.

4
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur
a. Penyakit 
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur
lebih banyak dari normal. Namun demikian keadaan sakit
menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya
pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronkhitis,
penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.
b. Lingkungan 
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan
nyaman, kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduh
maka akan menghambat tidurnya.
c. Motivasi 
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat
menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan
kantuk.
d. Kelelahan 
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
e. Kecemasan 
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan
saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya.
f. Alkohol 
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang
tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat
marah.
g. Obat-obatan 
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur
antara lain Diuretik (menyebabkan insomnia), Anti depresan
(supresi REM), Kaffein (Meningkatkan saraf simpatis), Beta
Bloker (Menimbulkan insomnia), dan Narkotika (Mensupresi
REM).

5
3. Gangguan Tidur
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati,
umunya menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu
dari tiga masalah insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat
tidur atau ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang berlebihan
di siang hari ( Maslow, 2005).
a. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka
mengalami kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan
atau tidur pendek atau tidur non retoratif (Edinger dan Sarana,
2005). Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada individu
dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena
faktor mental seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis
insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan untuk memulai
tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur
karena seringnya terjaga, terminal insomnia adalah bangun terlalu
dini dan sulit untuk tidur kembali.
b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul
saat seseorang tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada
orang dewasa. Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam,
mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang, dan
bruksisme (gigi bergemeretak).
c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan
terutama pada siang hari.
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul
secara tiba-tiba pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi
sering mengalami mimpi seperti nyata yang terjadi ketika
seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari

6
kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak,
atau berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala
lainnya (Guilleminaultt dan Fromberz, 2005).
e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran
udara melalui hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih
pada saat tidur. Ada tiga jenis tidur apnea yaitu : apnea sentral,
obstruktif, dan campuran. Bentuk yang paling umum adalah apnea
obstruktif atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA mempengaruhi
10-15% dari dewasa menengah (Groth, 2005), Namun sering
terjadi juga pada wanita menopause, serta wanita muda dan anak-
anak (Mendez, dan Olson, 2006). OSA terjadi ketika otot atau
struktur dari rongga mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi
saat tidur. Saluran napas tersumbat sebagian atau seluruhnya,
mengurangi aliran udara hidung (hiponea) atau menghentikannya
(apnea) selama 30 detik (Guilleminault dan Bassiri, 2005).
Seseorang masih mencoba untuk bernapas karena dada dan perut
terus bergerak, sehingga sering menghasilkan dengkuran keras dan
suara mendengus atau mendengkur. Ketika pernapasan menjadi
sebagian atau seluruhnya berkurang, setiap gerakan diafragma
berturut-turut menjadi kuat sampai penyumbatan terbuka.
Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila
disertai apnea maka bisa menjadi masalah.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi
sebelum tidur REM.
2. Tanda dan Gejala
1. Dewasa
a. Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
b. Data Minor
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Perubahan mood

7
3) Agitasi
4) Mengantuk sepanjang hari
2. Anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan,
enuresis, atau respons tidak konsisten dari orang tua terhadap
permintaan anak untuk mengubah peraturan dalam tidur seperti
permintaan untuk tidur larut malam.
b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang
tua.
c. Sering bangun saat malam hari.
3. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan
karena  penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek
ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau
stress yang dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak
membawa pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan
pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian
emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih
dan nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan
tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita
mengikuti irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita
harus disiplin menjalankan waktu-waktu tidurnya.

8
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau
stress berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini
dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si
penderita dalam memandang dirinya, lingkungannya, masa
depannya, dan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga
si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya masih
berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki
efisiensi tidur si penderita gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan
waktu bangun pagi si penderita secara reguler dengan
memperhatikan waktu tidur malam dan melarang si penderita
untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap
dan kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran
si penderita yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran
yang menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur,
menghindari rokok dan alkohol, mengontrol berat badan dan
meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-tempat terbuka
seperti pantai dan gunung.

