Anda di halaman 1dari 27

1

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PADA Ny “S “


DENGAN MASALAH GANGGUAN SITIRAHAT TIDUR
DIRUANG PERAWATAN BAJI KAMASE
RSUD LABUANG BAJI
MAKASSAR

SUWARDI, S. Kep
20203025

PEMBIMBING

CI LAHAN CI INTITUSI

(.......................................) (........................................)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG SARI MAKASSAR


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK
2021 - 2022

Suwardi, S.Kep Profesi Ners Stikes Gunung Sari


Makassar
Nim : 20203025
2

BAB I
KONSEP DASAR GANGGUAN KEBUTUHAN
ISTIRAHAT TIDUR
A. Definisi Istirahat Tidur

Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus

bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur adalah keadaan

gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan minimnya

aktivitas (Keperawatan Dasar, 2011:203). Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa

sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang

berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah

yang berbeda (Tarwoto, 2006). Sedangkan Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh

atau mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Keperawatan,

Dasar, 2011:203).

Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko

mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang

menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya.

Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat

faktor eksternal (NANDA NIC-NOC,2013:603).

Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat

fungsi. Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur (“tidur ayam” yang

periodic dan alami secara terus-menerus). Kesiapan meningkatkan tidur adalah pola

“tidur ayam” yang periodic dan alami, yang memberi istirahat adekuat,

mempertahankan gaya hidup yang diinginkan dan dapat ditingkatkan (NANDA,

2012).

Suwardi, S.Kep Profesi Ners Stikes Gunung Sari


Makassar
Nim : 20203025
3

B. Fisiologi Tidur

Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga

umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain

siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu

kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur

dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan berkisar

dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3

dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan suhu, denyut,

tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh

dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi.

Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap

tidur REM dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas dibandingkan

pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses

mental dan kesehatan emosi.

1. Non Rapid Eye Movement (NREM)

Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat

tahapan yaitu:

a. Tahap I

Merupakan tahap transisi dari keadaan sadarmenjadi tidur. Berlangsung

beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini

ditandai dengan :

a) Mata menjadi kabur dan rileks.

b) Seluruh otot menjadi lemas.

Suwardi, S.Kep Profesi Ners Stikes Gunung Sari


Makassar
Nim : 20203025
4

c) Kedua bola mata bergerakkekiri dan kekanan.

d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.

e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.

f) Dapat terbangun dengan mudah.

g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.

b. Tahap II

Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung

10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi

lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan :

a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.

b) Suhu tubuh menurun.

c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.

d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.

e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut

gelombang tidur.

c. Tahap III

Merupakan awaltahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-

30menit.Tahap III ini ditandai dengan:

a) Relaksasi otot menyeluruh.

b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.

c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.

d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.

d. Tahap IV

Suwardi, S.Kep Profesi Ners Stikes Gunung Sari


Makassar
Nim : 20203025
5

Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai

dengan :

a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.

b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun

pagi.

c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).

d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.

e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2

siklus/detik.

f) Gerak bola mata mulai meningkat.

g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis

(mengompol).

2. Rapid Eye Movement (REM)

Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25 % dari

tidurnya.

a. Tahap REM ditandai dengan:

a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap

sebelumnya.

b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.

c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.

d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.

e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang

berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.

f) Metabolisme meningkat.

Suwardi, S.Kep Profesi Ners Stikes Gunung Sari


Makassar
Nim : 20203025
6

g) Lebih sulit dibangunkan.

h) Sekresi ambung meningkat.

i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.

b. Karakteristik tidur REM

a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.

b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.

c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.

d) Nadi : Cepat dan ireguler.

e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi. 

f) Sekresi gaster : Meningkat.

g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik. 

h) Gelombang otak : EEG aktif.

i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.

Tabel 1.1
Kebutuhan Dasar Manusia
Umur Tingkat Jumlah Kebutuhan Tidur
Perkembangan
0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari
1-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18 bulan -3 Masa anak 11-12 jam/hari
tahun
3-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari
40-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari

Suwardi, S.Kep Profesi Ners Stikes Gunung Sari


Makassar
Nim : 20203025
7

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur

1. Penyakit 

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari

normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau

tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti

asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.

2. Lingkungan 

Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,

kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduhmaka akan menghambat

tidurnya.

3. Motivasi 

Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk

tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

4. Kelelahan 

Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.

5. Kecemasan 

Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis

sehingga mengganggu tidurnya.

6. Alkohol 

Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol

dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.

7. Obat-obatan 

Suwardi, S.Kep Profesi Ners Stikes Gunung Sari


Makassar
Nim : 20203025
8

Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain Diuretik

(menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein

(Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan

Narkotika (Mensupresi REM).

D. Gangguan Tidur

Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya

menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah

insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun di

malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari ( Maslow, 2005).

1. Insomnia

Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami kesulitan

tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau tidur non

retoratif (Edinger dan Sarana, 2005). Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan

tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada individu

dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental

seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial

insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten insomnia adalah

kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga, terminal insomnia

adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.

2. Parasomnia

Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang

tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya

tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis

(mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).

Suwardi, S.Kep Profesi Ners Stikes Gunung Sari


Makassar
Nim : 20203025
9

3. Hipersomnia

Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada

siang hari.

4. Narkolepsi

Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada

siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti nyata

yang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari

kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau berbicara

sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya (Guilleminaultt dan

Fromberz, 2005).

5. Apnea saat Tidur dan Mendengkur

Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui

hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga

jenis tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang

paling umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA

mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah (Groth, 2005), Namun sering

terjadi juga pada wanita menopause, serta wanita muda dan anak-anak

(Mendez, dan Olson, 2006). OSA terjadi ketika otot atau struktur dari rongga

mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur. Saluran napas

tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung (hiponea)

atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik (Guilleminault dan Bassiri,

2005).

Suwardi, S.Kep Profesi Ners Stikes Gunung Sari


Makassar
Nim : 20203025
10

6. Mengigau

Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.

E. Patofisiologi

Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan hubungan

mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak

untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem

pengaktivasi retikularis. Sistem tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan

susunan saraf pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan

kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam

keadaan sadar, neuron dalam reticular activating sistem (RAS) akan melepaskan

katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat memberikan

rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima

stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Pada

saat tidur, terdapt pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons

dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan saat

bangun bergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan

sistem limbic. Dengan demikian, sistem batang otak yang mengatur siklus atau

perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR.

Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis, yaitu:

1. Penurunan tekanan darah dan denyut nadi

2. Dilatasi pembuluh darah perifer

3. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal

4. Relaksasi otot-otot rangka

Suwardi, S.Kep Profesi Ners Stikes Gunung Sari


Makassar
Nim : 20203025
11

5. Basal matabolsme rate menurun 10-30%

F. Gejala Klinis

Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan menimbulkan

gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, daya

tahan tubuh menurun serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi,

kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi

keselamatan diri sendiri atau orang lain.

Gejala tidur REM adalah sebagai berikut :

1. Biasanya disertai dengan mimpi aktif

2. Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM

3. Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang menunjukkan inhibisi

kuat proyeksi spinal atas sistema pengaktivasi retikularis

4. Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur

5. Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur

6. Mata cepat tertutup dan terbuka

G. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan

atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :

1. Pola tidur penderita

2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang

3. Tingkatan stres psikis

Suwardi, S.Kep Profesi Ners Stikes Gunung Sari


Makassar
Nim : 20203025
12

4. Riwayat medis

5. Aktivitas fisik.

Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut

polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram

(EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat mengkaji

aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi

merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari. The Multiple Sleep

Latency Test (MSLT) memberikan informasi yang objektif tentang kantuk dan aspek-

aspek tertentu dari struktur tidur dan mengukur gerakan mata menggunakan EOG,

perubahan tonus otot menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak menggunakan

EEG. Klien dapat memekai Actigraph pada pergelangan tangan untuk mengukur pola

tidur selama jangka waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi waktu

tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan istirahat

(Buysse, 2005).

H. Penatalaksanaan Medis

1. Terapi Non Farmakologi

Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena

penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara

yang dapat dilakukan antara lain :

a. Terapi relaksasi

Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat

mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor

ke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual

dan pengendalian emosi.