9
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari
obat-obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh
dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk
penanganan gangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.
Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien
gangguan tidur yaitu dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-
sedatif misalnya: Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam,
Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat tersebut mengakibatkan
Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotor,
gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb.
4. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab
pasien dengan format nama, umur, jenis kelamin, status, agama,
pekerjaan, suku bangsa, alamat, pendidikan, diagnose medis, sumber
biaya, hubungan antara pasien dengan penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang
menyebabkan klien meminta  bantuan pelayanan seperti :
1) Apa yang dirasakan klien
2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-
tiba atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
3) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
4) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu
klien.

10
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar
gangguan yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang
mungkin sudah berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia
dan kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak mengganggu
aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai
ada tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh
klien. Meliputi pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau
penyakit keturunan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan
pertama kali atau sudah sering mengalami gangguan pola tidur.
3. Kebutuhan Biopsikososial Spiritual
a. Bernapas
b. Nutrisi
c. Eliminasi
d. Aktivitas
e. Istirahat tidur
f. Berpakaian
g. Pengaturan suhu tubuh
h. Personal Hygiene
i. Rasa Aman Nyaman
j. Komunikasi
k. Spiritual
l. Rekreasi
m. Bekerja
n. Pengetahuan atau belajar

11
4. Data Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum Pasien
Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor
kulit, warna kulit.
b. Gejala Kardial
Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
c. Keadaan fisik
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata,
hidung, mulut, telinga, leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas.
Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan
dalam memperoleh  berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi,
Palpasi, Auskultasi dan Perkusi.
5. Data Pemeriksaan Penunjang
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah
dilakukan pasien baik selama perawatan ataupun baru masuk rumah
sakit.
6. Pengkajian Psikososial
Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan
handai taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.
5. Diagnosa Keperawatan
1. Insomnia
2. Deprivasi tidur
3. Kesiapan meningkatkan tidur
4. Gangguan pola tidur
6. Rencana Keperawatan
Tujuan & Kriteria
No Diagnosa Intervensi (NIC) Rasional
Hasil (NOC)
1 Insomnia Setelah dilakukan 1. Peningkatan 1. Mengurangi
asuhan Koping : tekanan pada
keperawatan Membantu diri pasien.
selama... x 24 jam pasien untuk 2. Kenyamanan
diharapkan pasien beradaptasi membuat

12
tidak mengalami dengan persepsi, pasien
insomnia dengan stressor, relaksasi dan
kriteria hasil : perubahan atau membantu
1. Jumlah jam ancaman yang pasien santai.
tidur mengganggu 3. Agar pasien
(sedikitnya 5 pemenuhan mampu
jam per 24 tuntutan dan membangun
jam untuk peran hidup. pola tidur
orang 2. Manajemen yang sesuai
dewasa. Lingkungan
2. Pola, kualitas Kenyamanan:
dan rutinitas Memanipulasi
tidur. lingkungan
3. Perasaan sekitar pasien
segar setelah untuk
tidur. meningkatkan
4. Terbangun di kenyamanan
waktu yang yang optimal.
sesuai. 3. Peningkatan
Tidur :
Memfasilitasi
siklus tidur-
terjaga yang
teratur.
2 Deprivasi Setelah 1. Manajemen 1. Menghilangk
Tidur dilakukan Energi : an pencetus
asuhan Mengatur deprivasi
keperawatan penggunaan tidur.
selama ...X24 energi untuk 2. Mengurangi
jam diharapkan mengatasi atau gangguan
pasien tidak mencegah tidur.
mengalami keletihan dan 3. Membuat

13
deprivasi tidur mengoptimalkan pasien lebih
dengan kriteria fungsi. santai.
hasil : 2. Manajemen 4. Agar pasien
1. Menunjuk Medikasi : mampu
kan Tidur, Memfasilitasi membangun
yang penggunaan obat pola tidur
dibuktikan resep dan obat yang sesuai
oleh bebas yang aman
indikator dan efektif.
berikut 3. Manajemen
(gangguan Alam Perasaan:
ekstrem, Menciptakan
berat, keamanan ,
sedang, kestabilan,
ringan, pemulihan, dan
atau tidak pemeliharaan
mengalami pasien yang
gangguan ) mengalami
- Perasa disfungsi alam
an perasaan baik
segar depresi maupun
setelah peningkatan
tidur alam perasaan.
- Pola 4. Peningkatan
dan Tidur :
kualita Memfasilitasi
s tidur siklus tidur-
- Rutinit bangun yang
as tidur teratur.
- Jumlah
waktu
tidur