Suwardi, S.Kep Profesi Ners Stikes Gunung Sari


Makassar
Nim : 20203025
13

b. Terapi tidur yang bersih

Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman.

Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan

suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.

c. Terapi pengaturan tidur

Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama

sirkardian tidur normal  penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan

waktu-waktu tidurnya.

d. Terapi psikologi/psikiatri

Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang

menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau

dokter psikiatri.

e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)

CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam

memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan

rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa

dirinya masih berharga.

f. Sleep Restriction Therapy

Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si

penderita gangguan tidur.

g. Stimulus Control Therapy

Suwardi, S.Kep Profesi Ners Stikes Gunung Sari


Makassar
Nim : 20203025
14

Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi si

penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan

melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat

h. Cognitive Therapy

Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan si

penderita yang salah mengenai tidur.

i. Imagery Training

Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang

tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.

j. Mengubah gaya hidup

Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan

alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke

tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.

2. Terapi Farmakologi

Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti

ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten

di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain:

a. Golongan obat hipnotik

b. Golongan obat antidepresan

c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.

d. Golongan obat antihistamin.

Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur

yaitu dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya:

Suwardi, S.Kep Profesi Ners Stikes Gunung Sari


Makassar
Nim : 20203025
15

Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek

samping dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi

mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering dan lain

sebagainya.

1. Komplikasi

1. Efek psikologis

Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi , irritable,

kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.

2. Efek fisik/somatik

Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.

3. Efek sosial

Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi

pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan

keluarga.

4. Kematian

Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup

lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin

disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek

angka harapan hidup atau karena high arousal state yang terdapat pada

insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan

Suwardi, S.Kep Profesi Ners Stikes Gunung Sari


Makassar
Nim : 20203025
16

sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki

kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika

dibandingkan dengan orang normal.

PATHWAY

Latihan
Obat & Lingkungan
Stress / kelelahan
Substansi tidak nyaman
Gaya hidup emosional

Mengubah Mengurangi
Rutinitas & Kecemasan
pola tidur kenyamanan Sulit tidur
bekerja
tidur
Nutrisi & kalori rotasi Tegang /
frustasi
Gangguan Kesulitan
pencernaan menyesuaikan Motivasi tidur
perubahan Sering

Gangguan tidur jadwal tidur terbangun


Keinginan
menanti tidur
Penyakit
infeksi
Gangguan
Gangguan Tidur
Lemah & letih proses tidur

Tidak dapat tidur


Suwardi, S.Kep Profesi Ners Stikes Gunung Sari
Makassar dalam periode
Nim : 20203025 panjang
17

Butuh lebih Tidak dapat tidur Perbaikan pola


banyak tidur dengan kualitas baik tidur

Kesiapan
Akibat factor Akibat factor Deprivasi
meningkatkan
eksternal internal tidur
tidur

Gangguan pola
Insomnia
tidur

BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Pengkajian Keperawatan

Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan

format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa,

alamat, pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien

dengan penanggung jawab

2. Riwayat keperawatan

a. Keluhan Utama :

Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta

bantuan pelayanan seperti :

1) Apa yang dirasakan klien

Suwardi, S.Kep Profesi Ners Stikes Gunung Sari


Makassar
Nim : 20203025
18

2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba

atau perlahan dan sejak kapan dirasakan

3) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari

4) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan

sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila

dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun karena

tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya

hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien.Meliputi

pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau penyakit keturunan.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau

sudah sering mengalami gangguan pola tidur.

3. Kebutuhan Biopsikososial Spiritual

a. Bernapas

b. Nutrisi

c. Eliminasi

d. Aktivitas

e. Istirahat tidur

Suwardi, S.Kep Profesi Ners Stikes Gunung Sari


Makassar
Nim : 20203025
19

f. Berpakaian

g. Pengaturan suhu tubuh

h. Personal Hygiene

i. Rasa Aman Nyaman

j. Komunikasi

k. Spiritual

l. Rekreasi

m. Bekerja

n. Pengetahuan atau belajar

Suwardi, S.Kep Profesi Ners Stikes Gunung Sari


Makassar
Nim : 20203025
Keperawatan Dasar Profesi (KDP)

4. Pengkajian Psikososial

Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman bagaimana

keyakinan klien tentang sehat dan sakit.

5. Data Pengkajian Fisik

a. Keadaan Umum Pasien

Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna kulit.

b. Gejala Kardial

Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.

c. Keadaan fisik

Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung, mulut,

telinga, leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas. Secara umum, teknik

pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh  berbagai

penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi.

d. Data Pemeriksaan Penunjang

Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan

pasien baik selama perawatan ataupun baru masuk rumah sakit.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Insomnia

2. Deprivasi tidur

3. Kesiapan pola tidur

4. Gangguan pola tidur

Sukmawati S.Kep, Ns Profesi Ners Stikes Gunung Sari Makassar


Nim : 19193006
Keperawatan Dasar Profesi (KDP)

Sukmawati S.Kep, Ns Profesi Ners Stikes Gunung Sari Makassar


Nim : 19193006
Keperawatan Dasar Profesi (KDP)

C. Nursing Care Planning (NCP)

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional

1 Insomnia Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama... x 1. Peningkatan Koping : Membantu pasien 1. Mengurangi tekanan pada
24 jam diharapkan pasien tidak mengalami untuk beradaptasi dengan persepsi, diri pasien
insomnia dengan kriteria hasil : stressor, perubahan atau ancaman yang
Indikator IR ER mengganggu pemenuhan tuntutan dan
peran hidup. 2. Kenyamanan membuat
1. Jumlah jam tidur (sedikitnya 5
2. Manajemen Lingkungan Kenyamanan: pasien relaksasi dan
jam per 24 jam untuk orang
Memanipulasi lingkungan sekitar pasien membantu pasien santai
dewasa.
untuk meningkatkan kenyamanan yang
2. Pola, kualitas dan rutinitas
optimal. .
tidur.
3. Peningkatan Tidur : Memfasilitasi siklus 3. Agar pasien mampu
3. Perasaan segar setelah tidur.
tidur-terjaga yang teratur. membangun pola tidur yang
4. Terbangun di waktu yang
sesuai sesuai

Menunjukkan Tidur, yang dibuktikan oleh


indikator berikut
1. gangguan ekstrem
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak mengalami gangguan

2 Deprivasi Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Manajemen Energi : Mengatur 1. Menghilangkan pencetus
Tidur selama ...X24 jam diharapkan pasien tidak penggunaan energi untuk mengatasi atau

Sukmawati S.Kep, Ns Profesi Ners Stikes Gunung Sari Makassar


Nim : 19193006
Keperawatan Dasar Profesi (KDP)

mengalami deprivasi tidur dengan kriteria hasil mencegah keletihan dan deprivasi tidur.
: mengoptimalkan fungsi.
Indikator IR ER 2. Manajemen Medikasi : Memfasilitasi
penggunaan obat resep dan obat bebas 2. Mengurangi gangguan tidur.
- Perasaan segar setelah tidur
yang aman dan efektif.
- Pola dan kualitas tidur
3. Manajemen Alam Perasaan:
- Rutinitas tidur
Menciptakan keamanan , kestabilan,
- Jumlah waktu tidur yang
pemulihan, dan pemeliharaan pasien 3. Membuat pasien lebih
terobservasi santai.
yang mengalami disfungsi alam perasaan
- Terjaga pada waktu yang
baik depresi maupun peningkatan alam
tepat
perasaan.
- Melaporkan penurunan gejala
4. Peningkatan Tidur : Memfasilitasi siklus
Deprivasi tidur (misalnya,
tidur-bangun yang teratur.
konfusi, ansietas, mengantuk 4. Agar pasien mampu
pada siang hari, gangguan membangun pola tidur yang
perseptual, dan kelelahan). sesuai
- Mengidentifikasikan dan
melakukan tindakan yang
dapat meningkatkan tidur
atau istirahat.
- Mengidentifikasikan faktor
yang dapat menimbulkan
Deprivasi tidur (misalnya,
nyeri, ketidakadekuatan
aktivitas pada siang hari)