14
yang
terobse
rvasi
- Terjag
a pada
waktu
yang
tepat.
2. Melaporka
n
penurunan
gejala
Deprivasi
tidur
(misalnya,
konfusi,
ansietas,
mengantuk
pada siang
hari,
gangguan
perseptual,
dan
kelelahan).
3. Mengident
ifikasikan
dan
melakukan
tindakan
yang dapat
meningkat
kan tidur

15
atau
istirahat.
4. Mengident
ifikasikan
faktor
yang dapat
menimbul
kan
Deprivasi
tidur
(misalnya,
nyeri,
ketidakade
kuatan
aktivitas
pada siang
hari)
3 Kesiapan Setelah dilakukan 1. Manajemen 1. Membantu
Meningkat asuhan Energi : pola tidur
kan Tidur keperawatan Mengatur yang adekuat
selama...x 24 jam penggunaan pada pasien.
diharapkan pasien energy untuk 2. Kenyamanan
dapat mengatasi atau membuat
meningkatkan mencegah pasien
tidur dengan keletihan dan relaksasi dan
kriteria hasil mengoptimalkan membantu
Pasien akan : fungsi pasien santai.
1. Mengidentifi 2. Manajemen 3. Agar pasien
kasi LingkunganKen mampu
tindakan yamanan: membangun
yang akan Memanipulasi pola tidur
meningkatka lingkungan yang sesuai

16
n istirahat sekitar pasien
atau tidur untuk
2. Mendemonst meningkatkan
rasikan kenyamanan
kesejahteraa optimal
n fisik dan 3. Peningkatan
psikologis Tidur :
3. Mencapai Memfasilitasi
tidur yang siklus tidur-
adekuat bangun yang
tanpa teratur
menggunaka
n obat

4 Gangguan Setelah dilakukan 1. Determinasi 1. Mengetahui


Pola Tidur asuhan efek-efek pengaruh obat
keperawatan medikasi dengan pola
selama... x 24 jam terhadap pola tidur pasien.
diharapkan px tidur. 2. Memberikan
tidak terganggu 2. Jelaskan informasi
saat tidur dengan pentingnya tidur kepada pasien
kriteria hasil : yang adekuat. dan keluarga
1. Jumlah jam 3. Fasilitas untuk pasien.
tidur dalam mempertahankan 3. Meningkatka
batas normal aktivitas n tidur.
6-8 jam/hari. sebelum tidur 4. Agar periode
2. Pola tidur, (membaca). tidur tidak
kualitas dalam 4. Ciptakan terganggu dan
batas normal. lingkungan yang rileks.
3. Perasaan segar nyaman. 5. Mengurangi
sesudah tidur 5. Kolaborasi gangguan
atau istirahat. pemberian obat tidur.

17
4. Mampu tidur. 6. Meningkatka
mengidentifik 6. Diskusikan n pola tidur
asi hal-hal dengan pasien yang baik
yang dan keluarga secara
meningkatkan tentang teknik mandiri.
tidur. tidur pasien. 7. Mengetahui
7. Instruksikan perkembanga
untuk n pola tidur
memonitor tidur pasien.
pasien. 8. Mengetahui
8. Monitor waktu pengaruh
makan dan waktu makan
minum dengan dan minum
waktu tidur. terhadap pola
9. Monitor/catat tidur pasien.
kebutuhan tidur 9. Mengetahui
pasien setiap perkembanga
hari dan jam. n pola tidur
pasien.

18
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet,Lynda Juall.2012.BukuSaku Diagnosa Keperawatan Edisi


13.Jakarta:EGC

Huda,Amin.,Kusuma,Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: MediAction

NANDA International. 2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2012-2014.Jakarta: EGC

Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku


3.Jakarta: Salemba Medika

Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan


Praktik, Edisi 4.Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah.2006.Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika


Salemba.

Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha


Publishing.

19

Anda mungkin juga menyukai