Menunjukkan Tidur, yang dibuktikan oleh


indikator berikut
1. gangguan ekstrem

Sukmawati S.Kep, Ns Profesi Ners Stikes Gunung Sari Makassar


Nim : 19193006
Keperawatan Dasar Profesi (KDP)

2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak mengalami gangguan
3 Kesiapan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama...x 1. Manajemen Energi : Mengatur 1. Membantu pola tidur yang
Meningkat 24 jam diharapkan pasien dapat meningkatkan penggunaan energy untuk mengatasi atau adekuat pada pasien.
kan Tidur tidur dengan kriteria hasil Pasien akan : mencegah keletihan dan
Indikator IR ER mengoptimalkan fungsi
2. Manajemen LingkunganKenyamanan: 2. Kenyamanan membuat
1. Mengidentifikasi tindakan yang
Memanipulasi lingkungan sekitar pasien pasien relaksasi dan
akan meningkatkan istirahat
untuk meningkatkan kenyamanan membantu pasien santai.
atau tidur
optimal
2. Mendemonstrasikan
kesejahteraan fisik dan
3. Peningkatan Tidur : Memfasilitasi siklus 3. Agar pasien mampu
psikologis
tidur-bangun yang teratur membangun pola tidur yang
3. Mencapai tidur yang adekuat
sesuai
tanpa menggunakan obat
Menunjukkan Tidur, yang dibuktikan oleh
indikator berikut
1. gangguan ekstrem
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak mengalami gangguan

4 Gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama... x 1. Determinasi efek-efek medikasi terhadap 1. Mengetahui pengaruh obat
Pola Tidur 24 jam diharapkan px tidak terganggu saat tidur pola tidur. dengan pola tidur pasien.
dengan kriteria hasil : 2. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat. 2. Memberikan informasi
Indikator IR ER kepada pasien dan keluarga

Sukmawati S.Kep, Ns Profesi Ners Stikes Gunung Sari Makassar


Nim : 19193006
Keperawatan Dasar Profesi (KDP)

pasien.

1. Jumlah jam tidur dalam batas


3. Meningkatkan tidur.
normal 6-8 jam/hari.
2. Pola tidur, kualitas dalam batas 3. Fasilitas untuk mempertahankan
normal. aktivitas sebelum tidur (membaca).
4. Agar periode tidur tidak
3. Perasaan segar sesudah tidur terganggu dan rileks.
atau istirahat. 4. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
4. Mampu mengidentifikasi hal-hal 5. Mengurangi gangguan tidur.
yang meningkatkan tidur. 6. Meningkatkan pola tidur
5. Kolaborasi pemberian obat tidur.
6. Diskusikan dengan pasien dan keluarga yang baik secara mandiri.
Menunjukkan Tidur, yang dibuktikan oleh
tentang teknik tidur pasien. 7. Mengetahui perkembangan
indikator berikut
7. Instruksikan untuk memonitor tidur pola tidur pasien.
1. gangguan ekstrem
pasien. 8. Mengetahui pengaruh waktu
2. berat
8. Monitor waktu makan dan minum makan dan minum terhadap
3. sedang
dengan waktu tidur. pola tidur pasien.
4. ringan
9. Mengetahui perkembangan
5. tidak mengalami gangguan
9. Monitor/catat kebutuhan tidur pasien pola tidur pasien.
setiap hari dan jam.

e. Implementasi Keperawatan

Sukmawati S.Kep, Ns Profesi Ners Stikes Gunung Sari Makassar


Nim : 19193006
Keperawatan Dasar Profesi (KDP)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito - Moyet,Lynda Juall.2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi


13.Jakarta:EGC

Huda,Amin.,Kusuma,Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: MediAction

NANDA International. 2018. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-


2020.Jakarta: EGC

Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku


3.Jakarta: Salemba Medika

Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan Praktik,


Edisi 4.Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah.2006.Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika Salemba.

Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha Publishing.

Sukmawati S.Kep, Ns Profesi Ners Stikes Gunung Sari Makassar


Nim : 19193006
Keperawatan Dasar Profesi (KDP)

Sukmawati S.Kep, Ns Profesi Ners Stikes Gunung Sari Makassar


Nim : 19193006

Anda mungkin juga menyukai